Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN ATRESIA ANI

DOSEN PENGAMPU

Ns Diena Juliana, S.Kep.,M.Kes

DISUSUN OLEH :

Bagus Triadi (841191004)

Ananda (841191005)

Elniati Sestia Ningsih (841191006)

PRODI D-III KEPERAWATAN SEMESTER IV

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YAYASAN RUMAH SAKIT

ISLAM (YARSI) PONTIANAK

TAHUN AJARAN 2020/2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan hidayah dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Anak Dengan Atresia Ani “

Makalah ini kami buat bertujuan untuk menjelaskan materi tentang Asuhan Keperawatan
Pada Anak Dengan Atresia Ani. Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa lain dapat
memahami Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Atresia Ani.

Makalah ini dibuat dengan semaksimal mungkin, walaupun kami menyadari masih banyak
kekurangan yang harus kami perbaiki. Oleh karena itu kami mengharapkan saran atau kritik dan
yang sifatnya membangun demi tercapainya suatu kesempurnaan makalah ini. Kami berharap
makalah ini dapat berguna bagi pembaca maupun kami.

Pontianak, 21 Juni 2021

Penulis
Hal

Kata Pengantar..............................................................................................................................

Daftar Isi.......................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................

A. Latar Belakang...................................................................................................................

B. Rumusan Masalah..............................................................................................................

C. Tujuan.................................................................................................................................

D. Manfaat...............................................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI.........................................................................................................

A. Pengertian Atresia Ani......................................................................................................

B. Klasifikasi..........................................................................................................................

C. Patofisiologi......................................................................................................................

D. Manefestasi Klinis.............................................................................................................

E. Pemeriksaan Penunjang.....................................................................................................

F. Penatalaksanaan................................................................................................................

G. Pathway.............................................................................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS......................................................................

A. Pengkajian.........................................................................................................................

B. Diagnosa Keperawatan......................................................................................................

C. Intervensi Keperawatan.....................................................................................................

D. Implementasi.....................................................................................................................

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN.........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Atresia ani termasuk dalam beberapa bentuk dari malformasi anorektal. Malformasi ini
merupakan hal yang biasa terjadi sebagai malformasi kongenital yang disebabkan oleh perkembangan
yang tidak normal. Insidensi minor abnormalitas terjadi sekitar 1:500 perkelahiran hidup dan insidensi
mayor anomali sekitar 1:5000 kelahiran hidup.

Imperforate anus (atresia ani) meliputi beberapa gabungan malformasi rektum termasuk
malformasi traktus urinarius, esophagus dan duodenum (biasanya jarang) yang tanpa adanya gejala yang
jelas dan beberapa memiliki fistula dari rectum distal ke perineum atau sistem genitourinari.

Ekstropi kloaka merupakan bentuk yang jarang dari malformasi sistem genitourinari, sistem
genitalia dan usus, yang mengalir langsung ke saluran yang berhubungan dengan perineum.

Malformasi anorectal mungkin saja terjadi secara terpisah dan bisa juga sebagai bagian dari
Vacterl syndrom (Vertebral, Anorectal, Cardiovaskuler, Thracheoesophageal, Renal, dan Limb
Abnormalities).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana asuhan keperawatan pada neonatus dengan Atresia Ani?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan Atresia Ani
2. Tujuan Khusus
a. Penulis dapat melaksanakan pengkajian pada klien Atresia Ani..
b. Penulis dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada klien Atresia Ani.

c. Penulis dapat merencanakan tindakan asuhan keperawatan pada klien Atresia Ani.
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam menerapkan proses keperawatan dan
memafaatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di STIKes Yarsi
Pontianak terutama dalam menerapkan asuhan keperawatan dengan Atresia Ani.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan referensi dan acuan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan Atresia
Ani.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforata meliputi anus,
rektum, atau batas di antara keduanya (Betz, 2002). Atresia ani merupakan kelainan bawaan (kongenital),
tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna, 2003). Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan
embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suradi, 2001). Atresia ani atau anus
imperforata adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian endoterm mengakibatkan
pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung kedalam atau
kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rektum (Purwanto, 2001).
Atresia berasal dari bahasa Yunani, artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau makanan. Dalam
istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal
atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura. Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat
yang seharusnya berlubang atau buntunya saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan
sejak lahir atau terjadi kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu.

