Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN

OLEH :

KELOMPOK

Akbar Inggrayadi 201601098


Aldianti 201601099
Imelda 201601111
Moh. Ikram 201601119
Nurfajrah 201601124
Rofiatul Hikmah 201601132
Siti Rahmawatai 201601136
Regina Virantika 201601131

PROGRAM STUDI IMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat serta
hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan “ASKEP KLIEN
DENGAN KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN“ dengan tepat waktu.

Semoga dengan adanya makalah ini, dapat menambah wawasan dan


pengetahuan mengenai “ASKEP KLIEN DENGAN KETIDAKBERDAYAAN DAN
KEPUTUSASAAN”. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari seluruh pembaca sekalian demi kesempurnaan Makalah ini.

Kami mengharapkan kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh


pembaca.

Palu, April 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................

DAFTAR ISI .........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .........................................................................


B. Tujuan ......................................................................................
C. Rumusan Masalah ....................................................................
BAB II PEMBAHASAN

1. Laporan Pendahuluan
B. Definisi .....................................................................................
C. Etiologi .....................................................................................
D. Manifestasi Klinis ....................................................................
E. Psikopatologi atau Psikodinamika ...........................................
2. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian ..............................................................................
2. Diagnosa.................................................................................
3. Intervensi ...............................................................................
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................
B. Saran..........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan sistem


terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk
mempertahankan keseimbangan hidupnya. Akan tetapi, kondisi kehidupan di era
modern seperti saat ini semakin kompleks. Proses modernisasi sangat cepat
berkembang pada masyarakat, terutama di kota-kota atau negara yang sedang
berkembang, seperti halnya di Indonesia, tentunya dari proses moderenisasi ini
akan memiliki dampak positif dan negatif. Akibatnya akan meningkatkan beban
terutama pada psikologis, sosio cultural, maupun ekonomi seseorang.

Peningkatan beban psikologis yang menjadi salah satu prevelensi


peningkatan masalah kesehatan mental pada masyarakat akibat modernisasi.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan rata-rata
nasional gangguan mental emosional yang dimulai dengan perasaan cemas dan
depresi adalah 11.6% atau sekitar 19 juta penduduk dan itu terjadi pada
penduduk mulai usia 15 tahun. Psikososial adalah setiap perubahan dalam
kehidupan individu, baik yang bersifat psikologik maupun sosial yang
mempunyai pengaruh timbal balik. Masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang
mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai akibat terjadinya perubahan sosial
dan atau gejolak sosial dalam masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan
jiwa.

Beberapa contoh kasus gangguan psikososial adalah gangguan konsep


diri, ketidakberdayaan, dan keputusasaan. Gangguan ini dapat membuat
seseorang tidak dapat menjalankan aktivitasnya secara normal. Gangguan
psikososial harus segera mendapatkan penanganan yang tepat, karena jika
gangguan psikososial berlangsung lama maka akan terjadi masalah gangguan
jiwa yang berat dan dapat berujung pada kematian. Oleh karena itu, diperlukan
perawatan secara medis maupun asuhan keperawatan agar kasus gannguan
psikososial dapat menurun.
B. Tujuan
Untuk mengetahui tentang Askep Klien Dengan Ketidakberdayaan Dan
Keputusasaan
C. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan Ketidakberdayaan Dan Keputusasaan?
Apa saja penyebab dari Ketidakberdayaan Dan Keputusasaan ?
Apa saja tanda dan gejala Ketidakberdayaan Dan Keputusasaan ?
Bagaimana Psikopatologi Ketidakberdayaan Dan Keputusasaan ?
Bagaimana Asuhan keperawatan Klien ketidakberdayaan dan keputusasaan?

D.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Laporan Pendahuluan
A. Definisi
Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa
perilaku atau tindakan yang sudah dilakukannya tidak akan membawa
hasil yang diharapkan atau tidak akan membawa perubahan hasil seperti
yang diharapkan, sehingga klien sulit mengendalikan situasi yang terjadi
atau mengendalikan situasi yang akan terjadi (NANDA, 2011).
Menurut Nanda (2012) Ketidakberdayaan memiliki definisi
persepsi bahwa tindakan seseorang secara signifikan tidak akan
mempengaruhi hasil; persepsi kurang kendali terhadap situasi saat ini
atau situasi yang akan terjadi.
Menurut Wilkinson (2007) ketidakberdayaan merupakan persepsi
seseorang bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara
bermakna, kurang penggendalian yang dirasakan terhadap situasi terakhir
atau yang baru saja terjadi.
Menurut Carpenito-Moyet (2007) ketidakberdayaan merupakan
keadaan ketika seseorang individu atau kelompok merasa kurang
kontrol terhadap kejadian atau situasi tertentu.

Keputusasaan
Menurut NANDA (2015-2017), keputusasaan adalah keadaan
subyektif ketika seorang individu memandang keterbatasan atau tidak
adanya pilihan alternative serta tidak mampu memobilisasi energy untuk
kepentingannya sendiri. Keputusasaan menurut NANDA ini memiliki
beberapa batasan karakteristik, diantaranya: gangguan pola tidur, kurang
inisiatif, pasif, meninggalkan orang yang diajak bicara, penurunan selera
makan, kurang kontak mata, dan sebagainya. Factor-faktor yang
berhubungan yakni: isolasi soasial, penurunan kondisi fisiologis, stress
jangka panjang, serta kehilangan nilai kepercayaan.
Keputusasaan merupakan suatu keadaan emosional yang dialami
ketika individu merasa kehidupannya sangat berat untuk dijalani dan
dirasa mustahil. Seseorang tersebut tidak akan memiliki harapan untuk
memperbaiki kehidupannya, tidak memiliki solusi untuk masalah yang
dialaminya dan ia merasa tidak aka nada orang yang dapat membantuya
menyelesaikan masalahnya (Carpenito, 563).
Keputusasaan ini berbeda dengan ketidakberdayaan. Orang yang
merasa utus asa tidak mampu melihat adanya solusi untuk masalah yang
dihadapinya dan tidak menemukan cara untuk mencapai sesuatu hal yang
diinginkan. Sedangkan ketidakberdayaan adalah seseorang menemukan
solusi masalahnya namun memiliki keterbatasan untuk melakukannya
akibat kurangnya kontrol terhadap kejadian atau situasi tertentu.

B. Etiologi
1. Ketidakberdayaan
b. kurangnya pengetahuan
c. Ketidak adekuatan koping sebelumnya (seperti : depresi)
d. serta kurangnya kesempatan untuk membuat keputusan (Carpenito,
2009).
Doenges, Townsend, M, (2008)
a. Kesehatan lingkungan: hilangnya privasi, milik pribadi dan kontrol
terhadap terapi.

b. Hubungan interpersonal: penyalahgunaan kekuasaan,hubungan yang


kasar.

c. Penyakit yang berhubungan dengan rejimen: penyakit kronis atau yang


melemahkan kondisi.

d. Gaya hidup ketidakberdayaan: mengulangi kegagalan dan


ketergantungan.

2. Keputusasaan
a. Faktor kehilangan
b.    Kegagalan yang terus menerus
c.    Faktor Lingkungan
d.   Orang terdekat ( keluarga )
e.    Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam
jiwa)
f.     Adanya tekanan hidup
g.    Kurangnya iman

C. Manifestasi Klinis
1. Ketidakberdayaan
Batasan karakteristik (Carpenito, 2009)
a. Mayor (harus ada):
Memperlihatkan atau menutupi (marah, apatis) ekspresi
ketidakpuasan atas ketidakmampuan mengontrol situasi (mis.,
pekerjaan, penyakit, prognosis, perawatan, tingkat penyembuhan)
yang mengganggu pandangan, tujuan, dan gaya hidup.
b. Minor (mungkin ada):
1) Apatis dan pasif.
2) Ansietas dan depresi.
3) Marah dan perilaku kekerasan.
4) Perilaku buruk dan kebergantungan yang tidak memuaskan orang
lain.
5) Gelisahan dan cenderung menarik diri.

Tanda dan gejala (batasan karakteristik) (Townsend, 1998):


a. Ekspresi verbal dari tidak adanya kontrol atau pengaruh atau situasi,
hasil atau perawatan diri.
b. Tidak berpartisipasi dalam perawatan atau pengambilan keputusan
saat kesempatan diberikan.
c. Mengekspresikan keragu-raguan yang berkenaan dengan
pelaksanaan peran.
d. Segan mengekspresikan perasaan sebenarnya, takut diasingkan dari
pengasuh.
e. Apatis dan pasif
f. Ketergantungan pada orang lain yang dapat menghasilkan lekas
tersinggung, kebencian, marah, dan rasa bersalah.
2. Keputusasaan

Mayor ( harus ada)

Mengungkapkan atau mengekspresikan sikap apatis yang mendalam ,


berlebihan, dan berkepanjangan dalam merespon situasi yang dirasakan
sebagai hal yang mustahil isyarat verbal tentang kesedihan.

Contoh ungkapan :

a. “Lebih baik saya menyerah karena saya tidak mampu memperbaiki


keadaan.”
b. “Masa depan saya seolah suram.”
c.  “Saya tidak dapat membayangkan masa depan saya 10 tahun
kedepan.”
d. “Saya sadar, saya tidak pernah mendapatkan apa yang saya
inginkan sebelumnya.”
e.  “Rasanya saya tidak mungkin menggapai kepuasan dimasa yang
akan datang.”

a). Fisiologis :

a. respon terhadap stimulus melambat


b. tidak ada energi
c. tidur bertambah

b). emosional :

a.  individu yang putus asa sering sekali kesulitan mengungkapkan


perasaannya tapi dapat merasakan
b. tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan dan
pertolongan tuhan
c. tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup
d. hampa dan letih
e. perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa-apa
f. tidak berdaya,tidak mampu dan terperangkap.

c). Individu memperlihatkan : 

Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam perawatan,


Penurunan verbalisasi, Penurunan afek, Kurangnya
ambisi,inisiatif,serta minat.Ketidakmampuan mencapai sesuatu
Hubungan interpersonal yang terganggu, Proses pikir yang lambat,
Kurangnya tanggung jawab terhadap keputusan dan kehidupannya
sendiri.
d). Kognitif :

Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan


kemampuan membuat keputusan, Mengurusi masalah yang telah lalu
dan yang akan datang bukan masalah yang dihadapi saat ini,
Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir, Kaku ( memikirkan
semuanya atau tidak sama sekali ), Tidak punya kemampuan
berimagenasi atau berharap, Tidak dapat mengidentifikasi atau
mencapai target dan tujuan yang ditetapkan, Tidak dapat membuat
perencanaan, mengatur serta membuat keputusan,Tidak dapat
mengenali sumber harapan

 Minor ( mungkin ada )

a)   Fisiologis: Anoreksia,  BB menurun

b)   Emosional:

Individu marasa  putus asa terhadap diri sendiri dan orang


lain, Merasa berada diujung tanduk, Tegang, Muak ( merasa ia
tidak bisa), Kehilangan kepuasan terhadap peran dan hubungan
yang ia jalani, Rapuh

c)   Individu memperlihatkan:

Kontak mata yang kurang mengalihkan pandangan dari


pembicara, Penurunan motivasi, Keluh kesah, Kemunduran,
Sikap pasrah, Depresi

d) Kognitif:
Penuruna kemampuan untuk menyatukan informasi yang
diterima, Hilangnya persepsi waktu tentang mas lalu , masa
sekarang , masa datang, Bingung, Ketidakmampuan
berkomunikasi secara efektif, Distorsi proses pikir dan asosiasi,
Penilaian yang tidak logis

D. Psikopatologi atau Psikodinamika


1. Ketidakberdayaan
Patofisologi ketidakberdayaan secara pasti sampai saat ini belum
diketahui, tetapi bisa dianalisa dari proses terjadinya depresi karena salah
satu manifestasi depresi adalah ketidakberdayaan. Ketika seseorang
mengalami stres, otaknya akan berespon untuk menafsirkan dan
menterjemahkan perubahan yang terjadi. Stres akan menyebabkan
korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus. Hipotalamus
kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk melakukan perubahan.
Sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem limbik
dimana salah satu bagian pentingnya adalah yang bertanggung jawab
terhadap status emosional seseorang. Gangguan pada sistem limbik
menyebabkan hambatan emosional, perubahan perilaku dan kepribadian
(Kaplan et all, 2007). Kerusakan pada hipotalamus membuat seseorang
kehilangan mood dan motivasi sehingga kurang aktivitas dan malas
melakukan sesuatu. Hambatan emosi pada klien dengan
ketidakberdayaan, kadang berubah sedih/ murung, dan terus merasa tidak
berguna atau merasa gagal terus menerus
Sumber koping yang dapat digunakan terutama yang
berhubungan dengan masalah ketidakberdayaan adalah dukungan sosial.
Keterlibatan keluarga yang luas dan dalam serta hubungan dengan
teman-teman atau orang lain yang mendukung merupakan sumber
koping yang lain. Adapun mekanisme koping yang biasa dipakai pada
individu dengan ketidakberdayaan yaitu represi, supresi, denial, dan
disosiasi.
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat mendukung terjadinya masalah
ketidakberda-yaan menurut Stuart (2009) pada Seseorang antara lain:
1) Biologis
Status nutrisi: berat badan pasien sangat menurun karena pasien
tidak berolahraga sejak terkena penyakit stroke. Massa otot
berkurang
2) Psikologis
Psikologis pasien sedikit terguncang sejak terkena penyakit
stroke tersebut, sehari-hari yang dilakukannya hanya diam tanpa
melakukan latihan apa-apa, terkadang istrinya juga merasa sedih
melihat keadaaan suaminya seperti itu.
3) Sosiokultural
Hubungan pasien selama mengalami penyakit stroke mengalami
hambatan selain tidak mampu untuk berinteraksi dengan orang
luar. Juga komunikasi yang kurang jelas karena pelo
4) Spiritual
Spiritual Pasien terganggu karena pasien tidak mampu
melakukan ibadah sholat
b. Faktor presipitasi (waktu<6 bulan/ saat mulai tmbulnya gejala s/d
saat dikaji)
1) Nature
Status nutrisi pasien berkurang
2) Origin
- Internal: Persepsi individu yang tidak baik tentang
dirinya, orang lain dan lingkungannya.
- Eksternal: Kurangnya dukungan keluarga, kurang
dukungan masyarakat, kurang dukungan
kelompok/teman sebaya
3) Timing
Stres terjadi dalam waktu dekat, stress terjadi secara berulang-
ulang/ terus menerus.
4) Number
Sumber stres lebih dari satu, stres dirasakan sebagai masalah
yang sangat berat.

Respon terhadap stress/ tanda gejala/ penilaian terhadap respon

a. Kognitif: kurang konsentrasi, ambivalensi, kebingungan,


berkurangnya kreatifitas, pandangan suram, pesimis, sulit
untuk membuat keputusan, mimpi buruk, produktivitas
menurun, pelupa, ketidakpastian.
b. Afektif: sedih, rasa bersalah, bingung, gelisah, apatis/pasif,
kesepian, rasa tidak berharga, penyangkalan perasaan,
kesal, khawatir, perasaan gagal.
c. Fisiologis: pasien biasnya mengeluh pusing. Suhu tubuh biasanya
panas, penuruanan berat badan
d. Perilaku: agitasi, perubahan tingkat aktivitas, mudah tersinggung,
kurang spontanitas, sangat tergantung, kebersihan diri
yang kurang, mudah menangis
e. Respon sosial: patisipasi sosial berkurang.
Kemampuan mengatasi masalah/ sumber koping

a. Personal ability; kurang komunikatif, hubungan interpersonal yang


kurang baik, kurang memiliki kecerdasan dan bakat tertentu,
mengalami gangguan fisik, perawatan diri yang kurang baik, tidak
kreatif.
b. Sosial support; hubungan yang kurang baik dengan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat, kurang terlibat dalam
organisasi sosial/kelompok sebaya, ada konflik nilai budaya.
c. Material asset; penghasilan kurang
d. Positive belief; tidak memiliki keyakinan dan nilai positif, kurang
memiliki motivasi, kurang berorientasi pada pencegahan (lebih
senang melakukan pengobatan)
Mekanisme koping yang dapat terjadi pada ketidakberdayaan antara lain:

Destruktif; tidak kreatif : kurang memiliki keinginan untuk


melakukan sesuatu yang bermanfaat, tidak mempunyai hubungan
akrab, ketidakmampuan untuk mencari informasi tentan perawatan,
tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan

2. Keputusasaan
Keputusasaan terjai akibat adanya ketidakberdayaan yang dialami
secara berkepanjangan. Ketidakberdayaan berasal dari depresi serta
akibat kehilangan kontrol. Seseorang yang mengalami keputusasaan
merasa dirinya tidak memiliki harapan sama sekali atau henya memiliki
sedikit harapan hidup, merasa tidak memiliki penyelesaian untuk setiapp
masalah yang ia hadapi. Kkeputusasaan yang dialami oleh seorang
individu dapat menyebabkan berbagai masalah diantaranya individu akan
kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual, kehilangan nilai penting
serta pembatasan social.

a. Faktor predisposisi
1) Faktor resiko biologis
Status nutrisi menurun, berat badan menurun akibat
pasien kehilangan nafsu makannya.
2) Faktor resiko psikologis
Psikologis pasien menjadi tidak stabil setelah pasien
didiagnosis HIV oleh dokter, pasien sering mengurung diri di
kamar dan sering uring-uringan saat ada anggota keluarga yang
ingin membujuknya. Ppasien tidak memiliki semangat untuk
sembuh, ia merasa sudah tidak memiliki harapan.
3) Faktor resiko sosiokultural
Sejak pasien didiagnosis oleh dokter mengidap HIV,
hubungan pasien dengan lingkungan sekitarnya menjadi sangat
tidak baik. Tetangga sering menggunjingkannya sehingga pasien
merasa malu dengan keadaannya. Keluarga pasien merasa sangat
sedih karena dukungan dan semnagatnya tidak dapat
membuatnya semangat untuk sembuh. Selain itu, pasien menjadi
tidak yakin dengan spiritualnya akibat dari keputusasaan yang
dialami. Pasien merasa hidupnya tidak akan lama lagi.
b. Faktor presipitasi
1) Nature
Status nutrisi pasien semakin menurun akibat pasien kehilangan
nafsu makannya.
2) Origin
- Internal : persepsi negatif individu pada dirinya dan
lingkungan di sekitarnya
- Eksternal : pasien mendapat dukungan keluarga, tetapi
tidak dengan lingkungan dan teman-temannya
3) Timing
Stress yang dialami pasien terjadi dalam waktu dekat. Pasien
mengalami stress secara terus-menerus dan berkepanjangan.
4) Number
Kondisi pasien menjadi stressor yang paling berat dirasakan
pasien. Pasien merasa tidak ada harapan sembuh serta merasa
hidupnya tidak akan lama lagi.
c. Respon terhadap stress/tanda gejala/penilaian terhadap respon
1) Kognitif
Pasien merasa kebingungan, tidak mampu berkonsentrasi,
pesimis, menyalahkan dirinya sendiri, kehilangan minat motivasi,
tidak dapt menyambil keputusan.
2) Afektif
Pasien sering marah, uring-uringan, merasa kesal, kesepian,
keputusasaan, rasa bersalah, sedih, rasa tidak berharga, harga diri
pasien rendah, dan ansietas.
3) Fisiologis
Pasien mengalami anoreksia, keletihan, nyeri dada, sakit
punggung, sakit kepala, dan diare.
4) Perilaku
Pasien menjadi mudah tersinggung, mudah menangis, kebersihan
diri pasien kurang, perubahan tingkat aktifitas dan sangat
tergantung.
5) Sosial
Pasien menarik diri dari masyarakat, terjadi isolasi social, dan
pasien tidak mampu mengatasi masalahnya
d. Reaksi berduka yang dialami pasien menunjukkan penggunaan
mekanisme penyangkalan dan supresi berlebih dalam upaya
menghindari distress.
e. Mekanisme koping Destruktif; tidak kreatif : kurang memiliki
keinginan untuk melakukan sesuatu, tidak mempunyai hubungan
baik dengan lingkungannya, ketidakmampuan untuk mencari
informasi tentan perawatan untuk kesembuhannya, tidak
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan
dukungan oleh keluarganya
2. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
Identitas klien
Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No
register, dan dignosa medis.
Keluhan utama
Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi hati
klien: apa yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan
melalui perilaku.
Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar
mengetahui apa yang mereka pikir dan rasakan adalah :
a. Persepsi yang adekuat tentang rasa keputusasaan
b. Dukungan yang adekuat ketika putus asa terhadap suatu
masalah
c. Perilaku koping yang adekuat selama proses
Faktor predisposisi

Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon


keputusasaan adalah:
a. Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di
dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan sulit
mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu
permasalahan
b. Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat,
pola hidup yang teratur, cenderung mempunyai kemampuan
mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan
individu yang mengalami gangguan fisik
c. Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa
terutama yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai
dengan perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi
oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka dalam
menghadapi situasi masalah dan mengalami keputusasaan.
d.   Struktur Kepribadian
e.    Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri
akan menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak
objektif terhadap stress yang dihadapi.
Faktor presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan
keputusasaan adalah:

1.    Faktor kehilangan


2.    Kegagalan yang terus menerus
3.    Faktor Lingkungan
4.    Orang terdekat ( keluarga )
5.    Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam
jiwa)
6.    Adanya tekanan hidup
7.    Kurangnya iman
Respon Emosional
Mayor (harus ada):
1. individu yang putus asa sering sekali kesulitan
mengungkapkan perasaannya tapi dapat merasakan
2. tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan dan
pertolongan tuhan
3.    tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup
4.    hampa dan letih
5.    perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa-apa
6.    tidak berdaya,tidak mampu dan terperangkap.
Minor (mungkin ada)
1.    Individu marasa putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain
2.    Merasa berada diujung tanduk
3.    Tegang
4.    Muak ( merasa ia tidak bisa)
5.    Kehilangan kepuasan terhadap peran dan hubungan yang ia
jalani
6.    Rapuh
Respon Kognitif
Mayor ( harus ada)
1. Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan
kemampuan membuat keputusan
2. Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang
bukan masalah yang dihadapi saat ini
3.    Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir
4.    Kaku ( memikirkan semuanya atau tidak sama sekali )
5.    Tidak punya kemampuan berimagenasi atau berharap
6.    Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai target dan tujuan
yang ditetapkan
7.    Tidak dapat membuat perencanaan, mengatur serta membuat
keputusan
8.    Tidak dapat mengenali sumber harapan
9.    Adanya pikiran untuk membunuh diri.
Minor (mungkin ada)
1. Penuruna kemampuan untuk menyatukan informasi yang
diterima
2. Hilangnya persepsi waktu tentang mas lalu , masa sekarang ,
masa datang
3.    Bingung
4.    Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif
5.    Distorsi proses pikir dan asosiasi
6.    Penilaian yang tidak logis

B. Diagnosa Keperawatan
1. Keridakberdayaan
1) Ketidakberdayaan
2) Duka cita, maladaptif
3) Distress spiritual
2. Keputusasaan
1) Keputusasaan
2) Defisit perawatan diri
3) Isolasi social
4) Dukacita maladaptive
5) Distress spiritual
C. Intervensi/ Penatalaksanaan
1. Ketidakberdayaan
Mengambil salah satu dari diagnosa keperawatan yaitu
ketidakberdayaan
NOC :
1. Mendemonstrasikan pengendalian diri terhadap depresi
2. Menunjukkan partisipasi dalam pengambilan keputusan
tentang perawatan kesehatan

NIC :
1. Restrukturisasi Kognitif : mendorong pasien untuk mengubah
distorsi pola pikir dan memandang diri sendiri serta dunia
secara lebih realistis
2. Dukungan emosional : memberikan penenangan, penerimaan,
dan dorongan selama periode stress
3. Bantuan sumber finansial : membantu individu/keluarga
untuk mengamankan dan mengelola keuangan untuk
memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan
4. Manajemen alam perasaan : memberikan keamanan,
stabilisasi, pemulihan, dan pemeliharaan pasien yang
mengalami disfungsi alam perasaan baik depresi maupun
peningkatan alam perasaan
5. Perlindungan hak pasien : melindungi hak perawatan
kesehatan pasien, terutama pasien dari kelompok minoritas,
pasien tidak memiliki kapasitas, atau tidak kompeten untuk
mengambil keputusan
6. Peningkatan harga diri : membantu pasien untuk
meningkatkan penilaian diri terhadap harga dirinya
7. Fasilitasi tanggung jawab diri : mendorong pasien untuk lebih
bertanggung jawab terhadap perilakunya sendiri

2. Keputusasaan
a. Bantu klien mengenali masalah keputusasaan (penyebabnya,
tanda gejalanya, dampaknya, penanganannya)
b. Fasilitasi klien untuk dapa mengungkapkan perasaan dan
keputusasaannya
c. Bantu klien untuk identifikasi tujuan yang realistis dengan
kemampuannya
d. Identifikasi sumber dukungan dan alternative pilihan untuk
membantu memecahkan masalah klien, keuntungan, kerugian
dari setiap solusi yang ditetapkan
e. Identifikasi dan latih kemampuan positif pasien
f. Afirmasi positif dan reinforcement positif
g. Identifikasi adanya ide-ide atau rencana bunuh diri pada
pasien
h. Berikan terapi Acceptance Commitment Therapy (ACT)
i. Bantu pasien meningkatkan koping, beradaptasi dengan
stressor, perubahan atau ancaman dalam kehidupanBerikan
konseling untuk membantu pasien menyelesaikan masalah
yang sedang dihadapi
j. Manajemen perasaan, berikan keamanan pada pasien,
stabilisasi, pemulihan dan pemeliharaan pasien yang
mengalami disfungsi alam perasaan baik depresi maupun
peningkatan alam perasaan.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketidakberdayaan merupakan suatu perasaan penurunan kontrol
tentang kesehatan yang akan mendorong ke arah apatis, menarik diri,
mengurangi interaksi dengan orang lain dan tidak berpartisipasi
dalam perawatan atau pembuatan keputusan (Miller, 1992). Seemen
& Evans (1962) dan Pender (1996) menyatakan bahwa penurunan
pemanfaatan pelayanan kesehatan, perubahan tingkah laku, menarik
diri dan penurunan motivasi dapat diasosialisasikan dengan konsep
sosial dari ketidakberdayaan.
Keputusasaan adalah suatu keadaan subyektif ketika seorang
individu memandang keterbatasan atau tidak adanya pilihan
alternative serta tidak mampu memobilisasi energy untuk
kepentingannya sendiri (NANDA, 2015).

B. Saran
Pembaca diharapkan banyak membaca referensi lain terkait
masalah psikososial: ketidakberdayaan dan keputusasaan. Hal ini
dimaksudkan agar pembaca lebih memahami terkait masalah klien
dengan gangguan psikososial. Selain itu pembaca juga dapat mencari
informasi terkait jurnal penatalaksanaan terbaru pada klien dengan
masalah psikososial.
DAFTAR PUSTAKA

Capernito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis
Edisi 9 alih bahasa Kusrini Semarwati Kadar. Jakarta: EGC.
Keliat, Budi Anna & Akemat. 2007. Model Praktik Keperawatan ```professional Jiwa.
Jakarta: EGC.
NANDA International. 2015. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2015-
2017. Philadhelpia.
Puwati, Susi. 2013. Analisis Praktik Klinik Asuhan Keperawatan Masalah Kesehatan
Masyarakat Perkotaan: Ketidakberdayaan pada Klien dengan Gangguan
Penggunaan Opiat di RSKO Jakarta. Jakarta: Universitas Indonesia.
Stuart, G, W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai