Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

SISTEM KARDIOVASKULER : HIPERTENSI


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan medikal bedah I

DISUSUN OLEH :

Nama : Yusrizal Pamungkas


NIM : E.0105.18.042

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR CIMAHI

2021
A. LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita
penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit syaraf, ginjal, dan
pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya. (Sylvia A.Price)

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan


darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas dan angka
kematian ( mortalitas ) ( Adib, 2009 )

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang
mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat
istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.

Secara sederhana, seseorang dikatakan menderita Tekanan Darah Tinggi  jika


tekanan Sistolik lebih besar daripada 140 mmHg atau tekanan Diastolik lebih  besar dari 90
mmHg. Tekanan darah ideal adalah 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk Diastolik.

2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan:
1. Hipertensi Primer (Esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik kerena tidak diketahui penyebabnya, faktor yang
mempengaruhinya yaitu: genetic, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem renin.
Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan
resiko: obesitas, merokok, alcohol dan polistemia.
2. Hipertensi Sekunder
Penyebab yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan hipertensi
yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas:
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan/atau
tekanan diastolic sama atau lebih besar dari 90 mmHg
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan
tekanan diastolic lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada:
1. Elastisitas dinding aorta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemanapun jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20
tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya
kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula  jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke
ganglia simpatis di torak dan abdomen. Rangsangan  pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke  pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriktor. Individu
dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan
jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pathway
4. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi:
a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arterial oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala
dan kelelahan. Dalam kenyataan ini merupakan gejala terlazim yang mengenal
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun.

5. Penatalaksanaan
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah
raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran
darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk
mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang
berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit). Pengobatan hipertensi secara garis besar
dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

1) Pengobatan non obat (non farmakologis)


Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga
pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda.
Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non
farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan
yang lebih baik.
Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :
a. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
b. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.  
c. Ciptakan keadaan rileks Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis
dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
d. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit
sebanyak 3-4 kali seminggu.
e. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol.
2) Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat
ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.
a. Diuretik
b. Penghambat Simpatetik
c. Betabloker
d. Vasodilator
e. Penghambat ensim konversi Angiotensin
f. Antagonis kalsium
g. Penghambat Reseptor Angiotensin II

6. Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi .

a. Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, transient ischemic attack
(TIA).
b. Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut (IMA).
c. Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
d. Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
A. Identitas klien
Pada kasus hipertensi biasanya ditemukan pada usia lansia, atau dengan klien yang
obesitas
B. Keluhan utama
Pada kasus hipertensi, ditemukan keluhan utama adanya pusing yang hebat.
C. Riwayat kesehatan sekarang
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan
tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah
sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang
bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal.

D. Riwayat kesehatan yang lalu


Saat dikaji pasien hipertensi biasanya didapat riwayat penyakit jantung koroner,
merokok, penyalahgunaan obat, tingkat stress yang tinggi, dan gaya hidup yang
kurang beraktivitas.

E. Pemeriksaan fisik persistem


- Keadaan umum
Kaji tingkat kesadaran ( GCS ) kehilangan sensasi, susunan saraf dikaji (Nevrus
I-XII )gangguan penlihatan, gangguan ingatan
- Mengkaji tanda-tanda vital
Kesadaran bisa compos mentis sampai mengalami penurunan keadaran
kehilangan sensasi, susunan saraf dikaji (I-XII) gangguan penglihatan, gangguan
ingatan, tonus otot menurun dan kehilangan reflek tonus, BB biasanya
mengalami penurunan, tanda-tanda vital biasanya melebihi batas normal.
1. System pengindraan (penglihatan)
Pada kasus hipertensi, terdapat gangguan penglihatan seperti penglihatan
menurun, buta total, kehilangan daya lihat sebagian (kebutaan monokuler),
penglihatan ganda, (diplopia)/gangguan yang lain. Ukuran reaksi pupil tidak
sama, kesulitan untuk melihat objek, warna dan wajah yang pernah dikenali
dengan baik.
2. System penciuman
Terdapat gangguan pada system penciuman, terdapat hambatan jalan nafas.
3. System pernafasan
Adanya batuk atau hambatan jalan nafas, suara nafas tredengar ronki ( aspirasi
sekresi)
4. System kardiovaskular
Nadi, frekuensi dapat bervariasi (karena ketidakstabilan fungsi jantung atau
kondisi jantung), perubahan EKG, adanya penyakit jantung miocard infark,
rematik atau penyakit jantung vaskuler.
5. System pencernaan
Ketidakmampua menelan, mengunyah, tidak mampu memenuhi kebutuhan
nutrisi sendiri.
6. System urinaria
Terdapat perubahan system berkemih seperti inkontinensia.
7. System musculoskeletal
Kaji kekuatan dan gangguan tonus otot, pada klien hipertensi didapat klien
merasa kesulitan untuk melakuakn aktvitas karena kelemahan, kesemuatan atau
kebas.
8. System integument
Keadaan turgor kulit, ada tidaknya lesi, oedem, distribusi rambut.
F. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan penunjang menurut FKUI dan Dosen Fakultas kedokteran
USU, Abdul Madjid , meliputi:

- Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi


bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan factor resiko lain atau
mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urin analisa, darah perifer
lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol
total, HDL, LDL.
- Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi), IVP (dapat
mengidentifikasi hipertensi, sebagai tambahan dapat dilakukan  pemerisaan lain,
seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH dan ekordiografi.
- Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN /creatinin (fungsi ginjal), glucose (DM)
kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat), kalsium
serum (peningkatan dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol dan tri gliserit
(indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan vasokonstrisi),
urinanalisa protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat (factor
penyebab hipertensi).
- Pemeriksaan radiologi : Foto dada dan CT scan
G. Penatalaksanaan klinis
1. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat
kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya
pompa jantung menjadi lebih ringan.
Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
2. Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf
yang bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa,
Klonidin dan Reserpin.
3. Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya  pompa
jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui
mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah :
Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus
hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula
dalam darah turun menjadi sangat rendah yang  bisa berakibat bahaya bagi
penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala  bronkospasme (penyempitan
saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.
4. Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot
polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah :
Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari
pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.
5. Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II
(zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang
termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul
adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
6. Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah :
Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah :
sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.
7. Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II
pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-
obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek
samping yang mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual.

H. Analisa data
No DATA PENUNJANG ETIOLOGI MASALAH
1 Tanda mayor : Hipertensi Penurunan
DS : curah jantung
1. Perubahan irama jantung
1) palpitasi Kerusakan vesikuler
2. Perubahan preload pembuluh darah
1) lelah
3. Perubahan afterload
1) Dyspnea Penyumbatan
4. Perubahan kontraktilitas pembuluh darah
1) Paroxysmal nocturnal
dyspnea (PNDP)
2) Ortopnea Vasokoritriksi
3) Batuk
DO :
1. Perubahan irama jantung Gangguan sirkulasi
1) Bradikardia/takikardia
2) Gambaran EKG aritmia
atau ganngguan konduksi Pembuluh darah
2. Perubahan preload
1) Edema
2) Distenasi vena jugularis Sistemik
3) Central venous pressure
(CVP)
meningkat/menurun Vasokontriksi
4) Hepatomegaly
3. Perubahan afterload
1) Tekanan daarah Afterload meningkat
meningkat/menurun
2) Nadi perifer teraba lemah
3) Capillary refill time >3 Penurunan curah
detik jantung
4) Oliguria
5) Warna kulit pucat
ddan/atau sianosis
4. Perubahan kontraktilitas
1) Terdengar suara jantung
S3 dan/atau S4
2) Ejection fraction (EF)
menurun

Tanda Minor
DS :
1. Perilaku emosional
1) Cemas
2) Gelisah
DO :
1. Perubahan preload
1) Murmur jantung
2) Berat badan bertaambah
3) Pulmonary artery wedge
pressure (PAWP)
menurun
2. Perubahan afterload
1) Pulmonary vascular
resistance (PVR)
meningkat/menurun
2) Systemic vascular
ristance (SVR)
meningkat/menurun
3. Perubahan kontraktilitas
1) Cardiac index (CI)
menurun
2) Left ventricular stroke
work index (LVSWI)
menurun
3) Stroke volume index
(SVI) menurun
2 Tanda Mayor Hipertensi Gangguan rasa
DS : nyaman : nyeri
1. Mengeluh tidak nyaman kepala
DO : Kerusakan vesikuler
1. Gelisah pembuluh darah

Tanda Minor
DS : Penyumbatan
1. Mengeluh sulit tidur pembuluh darah
2. Tidak mampu rileks
3. Mengeluh
kedinginan/kepanasan Vasokoritriksi
4. Marasa gatal
5. Mengeluh mual
6. Mengeluh lelah Gangguan sirkulasi
DO :
1. Menunjukan gejala distress
2. Tampak merintih/menangis Otak
3. Pola eliminasi berubah
4. Postur tubuh berubah
5. Iritabilitas Resistensi pembuluh
darah otak
meningkat

Gangguan rasa
nyaman : nyeri
kepala
3 Tanda mayor Hipertensi Gangguan
DS : - perfusi jaringan
DO :
1. Pengisian kapiler >3 detik Kerusakan vesikuler
2. Nadi perifer menurun atau pembuluh darah
tidak teraba
3. Akral teraba dingin
4. Warna kulit pucat Penyumbatan
5. Turgor kulit menurun pembuluh darah

Tanda Minor
DS : Vasokoritriksi
1. Parastesia
2. Nyeri ekstremitas
(klaudikasi intermiten) Gangguan sirkulasi
DO :;
1. Edema
2. Penyembuhan luka lambat Otak
3. Indeks ankle-brachial <0,90
4. Bruit femoral
Suplai O2 otak
menurun

Sinkop

Gangguan perfusi
jaringan

7. Diagnosa keperawatan prioritas


a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventrikular.
b. Gangguan rasa nyaman : nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral.
c. Potensial perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan
gangguan sirkulasi.

8. Rencana asuhan keperawatan


NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap Tujuan setelah - Pantau TD, ukur - Perbandingan dari
diberikan pada kedua tangan, tekanan memberi
penurunan curah
asuhan gunakan manset gambaran yang
jantung berhubungan keperawatan dan teknik yang lebih lengkap
selama 2x24 tepat. tentang
dengan peningkatan
jam, keterlibatan /
afterload, diharapkan Menurunkan stress
Afterload tidak dan ketegangan
vasokonstriksi, iskemia
meningkat, yang
miokard, hipertropi tidak terjadi mempengaruhi TD
vasokonstriksi, dan perjalanan
ventrikular.
tidak terjadi penyakit
iskemia hipertensibidang
miokard. masalah.
kriteria hasil : - Catat keberadaan, - Mencerminkan
Klien kualisasi denyutan efek dari
berpartisipasi sentral dan perifer. kosakonstraksi
dalam aktivitas (peningkatan SVR
yang 0 dan kongesti
menurunkan vena
tekanan darah / - Auskultasi tonus - Dapat
beban kerja jantung dan bunyi mengidentifikasi
jantung, nafas. kongesti paru
mempertahank sekunder terhadap
an TD dalam terjadinya atau
rentang gagal jantung
individu yang kronik.
dapat di - Berikan - Menurunkan stress
terima, lingkungan tenang, dan ketegangan
memperlihatka nyaman, kurangi yang
n normal dan aktivitas. mempengaruhi TD
frekuensi dan perjalanan
jantung stabil penyakit hipertensi
dalam rentang - Kolaborasi dengan - Karena efek
normal pasien. dokter dalam samping obat
pemberia obat. tersebut maka
penting untuk
menggunakan obat
dalam jumlah
penting sedikit dan
dosis paling
rendah.
2. Gangguan rasa Tujuan setelah - Kaji respon pasien - Untuk mengetahui
nyaman : nyeri (sakit diberikan terhadap aktivitas. bagaimana respon
kepala) berhubungan asuhan - klien
dengan peningkatan keperawatan - Berikan dorongan - Kemajuan aktivitas
tekanan vaskuler selama 2x24 untuk melakukan berharap mencegah
serebral. jam, aktivitas peningkatan kerja
diharapkan - jantung tiba-tiba.
Tekanan - Instruksikan pasien - Tekinik
vaskuler terhadap teknik menghemat energi
serebral tidak penghematan mengurangi
meningkat. energi. penggunaan energi
Kriteria hasil: membantu
Pasien keseimbangan
mengungkapka antara suplai dan
n tidak adanya kebutuhan O2.
sakit kepala
dan tampak
nyaman.
3. Potensial perubahan Tujuan setelah - Pertahanka tirah - teknik tirah baring
perfusi jaringan : diberikan baring ; tinggikan dapat membantu
serebral, ginjal, jantung asuhan kepala tempat lancarnya sirkulasi.
berhubungan dengan keperawatan tidur.
gangguan sirkulasi. selama 2x24 - Kaji tekanan darah - Untuk memantau
jam, saat masuk pada tekanan darah
diharapkan kedua lengan ; sebagai acuan
Sirkulasi tubuh tidur, duduk perawat dalam
tidak dengan pemantau status pasien
terganggu. tekanan arteri jika
Kriteria Hasil : tersedia.
Pasien - Pertahankan cairan - Mempertahankan
mendemonstras dan obat-obatan keseimbangan
ikan perfusi sesuai dengan cairan dan
jaringan yang pesanan. elektrolit.
membaik - Amati adanya
seperti hipotensi
ditunjukkan mendadak
dengan : TD - Ukur masukan dan
dalam batas pengeluaran.
yang dapat - Pantau elektroli,
diterima, tidak BUN, kreatinin
ada keluhan sesuai pesanan.
sakit kepala,
pusing, nilai-
nilai
laboratorium
dalam batas
normal.

DAFTAR PUSTAKA
- Adib, M . (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan
Stroke. Edisi I Yogyakarta: CV. Dianloka.
- Muttaqin, A (2009). PengantarAsuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai