Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“BODY IMAGE”

NAMA : ALFIYAH ANUGRAH


PRODI : D-III FISIOTERAPI Tk 1
NIM : PO713241201006

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiart Allah SWT, karena
hanya atas rahmat dan karunia-Nya lah akhirnya makalah ini terselesaikan dengan
baik, walaupun begitu banyak cobaan dan hambatan yang penulis hadapi. Shalawat
serta salam tidak lupa penulis panjatkan kehadirat nabi besar Muhammad SAW
yang telah membawa manusia menuju jalan lurus yang di ridhoi oleh Allah SWT.
Alhamdulillah penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“BODY IMAGE“ sebagai salah satu syarat untuk memperoleh nilai tugas.

Penulis menyadari bahwa laporan hasil penelitian ini masih jauh dari
sempurna baik itu dalam segi penulisan maupun penyajian materi. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritin dan saran yang membangun untuk lebih
menyempurnakan penulisan laporan hasil penelitian ini.

Makassar, 3 April 2021

Alfiyah Anugrah

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH………………………………………………………………………………………

B. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………………………………………………….

C. TUJUAN……………………………………………………………………………………………………………………….

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian body image…….……………………………………………………………………..

B. Ciri-ciri body image……………………….............................................................

C. Kriteria body image………………………………………………………………………………....

D. Aspek-aspek body image……..………………………………………………………………....

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi body image……………………………………….

F. Gangguan body image………………………………………………………………………………

G. Hubungan antara kebersyukuran dan body image pada model………………..

BAB 3 PENUTUP

A. KESIMPULAN……………………………………………………………………………………………..

B. SARAN……………………………………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………….

BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Konsep diri sangat diperlukan untuk dapat memahami tentang manusia dan
perilakunya. Tidak ada dua orang manusia sekalipun yang mempunyai konsep diri
yang sama. Konsep diri muncul dan atau dipelajari berdasarkan pengalaman
internal masing-masing individu, hubungan dengan orang lain, dan interaksi dengan
dunia luar. Karena konsep diri merupakan frame dari seseorang untuk berinteraksi
dengan dunia, maka hal ini sangat mempengaruhi perilaku seseorang (Stuart dan
Laraia, 2005). Konsep diri yang positif memungkinkan seseorang untuk menemukan
kebahagiaan dalam hidup, dan juga untuk mengatasi kekecewaan dan perubahan
hidup.salah satu contoh dari konsep diri itu sendiri adalah body image atau citra diri.
Body image sebagai salah satu dari konsep diri adalah sikap seseorang terhadap
tubuhnya sendiri secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan
perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potwnsi tubuh saat ini dan
masa lalu tyang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru
setiap individu (Stuart and Sundeen, 1991). Sejak lahir individu mengeksplorasi
bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi
lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisan dari lingkungan (Keliat, 1992).

Body image menurut Honigman dan Castle (2006) adalah gambaran mental


seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang
mempersepsi dan memeberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan rasakan
terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan atas bagaimana kira-kira penilaian orang
lain terhadap dirinya. Sebenarnya, apa yang dia pikirkan dan rasakan belum tentu
benar-benar mempresentasikan keadaan yang sebenarnya, namun lebih
merupakan hasil penilaian dan evaluasi diri yang subjektif. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan body image adalah jenis kelamin, usia, media
massa, keluarga, dan interpersonal. Classer (2001) menyatakan bahwa jenis
kelamin adalah faktor paling penting dalam perkembangan body image seseorang.
Deacey dan Kenny (2001) juga sependaoat bahwa jenis kelamin mempengaruhi
body image. Beberapa penelitian yang sudahdilakukan menyatakan bahwa wanita
lebih negatif memandang body image dibandingan pria (Cash & Brown, 1989:
Davidson & McCabe, 2005:Demarest & Allen, 2000: Rozin & Fallon, 1988 dalam
Hubley & Quinlan, 2005)) pria ingin bertubuh besar dikarenakan mereka ingin tampil
percaya diri di depan teman-temannya dan mengikuti trend yang sedang
berlangsung. Sedangkan wanita ingin memiliki tubuh kurus menyerupai ideal yang
digunakan untuk menarik perhatian lingkungannya. Usaha yang dilakukan pria untuk
membuat tubuh lebih berotot dipengaruhi oleh gambar dimedia massa yang
memperlihatkan model pria yang kekar dan berotot. Sedangkan wanita cenderung
untuk menurunkan berat badan (Anderson & Didomenico, 1992).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian body image?

2. Apa saja ciri-ciri body image?

3. Bagaimana kriteria body image?

4. Aspek-aspek apa saja pada body image?

5. Apa saja gangguan dari body image?

6. Bagaimana hubungan kebersyukuran dan body image pada model?

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian dari body image

2. Untuk mengetahui ciri ciri body image

3. Agar kita mengetahui kriteria seseorang ber body image

4. Untuk kita mengetahui aspek-aspek apa saja didalam body image

5. Agar kita tahu bahwa gangguan-gangguan pada body image

6. Agar kita mengetahui bagaimana hubungan kebersyuuran dan body image pada
model

BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Body Image
Body image seseorang merupakan evaluasi terhadap ukuran tubuh, berat badan
ataupun aspek-aspek lainnya dari tubuh yang berhubungan dengan penampilan fisik
(Thompson, 2000). Gardner (dalam Faucher, 2003) mendefinisikan citra tubuh sebagai
gambaran yang dimiliki seseorang dalam pikirannya tentang penampilan (misalnya
ukuran dan bentuk) tubuhnya, serta sikap yang dibentuk seseorang terhadap
karakteristik-karakteristik dari tubuhnya. Pengertian body image menurut Arthur (dalam
Ridha, 2012) adalah merupakan imajinasi subyektif yang dimiliki seseorang tentang
tubuhnya, khususnya yang terkait dengan penilaian orang lain, dan seberapa baik
tubuhnya harus disesuaikan dengan persepsi-persepsi ini. Berdasarkan penjelasan
diatas maka dapat disimpulkan bahwa body image merupakan evaluasi terhadap
ukuran tubuh, berat badan ataupun aspek-aspek lain yang berhubungan dengan
penampilan fisik seperti, wajah, hidung, telinga, lengan, paha, betis, dan punggung.

Body image adalah sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang dapat
berupa penilaian positif dan negatif. Body image dapat bersifat positif atau negatif
tergantung pada bagaimana individu tersebut menyikapinya. Body image terdiri dari
komponen sikap evaluasi dam komponen keyakinan, dimana kedua komponen tersebut
berkaitan dengan rasa puas dan tidak puas dengan keadaan bentuk tubuh yang dimiliki.
Jadi, apabila tingkat kepuasan body image individu tinggi maka dapat dikatakan bahwa
individu tersebut memiliki body satisfaction sebaliknya apabila tingkat kepuasan body
image individu rendah maka dikatakan individu tersebut mengalami body dissastifaction
(Cash & Pruzinsky dalam Marshall & Lengyell, 2012). Menurut Honigman dan Castle
(Rombe, 2014) mendefinisikan bahwa citra tubuh atau body image sebagai gambaran
mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, bagaimana orang tersebut
akan mempersepsikan dan memberikan penilaian terhadap apa yang dipikirkan dan
dirasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, serta bagaimana kira-kira penilaian
orang lain terhadap dirinya. Menurut Arthur (Ridha, 2012), body image merupakan
imajinasi subyektif yang dimiliki seseorang tentang tubuhnya, khususnya yang terkait
dengan penilaian orang lain, dan seberapa baik tubuhnya harus disesuaikan dengan
persepsi-persepsi ini. Burrowes (Dwinanda, 2016) menyatakan bahwa body image
merupakan gabungan antara persepsi terhadap tubuh, dimana individu dapat memiliki
persepsi akurat mengenai ukuran, bentuk, serta berat tubuh dan kepuasan terhadap
tubuh sehingga individu tersebut memiliki kepuasan tersendiri terhadap ukuran, bentuk,
dan berat tubuhnya. Sama halnya dengan Naimah (2008) menyatakan bahwa body
image sebagai sikap seseorang terhadap tubuh, persepsi mengenai bentuk tubuh dan
ukuran tubuh berdasarkan evaluasi individual dan pengalaman sosial terhadap artibut
fisik yang dimiliki, serta penilaian atau cara pandang seseorang terhadap bentuk tubuh
diri sendiri. Eysenck (Thompson, 2000) menyatakan bahwa body image pada umumnya
merupakan wadah pikiran mengenai tubuh seseorang yang bersifat dinamis, senantiasa
berubah menurut informasi yang diterima dari lingkungan di sekitar individu. Menurut
Hoyt (Naimah, 2008), Body image diartikan sebagai sikap seseorang terhadap
tubuhnya dari segi ukuran, bentuk maupun estetika berdasarkan evaluasi individual dan
pengalaman efektif terhadap atribut fisiknya. Sama halnya menurut Stuart (Lintang, dkk
2015), Body image adalah kumpulan sikap individu yang disadari dan tidak disadari
terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan sekarang tentang
ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi. Berdasarkan teori-teori di atas dapat
disimpulkan bahwa body image adalah sebuah gambaran, pikiran, ide, persepsi dan
sikap seseorang terhadap bentuk tubuh yang mengarah kepada penampilan fisik,
dengan disertai keyakinan dan penilaian positif dan negatif akan penampilannya
dihadapan orang lain dan bagi orang lain.

B. Ciri-ciri Body Image


Rubin & Steinberg (dalam Kany, 2015) menyatakan ciri-ciri dari body image itu
sendiri yaitu:

a. Merasa rendah diri, menganggap dirinya tidak berguna dan tidak berarti ditengah
masyarakat.
b. Merasa keberadaannya tidak dibutuhkan oleh masyarakat dan lingkungan.
c. Merasa tidak pantas atau tidak berhak memiliki atau mendapatkan sesuatu.
d. Merasa terlalu muda atau terlalu tua untuk melakukan sesuatu.
e. Merasa dibenci dan tidak disukai oleh lingkungan dan orang sekitar.
f. Merasa tidak mampu dan selalu khawatir mendapatkan kegagalan dan cemoohan
dari orang disekelilingnya.
g. Merasa kurang pendidikan disbanding orang lain.
h.  Kurang memiliki dorongan dan semangat hidup, tidak berani memulai sesuatu hal
yang baru, selalu khawatir berbuat kesalahan dan ditertawakan orang.
C. Kriteria Body Image
Menurut Romansyah & Desi (2012) Body image  terdiri dari 3 kriteria yaitu:

a. Body image baik

Orang dengan body image baik selalu memandang positif dirinya, nyaman dengan
keadaan yang ada pada dirinya bagimanapun keadaannya.

b. Body image sedang

body image cukup selalu labil dan merasa ragu dengan bagaimana harus bersikap,
memandang, dan menilai dirinya sendiri, kadang merasa kurang nyaman dengan
keadaan dirinya tapi masih bisa menerima keadaannya dengan baik.

c. Body image buruk

 Orang yang memiliki body image buruk selalu tidak percaya diri, merasa minder,
mudah emosi karena tidak bisa menerima keadaan dirinya sendiri sehingga menarik
diri.

D. Aspek-aspek body image


Thompson (2000) menyatakan bahwa terdapat 3 aspek dari body image, diantaranya
yaitu :

a. Aspek persepsi terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan secara keseluruhan.


Bentuk tubuh merupakan suatu simbol dari diri seorang individu, karena dalam hal
tersebut individu dinilai oleh orang lain dan dinilai oleh dirinya sendiri. Selanjutnya
bentuk tubuh serta penampilan baik dan buruk dapat mendatangkan perasaan senang
atau tidak senang terhadap bentuk tubuhnya sendiri.

b. Aspek perbandingan dengan orang lain Adanya penilaian sesuatu yang lebih baik
atau lebih buruk dari yang lain, sehingga menimbulkan suatu prasangka bagi dirinya
keorang lain, hal-hal yang menjadi perbandingan individu ialah ketika harus menilai
penampilan dirinya dengan penampilan fisik orang lain.

c. Aspek sosial budaya (reaksi terhadap orang lain). Seseorang dapat menilai reaksi
terhadap orang lain apabila dinilai orang itu menarik secara fisik, maka gambaran orang
itu akan menuju hal-hal yang baik untuk menilai dirinya.
Cash dan Pruzinsky (2002) menyatakan bahwa terdapat 5 aspek dari body image,
diantaranya yaitu :

a. Evaluasi penampilan (appearance evaluation) Penilaian terhadap tubuh, perasaan


menarik atau tidak menarik, kenyamanan terhadap penampilan secara keseluruhan.

b. Orientasi penampilan (appearance orientation) Mengukur perhatian individu terhadap


penampilannya dan usaha individu untuk memperbaikinya.

c. Kepuasan terhadap bagian tubuh (body area satisfaction) Kepuasan atau


ketidakpuasan individu terhadap bagian tubuh tertentu seperti wajah, rambut, paha,
pinggul, kaki, pinggang, perut, tampilan otot, berat, ataupun tinggi badan, serta
penampilan secara keseluruhan.

d. Kecemasan menjadi gemuk (overweight preocupation) Menggambarkan kecemasan


terhadap kegemukan dan kewaspadaan akan berat badan yang ditampilkan melalui
perilaku nyata dalam aktivitas sehari-hari, seperti kecenderungan melakukan diet untuk
menurunkan berat badan serta membatasi pola makan.

e. Pengkategorian ukuran tubuh (self-classified weight) Bagaimana seseorang


memandang, mempersepsi, dan menilai berat badannya.

E. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Body Image


Body image pada diri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor meurut Cash
& Pruzinsky (2002) yaitu:

a. Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan faktor paling penting dalam perkembangan body image
seseorang. Ketidakpuasan terhadap tubuh lebih sering terjadi pada wanita daripada
laki-laki. Wanita cenderung untuk menurunkan berat badan disebabkan oleh iklan-iklan
dalam berbagai media yang menstandarkan bahwa wanita kurus, berkulit putih, dan
berambut panjang adalah idola dan disukai lawan jenis.

b. Media Masa

Media yang muncul dimana-mana memberikan gambaran ideal mengenai figur


perempuan dan laki-laki yang dapat mempengaruhi body image seseorang. Figur ini
biasanya disebut dengan idola. Remaja mengikuti setiap bentuk dan tindakan yang
dilakukan oleh idolanya tersebut, terutama penampilan. Mereka percaya dengan
mengikuti dan berpenampilan seperti idolanya, mereka akan menjadi percaya diri dan
disukai oleh orang-orang. Tiggeman (Cash & Pruzinsky, 2002) menyatakan bahwa
media massa menjadi pengaruh kuat dalam budaya sosial. Anak-anak dan remaja lebih
banyak menghabiskan waktu dengan menonton televisi. Isi tayangan media massa
sering menggambarkan bahwa standar kecantikan perempuan adalah dengan memiliki
tubuh yang kurus. Media juga menggambarkan bahwa standar tubuh ideal bagi lakilaki
adalah dengan memiliki tubuh yang berotot dan perut yang rata. Diantara alat-alat
komunikasi media masa yang ada, televisi boleh dikatakan telah mendominasi dalam
kehidupan masyarakat (Hafied, 2012). Tayangan di televisi meliputi, film, telenovela,
berita atau informasi dan iklan (Bungin, 2008). Menonton televisi sering kali memuncak
pada remaja akhir sebagai respon terhadap persaingan media dan permintaan
terhadap aktivitas sekolah dan sosial (Roberts, Henriksen, & Foehr dalam Santrock,
2011). Salah satu tayangan yang sering dilihat remja di televisi adalah iklan. Iklan
televisi merupakan salah satu faktor yang membetuk kriteria tubuh yang ideal di
masyarakat. Gencarnya iklan televisi yang menonjolkan bentuk tubuh ideal
mengakibatkan para remaja cenderung mengukur dirinya dengan kriteria bentuk tubuh
idel yang ditampilkan iklan televisi (Dewi, 2016). Secara tidak sadar remaja yang
menyaksikan tayangan iklan membentuk persepsi terhadap citra tubuh mereka.

c. Hubungan Interpersonal

Hubungan Interpersonal, manusia sebagai mahluk sosial selalu berinteraksi dengan


orang lain. Agar dapat diterima oleh orang lain, ia akan memperhatikan pendapat atau
reaksi yang dikemukakan oleh orang lain termasuk pendapat mengenai fisiknya.
Pendapat terhadap penampilan dan kompetensi teman sebaya dan keluarga dalam
hubungan interpersonal dapat mempengaruhi bagaimana pandangan dan perasaan
mengenai tubuh.

Thompson (2000) menyatakan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi


body image, diantaranya yaitu :

a. Persepsi. Persepsi berhubungan dengan ketepatan seseorang dalam mempersepsi


atau memperkirakan ukuran tubuhnya. Perasaan puas atau tidaknya seseorang dalam
menilai bagian tubuh tertentu berhubungan dengan komponen ini.

b. Perkembangan Perkembangan, yaitu pengalaman di masa kecil dan remaja terhadap


hal-hal yang berkaitan dengan body imagenya saat ini, khususnya saat pertama kali
menstruasi serta perkembangan seksual sekunder yang terkait dengan kejadian
penting terhadap body image.

c. Sosiokultural Masyarakat akan menilai apa yang baik dan tidak baik tidak terkecuali
dalam hal kecantikan. Trend yang berlaku di masyarkat berpengaruh terhadap body
image seseorang. Trend tentang bentuk tubuh ideal dapat mempengaruhi persepsi
individu terhadap tubuhnya.
F. Gangguan body image
Gangguan body image (gangguan citra tubuh) didefinisikan bahwa gangguan body
image merupakan pemikiran dan perasaan negatif sesorang mengenai tubuhnya
Menurut Cash dan Pruzinsky (2002: 175) bentuk gangguan body image đapat dibagı
dua, berdasarkan komponen body image yang terganggu yaitu :

a. Body Image Distortcion

Apabila komponen yang terganggu adalah komponen persepsi gangguan body


image yang dialami adalah distorsi body image. Apabıla individu mengalami distorsi
citra tubuh maka ia tidak mampu memperkırakan (mengestimasi) ukuran tubuh secara
tepat.

b. body image Disatification

Ketidakpuasan citra tubuh Ketidakpuasaan citra tubuh dapat dilihat dan bagaimana
individu menilai tubuhnya. Bila individu menilai penampilan tidak sesuai dengan standar
pribadiku maka ia akan menilairendah tubuhnya.

Terdapat beberapa teori terbentuknya gangguan body image antara lain:

1). Teori perseptual

Teori ini menjelaskan bahwa munculnya gangguan body image terjadi karena
kurang akuratnya persepsi seseorang terhadap ukuran atau bentuk tubuhnya. Terdapat
tiga sub yang berbeda dari teori perceptual, yakni deficit kortikal, kegagalan
mengadaptasi dan artifak perceptual (Thomson, 2000 : 28). Gangguan body image
disebabkan karena adanya deficit kortikal yang kemudian menyebabkan gangguan
perseptual dan visuospasial.

2). Teori Developmental

satu hal penting dan mempengaruhi body image seseorang adalah waktu terjadinya
tahap pubertas Thompson (2000:30) menyebutkan bahwa Bila seorang remaja
mengalami keterlambatan perkembangan pada masa pubertas semakin besar
kecenderungan bahwa Ia mendapat ejekan atau komentar yang tidak menyenangkan
ejekan yang terus-menerus pada masa kecil bisa memiliki dampak yang bertahan pada
body image (Thonpson 2000:30). Banyak orang dewasa yang memiliki rasa tidak suka
yang kuat terhadap penampilan mereka sendiri bisa mengingat pengalaman masa kecil
ketika diejek dan dikritik karena penampilan mereka hal ini biasanya terjadi karena
ejekan yang biasanya sering digunakan pada masa kecil merupakan ejekan mengenai
penampilan fisik (Thompson 2000:30). Satu hal lagi yang dapat mempengaruhi
terbentuknya gangguan body image ialah pelecehan seksual atau pengalaman seksual
yang terlalu dini.

3). Teori sosiokultural

Teori sosiokultural juga menekankan pentingnya peran media dalam


menyampaikan pesan-pesan yang berkaitan dengan harapan tentang fisik ideal. Media
menyediakan informasi yang sangat banyak tentang cara memperoleh tubuh ideal,
contohnya : melalui diet, olahraga dan pemakaian suplemen. Akibatnya, banyak
individu yang keliru karena meyakini bahwa tubuh ideal yang ditampilkan tersebut
mudah diperoleh dan hal itu mempengaruhi sikap mereka terhadap tubuhnya
(Thompson et al, 1999).

Dua teori berikut ini merupakan perkembangan dari teori sosiokultural :

 Teori self discrepancy, Sejumlah peneliti menggunakan alat ukur yang terdiri


dari perbandingan ukuran tubuh yang dipersepsikan dalam gambar skema
dengan ukuran ideal yang dipilih (Fallon & Rozin, 1985 dalam Thompson
1999). Berdasarkan penelitian ini dan besarnya tekanan sosial budaya
mengenai berat badan dan penampilan tubuh ideal, Thompson (1999)
menyusun hipotesis self-ideal discrepancy untuk menjelaskan perkembangan
gangguan citra tubuh. Teori ini menekankan pada kecenderungan individu
untuk membandingkan penampilan yang mereka persepsikan dengan standar
ideal yang mereka imajinasikan atau standar ideal lain. Teori self discrepancy
menghubungkan jarak antara persepsi konsep diri individu dengan standar
pribadi individu tersebut. Kesenjangan diri terfokus pada kecenderungan
individu untuk membandingkan penampilan yang mereka persepsi (aktual)
dengan penampilan ideal yang mereka bayangkan atau orang lain yang ideal
(Cash & J.K Thompson, 1999). Berdasarkan teori ini, individu yang
mempersepsi dirinya cocok dengan yang ideal akan memiliki diskrepansi yang
kecil sehingga memiliki citra tubuh yang posittif. Namun pada individu yang
merasa dirinya tidak cocok atau memiliki diskrepansi yang besar dengan
gambaran ideal, akan memiliki citra tubuh yang negative (Henderson-King,
1997;dalam domil, 2003).
 Teori social comparisons, teori social comparisons (perbandingan sosial) dari
Festinger (1954) menyatakan bahwa seseorang mengevaluasi kemampuan
dan opini dirinya dengan membandingkannya terhadap orang lain. Menurut
Festinger (1954, dalam Thompson 1996) manusia memiliki kecenderungan
bawaan untuk mendapatkan informasi mengenai dirinya melalui proses
perbandingan social. Proses ini terjadi ketika individu merasakan
ketidakpastian atau ketidakjelasan akan kemampuan atau opininya dan tidak
tersedia fakta yang objektif mengenai hal tersebut. Individu akan
membandingkan dirinya dengan individu lain yang serupa (similar other) yang
relevan (Goethals & Darley, 1977;C.T. Miller, 1984; Wheeler, et al., 1982 dalam
Milfa Y.,2005).

G. Hubungan antara kebersyukuran dan body image pada model


Menurut Eysenck (Thompson, 2000), body image pada umumnya merupakan
wadah pikiran mengenai tubuh seseorang yang bersifat dinamis, senantiasa berubah
menurut informasi yang diterima dari lingkungan di sekitar individu. Pemikiran yang
dinamis akan penampilan fisik dan bentuk tubuh yang ideal pada umumnya, serta
informasi yang senantiasa berubah-ubah dari lingkungannya akan bentuk tubuh ideal,
membuat model merasa selalu kurang puas akan bentuk tubuh dan penampilan fisiknya
yang dimiliknya. Body image pada model tergantung bagaimana cara model menyikapi
dan menilai tubuhnya. Selain itu body image model dapat bersifat positif dan negatif
tergantung bagaimana cara model tersebut menyikapinya. Komponen dalam body
image terdiri dari komponen sikap evaluasi dan komponen keyakinan, dimana kedua
komponen tersebut berkaitan dengan rasa puas dan tidak puas dengan keadaan tubuh
yang dimiliki.

Seorang model yang memiliki rasa kepuasaan yang tinggi akan bentuk tubuh,
cenderung akan merasa nyaman dan puas akan bentuk tubuhnya, sedangkan seorang
model yang memiliki rasa sangat tidak puas dengan bentuk tubuhnya akan selalu
merasa khawatir, depresi dan memiliki kepercayaan diri yang rendah akan penampilan
fisiknya, sehingga tak jarang model memilih cara-cara yang instan untuk mendapatkan
apa yang diinginkannya seperti, diet ekstrim, olahraga berlebihan, mengkonsumsi obat
diet, sedot lemak, operasi plastik dan sebagainya. Rasa puas dan tidak puas pada
bentuk tubuh pada model juga dipengaruhi oleh tuntutan pekerjaan yang
mengharuskan model untuk selalu tampil maksimal guna menunjang karirnya sebagai
model. Tuntutan pekerjaan, image seorang model dan tekanan lingkungan sosialnya
yang terkadang membuat model kurang merasa puas dengan bentuk tubuh dan
penampilan fisiknya. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh pemikiranpemikiran negatif
model dalam menyikapi dan menilai bentuk tubuhnya. Salah satu upaya untuk
memperbaiki pikiran negatif model akan menyikapi dan menilai bentuk tubuhnya, yaitu
dengan bersyukur. Dimana dengan bersyukur model dapat meningkatkan pikiran dan
perasaan positifnya guna memperkuat usaha untuk memperbaiki pikiran dan emosi
negatif dalam menilai bentuk tubuhnya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Geraghty, dkk (2010), mengungkapkan bahwa sebuah usaha yang
dapat secara langsung meningkatkan pengaruh positif dan dapat memperkuat usaha
untuk memperbaiki pikiran negatif mengenai bentuk tubuh adalah dengan pengarahan
terhadap hal-hal positif melalui gratitude Seorang model yang memiliki rasa syukur
akan bentuk tubuh yang di milikinya akan mengalami kebahagian. Hal ini sejalan
dengan Overwalle, Mervielde, & DeSchuyter (Mukhlis & Koentjoro, 2015), menyatakan
bahwa dibandingkan dengan orang yang kurang bersyukur, orang yang bersyukur
melaporkan mengalami kebahagiaan yang lebih besar, harapan, kebanggaan.
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gambaran diri (Body Image) adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara
sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran,
bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara
berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart and
Sundeen , 1991). Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima
stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar
dirinya terpisah dari lingkungan (Keliat ,1992).

Gambaran diri (Body Image) berhubungan dengan kepribadian. Cara individu


memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya.
Pandangan yang realistis terhadap dirinya manarima dan mengukur bagian tubuhnya
akan lebih rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri
(Keliat, 1992). Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya
akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu
sukses dalam kehidupan.

B. SARAN

Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi Body Image diantaranya faktor jenis
kelamin,usia, media massa, keluarga dan hubungan interpersonal. Oleh sebab itu
penulis menyarankan agar  kita dapat membangun Body Image kearah yang positif
dengan cara mencintai  dan menghargai diri sendiri, menghilangkan keinginan untuk
memiliki tubuh seperti model, belanja sesuai kebutuhan diri, berolahraga,dan
memanjakan diri.
DAFTAR PUSTAKA
http://etheses.uin-malang.ac.id/1531/6/08410026_Bab_2.pdf

https://psychology.binus.ac.id/2015/09/19/hubungan-antara-body-image-dengan-self-esteem-remaja-
putri-yang-aktif-dalam-perilaku-gymnastic/

Grogan, Sarah. 2008. Body Image. London: Routledge


https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/6225/BAB%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y

http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/3162/3/BAB%202.pdf

https://www.universitaspsikologi.com/2019/11/pengertian-body-image-dan-aspek-body-
dissatisfaction.html

https://www.halodoc.com/artikel/bagaimana-body-image-memengaruhi-remaja

http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/psikoneo/article/view/3520

Anda mungkin juga menyukai