Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN CITRA TUBUH


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Tugas
Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh :
M. Arif Kusdian (18.133) Sri Nurkemala Sari (18.152)
M. Alif Syahid (18.134) Syamsul Arif (18.153)
Mona Warisma (18.135) Teni Agestira (18.154)
Nadya Sarah N (18.136) Triani Tungga Dewi (18.155)
Novia Indah P (18.137) Vika Yulia Andini (18.156)
Nurajijah R (18.138) Vina Defria Lestari (18.157)
Ratna S (18.140) Winda Widia Wandi (18.158)
Resti Fitria (18.141) Yasmin Meylina Hasan (18.159)
Risa Adinda A (18.143) Rival Angkara (18.144)
Rizki Annisa (18.145) Rizkia Ayu S (18.146)
Shyfa Maulidina (18.148) Sindi Jusmilenia P (18.149)
Siti Nur Aisyah (18.150) Sovia Aisiyah A (18.151)
Shopi Aulia (18.147) Rexy Alfariji (18.142)

AKADEMI KEPERAWATAN RUMAH SAKIT DUSTIRA


CIMAHI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Gangguan Citra Tubuh” ini. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam
yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah Tugas
Keperawatan Jiwa dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Citra Tubuh”. Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini
berlangsung sehingga dapat terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap
makalah ini agar kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah
yang kami buat ini masih banyak terdapat kekurangannya.

Cimahi, September 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Citra tubuh adalah kumpulan sikap individu baik yang disadari maupun
tidak terhadap tubuhnya, termasuk persepsi masa lalu atau sekarang mengenai
ukuran, fungsi, keterbatasan, makna, dan objek yang kontak secara terus-
menerus (anting, make up, pakaian, kursi roda, dan sebagainya) baik masa
lalu maupun sekarang. Citra tubuh merupakan hal pokok dalam konsep diri.
Citra tubuh harus realistis karena semakin seseorang dapat menerima dan
menyukai tubuhnya ia akan lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan
sehingga harga dirinya akan meningkat. Sikap individu terhadap tubuhnya
mencerminkan aspek penting dalam dirinya misalnya perasaan menarik atau
tidak, gemuk atau tidak, dan sebagainya.
Gardner (dalam Faucher, 2003) mendefinisakn citra tubuh sebagai
gambaran yang dimiliki seseorang dalam pikirannya tentang penampilan
(misalnya: ukurn dan bentuk) tubuhnya serta sikap yang dibentuk seseorang
terhadap karakteristik – karakteristik dari tubuhnya. Jadi, terdapat 2
komponen dari citra tubuh, yaitu komponen perseptual tentang bagaimana
seseorang memandang tubuhnya sendiri dan komponen sikap tentang
bagaimana seseorang merasakan penampilan atau tubuh yang di persepsi nya.
Citra tubuh harus dibedakan dari “harga diri” dan “kualitas hidup” karena
kedua konsep ini tidak hanya mencakup penampilan, tetapi juga hbungan
seseorang, pandangan religious, budaya, karir, dan nilai (Bolton, dkk., 2010).
Namun, citra tubuh sering mempengaruhi, baik harga diri maupun kualitas
hidup. Meskipun demikian, perubahan citra tubuh tidak selalu mencerminkan
perubahan harga diri dan kualitas hidup. Sketsa kita menunjukkan bahwa
harga diri dan kualitas hidup yang positif tidak selalu berarti citra tubuh yang
positif.
Gangguan citra tubuh adalah keadaan dimana seseorang mengalami atau
beresiko mengalami gangguan dalam penerimaan diri sesorang (carpenito-
moyet, 2009). Gangguan ini biasanya melibatkan distorsi dan persepsi
negative tentang penampilan fisik mereka. Gangguan citra tubuh ini, misalnya
dialami seorang wanita selama masa kehamilan. Ketidakpuasan tubuh
berfokus pada “membangun tubuh” dan sering dioperasionalkan sebagai
perbedaan antara sosok ideal dan sosok nyata diri saat ini.
Smolak dan Levin 2015 menyatakan bahwa citra tubuh terdiri dari 3
komponen, yaitu kognitif – afektif perseptual dan tingkah laku. Gangguan
komponen kognitif – afektif citra tubuh meliputi ketidakpuasan tubuh
(evaluasi negative terhadap tubuh sendiri), sedangkan gangguan komponen
perseptual citra tubuh meliputi distorsi perseptual seseorang yang memiliki
penilaian yang salah terhadap bentuk dan beratnya (estimasi berlebihan
mengenai ukuran tubuhnya). Sementara itu, komponen tingkah laku dari citra
tubuh berhubungan dengan pikiran dan perasaan mengenai tubuh, seperti
memeriksa tubuh dan sikap menghindar.
Berdasarkan keterangan diatas pada kali ini akan membahas tentang
konsep Asuhan Keperawatan pada pasien gangguan citra tubuh diharapkan
mampu memahami tahapan tahapan dalam pembuatan asuhan keperawatan
dengan gangguan citra tubuh dimana bertujuan untuk memudahkan
terlaksananya dalam mengatasi pasien yang mengalami gangguan citra tubuh
sesuai dengan perencanaan yang tertera dalam asuhan keperawatan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengkajian proses Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
gangguan citra tubuh?
2. Bagaimana merumuskan masalah pada proses Asuhan Keperawatan pada
pasien dengan gangguan citra tubuh?
3. Bagaimana rencana keperawatan pada proses Asuhan Keperawatan pada
pasien dengan gangguan citra tubuh?
4. Bagaimana Implementasi pada proses Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan gangguan citra tubuh?
5. Bagaimana evaluasi pada proses Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan gangguan citra tubuh?
6. Bagaimana dokumentasi pada proses Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan gangguan citra tubuh?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tahapan - tahapan pembuatan asuhan
keperawatan dengan gangguan citra tubuh untuk mengatasi pasien dengan
gangguan citra tubuh sesuai dengan perencanaan dalam asuhan
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui cara pengkajian dalam asuhan keperawatan pada
pasien gangguan citra tubuh.
b. Untuk mengetahui cara merumuskan masalah dalam asuhan
keperawatan pada pasien gangguan citra tubuh.
c. Untuk mengetahui cara perencanaan keperawatan dalam asuhan
keperawatan pada pasien gangguan citra tubuh.
d. Untuk mengetahui cara pembuatan implementasi dalam asuhan
keperawatan pada pasien gangguan citra tubuh.
e. Untuk mengetahui cara pelaksanaan evaluasi dalam asuhan
keperawatan pada pasien gangguan citra tubuh.
f. Untuk mengetahui cara pembuatan dokumentasi dalam asuhan
keperawatan pada pasien gangguan citra tubuh.
3. Manfaat
Terkait dengan tujuan makalah pembelajaran ini diharapkan dapat memberi
manfaat.
1. Dari segi akademis, merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan
khususnya dalam keperawatan jiwa pada mahasiswa maupun perawat yang
banyak terlibat dalam perencanaan pelaksaanaan mengatasi pasien dengan
gangguan citra tubuh.
2. Dari segi praktis, makalah pembelajaran ini bermanfaaat bagi :
a. Bagi mahasiswa

