Disusun Oleh :
KELOMPOK : 9
PADJARAKAN-PROBOLINGGO
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya sehingga makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa
Pada Klien Dengan Ketidakberdayaan Dan Keputusasaan” ini dapat
diselesaikan tepat waktu. Semoga shalawat serta salam tercurah limpahkan
kepada Nabi kita Muhammad SAW, juga segenap keluarga, dan para
sahabatnya.
Untukitupenulismengucapkanterimakasihkepada:
1. KH. Muhammad Hasan Mutawakkil Alallah, SH, MM. selaku
Pembina Yayasan Hafshawaty Zainul Hasan Genggong.
2. Dr. H. Nur Hamim, S.KM., S.Kep.Ns., M.Kes selaku Ketuan STIKes
Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo
3. Ibu Shinta Wahyusari, S.Kep.Ns., M.Kep, Sp.Kep.Mat selaku Kepala
Prodi Sarjana Keperawatan STIKes Hafshawaty Pesantren Zainul
Hasan Probolinggo.
4. Ibu Rizka Yunita, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Dosen Mata Kuliah
Keperawatan Jiwa.
5. Orang tua selaku pemberi dukungan moral dan material.
6. Rekan rekan STIKes Hafshawaty Zainul Hasan Genggong STIKes
Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo semester V.
Karena tanpa dukungan dan bimbingan beliau makalah ini tidak akan
terselesaikan, seiring doa semoga semua kebaikan yang telah diberikan kepada
saya mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Harapan
penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat baik untuk diri sendiri dan para
pembaca untuk dijadikan referensi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Probolinggo, 18 November 2021
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Kondisi kehidupan di era modern semakin kompleks. Proses
modernisasi sampai saat ini masih tampak dimonopoli oleh masyarakat
perkotaan (urban community), terutama di kota-kota negara yang sedang
berkembang, seperti halnya di Indonesia. Modernisasi sebagai proses
perubahan sosial tidak dapat dihindari oleh masyarakat manapun,
khususnya masyarakat perkotaan. Modernisasi memiliki dampak positif
dan negatif. Dampak positifnya, masyarakat memiliki teknologi
modern sehingga dapat mensejahterakan kehidupan manusia. Sementara
dampak negatif dari modernisasi antara lain, dikarenakan perubahan
yang cepat, maka tidak setiap orang dapat mengikuti perubahan sosial
tersebut. Akibatnya meningkatkan beban psikologis, sosiologis, maupun
beban ekonomi (Soeroso , 2020).
Stresor kehidupan semakin meningkat. Individu diharuskan
untuk menghadapi stresor tersebut dengan kemampuan koping yang
dimiliki. Ketika terjadi ketidakadekuatan koping yang adaptif, maka
dapat mengarah pada perilaku yang menyimpang (Widianti, 2019).
Koping individu tidak efektif didefinisikan sebagai kerusakan perilaku
adaptif dan kemampuan menyelesaikan masalah seseorang dalam
menghadapi tuntutan peran dalam kehidupan (Townsend, 2021).
Koping yang tidak efektif dapat mengarahkan kepada suatu
kondisi ketidakberdayaan. Ketika individu terus mencoba menggunakan
berbagai sumber koping yang dimiliki dan dapat ia digunakan, Tetapi
tidak menghasilkan suatu hasil yang mengarah kepada tujuan
penggunaan koping. Maka, dapat berakibat pada kelelahan menggunakan
sumber adaptasi, sehingga menempatkan individu dalam kondisi
ketidakberdayaan.
Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakannya
tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan dimana
individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang
baru dirasakan.(SDKI, 2017). Pada ketidakberdayaan, klien mungkin
mengetahui solusi terhadap masalahnya, tetapi percaya bahwa hal tersebut
di luar kendalinya untuk mencapai solusi tersebut. Jika ketidakberdayaan
berlangsung lama, dapat mengarah ke keputusasaan. (Townsend, 2021).
Menurut (Pharris 1997: Udi Wahyudi.2020) Keputusasaan adalah
keadaan emosional ketika individu merasa bahwa kehidupannya terlalu
berat untuk dijalani ( dengan kata lain mustahil ). Seseorang yang tidak
memiliki harapan tidak melihat adanya kemungkinan untuk memperbaiki
kehidupannya dan tidak menemukan solusi untuk permasalahannya, dan
ia percaya bahwa baik dirinya atau siapapun tidak akan bisa
membantunya.
Keputusasaan mengggambarkan individu yang tidak melihat
adanyakemungkinan untuk memperbaiki hidupnya dan bersih keras
mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat membantunya.
Keputusasaan berbeda dengan ketidakberdayaan, orang yang putus asa
tidak melihat adanya solusi untuk permasalahannya atau tidak menemukan
cara untuk mencapai apa yang diinginkannya. Sebalikkya orang yang tidak
berdaya masih dapatmenemukan alternatif atau untuk masalah tersebut,
tetapi tidak mampu melakukansesuatu untuk mewujudkannya karena
kurangnya kontrol dan sumber yang tersedia.Perasaan tidak berdaya yang
tidak kunjung hilang dapat menimbulkankeputusasaan.
Keputusasaan biasanya terkait dengan duka cita, depresi, dan
keinginanuntuk bunuh diri. Untuk individu dengan resiko bunuh diri
perawat juga harusmenngunakan resiko bunuh diri.
Oleh karena itu peningkatan pengetahuan pada konsep
Ketidakberdayaan Dan Keputusasaan harus ditingkatkan untuk
mengaajarkan keterampilan koping pada klien dengan gangguan tersebut.
II. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Konsep Ketidakberdayaan ?
2. Bagaimana Konsep Keputusasaan ?
3. Bagaimana asuhan keperawatan pada Ketidakberdayaan dan
Keputusasaan ?
III. TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep dari ketidakberdayaan.
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep dari keputusasaan.
3. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada
ketidakberdayaan dan keputusasaan.
IV. MANFAAT
1. Bagi Institusi Pendidikan
Agar mengetahui sejauh mana kemampuan mahasiswa dalam
memahami tentang asuhan keperawatan jiwa pada ketidakberdayaan
dan keputusasaan. Serta sebagai bahan mata ajar dalam proses belajar
mengajar di Institusi
2. Tenaga Kesehata (Perawat)
Agar mengetahui tentang asuhan keperawatan jiwa pada
ketidakberdayaan dan keputusasaan dan agar bisa mengaplikasikannya
dalam dunia kerja, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan di masyarakat.
3. Mahasiswa
Menambah wawasan teori kepada mahasiswa tentang asuhan
keperawatan jiwa pada ketidakberdayaan dan keputusasaan
BAB II
PEMBAHASAN
A. KETIDAKBERDAYAAN
1. Definisi
Ketidakberdayaan merupakan persepsi individu bahwa segala
tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan
dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau
kegiatan yang baru dirasakan. Ketidakberdayaan adalah persepsi
atau tanggapan klien bahwa perilaku atau tindakan yang sudah
dilakukannya tidak akan membawa hasil yang diharapkan atau
tidak akan membawa perubahan hasil seperti yang diharapkan,
sehingga klien sulit mengendalikan situasi yang terjadi atau
mengendalikan situasi yang akan terjadi (NANDA, 2011).
(Menurut Wilkinson, 2007: Jek Amidos, 2020), ketidakberdayaan
merupakan persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan
mempengaruhi hasil secara bermakna, kurang penggendalian
yang dirasakan terhadap situasi terakhir atau yang baru saja terjadi.
Sedangkan Menurut Carpenito-Moyet (2013): Jek Amidos (2020),
ketidakberdayaan merupakan keadaan ketika seseorang individu
atau kelompok merasa kurang kontrol terhadap kejadian atau
situasi tertentu.
Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakannya
tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan
dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau
kegiatan yang baru dirasakan.(SDKI, 2017).
Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakannya
tidak akan memengaruhi hasil secara bermakna; suatu keadaan ketika
individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan
yang baru dirasakan (Herdman & Kamitsuru, 2014: Tarnimatul
Ummah, 2018).
Stephenson (1979) dalam Carpenito (2019) menggambarkan dua jenis
ketidakberdayaan, yaitu :.
a. Ketidakberdayaan situasional : muncul pada sebuah peristiwa
spesifik danmungkin berlangsung singkat.
b. Ketidakberdayaan dasar (trait powerlessness) : ketidakberdayaan
yang bersifat menyebar, mempengaruhi pandangan, tujuan,
gaya hidup, danhubungan.
2. Etiologi
Ketidakberdayaan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan,
ketidak adekuatan koping sebelumnya (seperti: depresi), serta
kurangnya kesempatan untuk membuat keputusan. Faktor terkait
ketidakberdayaan yaitu:
b. Psikologis
1) Intelegensi : RM ringan RM sedang : IQ
2) Kemampuan verbal: Gagap, tidak mampu
mengungkapkan apa yang dipikirkannya.
3) Moral
4) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :
perpisahan traumatik dengan orang yang berarti,
penolakan dari keluarga, perceraian, kekerasan dalam
rumah tangga, diturunkan dari jabatannya, konflik
dengan rekan kerja, penganiayaan seksual, seringkali
mengalami kegagalan, episode depresi sebelumnya.
5) Konsep diri : konsep diri negatif, ideal diri yang tidak
realistis, kurang penghargaan
6) Motivasi : kurang dukungan sosial, kurang dukungan
dari diri sendiri
7) Pertahanan psikologis: self control yang kurang
c. Sosiokultural
1) Usia : < 40 tahun
2) Gender : Wanita > laki-laki
3) Pendidikan : tidak sekolah, pendididkan rendah (hanya
tamat SD, SMP), putus sekolah, tidak mampu
menyelesaikan tugas-tugas, tinggal kelas
4) Pendapatan: kurang/rendah : dibawah umr, tidak
mandiri dalam ekonomi.
5) Pekerjaan: pengangguran, PHK, pekerjaan tidak tetap
6) Status & peran sosial kegagalan berperan sosial.
7) Latar belakang agama dan keyakinan kurang /tidak
menjalankan ajaran agama dan keyakinan, kehilangan
rutinitas ibadah.
8) Keikutsertaan dalam politik : pengurus partai politik,
post power syndrome
9) Pengalaman sosial: sering mengalami penolakan
kelompok sebaya
2. Faktor Presipitasi
a. Nature
1) Faktor Biologis :
a) Status nutrisi : tidak ada perbaikan nutrisi, BB
tidak ideal.
b) Status Kesehatan secara umum: menderita penyakit
kronik atau terminal, kehilangan salah satu anggota
badan.
c) Sensitifitas biologi : ketidakseimbangan elektrolit,
gangguan pada sistem limbik, thalamus, kortek
frontal, GABA, norepinefrin, serotonin.
2) Faktor Psikologis Intelegensi :
a) RM ringan (IQ 50 70), RM sedang (IQ 35 50).
b) Kemampuan verbal : buta, tuli, gagap, pelo, adanya
pembatasan kontak sosial, lokasi tempat tinggal
yang terisolasi.
c) Moral : melanggar norma dan nilai di masyarakat
d) Kepribadian : menghindar, ambang.
3) Pengalaman yang tidak menyenangkan : korban
perkosaan, perceraian, perpisahan dengan orang yang
berarti, KDRT, diturunkan dari jabatannya, konflik
dengan rekan kerja.
4) Faktor Sosial Budaya: putus sekolah, PHK, turun
jabatan, penolakan dari orang yang berarti,
pendapatan yang rendah.
b. Origin
Internal : persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya,
orang lain dan lingkungannya.
Eksternal : kurangnya dukungan keluarga, kurang dukungan
masyarakat, kurang dukungan kelompok/teman sebaya
c. Number Stres terjadi dalam waktu dekat dan stress terjadi
secara berulang-ulang/ terus menerus
d. Timing: sumber stres lebih dari satu dan stres dirasakan
sebagai masalah yang sangat berat .
C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Pada identitas klien, akan didapatkan data-data terkait
dengan identitas klien maupun keluarga yang menjadi
penanggung jawab klien tersebut. Pada identitas didapatkan
nantinya nama klien, alamat, jenis kelamin, tempat tanggal lahir,
umur, suku/ras, agama, nomor telepon dan lain-lain. Sedangkan
untuk penanggung jawab, juga akan didapatkan data-data yang
sama, baik berupa nama, alamat, umur, nomor telepon dan
diagnosa klien.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama Klien mengeluhkan rasa nyeri pada tiap-tiap
sendi seperti tangan dan kaki.
2) Riwayat penyakit sekarang Adanya keluhan sakit dan
kekakuan pada tangan atau kaki, perasaan tidak nyaman
dalam beberapa waktu sebelum mengetahui dan merasakan
adanya perubahan pada sendi.
3) Riwayat penyakit dahulu Adanya memiliki kecelakaan atau
terbenturnya salah satu organ tubuh waktu dulu, adanya
mengalami penyakit yang sama waktu dahulu.
4) Riwayat penyakit keluarga Ada riwayat keluarga yang
menderita hipertensi ataupun diabetes militus dan penyakit
yang lain-lain.
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
a. Tanda tanda vital.
b. Tekanan darah.
c. Menghitung nadi.
d. Mengukur suhu.
e. Menghitung pernafasan
2. Pemeriksaan Kesadaran
Pengkajian kesadaran untuk menilai apakah
kesadarannya termasuk composmentis atau apatis, atau
somnonel, atau stupor dll.
3. Head to toe
a. Kepala
1) Inspeksi : simetris, ada lesi atau tidak, bersih
atau tidak, ada kelainan tulang kepala atau tidak
(hidrocefalus/akromegali/mikrosefali/makrosef
ali/anesefali).
2) Palpasi : apakah ada nyeri tekan, benjolan, dan
pembengkakan.
b. Rambut
1) Inspeksi : kering atau tidak, bersih atau kotor.
2) Palpasi : ketebalan rambut, rontok atau tidak.
c. Wajah
1) Inspeksi : Apakah terlihat tegang atau tidak,
pucat atau tidak, apakah ada lesi,
pembengkakan.
d. Mata
1) Inspeksi : keadaan bola mata ada kelainan atau
tidak.
2) Palpasi: dengan cara memejamkan mata; catat
adanya nyeri tekan dan benjolan.
e. Telinga
1) Inspeksi : warna, simetris, adanya nyeri tekan
atau tidak.
2) Palpasi : adanya serumen atau tidak.
f. Hidung
1) Inspeksi : warna, simetris, adanya nyeri tekan
atau tidak.
2) Palpasi : adanya serumen atau tidak.
g. Mulut
1) Inspeksi : warna, simetris, adanya nyeri tekan
atau tidak.
2) Palpasi : adanya serumen atau tidak.
h. Leher
1) Inspeksi : bentuk dan kesimetrisan.
2) Palpasi : adanya benjolan atau tidak, dan nyeri
tekan.
3) Auskultasi : catat adanya bissing.
i. Thorak dan paru-paru
1) Inspeksi : normalnya dada yakni simetris,
bentuk dada normal chest, pigeon chest, barrel
chest. Warna kulit apakah sianosis atau pucat,
apakah pelebaran vena dada normalnya atau
tidak.
2) Palpasi : tentukan adanya nyeri tekan atau
benjolan, menilai traktil fremitus.
3) Perkusi : perkusi daerah ujung apeks paru
kanan dan kiri, perkusi merata di daerah paru,
menentukan ekskursi diafragma.
4) Auskultasi : tidak ada suara tambahan.
j. Jantung
1) Inspeksi : warna simetris atau tidak.
2) Palpasi : adanya benjolan atau tidak.
3) Perkusi : terdengar bunyi batas jantung pekak.
4) Auskultasi : adanya bunyi tambahan atau tidak.
k. Payudara dan ketiak
1) Inspeksi : warna simetris atau tidak.
2) Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak, serta
apakah ada benjolan.
l. Abdomen
1) Inspeksi : warna, bentuk.
2) Auskultasi : terdengar bissing usus 5-35
permenit.
3) Palpasi : adanya nyeri tekan, adanya benjolan.
4) Perkusi : normalnya terdengar suara tympani.
m. Genetalia
1) Inspeksi : warna, bentuk.
2) Palpasi : adanya nyeri tekan, adanya benjolan.
n. Ekstermitas
1) Inspeksi : bentuk.
2) Palpasi : adanya nyeri tekan, adanya benjolan.
o. Neurologi
1) Apakah terjadi kaku duduk, kejang, muntah,
panas, dsb.
4. Pola - pola kesehatan yang berhubungan dengan gangguan
aktivitas & latihan : Pola manajemen kesehatan dan
persepsi kesehatan Tingat pengetahuan dan persepsi
kesehatan Perilaku umtuk mengatasi masalah kesehatan
Faktor-faktor resiko sehubungan dengan kesehatan.
a. Pola nutrisi
1) Beberapa kali makanan sehari.
2) Makanan kesukaan.
3) Berat badan sebelum dan sesudah sakit.
4) Frekuensi dan kuantitas minum sehari.
b. Pola eliminasi
1) Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari.
2) Nyeri.
3) Kuantitas.
c. Pola aktivitas diri
Mendeskripsikan pola fungsi ekskresi (misal, buang
air besar, buang air kecil, dan keringat).
d. Pola Istirahat Tidur
1) Jam berapa biasanya mulai tidur dan bangun
tidur.
2) Kualitas dan kuantitas tidur
e. Pola Persepsi-Kognitif
1) Gambaran diri.
2) Indentitas diri.
3) Peran diri.
4) Ideal diri.
5) Harga diri.
f. Pola konsep diri
Nyeri mempengaruhi kedaan sosial seseorang
(pekerjaan, siutasi, keluarga, kelompok sosial),
penilaian terhadap nyeri yang dialaminya.
g. Pola seksual dan reproduksi
Adakah kelainan pada alat kelamin.
h. Pola hubungan dan peran
1) Hubungan dengan anggota keluarga.
2) Dukungan keluarga.
3) Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.
i. Pola koping dan stress
Cara pemecahan dan penyelesaian masalah.
j. Keyakinan dan nilai
1) Persepsi keyakinan .
2) Tindakan berdasarkan keyakinan
2. Diagnosa keperawatan
a. Keputusasaan
b. Ketidakberdayaan
3. Intervensi keperawatan
Diagnosa
a. Keputusasaan
Luaran Utama : Harapan
Kriteria hasil :
Observasi Terapeutik
Edukasi Kolaborasi
Observasi Terapeutik
Edukasi Kolaborasi
c. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
b. Ketidakberdayaan
Luaran Utama : Keberdayaan
Kriteria hasil :
Observasi Terapeutik
Edukasi Kolaborasi
3. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
a. Intervensi Ketidakberdayaan
Tujuan dari intervensi keperawatan pada ketidakberdayaan
yakni Pasien mampu mengambil keputusan yang efektif untuk
mengendalikan situasi kehidupannya
1) Tujuan Khusus
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya
b) Klien dapat mengenali dan mengekspresikan emosinya
c) Klien dapat memodifikai pola kognitif yang negative
d) Klien dapat berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan yang berkenaan dengan perawatannya
sendiri
e) Termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistis
a) evaluasi jadwal
b) mempraktekkan cara melakukan aktifitas perawatan
diri yang telah ditentukan
b. Imtervensi Keputusasaan
Tujuan Khusus : Klien mampu:
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengenal masalah keputusasaannya
c. Berpartisipasi dalam aktivitas
d. Menggunakan keluarga sebagai system pendukung
Tindakan Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
a. Ucapkan salam
b. Perkenalkan diri : sebutkan nama dan panggilan
yang disukai
c. Jelaskan tujuan pertemuan
d. Dengarkan klien dengan penuh perhatian
e. Bantu klien penuhi kebutuhan dasarnya.
1) Ucapkan salam.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran