Anda di halaman 1dari 25

TUGAS KEPERAWATAN JIWA

TENTANG
“ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN CITRA TUBUH”

DOSEN PEMBIMBING
Ns. NOVI HERAWATI, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.Jiwa

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2 III-A:

1. AYU NELVAL SARI


2. CHIKA RAHAYU
3. CICI AFRIANI
4. DEFITA SARI
5. DINDA PUTRI KHARISMA
6. ETHIKA HONESTY
7. FITRI RHAMADANI
8. GITA SONIA
9. SILSI DWI WAHYUNI
10. YULI KURNIATI

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG


PRODI D-III KEPERWATAN SOLOK
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.Penyusunan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Jiwa yang berjudul
tentang “ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN CITRA TUBUH”.Selain itu
bertujuan untuk memberikan informasi dan menambah wawasan tentang proses keperwatan
gangguan citra tubuh.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada ibu selaku dosen
pembimbing mata kuliah Keperawatan Jiwa .

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dalam
penulisan maupun penyusunan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang membangun demi kesempurnaan makalah ini dan memperbaiki kesalahan
dimasa yang akan datang.

Solok, Desember 2019

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan
tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan persaan tentang ukuran, bentuk, fungsi
penampilan, dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan
di modifikasi dengan pengalaman baru setiap individu. (Stuart and Sundeen dalam
Muhith, 2015:84).
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan, serta pendirian
yang diketahui individu tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain. Konsep diri belum muncul saat bayi, tetapi mulai
berkembang secara bertahap. Bayi mampu mengenal dan membedakan dirinya
dengan orang lain serta mempunyai pengalaman dalam berhubungan dengan orang
lain. Konsep diri dipelajari melalui pengalaman pribadi setiap individu, hubungan
dengan orang lain, dan interaksi dengan dunia di luar dirinya. Memahami konsep diri
penting bagi perawat karena asuhan keperawatan diberikan secara utuh bukan hanya
penyakit tetapi menghadapi individu yang mempunyai pandangan, nilai dan pendapat
tertentu tentang dirinya. (Yusuf, 2015: 92)
Citra tubuh adalah kumpulan sikap individu baik yang disadari maupun tidak
terhadap tubuhnya, termasuk persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran,
fungsi, keterbatasan, makna, dan objek yang kontak secara terus-menerus (anting,
make up, pakaian, kursi roda, dan sebagainya) baik masa lalu maupun sekarang. Citra
tubuh merupakan hal pokok dalam konsep diri. Citra tubuh harus realistis karena
semakin seseorang dapat menerima dan menyukai tubuhnya ia akan lebih bebas dan
merasa aman dari kecemasan sehingga harga dirinya akan meningkat. Sikap individu
terhadap tubuhnya mencerminkan aspek penting dalam dirinya misalnya perasaan
menarik atau tidak, gemuk atau tidak, dan sebagainya. (yusuf, 2015: 93)
Citra tubuh adalah sikap, persepsi keyakinan, dan pengetahuan individu secara
sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu: ukuran, bentuk, struktur, fungsi,
ketrbatasan, makna objek yang kontak secara terus menerus (anting, make up, lensa
kontak, pakaian, kursi roda) dari masa lalu maupun sekarang.

3
Ganguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, keterbatasan, makna dan objek
yang sering kontak dengan tubuh. Pandangan yang realistis terhadap dirinya
menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih rasa aman sehingga terhindar
dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri. (Keliat dalam Muhith, 2015:85).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu gangguan citra tubuh ?
2. Seperti apa proses terjadinya gangguan citra tubuh ?
3. Seperti apa proses keperwatanya ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa itu gangguan citra tubuh
2. Untuk mengetahui seperti apa proses terjadinya gangguan citra tubuh
3. Untuk mengetahui seperti apa proses keperwatanya

4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 3
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 6
I. KONSEP DASAR GANGUAN CITRA TUBUH ............................................................. 6
A. Definisi .......................................................................................................................... 6
B. Rentang Respon............................................................................................................. 7
C. Faktor Penyebab ........................................................................................................... 7
D. Proses Terjadinya .......................................................................................................... 9
E. Tanda Dan Gejala .......................................................................................................... 9
F. Mekanisme Koping ...................................................................................................... 11
G. Penatalaksanaan .......................................................................................................... 12
II. ASUHAN KEPERAWATAN ......................................................................................... 13
A. Pengkajian ................................................................................................................... 13
B. Pohon Masalah ............................................................................................................ 15
C. Diagnosa ...................................................................................................................... 15
D. Intervensi ..................................................................................................................... 15
E. Implementasi ............................................................................................................... 17
F. Evaluasi........................................................................................................................ 23
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 24
A. KESIMPULAN ............................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 25

5
BAB II
PEMBAHASAN

I. KONSEP DASAR GANGUAN CITRA TUBUH

A. DEFINISI
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar.
Sikap ini mencakup persepsi dan persaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan, dan
potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan di modifikasi dengan
pengalaman baru setiap individu. (Stuart and Sundeen dalam Muhith, 2015:84).
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan, serta pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan memengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain. Konsep diri belum muncul saat bayi, tetapi mulai berkembang secara bertahap.
Bayi mampu mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain serta mempunyai
pengalaman dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri dipelajari melalui
pengalaman pribadi setiap individu, hubungan dengan orang lain, dan interaksi dengan dunia
di luar dirinya. Memahami konsep diri penting bagi perawat karena asuhan keperawatan
diberikan secara utuh bukan hanya penyakit tetapi menghadapi individu yang mempunyai
pandangan, nilai dan pendapat tertentu tentang dirinya. (Yusuf, 2015: 92)
Citra tubuh adalah kumpulan sikap individu baik yang disadari maupun tidak terhadap
tubuhnya, termasuk persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran, fungsi, keterbatasan,
makna, dan objek yang kontak secara terus-menerus (anting, make up, pakaian, kursi roda,
dan sebagainya) baik masa lalu maupun sekarang. Citra tubuh merupakan hal pokok dalam
konsep diri. Citra tubuh harus realistis karena semakin seseorang dapat menerima dan
menyukai tubuhnya ia akan lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan sehingga harga
dirinya akan meningkat. Sikap individu terhadap tubuhnya mencerminkan aspek penting
dalam dirinya misalnya perasaan menarik atau tidak, gemuk atau tidak, dan sebagainya.
(yusuf, 2015: 93)
Citra tubuh adalah sikap, persepsi keyakinan, dan pengetahuan individu secara sadar
atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu: ukuran, bentuk, struktur, fungsi, ketrbatasan, makna
objek yang kontak secara terus menerus (anting, make up, lensa kontak, pakaian, kursi roda)
dari masa lalu maupun sekarang.
Ganguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh
perubahan ukuran, bentuk, struktur, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak
dengan tubuh. Pandangan yang realistis terhadap dirinya menerima dan mengukur bagian

6
tubuhnya akan lebih rasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga
diri. (Keliat dalam Muhith, 2015:85).

B. RENTANG RESPON

a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang kosnep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima
b. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari
dirinya.
c. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan
merasa lebih rendah dari orang lain.
d. Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek
identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian
pada masa dewasa yang harmonis.
e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain.

C. FAKTOR PENYEBAB
Faktor predisposisi
Faktor predisposisi menurut Juita (2016) yaitu sebagai berikut:
1. Faktor biologis
menyatakan bahwa faktor genetik turut mempengaruhi terhadap ketidak puasan tubuh
pada seseorang. Faktor biologis yang paling menonjol terkait dengan ketidak puasan
tubuh adalah ukuran dan bentuk tubuh, namun hal tersebut bukan merupakan faktor
pemicu utama, interaksi antara ukuran tubuh dan sikap sosial negatif serta

7
diskriminasi yang terkait dengan ukuran tubuh merupakan faktor yang juga
berpengaruh.
2. Faktor psikologis
Faktor psikologis sangat dipengaruhi oleh kedaan depresi, rendah diri, dan ketik
sempurnaan yang dirasakan seseorang. Depresi dan rendah diri berkontribusi terhadap
pandangan negatif tentang diri termasuk tubuh seserang. Sebuah penelitian
menyebutkan bahwa deprsesi sering ditemukan sebagai faktor resiko ketidak puasan
tubuh pada anak laki-laki sementara rendah diri ditemukan menjadi faktor resiko pada
anak perempuan.
3. Sosial budaya
individu yang mengalami keterlambatan perkembangan atau situasi yang
menyebabakan tertundanya tugas perkembangan dapat mengakibatkan individu
memiliki konsep diri yang negatif (Bolton,2010).Sebuah penelitian menujukkan
bahwa pengaruh negatif dan tekanan lingkungan sosial berpengaruh terhadap
pandangan individu tentang citra tubuh, proses ini difasilitasi oleh perbandingan dari
orang lain termasuk teman sebaya atau media yang semakin mempertinggi perbedaan
diri sendiri dengan orang lain serta ideal diri. (schutz et al, 2002).

Sedang kan faktor yang mempengaruhi gangguan citra tubuh menurut AHN Yusuf (2015)
yaitu :
Faktor predisposisi :
a. Kehilangan/kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi).
b. Perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh (akibat tumbuh kembang atau
penyakit).
c. Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan fungsi tubuh.
d. Proses pengobatan, seperti radiasi dan kemoterapi
faktor presipitasi :
a. Trauma.
b. Ketegangan peran.
c. Transisi peran perkembangan.
d. Transisi peran situasi.
e. Transisi peran sehat-sakit.

8
D. PROSES TERJADINYA
Respon Klien terhadap Gangguan Citra Tubuh
1. Respon terhadap kelainan bentuk atau keterbatasan dapat berupa:
a. Respon penyesuaian
Menunjukkan rasa sedih dan duka cita (rasa shock, kesangsian, pengingkaran,
kemarahan, rasa bersalah atau penerimaan)
b. Respon mal-adaptip
Lanjutan terhadap penyangkalan yang berhubungan dengan kelainan bentuk atau
keterbatasan yang tejadi pada diri sendiri. Perilaku yang bersifat merusak, berbicara
tentang perasaan tidak berharga atau perubahan kemampuan dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan.
2. Respon terhadap pola kebebasan – ketergantungan dapat berupa:
a. Respon penyesuaian
Merupakan tanggung jawab terhadap rasa kepedulian (membuat keputusan)
dalam mengembangkan perilaku kepedulian yang baru terhadap diri sendiri,
menggunakan sumber daya yang ada, interaksi yang saling mendukung dengan
keluarga.
b. Respon mal-adaptip
Menunjukkan rasa tanggung jawab akan rasa kepeduliannyaterhadap yang lain
yang terus-menerus bergantung atau dengan keras menolak bantuan.
3. Respon terhadap Sosialisasi dan Komunikasi dapat berupa:
a. Respon penyesuaian
Memelihara pola sosial umum, kebutuhan komunikasi dan menerima tawaran
bantuan, dan bertindak sebagai pendukung bagi yang lain.
b. Respon mal-adaptip
Mengisolasikan dirinya sendiri, memperlihatkan sifat kedangkalan kepercayaan
diri dan tidak mampu menyatakan rasa (menjadi diri sendiri, dendam, malu, frustrasi,
tertekan) (Carol, 1997).

E. TANDA DAN GEJALA

Nanda (2015) menyatakan tanda dan gejala yang mungkin ditemukan pada klien
dengan gangguan citra tubuh adalah berfokus pada masa lalu dan kekuatan sebelumnya,
berfokus pada penampilan masa lalu, depersonalisasi bagian tubuh, deprsonalisasi
kehilangan, gangguan fungsi tubuh, ganguan pada gangguan tubuh, ganguan struktur,

9
memperluas batasan tubuh, menonjolkan kemampuan yang masih ada menekankan
pencapaian, persepsi yang merefleksikan perubahan pandangan tentang penampilan,
menghindari untuk melihat tubuh, menghindari untuk menyentuh tubuh, menolak penerima
perubahan, menyembunyikan bagian tubuh, perasaan yang negatif, berfokus pada tubuh,
perubahan gaya hidup, dan perubahan pada lingkungan sosial. (Manawi, 2016: 13)

Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menujukkan tanda dan gejala
(keliat dalam muhith, 2015: 86) adalah seperti berikut:
Respon klien adaptif :
- Syok psikologis
Merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat terjadi pada saat
pertama tindakan. Syok psikologis digukan sebagai reaksi terhadap ansietas.
Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat klien
menggunakan mekanisme petahanan diri seprti mengingkari, menolak, dan proyeksi
untuk mempertahankan keseimbangan diri.
- Menarik diri
Klien menjadi sadar aka kenyataan, ingin lari dari kenyataan, tetapi karena tidak
mungki maka klien lari atau menghindar secara emosional. Klien menjadi pasif,
tergantung, tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatanya.
- Penerimaan/pengakuan secara bertahap
Setelah klien sadar akan kenyataan, maka respon kehilangan atau berduka muncul.
Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri.
Respon klien maladaptif :
- Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah
- Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh
- Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi penarikan diri
- Perasaan atau pendangan negatif terhadap tubuh reokupasi dengan bagian tubuh atau
fungsi tubuh yang hilang
- Mengungkapkan keputus asaan
- Mengungkapkan ketakutan ditolak
- Depersonalisasi
- Menolak penjelasan tentang perubahan
Pada klien yang dirawat di rumah sakit :
Perubahan citra tubuh mungkin terjadi. Stresor pada tiap perubahan adalah:
10
- Pada perubahan ukuran: berat badan yang turun akibat penyakit
- Perubahan bentuk tubuh tindakan invasif seperti operasi, suntikan daerah pemasangan
infus
- Perubahan struktur: sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai dengan
pemasangan alat didalam tubuh
- Perubahan fungsi berbagai penyakit yang dapat merubah sistem tubuh
- Keterbatasan gerak, makan, dan kegiatan
- Makna dan obajek yang sering kontak : penampilan dan dandan berubah,
pemasangan alat pada tubuh klien (infus, traksi, respirator, suntik, pemeriksaa TTV
dll)
Masalah keperawatan yang mungkin timbul
- Ganguan citra tubuh
- Gangguan harga diri
Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas seseorang terhadap tubuhnya yang
diakibatkan oleh perubhan struktur, ukuran, bentuk, dan fungsi tubuh karena tidak sesuai
dengan yang diinginkan (keliat et.al, 2011). Sedangkan menurut carpernito moyet(2007)
gangguan citra tubuh merupakan suatu keadaan ketika individu mengalami atau beresiko
untuk mengalami gangguan dalam penyerapan citra diri seseorang.
Tanda dan gejala gangguan citra tubuh menurut Yusuf (2015) sebagai berikut :
a. Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu.
b. Menolak bercermin.
c. Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh.
d. Menolak usaha rehabilitasi.
e. Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat.
f. Menyangkal cacat tubuh.

F. MEKANISME KOPING
1. Pertahanan jangka pendek
a. Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis, seperti kerja
keras, nonton, dan lain-lain.
b. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, seperti ikut
kegiatan sosial, politik, agama, dan lain-lain.

11
c. Aktivitas yang sementara dapat menguatkan perasaan diri, seperti kompetisi
pencapaian akademik.
d. Aktivitas yang mewakili upaya jarak pendek untuk membuat masalah identitas
menjadi kurang berarti dalam kehidupan, seperti penyalahgunaan obat.

2. Pertahanan jangka panjang


a. Penutupan identitas
Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting bagi individu
tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, dan potensi diri individu.
b. Identitas negatif
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai-nilai harapan
masyarakat.

3. Mekanisme pertahanan ego


a. Fantasi
b. Disosiasi
c. Isolasi
d. Proyeksi
e. Displacement
f. Marah/amuk pada diri sendiri

G. PENATALAKSANAAN

1. Bina hubungan saling percaya dengan pasien.


2. Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya dahulu dan saat ini, perasaan dan
harapan terhadap citra tubuhnya saat ini.
3. Motivasi pasien untuk melihat bagian tubuh yang hilang secara bertahap, bantu pasien
menyentuh bagian tersebut.
4. Diskusikan aspek positif diri.
5. Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu.
6. Ajarkan pasien untuk meningkatkan citra tubuh dengan cara sebagai berikut.
a) Motivasi pasien untuk melakukan aktivitas yang mengarah pada pembentukan
tubuh yang ideal.

7. Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara sebagai berikut

12
a) Susun jadwal kegiatan sehari-hari
b) Motivasi pasien untuk melakukan sktivitas sehari-hari dan terlibat dalam
aktivitas keluarga dan sosial
c) Motivasi pasien untuk mengunjungi teman atau orang lain yang
berarti/mempunyai peran penting baginya
d) Beri pujian terhadap keberhasilan pasien dalam melakukan interaksi. (Sunarti,
2016: 3-4)

II. ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi,
penilaian stressor, sumberkoping yang dimiliki paien. Setiap melakukan pengajian
,tulis tempat pasien dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi:
a. Identitas pasien. Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, tanggal MRS, informan, tanggal pengkajian, No Rumah pasien dan
alamat pasien.
b. Keluhan utama/ Alasan MRS
Keluhan biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orag lain), komunikasi
kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak interaksi dengan orang
lain, tidak melakukan kegiatan sehari - hari, dependen
b. Faktor predisposisi. Meliputi Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan / frustasi berulang, tekanan dari
kelompok sebaya, perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba
misalnya harus dioperasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, PHK,
perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan, dituduh kkn,
dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai pasien/
perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
c. Aspek Fisik / Biologis
Meliputi hasil pengukuran tanda vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB)
dan keluhan fisik yang dialami oleh pasien.
d. Aspek Psikososial meliputi :
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi.
2) Konsep diri:
a) Citra tubuh

13
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan
terjadi.Menolakpenjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang
tubuh.Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan
keputusasaan, mengungkapkan ketakutan.
b) Identitas diri
Ketidakpastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan.
c) Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses
menua, putus sekolah, PHK
d) Ideal diri
Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya : mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
e) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri,
gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri,
dan kurang percaya diri. Pasien mempunyai gangguan / hambatan dalam
melakukan hubungasocial dengan orang lain terdekat dalam kehidupan,
kelempok yang diikuti dalam masyarakat.
f) Status Mental
Kontak mata pasien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata ,
kurang dapat memulai pembicaraan , pasien suka menyendiri dan kurang
mampu berhubungan dengan perawat.
g) Mekanisme Koping
Pasien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya
pada orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri).
h) Aspek Medik
Terapi yang diterima pasien bisa berupa therapy farmakologi ECT,
Psikomotor, therapy okupasional, TAK , dan rehabilitas.

14
B. POHON MASALAH

Efek
Harga diri rendah

Ganguan citra
Masalah utama
tubuh

Kehilangan
anggota tubuh Causa / penyebab

Sumber : Nurhalimah, 2016: 88.


C. DIAGNOSA
1. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
2. Risiko perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.
3. Gangguan konsep diri: citra tubuh berhubungan dengan koping keluarga inefektif.
4. Gangguan konsep diri: identitas personal berhubungan dengan perubahan penampilan
peran.

D. INTERVENSI
1. Tujuan
a. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
b. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
c. Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan.
d. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan.
e. Pasien dapat merencanakan kegiatan yang sudah dilatihnya.
2. Tindakan keperawatan
a. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.
1) Mendiskusikan bahwa pasien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek
positif seperti kegiatan pasien di rumah, serta adanya keluarga dan lingkungan
terdekat pasien.
2) Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan
pasien penilaian yang negatif.
b. Membantu pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
1) Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat
ini setelah mengalami bencana.

15
2) Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan
diri yang diungkapkan pasien.
3) Perlihatkan respons yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif.
c. Membantu pasien dapat memilih/menetapkan kegiatan sesuai dengan
kemampuan.
1) Mendiskusikan dengan pasien beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dan
dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.
2) Bantu pasien menetapkan aktivitas yang dapat pasien lakukan secara mandiri,
aktivitas yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga, dan aktivitas yang
perlu bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat pasien. Berikan
contoh cara pelaksanaan aktivitas yang dapat dilakukan pasien. Susun
bersama pasien dan buat daftar aktivitas atau kegiatan sehari-hari pasien.
d. Melatih kegiatan pasien yang sudah dipilih sesuai kemampuan.
1) Mendiskusikan dengan pasien untuk menetapkan urutan kegiatan (yang sudah
dipilih pasien) yang akan dilatihkan.
2) Bersama pasien dan keluarga memperagakan beberapa kegiatan yang akan
dilakukan pasien.
3) Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang diperlihatkan
pasien.
e. Membantu pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya.
1) Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan.
2) Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari.
3) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap
aktivitas.
4) Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama pasien dan keluarga.
5) Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan
kegiatan.
6) Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang dilakukan pasien.

16
E. IMPLEMENTASI

SP 1-Pasien
Membina hubungan saling percaya, mendiskusikan tentang citra tubuh,
penerimaan terhadap citra tubu,aspek positif dan cara meningkatkan citra tubuh.

Orientasi
Selamat pagi mbak, Selamat pagi mbak, perkenalkan nama saya perawat Lola disini
saya dinas pagi dari pukul 08.00-14.00 dan kebetulan saya yang merawat mbak pagi
ini. Mbak paling suka dipanggil dengan nama siapa?
Evaluasi validasi : bagaimana mbak perasaan mbak terhadap kaki mbak yang terkena
luka bakar pagi ini? Bagaimana penyembuhannya ? masih menimbulkan nyeri?
Kontrak
Topik : Baik mbak, mbak sudah menceritakan perasaan mbak pagi ini dan kedaan
mbak. Oke kita akan berbincang-bincang mengenai perasaan mbak terhadap tangan
mbak yang terkena luka bakar ini.
Waktu : berapa lama mbak mau berbincang-bincang dengan saya? 30 menit
bagaimana? Dari pukul 09.00-09.30
Tempat : dimana mbak mau bercerita dengan saya besok? Di ruangan ini saja? Baiklah
kalau mbak mau.

Kerja
Baiklah mbak sekarang sesuai dengan kontrak yang kita buat tadi, mbak bisa
menceritakan apa yang mbak rasakan setelah kejadian kemarin. Oh mbak merasa tidak

17
terima akan kejadin kemarin yang membuat tangan mbak terluka? Oke, mbak
sebelumnya tau tidak mengenai citra tubuh? Iya mbak saya coba jelaskan perlahan
disini bahwa citra tubuh yaitu persepsi atau perasaan mbak terhadap tubuh mbak.
Kalau menurut mbak gimana? Oh menurut mbak seperti itu ya. Mbak seperti yang
mbak dan saya lihat, terdapat perubahan warna, bentuk, dan kelemahan di tangan kanan
mbak, tetapi masih ada bagian lain yang dapat digunakan dengan baik mbak, misalnya
tangan kiri mbak yang tidak terkena luka bakar, bersyukur mbak dapat selamat dari
kebakaran kemarin dan tangan mbak yang terluka bukan seluruh tubuh yang terluka.
Wah ternyata masih ada banyak bagian tubuh mbak yang dapat berfungsi. Kalau begitu
bagian tubuh yang masih berfungsi dengan baik kita upayakan untuk berfungsi secara
maksimal sedangkan tangan mbak yang terluka kita coba aktifkan. Baik mbak, untuk
bisa tetap merasa berharga, mbak harus berani untuk melihat atau meraba bagian tangan
mbak yang terluka bahwa tangan mbak masih bisa berfungsi.
Terminasi
a) Evaluasi pasien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi pasien subjektif : setelah saya beri informasi, bagaimana perasaan
mbak? Saya lihat mbak cukup mengerti ya tentang citra tubuh
Evaluasi pasien objektif : dari penjelasan yang saya jelaskan, apa yang mbak
bisa dapatkan?
b) Kontrak yang akan datang
Topik : baiklah mbak besok kita akan berbincang bagaimana cara untuk
meningkatkan citra tubuh mbak.
Waktu : besok mbak bersedia jam berapa akan berbincang dengan saya?
Tempat : dimana mbak besok? Mau diruangan apa diluar?

18
SP 2-Pasien
Mengetahui cara untuk meningkatkan fungsi tubuh, memasukkan ke jadwal
harian.

Orientasi
Selamat pagi mbak, mbak pagi ini terlihat sedikit lebih segar di bandingkan kemarin,
sesuai dengan kontrak saya hari kemarin, di ruangan ini selama kurang lebih 15 menit
kedepan kita akan mencari cara untuk meningkatkan citra tubuh mbak.
Evaluasi validasi : bagaimana mbak perasaan mbak pagi ini? Bagaimana tidur mbak
malam tadi? Masih nyeri tidak mbak kalau dipegang luka nya?
Kontrak
Topik : Baik mbak, mbak sesuai kontrak kita kemarin,pagi ini kita akan mencari atau
menggali cara untuk meningkatkan fungsi tubuh mbak khususnya tangan yg terluka.
Waktu : kemarin kita sepakat selama 15 menit ya untuk pertemuan pagi ini?
Tempat : mbak mau ada di ruangan ini atau ingin berganti tempat sekarang? Silahkan
mbak mau dimana kita dapat berbincang pagi ini

Kerja
Coba mbak sebutkan apa yang mbak lakukan sebelum nya jika terdapat luka pada
tangan mbak, sebelum adanya luka bakar ini? Bagus mbak dapat menyebutkan hal yang
mbak lakukan. Apa yang mbak lakukan untuk mengurangi rasa malu? Baiklah mbak
ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu untuk mengurangi rasa malu karena
dilihat orang lain, mbak dapat menutupi bagian tangan mbak yang terluka, misalnya
menggunakan kaos lengan panjang yang dapat menutupi bagian luka di tangan mbak,

19
dan untuk mengembalikan fungsi tangan mbak, mbak dapat melatih tangan kanan
dengan bagian jari-jari yang masih berfungsi. Nah mbak mau cara yang mana yang mau
dicoba? Oke sementara mbak menutupi bagian tangan kanan mbak dengan kaos lengan
panjang, selain cara diatas mbak bisa bersosialisasi dengan keluarga atau kerabat dekat
melalui beberapa aktivitas yang membuat mbak mulai terbiasa dengan keadaan yang
sekarang. Mbak dapat masukkan kegiatan-kegiatan diatas di jadwal harian, misal hari
senin mengunjungi keluarga di kota A dengan kaos lengan panjang berwarna merah.
Terminasi
a) Evaluasi pasien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi pasien subjektif : setelah saya beri cara yang dapat meningkatkan
fungsi tubuh, bagaimana perasaan mbak?
Evaluasi pasien objektif : dari latihan yang kita lakukan tadi, apakah mbak
bisa mempraktekkannya ?
b) Kontrak yang akan datang
Topik : baiklah mbak besok kita akan latihan melakukan salah satu cara yang
dapat mbak lakukan untuk meningkatkan fungsi tubuh (tangan kanan)
Waktu : besok mbak bersedia jam berapa akan latihan dengan saya?
Tempat : dimana mbak besok? Mau diruangan apa diluar?

SP 3-Pasien
Mengevaluasi kegiatan yang sudah dilakukan, mengajarkan dan latihan
meningkatkan fungsi tangan kanan, dan memasukkan ke jadwal harian.

20
Orientasi
Selamat pagi mbak, bagaimana perasaan mbak pagi ini? Apakah mbak sudah
menggunakan kaos lengan panjang jika keluar rumah? Wah hebat mbak sudah mulai
bisa melakukannya. Boleh saya lihat jadwal harian mbak?

Kerja
Oke kemarin sudah kita sebutkan dan mbak praktekkan cara yang kita diskusikan,
untuk hari ini kita latihan cara yang kedua ya mbak, meningkatkan fungsi tangan mbak
dengan bantuan tangan kiri. Mbak mau mencoba? Oke mbak tampak semangat ya hari
ini, coba sekarang mbak gerakkan tangan kanan mbak? Oke hanya sebatas ini ya.. coba
sekarang mbak lakukan dengan bantuan tangan kiri, bagaimana apakah lebih terbantu
mbak? Coba sekarang mbak praktekkan sendiri, misal menggunakan kaos lengan
panjang dengan dibantu tangan kiri. Wah hebat mbak sudah mau mencoba
meningkatkan fungsi tangan kanan nya. Nah kegiatan ini mbak dapat lakukan setiap
hari dan mbak juga dapat memasukkan ke jadwal harian mbak untuk berlatih.

Terminasi
a) Evaluasi pasien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi pasien subjektif : setelah mbak lakukan cara meningkatkan fungsi
tangan kanan mbak, bagaimana perasaan mbak?
Evaluasi pasien objektif : dari latihan yang kita lakukan tadi, apakah mbak
bisa mempraktekkannya ?
b) Kontrak yang akan datang
Topik : baiklah mbak besok kita akan coba latihan cara yang kita lakukan tadi di
luar rumah ya mbak, sekaligus mbak bisa bertemu dengan teman-teman mbak?
Waktu : besok mbak bersedia jam berapa akan latihan dengan saya?
Tempat : dimana mbak besok? Kita coba di luar ruangan ya mbak, mbak mau?

21
SP 4-Pasien
Mengevaluasi latihan yang sudah diajarkan, mengajarkan dan melatih interaksi
dengan lingkungan, memasukkan ke jadwal kegiatan.

Orientasi
Selamat pagi mbak, bagaimana perasaan mbak pagi ini? Apakah mbak sudah melatih
tangan kanan mbak dengan dibantu tangan kiri ? Wah hebat mbak sudah mulai mau
terus mencoba ya. Boleh saya lihat jadwal harian mbak?

Kerja
Oke mbak, kemarin kita sudah latihan meningkatkan tangan kanan dengan dibantu
tangan kiri, kita sekarang coba latihan diluar ruangan agar mbak juga mulai berinteraksi
dengan keluarga atau teman-teman mbak. Sekarang coba mbak pakai kaos lengan
panjang kesukaan mbak, lalu dengan tangan kanan dibantu tangan kiri, dan kita siap
untuk keluar ruangan. Mbak sudah siap? Hebat mbak bisa melakukannya dengan baik,
nah jika ada yang bertanya mengenai tangan mbak, mbak bisa menjawabnya dengan
pelan-pelan, ini bentuk latihan kita hari ini, nah latihan-latihan ini bisa mbak terapkan
sehari-hari atau mbak masukkan ke jadwal harian mbak.
Terminasi
a) Evaluasi pasien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi pasien subjektif : setelah mbak coba berinteraksi dengan sekitar,
bagaimana perasaan mbak?
Evaluasi pasien objektif : dari latihan yang kita lakukan tadi, apakah mbak
bisa mempraktekkannya ?
22
b) Kontrak yang akan datang
Topik : baiklah mbak besok kita akan evaluasi hasil dari kita latihan bersama
dan saya coba memastikan mbak bisa melakukannya dengan baik atau masih
kurang.
Waktu : besok mbak bersedia jam berapa bertemu lagi dengan saya?
Tempat : dimana mbak besok? Bagaimana kalau di taman depan mbak?

F. EVALUASI
1. Kemampuan yang diharapkan dari pasien.
a. Pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien.
b. Pasien dapat membuat rencana kegiatan harian.
c. Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuan yang dimiliki.
2. Kemampuan yang diharapkan dari keluarga.
a. Keluarga membantu pasien dalam melakukan aktivitas.
b. Keluarga memberikan pujian pada pasien terhadap kemampuannya melakukan
aktivitas.

23
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Citra tubuh adalah sikap, persepsi keyakinan, dan pengetahuan individu secara sadar
atau tidak sadar terhadap tubuhnya yaitu: ukuran, bentuk, struktur, fungsi, ketrbatasan, makna
objek yang kontak secara terus menerus (anting, make up, lensa kontak, pakaian, kursi roda)
dari masa lalu maupun sekarang.
Ganguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh
perubahan ukuran, bentuk, struktur, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak
dengan tubuh. Pandangan yang realistis terhadap dirinya menerima dan mengukur bagian
tubuhnya akan lebih rasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga
diri. (Keliat dalam Muhith, 2015:85).

24
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Yuanita Purwa. 2009. Hubungan Citra Tubuh Positif dengan Pengambilan
Keputusan Menjadi Transeksual Waria. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.
Yusuf dkk. 2015. Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Manawi, juwita. 2016. Askep Gangguan Citra Tubuh. Jakarta: Universitas Indonesia.
Nurhalimah. 2016. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

25

Anda mungkin juga menyukai