Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA

SIMULASI ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


KETIDAK BERDAYAAN

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 6

4K

1. ADE ADI WIDJAYA 201030100400


2. RAHMAT HIDAYATULLAH 201030100289
3. SYIFA AULIA 201030100145

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA DHARMA


HUSADA KOTA TANGERANG SELATAN

2022

1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan
pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “SIMULASI ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN KETIDAKBERDAYAAN” tepat waktu.

Makalah “SIMULASI ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KETIDAK


BERDAYAAN” disusun guna memenuhi tugas Dosen Ns. Dhia Diana Fitriani M.Kep pada
mata kuliah Keperawatan Jiwa di Stikes Widya Dharma Husada. Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Konsep Stress
Adaptasi.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Ns. Dhia Diana Fitriani
M,Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Jiwa. Semoga tugas yang telah diberikan ini
dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni kami. Kami juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah
ini.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah tentang “SIMULASI ASUHAN


KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KEBE” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

Pamulang, 24 Maret 2022

2
DAFTAR ISI

COVER …………………………………………………………….…………………………….1

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….……………...2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...3

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………..4

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….......................4


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………..5
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………….5

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………..6

2.1 Definisi Ketidakberdayaan..6


2.2 Tanda dan Gejala Ketidakberdayaan…6
2.3 Penyebab Ketidakberdayaan…7
2.4 Proses Terjadinya Ketidakberdayaan..7
2.5 Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Ketidakberdayaan 10

BAB III KESIMPULAN………………………………………………………….14

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………...14

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Kondisi kehidupan di era modern semakin kompleks. Proses modernisasi sampai
saat ini masih tampak dimonopoli oleh masyarakat perkotaan (urban community),
terutama di kota-kota negara yang sedang berkembang, seperti halnya di Indonesia.
Modernisasi sebagai proses perubahan sosial tidak dapat dihindari oleh masyarakat
manapun, khususnya masyarakat perkotaan. Modernisasi memiliki dampak positif dan
negatif. Dampak positifnya, masyarakat memiliki teknologi modern sehingga dapat
mensejahterakan kehidupan manusia. Sementara dampak negatif dari modernisasi antara
lain, dikarenakan perubahan yang cepat, maka tidak setiap orang dapat mengikuti
perubahan sosial tersebut. Akibatnya meningkatkan beban psikologis, sosiologis,
maupun beban ekonomi (Soeroso, 2008).
Didalam kehidupan yang semakin maju dan modern manusia akan lebih mudah
mengalami stres apabila manusia tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya.
Kebutuhan hidup seperti kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat dapat berdampak
buruk pada individu yang tidak mampu dalam menggunakan mekanisme koping dan
gagal dalam beradaptasi. Jika demikian maka individu akan mengalami berbagai
penyakit baik fisik maupun mental.
Seseorang bisa dikatakan sehat jiwa apabila mampu mempertahankan kondisi
fisik, mental, dan intelektual dalam suatu kondisi yang optimal melalui pengendalian
diri, peningkatan aktualisasi diri, serta selalu menggunakan koping yang positif dalam
menyelesaikan masalah yang terjadi (Nasir dan Muhit, 2011).
Koping individu tidak efektif didefinisikan sebagai kerusakan perilaku adaptif
dan kemampuan menyelesaikan masalah seseorang dalam menghadapi tuntutan peran
dalam kehidupan (Townsend, 2010). Koping yang tidak efektif dapat mengarahkan
kepada suatu kondisi ketidakberdayaan. Ketika individu terus mencoba menggunakan
berbagai sumber koping yang dimiliki dan dapat ia digunakan, Tetapi tidak
menghasilkan suatu hasil yang mengarah kepada tujuan penggunaan koping. Maka,
dapat berakibat pada kelelahan menggunakan sumber adaptasi, sehingga menempatkan

4
individu dalam kondisi ketidakberdayaan. Pada ketidakberdayaan, klien mungkin
mengetahui solusi terhadap masalahnya, tetapi percaya bahwa hal tersebut di luar
kendalinya untuk mencapai solusi tersebut. Jika ketidakberdayaan berlangsung lama,
dapat mengarah ke keputusasaan

1.2Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Dari Ketidakberdayaan?
2. Apa Tanda dan Gejala Ketidakberdayaan?
3. Apa Penyebab Ketidakberdayaan?
4. Bagaimana Proses Terjadinya Ketidakberdayaan?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan Klien dengan Ketidakberdayaan?

1.3Tujuan
1. Mengetahui Definisi Dari Ketidakberdayaan
2. Mengetahui Tanda dan Gejala dari ketidakberdayaan
3. Mengetahui Penyebab Ketidakberdayaan
4. Mengetahui Proses Terjadinya Ketidakberdayaan
5. Mengetahui Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Ketidakberdayaan

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1Definisi Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala tindakannya tidak
akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat
mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.
Menurut Wilkinson (2007) ketidakberdayaan merupakan persepsi seseorang
bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna, kurang
penggendalian yang dirasakan terhadap situasi terakhir atau yang baru saja terjadi.
Sedangkan menurut Carpenito-Moyet (2007) ketidakberdayaan merupakan
keadaan ketika seseorang individu atau kelompok merasa kurang kontrol terhadap
kejadian atau situasi tertentu.

2.2Tanda dan Gejala Ketidakberdayaan


a. Data Subjektif
1) Mengungkapkan dengan kata-kata bahwa tidak mempunyai kemampuan
mengendalikan atau mempengaruhi situasi
2) Mengungkapkan tidak dapat menghasilkan sesuatu
3) Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap ketidakmampuan untuk
melakukan tugas atau aktivitas sebelumnya
4) Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran
5) Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri
b. Data Objektif
1) Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan
2) Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan
3) Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya
4) Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan iritabilitas,
ketidaksukaan, marah, dan rasa bersalah
5) Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan orang lain ketika
mendapat perlawanan
6
6) Apatis dan pasif
7) Ekspresi muka murung
8) Bicara dan gerakan lambat
9) Tidur berlebihan
10) Nafsu makan tidak ada atau berlebihan
11) Menghindari orang lain

2.3Penyebab Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, ketidak adekuatan
koping sebelumnya (seperti : depresi), serta kurangnya kesempatan untuk membuat
keputusan (Carpenito, 2009).
Faktor terkait ketidakberdayaan menurut Doenges, Townsend, M, (2008) yaitu:
1) Kesehatan lingkungan: hilangnya privasi, milik pribadi dan kontrol terhadap
terapi.
2) Hubungan interpersonal: penyalahgunaan kekuasaan, hubungan yang kasar.
3) Penyakit yang berhubungan dengan rejimen: penyakit kronis atau yang
melemahkan kondisi.
4) Gaya hidup ketidakberdayaan: mengulangi kegagalan dan ketergantungan.

2.4Proses Terjadinya Ketidakberdayaan


a. Faktor Predisposisi
Biologis :
1) Latar Belakang Genetik
2) Status Nutrisi
3) Kondisi Kesehatan Secara Umum
4) Sensitifitas Biologi
5) Paparan terhadap racun

Psikologis

1. Intelegensi
2. Keterampilan verbal
3. Moral
4. Kepribadian

7
5. Pengalaman masa lalu
6. Konsep diri
7. Motivasi
8. Pertahanan psikologi
9. Self control
10. Mengungkapkan

Sosial Budaya

1) Usia: 30-60 tahun


2) Gender : laki-laki/perempuan
3) Pendidikan : mempunyai latarbelakang pendidikan formal dan nonformal
yang adekuat
4) Pendapatan : mempunyai pendapatan
5) Pekerjaan : puas dengan pekerjaan yang dimiliki
6) Status social :
 telibat dalam kegiatan masyarakat
 perhatian dan peduli dengan oranglain
 menghindari oranglain, enggan bergaul
7) Latar belakang budaya : tidak memiliki nilai budaya
8) Agama dan keyakinan : memiliki religi yang baik, menjalankan ajaran agama
yang dianut
9) Keikutsertaan dalam politik : berpartisipasi aktif
10) Pengalaman social : berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan
11) Peran social : memperhatikan keluarga
b. Faktor Presipitasi

Nature

 Biologi
 Psikologis
 Sosial Budaya

Origin

2) Internal : dapat menerima perubahan fisik dan psikologis yang terjadi

8
3) Eksternal : keluarga mendukung, masyarakat menerima dan mendukung
keberadaannya
Timing
1) Waktu terjadinya : usia 30-60 tahun
2) Lamanya stimulus : seberapa lama, waktu berlangsungnya, seberapa sering
Number
3) Jumlah stressor lebih besar dari satu
c. Penilaian Terhadap Stressor
1) Kognitif : stressor sebagai tantangan untuk berkembang
2) Afektif : reaksi emosi sesuai stressor dan adekuat
3) Fisiologis : peningkatan tekanan darah, nadi, oksigen, glukosa, dan kolesterol dalam
darah
4) Behaviour : perilaku menghadapi stressor dan menyelesaikannya
5) Respon Sosial : mencari informasi sesuai dengan masalah klien
d. Sumber Koping

Personal ability

 Problem solving skills


 Kesehatan dan energy
 Social skill
 Pengetahuan dan intelegensi individu
 Identitas ego yang kuat

Social support

 Hubungan antar individu, keluarga, kelompok masyarakat : mendapat dukungan


dari keluarga dan masyarakat, diterima menjadi bagian dari keluarga dan
masyarakat
 Komitmen dengan jaringan social: ikut dalam kegiatan atau perkumpulan
masyarakat
 Budaya yang stabil: tidak ada pertentangan nilai budaya

Material asset

 Penghasilan individu

9
 Barang atau benda yang dimiliki
 Pelayanan dan jaminan kesehatan
 Positive belief
 Keyakinan dan nilai
 Motivasi
 Orientasi kesehatan pada pencegahan
e. Mekanisme Koping
Konstruktif
1) Menilai pencapaian hidup
2) Menilai nyaman dengan pasangan
3) Menerima perubahan fisik dan psikologis yang terjadi
4) Membimbing dan menyiapkan generasi di bawahnya
5) Menyesuaikan diri dengan orang yang lebih tua
6) Kreatif
7) Produktif
8) Perhatian dan peduli dengan orang lain
9) Mengembangkan minat dan hobi

Destruktif

1) Tidak kreatif
2) Tidak mempunyai hubungan akrab
3) Tidak memiliki pekerjaan
4) Tidak bertanggungjawab terhadap keluarga
5) Ketidakmampuan dalam mencari informasi tentang perawatan
6) Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan kesempatan
7) Enggan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya
8) Ketergantungan terhadap orang lain
9) Gagal mempertahankan ide

2.5Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Ketidakberdayaan

A. Diagnosa Keperawatan

10
Ketidakberdayaan

1. Tujuan tindakan
keperawatan Tujuan
Umum
Pasien mampu mengambil keputusan yang efektif untuk mengendalikan
situasi kehidupannya
Tujuan Khusus

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

2. Klien dapat mengenali dan mengekspresikan emosinya

3. Klien dapat memodifikai pola kognitif yang negative

4. Klien dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan


dengan perawatannya sendiri
5. Termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistis

Intervensi Keperawatan

SP 1 : Pasien mampu berpartisipasi dalam memutuskan perawatan dirinya

1. mendiskusikan penyebab ketidakberdayaan

2. mendiskusikan cara mengatasi ketidak berdayaan

3. Beri kesempatan pasien untuk bertanggung jawab terhadap


perawatan dirinya
4. Beri kesempatan menetapkan tujuan perawatan dirinya (mis:
pasien memili apakah mau mandi, sikat gigi atau gunting kuku
5. Beri kesempatan untuk menetapkan aktifitas perawatan diri untk
mencapai tujuan (jika pasien memilih mandi, bantu pasien untuk

11
menetapkan aktifitas untuk mandi ( Bawa sabun mandi, handuk, pakaian
bersih dll)
6. Ajarkan cara melakukan aktifitas yang telah ditetapkan

7. Jadwalkan kegiatan cara berkenalan dengan satu orang

B. Strategi Komunikasi
Orientasi
Salam Terapeutik :

” Assalamualaikum, selamat pagi Ibu, perkenalkan saya perawat Ririn, panggil saja saya
Ririn. Saya adalah mahasiswa ners UMKT saya bertugas merawat mbak selama 2 hari
yaitu pagi ini dan minggu depan hari yang sama mulai dari jam 8.00 sampai dengan jam
14.00 WIB. Dengan Ibu A, betul? Ibu senang dipanggil siapa? Baiklah, kalau begitu saya
panggil Ibu A.
Evaluasi/Validasi :

“Bagaimana perasaan Ibu A pagi hari ini ? jadi sekarang Ibu pusing karena semalam tidak
bisa tidur karena perut ibu mual?”
Kontrak :

“Bagaimana kalau sekarang kita bercakap-cakap tentang apa yang Ibu A rasakan
sehubungan dengan kondisi Ibu A sekaligus cara mengatasinya? Sekitar 30 menit dari
jam 08.00 s/d
08.30. Ibu A sukanya kita bercakap-cakap disini atau mungkin di tempat lain? Baiklah,
disini juga boleh”

Kerja :

“tadi Ibu A mengatakan kalau semalam tidak bisa tidur karena perut Ibu terasa mual, sejak
kapan hal itu terjadi? Sejak kapan Ibu A memiliki penyakit maag? Apa yang Ibu lakukan
kalau maagnya kambuh? Coba Ibu A ceritakan, adakah penyakit lain yang pernah Ibu A
alami? Apakah sebelumnya Ibu pernah dirawat? Dimana? Berapa lama dulu Ibu dirawat
disini? Apakah di keluarga ada yang memiliki penyakit keturunan seperti darah tinggi,
jantung, sakit gula atau yang lainnya? Apakah Ibu A teratur memeriksakan kesehatan ke

12
tempat pelayanan kesehatan? Kapan terakhir Ibu A memeriksakan diri? Sebelum sakit,
bagaimana nafsu makan Ibu? Apakah ada jenis makanan yang Ibu A hindari? Apakah Ibu
A memiliki alergi? Coba ceitakan.Apakah Ibu A merokok atau mengkonsumsi alkohol atau
obat-obatan tertentu? Apa yang Ibu ketahui tentang penyakit maag? Bagaiman persaaan
Ibu A mengalami sakit ini? Apa yang Ibu lakukan setelah Ibu tau mengalami sakit

maag?Bagaimana respon orang-orang terdekat terhadap sakit maag Ibu A?Maaf Ibu, sekarang
usia Ibu A berapa? Selama Ibu A dirawat, siapa yang menunggui Ibu disini? Ibu mengatakan
ditunggui oleh adik, apakah Ibu sudah berkeluarga? Sejak kapan Ibu A berkeluarga? Coba Ibu
A ceritakan siapa saja anggota keluarga yang tinggal serumah dengan Ibu A dan anggota
keluarga sedarah lainnya baik dari pihak Ibu ataupun suami Ibu A! Baik, tadi Ibu A
mengatakan bahwa Ibu A tinggal serumah dengan suami dan kedua anak yang masih balita.
Nah sekarang Ibu ditunggui oleh adik Ibu A yang justru rumahnya jauh dari kota ini, kalau
boleh tau suami Ibu kemana? Oh..jadi suami Ibu A berencana menikah lagi? Bisa Ibu A
ceritakan sejak kapan suami Ibu A memiliki rencana itu? Bagaimana pendapat Ibu A mengenai
poligami? Oh..jadi Ibu A sebetulnya tidak terima akan dimadu, tetapi suami tidak
menghiraukannya? Apakah ibu sudah melakukan usaha untuk mencegahnya? Baik..jadi Ibu A
sudah beberapa kali menjelaskan ketidaksetujuan Ibu A terhadap rencana suami, tapi hasilnya
suami tidak menghiraukan? Apakah ibu merasa semua usaha Ibu A sia- sia? Bagaiman
perasaan Ibu A setelah mengetahui rencana suami itu? Bagaimana tanggapan keluarga besar
terhadap rencana suami Ibu A? Dulu Ibu A lulus terakhir dari jenjang pendidikan apa? Baik,
Ibu A lulus terakhir dari SMA tahun 1995 dan tidak pernah kuliah karena tidak ada biaya,
setelah lulus apakah Ibu A penah bekerja? Jadi selama ini Ibu A benar-benar murni ibu rumah
tangga ya Bu? Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, siapa yang mencari nafkah Bu? Setelah
suami berencana menikah lagi, apakah kebutuhan keluarga masih dipenuhi oleh suami? Baik,
jadi Ibu A merasa tidak berdaya karena memiliki dua anak yang masih balita sedangkan Ibu A
tidak memiliki penghasilan, jadi setuju ataupun tidak dengan rencana suami Ibu A
berkomitmen untuk bertahan? Apakah selain mengurusi pekerjaan rumah Ibu A juga ikut aktif
dalam kegiatan kemasyarakatan?Ibu A tadi di awal mengatakan sudah pernah dirawat untuk
masalah yang sama, apa saja yang sudah diajarkan oleh perawat atau dokter terkait cara
mengatasi sakit maagnya? Apakah ibu A juga aktif mencari tahu segala sesuatu yang
berhubungan dengan masalah yang sedang Ibu A rasakan? Bagus, Ibu A memanfaatkan
berbagai media untuk mencari tahu hal-hal terkait maslaah yang sedang Ibu rasakan. Selama
Ibu dirawat, anak dirumah ditemani siapa Bu? Oh..jadi Ibu A memiliki tetangga yang sangat

13
peduli dan dapat diandalkan ya Bu? Adakah anggota keluarga lain yang peduli dan mampu Ibu
A andalkan? Suami bekerja dimana Bu?Coba Ibu ceitakan, setelah suami Ibu A berencana
menikah lagi, apakah kebutuhan keluarga masih tercukupi? Adakah tempat pelayanan
kesehatan yang dekat dengan rumah Ibu A? Bagaimana keyakinan Ibu A untuk bisa sembuh
dan keyakinan terhadap pelayanan kesehatan disini? Bagus..Ibu A yakin akan segera sembuh
dan segala tindakan yang dilakukan disini semata-mata untuk mencapai tujuan tersebut. Baik
Ibu A, dari hasil bincang-bincang kita tadi saya dapat menyimpulkan bahwa Ibu A mengalami
suatu perasaan dimana Ibu A merasa semua usaha Ibu A sia-sia. Dalam keperawatan hal ini
dikenal dengan istilah ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan ini harus diatasi karena akan
memeprlambat proses penyembuhan sakit yang sedang Ibu A alami. Jika Ibu A bersedia, saya
akan mengajarkan bagaimana cara mengatasinya. Bagaimana Ibu? Baik, kalau begitu sekarang
saya ajarkan bagaimana cara mengatasinya. Pertama, Ibu A belajar mengambil keputusan dari
hal yang mudah dulu, misalnya perawatan diri. Selama dirawat ini yang memandikan,
menggosok gigi, menyisir rambut, dan mengganti baju siapa yang melakukannya Bu? Baik,
selama ini perawatan diri Ibu dilakukan oleh perawat, mulai sekarang Ibu A berlatih melakukan
perawatan diri secara mandiri. Kalau belum bis sepenuhnya secara mandiri, nanti perawat akan
membantu Ibu A. Tapi paling tidak Ibu A ada kemauan untuk berpartisipasi dalam proses
perawatan dan pengambilan keputusan. Nanti kan manfaatnya akan Ibu A rasakan sendiri.
Alhamdulillah kondisi fisik Ibu A sangat memungkinkan untuk melakukan perawtan
diri.Bagaimana Ibu, kira-kira perawatan diri apa yang Ibu pilih untuk dilakukan secara
mandiri? Bagus, memotong kuku ya Bu. Sekarang coba kita peragakan bagaimana cara
memotong kuku. Bagus Ibu..Ibu dapat memotong kuku secara mandiri dengan baik.
Selanjutnya Ibu A targetkan pearawatn diri yang lain ya Bu.bagaimana kalau kita masukan ke
dalam jadwal aktivitas harian Ibu, besok mau perawatan diri apasaja yang akan Ibu A lakukan
secara mandiri? Baik Ibu, ini jadwal yang sudah kita susun”
Terminasi :

 Evaluasi :

“Sudah 30 menit kita berbincang ya Bu, bagaimana perasaan Ibu A setelah kita
berbincang – bincang? Apakah bermanfaat bagi Ibu? Bagus .. Coba Ibu ceritakan lagi
apa yang sudah kita obrolkan hari ini. Bagus sekali,..
 Tindak Lanjut :

”Tadi kita sudah menyusun jadwal aktivitas perawatan diri yang akan Ibu A

14
laksanakan esok hari, yaitu mandi pagi pukul 06.00 WIB, makan pagi pukul 08.00
WIB, makan siang pukul 12.00 WIB, mandi sore pukul 16.00 WIB, dan makan
malam pukul 18.00 WIB. Besok saya cek apakah sudah Ibu A laksanakan atau belum
ya Bu.”
 Kontrak :

”Bu, kalau besok kita berbincang lagi bagaimana? Baik, besok kita berbincang terkait
pelaksanaan jadwal yang sudah kita susun. Besok Ibu A mau berbincang-bincang pukul berapa
dan dimana? Baik, besok pukul 13.00 WIB kita berbincang-bincang di ruangan ini ya Bu.kalau
begitu saya pamit dulu untuk memberikan perawatan kepada pasien lainnya, selamat
beristirajat Ibu A. Assalamu ’alaikum Wr. Wb

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala tindakannya tidak akan


mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi
tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.

Ketidakberdayaan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, ketidak adekuatan koping


sebelumnya (seperti : depresi), serta kurangnya kesempatan untuk membuat keputusan
(Carpenito, 2009).

Faktor terkait ketidakberdayaan menurut Doenges, Townsend, M, (2008) yaitu:

1) Kesehatan lingkungan: hilangnya privasi, milik pribadi dan kontrol terhadap


terapi.
2) Hubungan interpersonal: penyalahgunaan kekuasaan, hubungan yang kasar.
3) Penyakit yang berhubungan dengan rejimen: penyakit kronis atau yang
melemahkan kondisi.
4) Gaya hidup ketidakberdayaan: mengulangi kegagalan dan ketergantungan

16
DAFTAR PUSTAKA
1. Wilkinson K. The concept of hope in life-threatening illness. Professional nurse (London, England).
2007 Jul;11(10):659.
2. White RG, McCleery M, Gumley AI, Mulholland C. Hopelessness in schizophrenia: the impact of
symptoms andbeliefs about illness. The Journal of nervous andmental disease. 2007 Dec 1;195
3. Silitonga RS, Pardede JA. Parenting Patterns Related To Emotional Development of Adolescents.
Indonesian Journal of Nursing. 2018;5(2):470.
4. Townsend MC. Psychiatric mental health nursing: Concepts of care. FA Davis Company; 2000.
5. Townsend MC. Essentials of psychiatric mental health nursing: Concepts of care in evidence-based
practice. FA Davis; 2013 Aug 16.
6. Valentina TD, Helmi AF. Ketidakberdayaan dan perilaku bunuh diri: Meta-analisis. Buletin
Psikologi. 2016 Dec 1;24(2):123-35.
7. Stuart GW. Principles and practice of psychiatric nursing-e-book. Elsevier Health Sciences; 2014
Apr 14.
8. Stuart GW, Laraia MT. Principles and Practice of Psychiatric Nursing: Student Study.
Elsevier/Mosby; 2005.
9. Keliat BA, Akemat S, Daulima NH, Nurhaeni H. Keperawatan kesehatan jiwa komunitas: CMHN
(Basic Course). Jakarta: EGC. 2011.

10. https://laboratorium.umkt.ac.id/wp-content/uploads/2020/12/Modul-Keperawatan-Jiwa-I.pdf

17

Anda mungkin juga menyukai