Atresia ani atau anus imperforata atau malformasi anorektal adalah suatu kelainan kongenital tanpa
anus atau anus tidak sempurna, termasuk didalamnya agenesis ani, agenesis rekti dan atresia rekti.

Atresia dapat terjadi pada seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak
berlubangnya dubur. Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi maka
hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya.

B. Epidemiologi

Angka kejadian rata rata malformasi anorektal atau atresia ani atau anus imperforate di seluruh
dunia adalah 1 dalam 5000 kelahiran. Secara umum malformasi anorektal lebih banyak ditemukan pada
laki laki daripada perempuan. Insiden 1:5000 kelahiran yg dapat muncul sebagai sindroma VACTERL
(Vertebra, anal, cardial, trachea, esophageal, renal, limb) (Grosfeld, 2006). Fistula rektouretra merupakan
kelainan yang paling banyak ditemui pada bayi laki-laki, diikuti oleh fistula perineal. Sedangkan pada bayi
perempuan, jenis atresia ani yang paling banyak ditemui adalah atresia ani diikuti fistula rektovestibular
dan fistula perineal (Oldham K, 2005). Hasil penelitian Boocock dan Donna di Manchester menunjukkan
bahwa atresia ani letak rendah lebih banyak ditemukan dibandingkan atresia letak tinggi.

C. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang terjadi pada atresia ani adalah kegagalan lewatnya mekonium setelah bayi
lahir, tidak ada atau stenosis kanal rectal, adanya membran anal dan fistula eksternal pada perineum
(Suriadi,2001). Gejala lain yang nampak diketahui adalah jika bayi tidak dapat buang air besar sampai 24
jam setelah lahir, gangguan intestinal, pembesaran abdomen, pembuluh darah di kulir abdomen akan
terlihat menonjol (Adele,1996). Bayi muntah – muntah pada usia 24 – 48 jam setelah lahir juga merupakan
salah satu manifestasi klinis atresia ani. Cairan muntahan akan dapat berwarna hijau karena cairan empedu
atau juga berwarna hitam kehijauan karena bercampur dengan cairan mekonium. Pada bayi wanita sering
ditemukan fistula rektovaginal dengan gejala bila bayi buang air besar feses keluar dari (vagina) dan jarang
rektoperineal, tidak pernah rektourinarius. Sedang pada bayi laki-laki dapat terjadi fistula rektourinarius
dan berakhir di kandung kemih atau uretra dan jarang rektoperineal. Gejala terjadinya atresia ani secara
garis besar diantaranya yaitu :

1. Mekonium tidak keluar dalm 24 jam pertama setelah kelahiran.


2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi.
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang letaknya salah.
4. Perut kembung.
5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam (Ngastiyah, 2005).

D. Klasifikasi
Klasifikasi Atresia Ani secara umum dapat dibedakan menjadi 4, yaitu :
1. Anal stenosis
Terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat keluar.
2. Membranosus atresia
Terdapat membran pada anus.
3. Anal agenesis
Memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus.
4. Rectal atresia
Tidak memiliki rektum.
Klasifikasi menurut atresia ani menurut Wingspread, yaitu :
1. Laki – laki
a. Kelompok I
1) fistel urin
2) atresia rectum
3) perineum datar
4) fistel tidak ada
5) invertogram: udara > 1 cm dari kulit
Tindakan: kolostomi neonatus; operasi definitif pada usia 4-6 bulan
b. Kelompok II
1) fistel perineum
2) membran anal
3) stenosis anus
4) fistel tidak ada
5) invertogram: udara < dari 1 cm dari kulit
Tindakan: operasi langsung pada neonatus
2. Perempuan
a. Kelompok I
1) Kloaka
2) fistel vagina
3) fistel anovestibuler atau rektovestibuler
4) atresia rectum
5) fistel tidak ada
6) invertogram: udara > 1 cm dari kulit
Tindakan: kolostomi neonatus
b. Kelompok II
1) fistel perineum
2) stenosis anus
3) fistel tidak ada
4) invertogram: udara < 1 cm dari kulit
Tindakan: operasi langsung pada neonates
Klasifikasi berdasarkan 3 sub kelompok anatomi :
1. Anomaly Rendah / Infralevator
Rektum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborektalis, terdapat sfingter internal dan
eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak terdapat hubungan dengan saluran
genitourinarius.
2. Anomaly Intermediet
Rektum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis, lesung anal dan sfingter eksternal berada
pada posisi yang normal.
3. Anomaly Tinggi / Supralevator
Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini biasanya berhubungan
dengan fistula genitourinarius – retrouretral (pria) atau rectovagina (perempuan). Jarak antara ujung
buntu rectum sampai kulit perineum lebih dari 1 cm.
Secara umum, anomali anorectal dapat dibedakan menjadi :
1. Tanpa fistula
2. Dengan fistula
Macam – macam fistula :
a. Fistula rektovesical
Hubungan punctum dengan buli-buli
b. Fistula rektouretral
Hubungan punctum dengan uretra
c. Fistula rektoperineal
Hubungan punctum dengan perineum
d. Stenose ani
Beberapa fistula ke dimple anal
e. Fistula rektoscrotal
Hubungan punctum dengan scrotum
f. Fistula rektovaginal
Hubungan punctum dengan vagina
g. Fistula rektovestibularis
Hubungan punctum dengan vestibulum.

E. Patofisiologi
Terjadinya anus imperforate karena kelainan kogenital dimana saat proses perkembangan
embrionik tidak lengkap pada proses perkembangan anus dan rectum. Dalam perkembangan berikut nya
ujung ekor belakang berkembang menjadi kloaka yang juga akan berkembang menjadi genitor urinary dan
struktur anorektal.
Atresia ani sendiri terjadi karena tidak ada kelengkapan migrasi dan perkembangan struktur kolon
antara 7 dan 10 minggu dalam operkembangan fekal.Kegagalan migrasi tersebut juga diakibatkan karena
terjadi kegagalan dalam agnesis sakral dan abnormalitas pada uretra dan vagina. Di usus besar yang keluar
hingga anus tidak terjadi pembukaan Sehingga menyebabkan fekal tidak dapat di keluarkan sehingga
intestinal mengalami obstruksi. Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan adanya fistula.
Obstruksi tersebut berakibat distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya.
Apabila urin keluar melalui fistel menuju rectum, maka urin akan diabsorbsi sehingga terjadinya
asidosis hiperkloremia. Sebaliknya feses mengalir ke arah traktus urinarius akan menyebabkan infeksi
berulang. Pada keadaan ini akan terbentuknya fistula antara rectum dengan organ sekitarnya. Pada wanita
biasanya dengan fistula ke vagina (rektovagina ) atau perineum (rektovestibuler). Pada laki-laki biasanya
letak tinggi,fistula menuju ke vesika urinaria atau ke prostate (rektovesika ). Pada letak rendah fistula
menuju ke uretra (rektourethralis ) (Faradilla N 2009).

F. Pemeriksaan Diagnostic
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai
berikut:
1. Pemeriksaan Radiologis
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obstruksi intestinal.
a. Sinar X terhadap abdomen
Dilakukan untuk menentukan kejelasan keseluruhan bowel dan untuk mengetahui jarak
pemanjangan kantung rectum dari sfingternya.
b. Ultrasound terhadap abdomen
Digunakan untuk melihat fungsi organ internal terutama dalam system pencernaan dan mencari
adanya faktor reversible seperti obstruksi oleh karena massa tumor.
c. CT Scan
Digunakan untuk menentukan lesi.
d. Pyelografi intra vena
Digunakan untuk menilai pelviokalises dan ureter.
e. Rontgenogram abdomen dan pelvis
Juga bisa digunakan untuk mengkonfirmasi adanya fistula yang berhubungan dengan traktus
urinarius.
Hasil pemeriksaan radiologis yang dapat ditemukan, ialah:
a. Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di daerah tersebut.
b. Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir dan gambaran ini harus
dipikirkan kemungkinan atresia reftil/anus impoefartus, pada bayi dengan anus impoefartus. Udara
berhenti tiba-tiba di daerah sigmoid, kolon/rectum.
c. Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala dibawah dan kaki diatas
pada anus benda bang radio-opak, sehingga pada foto daerah antara benda radio-opak dengan
dengan bayangan udara tertinggi dapat diukur.
2. Pemeriksaan Fisik Rectum
Kepatenan rectal dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan selang atau jari.
3. Pemeriksaan Defek
Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan jarum tersebut sampai melakukan
aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah masuk 1,5 cm defek tersebut dianggap
defek tingkat tinggi.
4. Pemeriksaan Urin
Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel mekonium.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada atresia ani adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan kolostomi
Kolostomi adalah sebuah lubang yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada daerah dinding abdomen
untuk mengeluarkan feses.Pembuatan lubang ini bisa untuk sementara atau permanen dari usus besar
atau colon iliaka.untuk atresia ani dengan anomaly tinggi,dapat dilakukan kolostomi beberapa hari
setelah lahir.
2. PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty )
Bedah PSAR umumnya ditunda 9 sampai 12 bulan.penundaan ini untuk memberi waktu pelvis untuk
membesar dan pada otot-otot untuk berkembang.Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk
menambah berat badannya dan bertambah baik status nutrisinya.
3. Tutup kolostomi
Tindakan yang terakhir atresia ani.Biasanya beberapa hari setelah operasi,anak akan mulai BAB
melalui anus.Setelah pasca operasi BAB akan sering keluar,tetapi seminggu pasca operasi BAB
berkurang frekuensi nya dan agak padat.
(Aziz,2010)&(Suriadi & yuliani,2010).
H. Pathway

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


A. Pengkajian
Konsep pengkajian menurut Gordon data dapat dikelompokkan menjadi 11 konsep yang meliputi :
1. Pengkajian Fokus
a. Pola persepsi kesehatan
Mengkaji kemampuan keluarga pasien untuk melanjutkan perawatan dirumah
b. Pola nutrisi dan metabolik
Anoreksia dan penurunan BB dan malnutrisi umumnya terjadi pada pasien dengan atresia ani
post operasi PSARP. Keinginan pasien untuk minum susu mungkin terganggu karena mual
dan muntah dampak dari anestesi.
c. Pola eliminasi
Pada pasien atresia ani post operasi PSARP pasien membuang defekasi melalui kolostomi.
d. Pola aktivitas dan latihan
Pola latihan dan aktivitas dipertahankan untuk menghindari kelemahan otot.
e. Pola persepsi kognitif
Menjelaskan kepada keluarga tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman dan
daya ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
f. Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat pasien post operasi mungkin akan terganggu karena nyeri pada
luka insisi.
g. Pola konsep diri dan persepsi diri
Pasien post operasi akan tampak gelisah, penarikan diri karena dampak jahitan operasi.
h. Pola peran dan pola hubungan
Mengetahui peran dan hubungan sebekum dan sesudah sakit.
i. Pola reproduksi dan seksual
Pola ini bertujuan untuk menjelaskan fungsi social sebagai alat.
j. Pola pertahanan diri, stress dan toleransi
Adanya faktor stress karena efek hospitalisasi, masalah keuangan, dan meninggalkankeluarga
dirumah
k. Pola keyakinan
Untuk menerapkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama yang dianut dan
konsekuensinya dalam keseharian.
2. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pasien dengan atresia ani post operasi PSARP terdapat
jahitan post op pada daerah anus, terdapat kolostomi, feses keluar melalui kolostomi dengan
frekuensi tidak menentu dan konsistensi cair.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit nutrisi b.d mual muntah
2. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit
3. Ansietas b.d kurang terpapar informasi

C. Intervensi
1. Diagnosa Keperawatan : defisit nutrisi b.d mual muntah
Tujuan : bayi terpenuhi nutrisi nya setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam dengan
kriteria hasil :
a. Bayi tidak muntah lagi
b. Nutrisi terpenuhi
Intervensi :
a. Kaji kebutuhan nutrisi
b. Monitor muntah bayi
c. Kolaborasi pemberian obat melalui infus
2. Diagnosa Keperawatan : Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit
Tujuan : bayi merasa nyaman setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria
hasil:
a. Pola tidur normal
b. Tidak mengalami nyeri
c. Tidak terlihat letih
Intervensi :
a. Kaji managemen nyeri
b. Melakukan kompres panas
c. Melakukan pemantauan nyeri
d. Kolaborasi pemberian obat injeksi untuk pereda nyeri
3. Diagnosa Keperawatan : Ansietas b.d kurang terpapar informasi
Tujuan : orang tua lebih memahami penyakit anaknya setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
3x24 jam dengan kriteria hasil:
a. Ansietas berkurang
b. Pengetahuan bertambah
Intervensi :
a. Melakukan terapi relaksasi pada ibu
b. Memberi dukungan emosi kepada orang tua
c. Memberikan edukasi kepada orang tua
d. Memberikan dukungan pelaksanaan ibadah
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS
DENGAN ATRESIA ANI

A. PENGKAJIAN

Nama : By.N

Nama Panggilan : By. N

Tgl Lahir/Umur : 14 Juni 2021

Jenis kelamin : Perempuan

Agama :-

Bahasa yang dipakai :-

Pendidikan : -
Alamat : Jl. Paanglima Ai’m

Telp : +62

Ruang : Bedah

No. Register : 014

Nama Ayah : Amat

Pekerjaan : Petani

Pendidikan : Tidak tamat SD

Nama Ibu : Kirana

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Pendidikan : Tidak tamat SD

Diagnosa Medis : Atresia Ani

Riwayat Bayi :

Apgar Score : 1ˮ ……………………5ˮ .........................

Usia Gestasi :

Pemeriksaan Antropometri saat lahir :

Berat Badan : Panjang Badan : Lingkar Kepala :

LILA : Lingkar Dada : Lingkar Perut :

Komplikasi Persalinan : Tidak ada ( √ ) Ada ( )

a. Aspirasi mekonium ( )
b. Denyut jantung janin abnormal ( )
c. Prolaps tali pusat / lilitan tali pusat ( )
d. Ketuban pecah dini ( ) ; berapa jam :
e. Ketuban hijau ( )
f. Masalah lain :

Riwayat Ibu :

a. Usia :
b. Gravida :
c. Partus :
d. Abortus :

Jenis Persalinan :

a. Pervaginum ( )
b. Sectio Cesarea ( ) ; Alasan

Komplikasi Kehamilan : Tidak ada ( ) Ada ( )

a. Ruptur plasenta / plasenta previa ( )


b. Pre ekalmpsia / toxcemia ( )
c. Suspect Sepsis ( )
d. Persalinan prematur/post matur ( )
e. Masalah lain :

B. ANALISIS DATA
No Data Fokus Etiologi Masalah
1 Ds : Feses tidak keluar Defisit nutrisi
 Ibu mengatakan anak nya
muntah terus menerus Feses menumpuk
 Ibu mengatakan anak nya
menangis Peningkatan intra
Do: abdominal
 Intake nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Mual,muntah

 Bayi tampak pucat


2 Ds : Gangguan rasa Gejala penyakit
 Ibu mengatakan bayinya nyaman
gelisah
 Ibu mengatakan bayinya
menangis
Do :
 Bayi tampak gelisah
 Bayi tampak menangis terus
menerus
3. Ds : Ansietas Kurang terpapar
 Ibu mengatakan cemas dan informasi
takut melihat bayinya
menderita penyakit tersebut
Do :
 Tampak bingung
 Terlihat khawatir dengan
akibat dari kondisi yang
dihadapi bayinya.
 Terlihat sulit berkonsentrasi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit nutrisi b.d mual muntah
2. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit
3. Ansietas b.d kurang terpapar informasi
D. INTERVENSI
No. DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Defisit nurisi b.d mual,muntah Setelah dilakukannya asuhan keperawatan selama a. Kaji kebutuhan nutrisi
1x24 jam kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan Kriteria
b. Monitor muntah bayi
Hasil :
a. Bayi tidak muntah lagi c. Kolaborasi pemberian obat
b. Nutrisi terpenuhi melalui infus

2. Gangguan rasa nyaman b.d gejala Setelah dilakukannya asuhan keperawatan selama a. Kaji managemen nyeri
1x24 jam diharapkan bayi merasa nyaman
penyakit b. Melakukan kompres panas
Kriteria Hasil :
a. Pola tidur normal c. Melakukan pemantauan nyeri
b. Tidak mengalami nyeri d. Kolaborasi pemberian obat
c. Tidak terlihat letih injeksi untuk pereda nyeri
3.Ansietas b.d kurang terpapar informasi Setelah dilakukannya asuhan keperawatan selama a. Melakukan terapi relaksasi pada
1x24 jam diharapkan ibu bayi lebih memahami
ibu
penyakit anaknya
Kriteria Hasil : b. Memberi dukungan emosi kepada
orang tua
a. Ansietas berkurang
c. Memberikan edukasi kepada orang
b. Pengetahuan bertambah
tua
d. Memberikan dukungan
pelaksanaan ibadah

E. IMPLEMENTASI
No Hari/Tanggal Waktu Implementasi Paraf
. Keperawatan
Dx
1 Senin,21 juni 2021 08.00 – 13.30 1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan tindakan
3. Kontrak waktu
4. Pemberian infus
5. Kaji kebutuhan nutrisi
2 Selasa,22 juni 2021 08.00-13.30 1. Kaji managemen nyeri
2. Melakukan kompres panas
3. Melakukan pemantauan nyeri
4. Kolaborasi pemberian obat
injeksi untuk pereda nyeri
5. Kontak waktu tindakan lanjut
3 Rabu ,23 juni 2021 08.00-13.30 1. Melakukan terapi relaksasi pada ibu
2. Memberi dukungan emosi kepada orang
tua
3. Memberikan edukasi kepada orang tua
4. Memberikan dukungan pelaksanaan
ibadah
F. EVALUASI

No Hari/Tanggal Waktu Catatan Perkembangan Paraf


.
Dx
1 Senin,21 juni 2021 S: Ibu mengatakan bayi tidak muntah lagi
O:
 Bayi tidak muntah lagi
 Nutrisi terpenuhi
A : Masalah nutrisi pada bayi teratasi
P : Lanjutan semua Intervensi yang ada dx.1
2 Selasa,22 juni 2021 S: Ibu dapat menjelaskan kembali teknik relaksasi
O:
 Bayi Tenang
 Tidak menangis
 Tidak mengalami gangguan rasa nyaman
A : Masalah nyeri pada bayi teratasi
P : Lanjutan semua Intervensi yang ada dx.2
3 Rabu ,23 juni 2021 S: orang tua tampak lebih tenang dan relax
O:
 Ansietas berkurang
 Pengetahuan bertambah

A : Masalah ansietas pada orang tua teratasi


P : Lanjutan semua Intervensi yang ada dx.3

Anda mungkin juga menyukai