Anda di halaman 1dari 7

STRATEGI PELAKSANAAN PASIEN PERILAKU KEKERASAN

1. Proses Keperawatan

1) Kondisi klien

Klien tenang, kooperatif, klien mampu menjawab semua pertanyaan yang


diberikan.

2) Diagnosa keperawatan

Resiko perilaku kekerasan

3) Tujuan khusus

a. Pasien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan

b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan

c. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah


dilakukannya

d. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang


dilakukannya

e. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah atau mengendalikan perilaku


kekerasan

4) Tindakan keperawatan

SP 1 Klien :

Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab marah,


tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat
dan cara mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama
(latihan nafas dalam).

2. Strategi komunikasi

a. Fase orientasi

“Assalamualaikum, selamat siang bu, perkenalkan nama saya Anggie Indah,


saya biasanya senang dipanggil Anggie. Saya mahasiswa dari Akademi
Keperawatan RSP TNI AU Jakarta, yang selama 15 hari kedepan akan
memberikan terapi kepada ibu. Saya boleh tau siapa nama ibu dan senang
dipanggil siapa?”
“Bagaimana perasaan ibu sekarang? Apakah masih ada perasaan kesal atau
marah?”

“Baiklah ibu, bagaimana kalau sekarang kita akan berbincang-bincang


tentang perasaan marah yang sewaktu-waktu ibu rasakan itu. Apakah ibu
mau untuk mengobrol dengan saya?”

“Baiklah kalau begitu kita akan mulai ya bu, sebelumnya ibu ingin
berbincang-bincang selama berapa menit?”

“Untuk tempatnya kita lakukan disini saja atau ibu ingin pindah ke tempat
lain?”

b. Fase Kerja

“Apa ibu sebelumnya pernah merasakan perasaanya jadi kesal atau marah?”

“kira-kira apa yang bikin ibu jadi marah?”

“apa yang ibu rasakan? Apakah rasanya dada ibu itu berdebar-debar, atau
misalnya ibu langsung melotot melihat sekeliling, dan tangan ibu
mengepal seperti ibu ingin memukul sesuatu?

“lalu apa yang ibu lakukan setelahnya”

“apakah dengan setelah ibu marah dan melempar barang seperti ibu,
perasaannya jadi lebih tenang?”

“kalau menurut ibu apa tidak ada cara lain selain ibu marah?”

“nah kalau begitu, apakah ibu mau saya ajarkan cara lain yang lebih baik
selain marah/’

“jadi sekarang ibu mau ya belajar sama saya untuk mengungkapkan


perasaan marah ibu dengan cara yang lebih baik?”

“nah ibu, ada beberapa cara fisik untuk mengendalikan rasa marah itu.
Untuk hari ini kita belajar cara 1 dulu ya, nanti kalau ibu sudah bisa
melakukan cara ini, kita lanjut ke cara yang selanjutnya. Sepakat ya bu?”

“begini ibu, untuk cara pertama yang bisa ibu lakukan itu adalah tarik nafas
dalam bu. Bagaiman cara melakukannya yaitu ketika ibu mulai merasakan
tanda-tanda ibu akan marah, perasaan ibu tidak enak, maka ibu silahkan
ambil posisi nyaman terlebih dahulu, lebih bagus dilakukan pada posisi
duduk ya bu. Kemudian ibu mulai tarik nafas dari hidung, tarik nafas yang
sedikit lebih dalam, kemudian buang perlahan lewat mulut ya bu. Nah jadi
setiap ibu merasa kesal ibu bisa lakukan cara ini sebanyak 3 kali.
Bagaimana bu? Saya praktekkan terlebih dahulu kemudian setelah itu ibu
yang coba lakukan ya’

“nah ibu, bagus sekali. Saya liat ibu sudah paham bagaimana melakukan
tarik nafas dalam ini. Bagus sekali bu. Jadi sekarang saya minta sama ibu
untuk lakukan ini secara rutin setiap ibu mulai merasakan ingin marah ya
bu. Tujuannya untuk mengontrol diri ibu agar terbiasa dan tidak
mengekspresikan kemarahan dengan cara yang merugikan ya bu”

c. Fase Terminasi

“ibu, bagaimana sekarang perasaan ibu setelah berbincang-bincang tentang


kemarahan yang ibu rasakan?”

“baik ibu, coba sekarang ibu sebutkan penyebab ibu bisa marah dan yang
ibu rasakan, kemudian sebutkan apa yang ibu lakukan serta akibatnya”

“baik jadi ibu sudah paham ya. Nah ibu sekarang untuk tarik nafas dalam
tadi kita masukan ke jadwal harian ya bu. Ibu mau tulis sendiri?”

“oke kalau begitu bu, ini sudah saya masukkan ke jadwal harian ibu ya. Ibu
mau lakukan ini berapa kali dalam sehari dan di jam berapa ibu ingin
lakukan?”

“kalau begitu untuk pagi saya tulis di jadwal jam 09.00, dan untuk sore hari
saya tulis jam 5 sore ya bu”

“nah ibu misalnya kalau cara ini ibu lakukan secara mandiri, ibu ibu
tuliskan M di jadwal ya, dan apabila dibantu maka tuliskan B. Paham ya
bu?”

“baiklah bu. Untuk latihan cara selanjutnya bagaimana jika besok? Kalau
bersedia ibu ingin kita belajar jam berapa dan tempatnya dimana?”

“baik bu kalau begitu sekarang saya permisi dulu ya bu”

SP 2 Klien

Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik cara ke-2 (memukul bantal)

a. Fase Orientasi
“Selamat pagi ibu, sesuai dengan janji saya kemarin untuk hari ini kita akan
latihan cara fisik yang kedua yaitu latihan memukul bantal ya ibu”

“Bagaimana perasaan ibu saat ini, adakah yang menyebabkan ibu marah?”

“Baiklah kalau begitu bu, kita akan langsung saja mulai latihan fisiknya
untuk cara yang kedua ya”

“Ibu mau latihan ini selama berapa menit? 10 menit apakah ibu mau?”

“Baik tempatnya ibu mau disini saja dan kita latihan selama 10 menit ya bu”

b. Fase Kerja

“Jadi begini bu, kalau misalnya ada yang menyebabkan ibu marah dan
muncul perasaan kesal, perasaan jadi berdebar-debar, selain cara yang saya
ajarkan sebelumnya yaitu tarik nafas dalam, yang ibu bisa lakukan selain
itu adalah memukul bantal ya bu”

“Sekarang mari kita lakukan latihan untuk memukul bantal ya bu. Boleh
saya tau dimana letak kamar ibu? Baik ibu jadi nanti semisal ibu
merasakan perasaan marah yang tidak bisa tertahan ibu bisa langsung pergi
ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul bantal
sampai perasaan marah ibu berkurang. Nah sekarang coba ibu praktekkan”

“Nah bagus pintar sekali ya ibu sudah bisa mempraktekkan cara kedua ini”

“Cara ini bisa ibu lakukan setiap ibu ingin marah ya bu”

c. Fase Terminasi

“Sekarang bagaimana perasaan ibu setelah latihan cara menyalurkan marah


tadi bu?”

“Ada berapa cara yang sudah kita pelajari bu? Baik ternyata ibunya ingat ya
bagus sekali”

“Mari kita masukkan cara memukul bantal ini kedalam jadwal ibu ya. Ibu
mau melakukan cara ini di jam berapa saja? Baik kegiatan ini ibu ingin
lakukan di jam 10 pagi dan jam 6 sore ya bu”

“Untuk besok kita akan ketemu lagi ya bu dengan latihan cara fisik yang
ketiga. Ibu bersedia kan? Baik ibu maunya jam berapa lalu tempatnya
dimana? Jadi ibu besok mau bertemu saya lagi jam 11 siang ya bu
tempatnya kita lakukan disini lagi”
“Kalau begitu saya permisi ya bu selamat pagi”

SP 3 Klien

Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal : Latihan


mengungkapkan rasa marah secara verbal dengan menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik

a. Fase Orientasi

“Selamat siang ibu, sesuai janji kemarin ya bu kita hari ini mau latihan cara
menyalurkan marah yang ketiga yaitu latihan secara verbal”

“Sebelumnya, bagaimana dengan latihan nafas dalam kemarin? Apakah


sudah dilakukan? Saya lihat dulu sini jadwalnya”

“Wah bagus sekali ya ibu melakukan sesuai jadwal yang sudah kita buat”

“Karena ibu sudah rutin untuk latihan sesuai jadwal, jadi hari ini kita lanjut
untuk cara yang ketiga ya bu, yaitu mengontrol marah dengan cara verbal”

“10 menit waktunya cukup ya bu? Baik langsung saja kita mulai”

b. Fase Kerja

“Nah sekarang itu kita latihannya cara bicara yang baik untuk mencegah
marah. Kalau marah itu sudah disalurkan melalui tarik nafas dalam atau
pukul bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang
membuat kita marah bu. Untuk caranya itu ada 3 :

1) Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta
tidak menggunakan kata-kata kasar.

2) Menolak dengan baik apabila ada yang suka menyuruh ibu dan ibu tidak
ingin melakukannya. Contoh seperti ini bu : maaf saya tidak bisa
melakukannya karena sedang ada kerjaan”

3) Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang


membuat kesal ibu dapat mengatakan seperti ini bu : Saya jadi ingin marah
karena dengar perkataanmu tadi itu.

“Nah coba ibu praktekkan terlebih dahulu seperti yang saya ajarkan tadi itu”

“Baik ibu sudah bisa ya menyusun kata-katanya seperti itu bagus sekali”
c. Fase Terminasi

“Bagaimana perasaannya bu setelah kita latihan cara ketiga ini? Jadi jauh lebih
lega ya bu”

“Coba ibu sebutlkan lagi ada berapa cara di latihan yang ketiga ini”

“Baik benar sekali ibu ada 3 cara. Bagus ibu sudah hafal ya”

“Sekarang mari kita masukkan lagi kedalam jadwal harian ibu ya. Berapa kali
ibu ingin latihan bicara yang baik?”

“Baiklah ibu mau latihan di jam 2 siang dan jam 4 sore ya bu”

“Ibu untuk besok kita akan ketemu lagi ya untuk lakukan cara yang
selanjutnya. Ibu mau jam berapa?”

“Seperti hari ini ya bu berarti ibu ingin latihan jam 11 siang seperti hari ini”

“Kalau begitu saya permisi dulu ya bu selamat siang”

SP 4 Klien

Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat : Latih pasien minum obat
secara teratur dengan prinsip 5 benar (benar nama obat, benar waktu minum obat,
dan benar dosis)

a. Fase Orientasi

“Selamat siang bu, sesuai dengan janji saya yang kemarin hari ini kita ketemu
lagi ya”

“Bagaimana bu sudah dilakukan belum yang kemarin saya ajarkan untuk tarik
nafas dalam dan pukul bantal serta latihan menolak secara baik?”

“Bagus sekali ya semuanya sudah dilakukan sesuai jadwal. Nah kalau begitu
hari ini kita lanjut untuk latihan tentang cara minum obat yang benar untuk
mengontrol rasa marah. Ibu maunya berapa menit?”

“Baik 10 menit ya kita lakukan dimana bu? Baik disini saja ya”

b. Fase Kerja

“Ibu sudah dapat obat dari dokter kan?”


“Berapa macam obat yang ibu minum? Warnanya apa saja? Bagus ibu sudah
tau ya. Ibu minum di jam berapa saja untuk semua obat ini?”

“Obatnya ada 2 macam ya bu, yang warna putih ini namanya Trihexyphenidyl
yang gunanya untuk lebih rileks dan tidak tegang ya bu, dan yang satunya ini
namanya Onzapin gunanya untuk membantu pikiran jadi lebih tenang dan
tidak merasa gelisah ya bu. Obatnya ini bermacam-macam ya bu untuk yang
Onzapin diminum 1 hari sekali setelah makan dan untuk yang
Trihexyphenidyl diminum 2 kali sehari setelah makan yaitu siang dan sore”

“Nanti sebelum minum obat harus dilihat dulu tabel di kotak obat apakah benar
nama ibu tertulis disitu dan berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja
obat itu diminum. Jangan lupa baca juga nama obatnya apakah sudah benar”

“Jangan berhenti minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya bu.


Sekarang mari kita masukan jadwal minum obat ibu kedalam jadwal harian”

c. Fase Terminasi

“Bagaimana perasaannya bu setelah kita ngobrol-ngobrol tentang cara minum


obat yang benar?”

“Coba sekarang ibu sebutkan lagi nama obatnya dan jam berapa harus
diminum”

“Nah iya ibu pintar sekali ya ternyata sudah benar”

“Baik bu untuk hari ini pertemuan kita cukup, dan untuk besok kita ketemu lagi
ya bu untuk melihat sejauh man ibu melaksanakan kegiatan yang sudah
terjadwal dan sudah kita sepakati. Saya permisi dulu bu selamat siang”

Anda mungkin juga menyukai