Hasil makalah pembelajaran ini dapat menjadi masukkan bagi


mahasiswa lainnya dalam keperawatan jiwa.

b. Untuk Penulis
Hasil penulisan makalah ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi
penulis berikutnya, yang akan melakukan penulisan mengenai Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada Pasien dengan Gangguan Citra Tubuh dalam
Keperawatan Jiwa.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor – fakto yang mempengaruhi
terjadinya suatu kondisi. Faktor predisposisi gangguan citra tubuh terdiri
dari yaitu :
a. Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi).
b. Perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh (akibat tumbuh
kembang atau penyakit).
c. Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh.
d. Proses pengobatan, seperti radiasi dan kemoterapi.
2. Faktor Presipitasi
a. Trauma.
b. Ketegangan peran.
c. Transisi peran perkembangan.
d. Transisi peran situasi.
e. Transisi peran sehat-sakit
3. Perilaku
a. Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu.
b. Menolak bercermin.
c. Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh.
d. Menolak usaha rehabilitasi.
e. Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat.
f. Menyangkal cacat tubuh.
4. Mekanisme koping
a. Pertahanan jangka pendek
1) Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis,
seperti kerja keras, nonton, dan lain-lain.
2) Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara,
seperti ikut kegiatan sosial, politik, agama, dan lain-lain.
3) Aktivitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri, seperti
kompetisi pencapaian akademik.
4) Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat
masalah identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan, seperti
penyalahgunaan obat.
b. Pertahanan jangka panjang
1) Penutupan identitas Adopsi identitas prematur yang diinginkan
oleh orang yang penting bagi individu tanpa memperhatikan
keinginan, aspirasi, dan potensi diri individu.
2) Identitas negatif Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat
diterima oleh nilai-nilai harapan masyarakat.
c. Mekanisme pertahanan ego
1) Fantasi
2) Disosiasi
3) Isolasi
4) Proyeksi
5) Displacement
6) Marah/amuk pada diri sendiri
B. Rumusan Masalah

1. Analisa Data

DATA MASALAH KEPERAWATAN


Data Subyektif : Gangguan konsep diri: citra
tubuh berhubungan dengan
1. Perubahan gaya hidup
koping keluarga inefektif.
2. Takut akan penolakan atau
rekasi oleh orang lain

3. Fokus pada kekuatan,


fungsi, atau penampilan
masa lalu

4. Perasaan negatif tentang


tubuh

5. Perasaan tak berdaya,


keputusasaan, atau
ketidakberdayaan

6. Pre okupasi (terpaku dalam


satu hal) dengan perubahan
atau kerugian

7. Penekanan pada kekuatan


yang tersisa dan pencapaian
yang tinggi

8. Ekstensi batas tubuh untuk


bergabung dengan objek
lingkungan

9. Depersonalisasi sebagian
atau kerugian kata ganti
impersonal

10. Penolakan untuk


memverifikasi perubahan
yang sebenarnya

Data Obyektif :

1. Hilangnya bagian tubuh

2. Perubahan aktual dalam


struktur atau fungsi

3. Menghindar untuk melihat


atau menyentuh bagian
tubuh

4. Mengekspos tubuh secara


berlebihan dengan di
sengaja atau tidak disengaja

5. Trauma atas adanya bagian


tubuh yang tidak berfungsi

6. Perubahan dalam
keterlibatan sosial

7. Perubahan kemampuan
untuk memperkirakan
hubungan spasial tubuh
terhadap lingkungan
C. Rencana Keperawatan

DIAGNOSIS PERENCANAAN
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
KEPERAWATAN
(Tuk/Tum)
Gangguan citra TUM : Pasien menunjukkan 1.1 Bina hubungan saling percaya Kepercayaan dari
tubuh Pasien dapat tanda-tanda percaya dengan mengemukakan prinsip pasien merupakan hal
meningkatkan kepada perawat komunikasi terapeutik. yang akan memudah
citra tubuh dan melalui : a. Mengucapkan salam perawat dalam
dapat a. Ekspresi wajah terapeutik. Sapa pasien melakukan
berinteraksi cerah, tersenyum dengan ramah, baik verbal pendekatan
dengan orang b. Mau berkenalan maupun non verbal. keperawatan atau
lain tanpa c. Ada kontak mata b. Berjabat tangan dengan intervensi selanjutnya
terganggu. d. Bersedia pasien. terhadap pasien.
menceritakan c. Perkenalkan diri dengan
TUK 1 : perasaannya sopan.
Pasien dapat e. Bersedia d. Tanyakan nama lengkap dan
membina mengungkapkan nama panggilan yang disukai
hubungan saling masalah. pasien.
percaya. e. Jelaskan tujuan pertemuan.
f. Membuat kontrak topik,
waktu dan tempat setiap kali
bertemu pasien.
g. Tunjukkan sikap empati dan
menerima pasien apa adanya.
h. Beri perhatian kepada pasien
dan perhatian kebutuhan
dasar pasien.
TUK 2 : Kriteria Evaluasi : Diskusikan persepsi pasien tentang Kekuatan ego tingkat
Mengidentifikasi Pasien dapat citra tubuhnya : dulu dan saat ini, tertentu, seperti
citra tubuh mengidentifikasi citra perasaan tentang citra tubuhnya dan kapasitas untuk uji
pasien. tubuhnya. harapan terhadap citra tubuhnya saat realitas, kontrol diri,
ini. atau tingkat integritas
ego, dibutuhkan
sebagai dasar asuhan
keperawatan
kemudian.

TUK 3 : Kriteria Hasil : Diskusikan potensi bagian tubuh Memfasilitasi dengan


Pasien dapat Pasien dapat yang lain. memanfaatkan
mengidentifikasi mengidentifikasi kelebihan.
potensi (aspek potensi positif yang Keterbukaan dan
positif) dirinya. dimiliki. tentang pengertian
kemampuan yang
dimiliki adalah
prasyarat untuk
berubah. Pengertian
tentang kemampuan
yang dimiliki diri
memotivasi pasien
untuk tetap
mempertahankan
penggunaannya.
TUK 4 : Kriteria Hasil : 4.1 Bantu pasien untuk meningkatkan Pasien lebih percaya
Pasien dapat Pasien tahu bagaimana fungsi bagian tubuh yang diri.
mengetahui meningkatkan citra terganggu.
cara-cara atau tubuh.
tindakan untuk
meningkatkan
citra tubuh.
TUK 5 : Kriteria Hasil : Ajarkan pasien meningkatkan citra Pasien bertanggung
Pasien dapat Pasien tubuh dengan cara : jawab terhadap
melakukan cara- mendemonstrasikan 5.1 Gunakan protese, wig, kosmetik dirinya dalam
cara untuk tindakan yang akan atau yang lainnya sesegera meningkatkan citra
meningkatkan mengurangi gangguan mungkin. Gunakan pakaian yang tubuh.
citra tubuh. citra tubuhnya. baru.
5.2 Motivasi untuk melihat bagian Motivasi penting
yang hilang secara lengkap. untuk meningkatkan
5.3 Bantu pasien menyentuk bagian rasa percaya diri
tersebut. pasien.
5.4 Motivasi pasien untuk melakukan
aktivitas yang mengarah pasa
pembentukan tubuh yang ideal.

TUK 6 : Kriteria Hasil: Lakukan interaksi secara bertahap Agar pasien lebih
dengan cara : percaya diri
Pasien dapat Pasien merasa dirinya
berinteraksi berharga dan dapat 6.1 Susun jadwal kegiatan sehari-
dengan orang lain berinteraksi tanpa hari.
Setelah dapat
tanpa terganggu. gangguan. 6.2 Dorong pasien untuk melakukan
berinteraksi dengan
aktifitas sehari-hari dan terlibat
orang lain dan
dalam aktifitas keluarga dan
memberi kesempatan
sosial.
pasien dalam
6.3 Dorong pasien untuk
mengikuti aktifitas,
mengunjungi teman atau orang
pasien merasa lebih
lain yang berarti/mempunyai
percaya diri.
peran penting baginya.
6.4 Beri pujian terhadap
keberhasilan pasien melakukan Motivasi penting
interaksi. untuk meningkatkan
rasa percaya diri
pasien.
TUK 7 : Kriteria Evaluasi : 7.1 Jelaskan dengan keluarga Keluarga merupakan
tentang gangguan citra tubuh sistem pendukung
Pasien mendapat 1. Keluarga dapat
yang terjadi pada pasien utama bagi pasien
dukungan mengenal masalah
7.2 Jelaskan kepada keluarga cara dan merupakan
keluarga untuk gangguan citra mengatasi gangguan citra tubuh. bagian penting dari
mengontrol tubuh. 7.3 Menyediakan fasilitas untuk rehabilitasi pasien.
gangguan citra 2. Keluarga memenuhi kebutuhan pasien
tubuh pasien. mengetahui cara dirumah.
mengatasi 7.4 Memfasilitasi interaksi dirumah
masalah gangguan 7.5 Melaksanakan kegiatan di rumah
citra tubuh. dan sosial.
3. Keluarga mampu 7.6 Memberikan pujian atas kegiatan
merawat pasien yang telah dilakukan pasien.
gangguan citra 7.7 Ajarkan kepada keluarga untuk
tubuh. mengevaluasi perkembangan
4. Keluarga mampu kemampuan pasien, seperti
mengevaluasi pasien mampu menyentuh dan
kemampuan melihat anggota tubuh yang
pasien dan terganggu, melakukan aktifitas
memberikan dirumah dan masyarakat tanpa
pujian atas hambatan.
keberhasilannya. 7.8 Berikan pujian yang realistis
terhadap keberhasilan keluarga.
7.9 TAK: stimulasi persepsi HDR.
D. Implementasi dan Evaluasi

Dx Kep Implementasi Evaluasi


Gangguan konsep diri: citra tubuh 1.1 Membina hubungan saling percaya Pasien menunjukkan tanda-tanda
berhubungan dengan koping keluarga dengan mengemukakan prinsip percaya kepada perawat melalui :
inefektif. komunikasi terapeutik. a. Ekspresi wajah cerah, tersenyum
a. Mengucapkan salam terapeutik. b. Mau berkenalan
Sapa pasien dengan ramah, baik c. Ada kontak mata
verbal maupun non verbal. d. Bersedia menceritakan perasaannya
b. Menjabatkan tangan dengan e. Bersedia mengungkapkan masalah
pasien.
c. Memperkenalkan diri dengan
sopan.
d. Menanyakan nama lengkap dan
nama panggilan yang disukai
pasien.
e. Menjelaskan tujuan pertemuan.
f. Membuat kontrak topik, waktu
dan tempat setiap kali bertemu
pasien.
g. Menunjukkan sikap empati dan
menerima pasien apa adanya.
h. Memberi perhatian kepada
pasien dan perhatian kebutuhan
dasar pasien.
2.1 Mendiskusikan persepsi pasien Pasien dapat mengidentifikasi citra
tentang citra tubuhnya : dulu dan saat tubuhnya.
ini, perasaan tentang citra tubuhnya dan
harapan terhadap citra tubuhnya saat ini.
3.1 Mendiskusikan potensi bagian tubuh Pasien dapat mengidentifikasi potensi
yang lain. positif yang dimiliki
4.1 Membantu pasien untuk Pasien tahu bagaimana meningkatkan
meningkatkan fungsi bagian tubuh yang citra tubuh
terganggu.
5.1 Mengajarkan pasien meningkatkan Pasien mendemonstrasikan tindakan
citra tubuh dengan cara : yang akan mengurangi gangguan citra
a. Menggunakan protese, wig, tubuhnya.
kosmetik atau yang lainnya
sesegera mungkin. Gunakan
pakaian yang baru.
b. Memotivasi untuk melihat
bagian yang hilang secara
lengkap.
c. Membantu pasien menyentuk
bagian tersebut.
d. Memotivasi pasien untuk
melakukan aktivitas yang
mengarah pasa pembentukan
tubuh yang ideal
6.1 Melakukan interaksi secara bertahap Pasien merasa dirinya berharga dan
dengan cara : dapat berinteraksi tanpa gangguan

a. Menyusun jadwal kegiatan


sehari-hari.
b. Mendorong pasien untuk
melakukan aktifitas sehari-hari
dan terlibat dalam aktifitas
keluarga dan sosial.
e. Mendorong pasien untuk
mengunjungi teman atau orang
lain yang berarti/mempunyai
peran penting baginya.
f. Memberi pujian terhadap
keberhasilan pasien melakukan
interaksi.
7.1 Menjelaskan dengan keluarga 1. Keluarga dapat mengenal masalah
tentang gangguan citra tubuh yang gangguan citra tubuh.
terjadi pada pasien 2. Keluarga mengetahui cara
7.2 Menjelaskan kepada keluarga cara mengatasi masalah gangguan citra
mengatasi gangguan citra tubuh. tubuh.
7.3 Menyediakan fasilitas untuk 3. Keluarga mampu merawat pasien
memenuhi kebutuhan pasien gangguan citra tubuh.
dirumah. 4. Keluarga mampu mengevaluasi
7.4 Memfasilitasi interaksi dirumah kemampuan pasien dan
7.5 Melaksanakan kegiatan di rumah memberikan pujian atas
dan sosial. keberhasilannya
7.6 Memberikan pujian atas kegiatan
yang telah dilakukan pasien.
7.7 Mengajarkan kepada keluarga
untuk mengevaluasi
perkembangan kemampuan pasien,
seperti pasien mampu menyentuh
dan melihat anggota tubuh yang
terganggu, melakukan aktifitas
dirumah dan masyarakat tanpa
hambatan.
7.8 Memberikan pujian yang realistis
terhadap keberhasilan keluarga.
7.9 TAK: stimulasi persepsi HDR.
E. DOKUMENTASI

Pendokumentasian dilakukan sesuai dengan format yang telah


dibuat dan ditentukan. Contoh format pendokumentasian :
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Citra tubuh adalah suatu cara dimana individu dapat membayangkan
tubunya baik secara sadar maupun tidak sadar meliputi berbagai ukuran,
fungsi, penampilan dan potensi tubuh berikut bagian-bagiannya. Istilah
lainnya sebagai kesatuan beberapa sikap peroragangan, baik yang disadari
ataupun tidak disadari yang tertuju untuk dirinya. Sketsa diri kita menunjukan
bahw harga diri dan kualitas hidup positif tidak selalu berarti citra tubuh
positif. Dalam penangan pasien yang mengalami gangguan cita tubuh kita
sebagai calon perawat perlu mengetahui tahapan demi tahapan pelaksanaan
dalam pembuatan asuhan keperawatan untuk mencapai perencanaan yang
sudah ditetapkan. Diataranya terdiri dari mulai tahap pengkajian, perumusan
masalah, rencana keperawatan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi.

B. Saran
Bagi mahasiswa keperawatan diharapkan dapat memanfaatkan
makalah ini untuk menambah pengetahuan tentang pembuatan Asuhan
Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Gangguan Citra Tubuh pembuatan
Asuhan Keperawatan dapat membantu dan mempercepat dalam proses
perencanaan asuhan keperawatan untuk mendapatkan hasil evaluasi yang
sesuai harapan pada Keperawatan Jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

Sutejo. 2018. Keperawatan Jiwa Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan


Kesehatan Jiwa Gangguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.

Yusuf, Ah. dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai