Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

“FT. KARDIOVASKULER PULMONAL”

DISUSUN OLEH:

A.LILIS FITRIANI A.RAHMAT (PO713241201001)


ALFIYAH ANUGRAH (PO713241201006)

PRODI : D-III FISIOTERAPI Tk 2

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


TAHUN AKADEMIK 2021/2022
PENGERTIAN, TUJUAN DAN PROSEDUR PELAKSANAAN SPIROMETRI &
SKALA BORG

1. SPIROMETRI
A. Pengertian
Spirometri merupakan metode untuk screening penyakit paru. Selain itu, spirometri
juga digunakan untuk menentukan kekuatan dan fungsi dada, mendeteksi berbagai
penyakit saluran pernapasan terutama akibat pencemaran lingkungan dan asap rokok.
Pemeriksaan spirometri adalah pemeriksaan untuk mengukur volume paru statik dan
dinamik seseorang dengan alat spirometer.
B. Tujuan
Ada beberapa indikasi dilakukan spirometri, antara lain:
1. Menilai status faal paru yaitu menentukan apakah seseorang mempunyai faal paru
normal, hiperinflasi, obstruksi, restriksi atau bentuk campuran.
2. Menilai manfaat pengobatan yaitu menentukan apakah suatu pengobatan memberikan
perubahan terhadap nilai faal paru
3. Evaluasi penyakit yaitu menilai laju perkembangan penyakit terdapat perbaikan atau
perubahan nilai faal paru.
4. Menentukan prognosis yaitu meramalkan kondisi penderita selanjutnya dengan melihat
nilai faal paru yang ada.
5. Menentukan toleransi tindakan bedah
6. Menentukan apakah seseorang mempunyai risiko ringan, sedang atau berat pada
tindakan bedah.
7. Menentukan apakah dapat dilakukan tindakan reseksi paru
C. Prosedur pelaksanaan
1. Persiapan pemeriksaan uji spirometri antara lain:
a). Persiapan Alat
Alat spirometri dikalibrasi minimal 1 kali seminggu.
b). Persiapan Teknisi
Dalam persiapan teknisi adapun persyaratannya adalah terlatih, mengerti tujuan
penggunaan spirometer, dan dapat menilai hasil dari spirogram.
c). Persiapan Subyek
Dalam persiapan subyek adapun persyaratann ya adalah mengerti tujuan
pemeriksaan spirometri, tidak boleh makan terlalu kenyang, đan tidak diperkenankan
memakai pakaian ketat.
2. Langkah-langkah dalam pemeriksaan uji spirometri
I). Persiapan penderita
a). Penderita diberitahu / dijelaskan tes apa yang akan dilakukan.
b). Penderita diukur tinggi badannya.
c). Penderita harus bebas dari obat-obatan (bronkodilator) yang dapat mempen garuhi
hasil pemeriksaan, minimal 8 jam sebelum tindakan dilakukan.
2). Yang tidak boleh dalam pemeriksaan
a). Mendapatkan bronkodilator sebelum tes dilakukan.
b). Menderita infeksi viral selama 2-3 minggu sebe lum at au menderita penyakit akut.
c). Menderita pen yakit yang serius seperti penyakit jantung (infark miokand), emboli
paru.
d). Penderita dengan deformitas tulang belakang (Gibbus) pengukuran tinggi badan
dapat disamakan dengan mengukur panjang tangan yang direntangkan.
e). Posisi pada saat manuver pada penelitian tidak ditemukan hasil yang signifikan
antara posisi berdiri dengan duduk, yang penting kenyamanan buat. penderita untuk
melakukan tes tersebut.
3). Cara Kerja
a). Setiap subyek sebelumnya telah melakukan pengisian kuesioner, pengukuran tinggi
badan dan pencatatan umur.
b). Sebelum dilakukan pemeriksaan spirometri, subyek diterangkan terlebih dahulu
mengenai rencana pemeriksaan, cara kerja alat yang dipakai, dan hasil pengukuran.
c). Subyek berada dalam posisi berdiri.
d). Subyek diminta menarik napas sedalam mungkin, kemudian mouthpiece
ditempelkan ke mulut.
e). Subyek diminta menghembuskan udara ekspirasi pada mouthpiece secara kuat,
cepat, dan tuntas. O Pemeriksaan dilakukan sampai didapatkan minimal 3 hasil yang
dapat diterima dan reproducsible yaitu nilai varian perbedaanya kurang dari 5% atau
kurang dari 100 ml untuk nilai KV (Harsini dkk, 2011).
2. Skala Borg
A. Pengertian
Skala BORG merupakan suatu skala ordinal dengan nilai-nilai dari 0 sampai dengan 10.
Skala Borg digunakan untuk mengukur sesak napas selama
melaksanakankegiatan/pekerjaan., Pemantauan sesak napas dapat membantu dalam
menyesuaikanaktivitas dengan mempercepat / memperlambat gerakan. Borg Scale adalah
cara untuk mengukur tingkat intensitas aktivitas fisik menggunakan ukuran skala ordinal.
Skala BORG merupakan suatu skala ordinal dengan nilai-nilai dari 0 sampai dengan 10.
Skala Borg adalah cara untuk mengukur tingkat intensitas aktifitas fisik menggunakan
ukuran skala rasio. Skala awal yang pertama kali diperkenalkan oleh Gunnar Borg dinilai
dengan skala 6-20. Borg kemudian membangun skala kategori rasio, skala Borg CR-10
dimana skala ini digunakan untuk menentukan diagnosa sesak napas, nyeri dada, angina dan
nyeri muskulo-skeletal. Skala CR-10 ini paling cocok untuk sensasi yang timbul di area
tubuh tertentu, misalnya nyeri otot, sakit atau kelelahan di paha depan atau gejala respiratori
(Borg, 1998).

Prinsip dasar penggunaan atau pengisian data Skala BORG adalah pada saat
melakukan pekerjaan, peneliti akan menanyakan presepsi tingkat keluhan yang dirasakan
operator pada otot yang bekerja atau otot yang diteliti. Presepsi tingkat keluhan dapat
mencerminkan seberapa besar beban kerja yang dirasakan, karena semakin besar beban kerja
maka semakin maksimal otot akan berkontraksi. Persepsi tingkat keluhan dilakukan secara
terfokus pada otot yang diteliti, karena pada saat pekerjaan berlangsung banyak otot yang
bekerja ataupun perasaan sakit yang bukan berasal dari otot yang akan diteliti. Penilaian
tingkat keluhan dilakukan secara jujur, tanpa berfikir untuk menjadi yang terbaik antara
individu lain atau menyamakan nilainya dengan individu lain. Perhatikan presepsi tingkat
keluhan yang dirasa kemudian diubah menjadi satuan nilai.
SCALE SEVERITY
0 Tidak ada Sesak napas sama sekali
0.5 Sangat Sangat Sedikit (Hanya Terlihat)
1 sangat Sedikit
2 sedikit Sesak napas
3 sedang
4 agak berat
5 Sesak napas parah
6 -
7 Sesak napas sangat parah
8 -
9 Sangat parah (Hampir Maksimum)
10 Maximum

 Nilai 0 merupakan nilai terendah yang dapat diberikan, nilai ini memiliki arti tidak
dirasakan sakit sama sekali.
 Nilai 1 memiliki arti rasa sakit yang sangat lemah sekali. Nilai ini diperuntukkan bagi
operator yang baru melakukan kerja dalam beberapa menit.
 Nilai 3 memiliki arti sakit yang dirasakan adalah sedang. Dalam hal ini operator
menilai bahwa rasa sakit pada ototnya kadang terasa kadang tidak. Biasanya perasaan ini
timbul pada waktu 5-7 menit setelah memulai pekerjaan.
 Nilai 4, operator sudah merasakan rasa sakit pada ototnya. Hal ini dapat terjadi apabila
operator sudah melakukan pekerjaan yang cukup lama.
 Nilai 7 merupakan nilai kritis, karena rasa sakit yang dirasakan sudah mulai
mengganggu kinerja otot pada khususnya dan mengganggu pekerjaan pada umumnya.
Pekerjaan dapat diteruskan apabila operator terus bersemangat dalam bekerja.
B. Tujuan
Skala Borg bertujuan untuk menilai pengaruh latihan ketahanan ekstremitas bawah
terhadap Skala Borg penderita PPOK. Skala BORG ini disediakan untuk menstandarisasikan
suatu perbandingan-perbandingan antar individu dalam melaksanakan tugas yang sama. Indikasi
nilai pada skala yang digunakan adalah besarnya perasaan kelelahan, kesakitan, ataupun kadar
berkurangnya kemampuan tubuh dalam melakukan pekerjaanya.

Skala Borg digunakan untuk mengukur sesak napas, kelelahan otot tungkai selama
melaksanakan kegiatan/pekerjaan (Borg, 1998).Pada tahun 1970, Borg mengembangkan suatu
skala untuk mengukur seberapa besar usaha/latihan yang dilakukan oleh seseorang yang
dinamakan sebagai (Rating of Perceived exertion) atau bisa juga disebut sebagai cara Borg.

C. Prosedur Pelaksanaan

1. Jelaskan maksud dari rentang skala 0 – 10 pada Modifikasi Skala Borg

2. Mintalah pasien untuk mengisi modifikasi skala borg, dengan cara memberikan tanda
lingkaran pada angka yang menunjukkan keluhan sesak nafas yang pasien rasakan, atau

3. Ajukan pertanyaan kepada pasien terkait rentang sesak nafas sebagaimanatertera pada
Modifikasi Skala Borg, seperti pada tabel :

Misal, Maka
menurut Bapak................../ Ibu ........................ tingkat sesak nafas yang Bapak......................../
Ibu................................. rasakan pada tingkatan yang mana? (berikan tanda lingkaran pada skor
angka tingkat sesak nafas yang ditunjuk pasien).

Anda mungkin juga menyukai