Anda di halaman 1dari 6

PENDIDIKAN KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN


KESEHATAN BALI
Jln. Tukad Balian No. 180,
Denpasar-Bali

Tanggal Terbit Ditetapkan


SOP PEMERIKSAAN 22-06-2020 Institut Teknologi dan Kesehatan Bali Dosen Akademik
SISTEM KARDIOVASKULER Rektor,
Tanggal
Revisi
I Gd Pt Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., Ph.D Ns. I Nengah Adiana,
NIDN. 0823067802 M.Kep., Sp.KepMB
1. PENGERTIAN Melakukan pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler

2. TUJUAN /MANFAAT 1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yg dialami oleh pasien


2. Mendukung diagnosis dari masalah keperawatan yg dialami pasien
3. Memantau kondisi pasien secara cepat & efisien
4. Mengevaluasi respon pasien terhadap intervensi yg telah diberikan

3. SASARAN Pemeriksaan ini dilakukan pada setiap pasien sesuai dengan kebutuhan.

4. PERSIAPAN KERJA A. Persiapan Perawat


1) Fase Pre Interaksi 1. Perawat memahami dan mampu melakukan prosedur pemeriksaan
pemeriksaan fisik kardiovaskuler
2. Memeriksa intervensi yang akan dilakukan dengan rencana keperawatan
dan intruksi
3. Mempersiapkan diri perawat sebelum ke pasien (pengetahuan &
penampilan)
2) Fase Orientasi
B. Persiapan Alat
1. Tensimeter (sfigmomanometer dengan manset)
2. Stetoskop
3. Handscoen/ sarung tangan
4. Jam tangan detik atau layar digital
5. Penggaris
6. Lampu/senter
7. Buku catatan dan alat tulis

C. Persiapan Pasien
1. Beri salam & memperkenalkan diri
2. Identifikasi nama pasien
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah/ prosedur yang akan dilakukan
5. Menanyakan kesediaan pasien untuk dilakukan prosedur pemeriksaan
6. Kaji kebutuhan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan

D. Persiapan Lingkungan
1. Meminta pengunjung/keluarga untuk meninggalkan ruangan selama
tindakan
2. Menjaga privasi pasien dg memasang sampiran/menutup pintu

5. TAHAPAN KERJA A. Pemeriksaan Tangan dan Kulit


(Fase Kerja) 1. Periksa tanda-tanda pewarnaan tembakau
2. Periksa adanya sianosis perifer
3. Rasakan temparatur tangan dan kulit
4. Periksa adanya jari tabuh
5. Periksa adanya Splinter haemorrages pada kuku (tanda linier berwarna
merah kecoklatansepanjang aksis jari tangan dan kaki, yang diduga
terjadi akibat komplek imun yang bersirkulasi)
6. Lihatlah bagian telapak tangan untuk mencari
a. Lesi janelway, bercak merah, tidak nyeri dan akan memutih bila
ditekan)
b. Nodus Olser, lesi eritama menonjol dan nyeri
7. Lihatlah permukaan telapak tangan dan ekstensor tangan untuk mencari
xantoma (warna kulit yang kuning atau nodul tendon akibat deposit lipid)
8. Lihat keseluruhan kulit untuk mencari petekie

B. Wajah dan Mata


1. Pada mulut dan bibir adakah sianosis sentral
2. Pada kelopak mata adakah xantelasma (plak lunak kekuningan periorbita
dan bagian medial kelopak mata yang dihubungkan dengan
hiperlipidemia)
3. Pada iris periksa arkus kornea
4. Pada konjungtiva untuk mencari petekie
5. Pemeriksaan funduskopi untuk mencari gambaran hipertensi, diabetes
dan roth’s spots (k/p)
C. Denyut Arteri Radialis, Brachialis, Karotis dan Femoralis
Arteri Radialis
1. Tempatkan jari telunjuk dan jari tengah pada arteri radialis kanan
2. Nilai kecepatan dan irama nadi
3. Hitung frekuensi denyut dalam 30 detik, kalikan dua (regular) dan
periksa denyut 1 menit penuh (irregular)
4. Untuk mendeteksi denyut yang kolaps: pertama pastikan pasien tidak
memiliki hambatan bergerak atau nyeri pada pundak ataupun lengan.
Rasakan denyut dengan dasar jari anda lalu angkat lengan pasien
vertical keatas kepala pasien
5. Palpasi kedua denyut arteri radialis bersamaan, nilai adakah
keterlambatan antara keduanya dan adakah perbedaan antara kedua
volume denyut
6. Palpasi denyut arteri radialis dan femoralis secara bersamaan dan
sekali lagi nilai adakah perbedaan waktu dan volume

Arteri Brakialis
1. Gunakan jari telunjuk dan jari tengah untuk melakukan palpasi denyut
ini pada bagian bawah humerus, tepat berada diatas sendi siku. Nilai
Karakter dan volumenya

Arteri Karotis
1. Jelaskan pada pasien akan melakukan pemeriksaan arteri karotis
2. Baringkan pasien pada posisi setengah berbaring untuk berjaga jaga
jika timbul efek bradikardia
3. Dengan berlahan, letakan ujung jari diantara laring dan batas anterior
otot sternokleidomastoideus dan rasakan denyutanya
4. Dengarkan bruit pada kedua arteri karotis dengan menggunakan
stetoskop bagian diafragma saat pasien menahan inspirasi

Arteri Femoralis
1. Baringkan pasien pada posisi terlentang dan jelaskan tindakan yang
akan dilakukan
2. Tempatkan jari telunjuk dan jari tengah anda di atas arteri femoralis,
yang terletak inferior dari titik tengah antara spina iliakaanterior
superior dan pubis
3. Periksa keterlambatan radiofemoral (koarktasio) dengan merasakan
denyut radialis secara bersamaan
4. Dengarkan bruit pada kedua arteri femoralis dengan menggunakan
stetoskok bagian diafragma

D. Mengukur Tekanan Darah


1. Cuci tangan
2. Istirahatkan pasien selama 5 menit
3. Atur posisi yang nyaman untuk pasien.
4. Selalu lakukan pengukuran tekanan darah pada kedua lengan (arteri
brakialis); pengukuran yang lebih tinggi dari kedua lengan tersebut
adalah yang lebih sesuai dengan tekanan aorta sentral
5. Dengan pasien dalam keadaan duduk atau berbaring, bantulah agar
lengan pasien dengan nyaman berada pada posisi setinggi jantung,
tanpa ada pakaian ketat yang membatasi lengan atas. Pengukuran
dapat dilakukan melewati pakaian tipis dan tidak akan mempengaruhi
hasil pengukuran
6. Manset sfignomanometer yang biasa memiliki lebar 12.5 cm dengan
panjang 30-35 cm. Singsikan lengan baju pasien ± 12.5 cm di atas
siku (di atas fossa cubiti). Letakkan manset pada lengan atas dengan
bagian tengah karet manset berada di atas arteri brakialis (manset
tidak terlalu ketat dan longgar), dengan posisi manset 2-3 cm di atas
antecubital.
7. Palpasi denyut arteri brakialis
8. Kembungkan manset hingga denyut tidak teraba, Perhatikan tekanan
pada manometer (hal ini akan memberikan gambaran kasar tekanan
sistolik)
9. Kembungkan manset sekitar 30 mmHg lagi, pasang stetoskop dan
dengarkan melalui stetoskop bagian diafragma yang terletak di atas
arteri brakialis
10. Kempiskan manset secara berlahan (2-3 mmHg/detik) sampai
terdengar bunyi detakan (fase 1 bunyi korotkoff), Inilah tekanan
sistolik pasien
11. Lakukan pengempisan manset hingga bunyi korotkoff II, III dan IV
sampai bunyi menghilang, yaitu korotkoff IV pada anak dan V pada
dewasa
12. Catat tekanan sampai seluruh bunyi menghilang yang merupakan
tekanan distolik (fase 5 bunyi korotkoff). Jika bunyi terus menetap
dan tidak menghilang gunakan titik mulai melemahnya bunyi ini
sebagai tekanan diastolik
13. Pada waktu melihat skala mata setinggi skala tersebut, bila hasilnya
meragukan perlu diulang kembali (tunggu 15-30 menit)
14. Menurunkan air raksa sampai dengan 0 (nol) dan mengunci reservoir
15. Melepaskan manset dan mengeluarkan udara yang masih tertinggal di
manset
16. Menggulung manset dan memasukkan ke dalam tensi meter
E. Tekanan Vena jugularis (JVP)
1. Tinggikan sedikit kepala pasien dengan menaruh bantal dibawahnya,
sehingga otot-otot sternokleidomastoideus rileks
2. Tinggikan kepala ranjang 30˚-45˚
3. Miringkan kepala pasien sedikit menjauh sisi leher yang akan
diperiksa. Gunakan pencahayaan dengan sudut miring jika JVP sulit
dinilai
4. Jika perlu tinggikan dan turunkan kepala ranjang sampai dpt melihat
titik osilasi/pulsasi vena jugularis interna atau dengan menggunakan
uji abdomino jugular atau oklusi untuk mengkonfirmasi bahwa yang
terlihat adalah denyut JVP
5. Fokus pd vena jugular interna kanan, cari pulsasi pd insisura sterni
diantara insersio muskulus sternomastoideus pd os sternum dan
clavicula
6. Kenali pulsasi tertinggi pd vena jugularis interna kanan, bentankan
benda bentuk persegi secara horizontal dari titik ini dan kemudian
letakan sebuah penggaris (cm) secara vertikal pd angulus sterni shg
terbentuk sudut 90˚. JVP adalah ketinggian vertikal dalam sentimeter
diantara batas atas pulsasi vena dan sudut sternum (persimpangan
manubrium dan sternum (angulus sterni) pada ketinggian tulang
rawan iga ke dua)
7. Jarak diatas angulus sterni atau atrium kanan merupakan JVP

F. PREKORDIUM
Inspeksi & Palpasi
1. Jelaskan bahwa dada pasien akan diperiksa dan mintalah pasien untuk
membuka seluruh baju dari pinggang ke atas. Usahakan dada pasien
wanita sedapat mingkin tertutup kain
2. Inspeksi prekordium saat pasien duduk dengan sudut 45˚ dengan
pundak horizontal. Carilah luka bekas operasi, pulsasi yang tampak
dan deformitas dada
3. Tepatkan tangan kanan mendatar pada prekordium untuk memperoleh
kesan umum akan impuls jantung
4. Lokasikan detak apeks dengan meletakan jari-jari pada dada, pararel
dengan sela iga; jika detak tidak terasa mintalah pasien untuk miring
ke sisi kirinya
5. Nilai karakteristik detak apeks dan catat posisinya
6. Tempatkan tepi telapak tangan kanan pada area parasternal dengan
kuat, dan rasakan adakah heave ventrikel kanan. Mintalah pasien
untuk menahan napas saat ekspirasi
7. Palpasi untuk mencari thrills pada apeks dan kedua sisi sternum
dengan menggunakan bagian datar jari-jari anda

Auskultasi
Pastikan ruangan tenang saat melakukan auskultasi. Stetoskop sebaiknya
dapat digunakan dengan nyaman, dengan arah sudut earpiece sedikit ke
depan. Panjang pipa stetoskop sebaiknya sekitar 25 cm dan cukup tebal untuk
mengurangi bunyi eksternal
1. Dengarkan dengan mengunakan stetoskop bagian diafrgma pada
bagian apeks, tepi bawah sternum kiri, tepi atas sternum kanan dan
kiri
2. Dengarkan dengan mengunakan stetoskop bagian bell pada bagian
apeks, tepi bawah sternum kiri
3. Dengarkan pada arteri karotis (bising ejeksi sistolik pada stenosis
aorta) dan pada aksila kiri (bising pansistolik pada regurgitasi mitral)
4. Pada setiap tempat, lakukan identifikasi bunyi jantung pertama dan
kedua. Nilai karakter dan intensitas bunyi jantung, perhatikan adakah
split bunyi jantung kedua. Palpasi denyut arteri karotis untuk
menentukan waktu/fase terjadinya bising. Bunyi jantung pertama (s1)
hampir mendahului detak pulsasi karotis, sementara bunyi jantung
kedua (S2), jelas diluar fase tersebut
5. Konsentrasi pada bagian sistolik (interval antara s1 dan S2) dan
diastolic (interval antara s2 dan s1). Perhatikan adanya bunyi jantung
tambahan maupun bising.
6. Miringkan pasien ke sisi kiri. Dengarkan bagian apeks dengan
menggunakan tekanan ringan menggunakan bell stetoskop untuk
mendeteksi missing middiastolik dan presistolik pada stenosis mitral
7. Mintalah pasien untuk duduk dan membungkuk ke depan, lalu
menghembuskan napas sepenuhnya dan menahan napasnya.
Dengarkan pada sela interkosta 2 pada tepi kiri sternum dengan
menggunakan stetoskop bagian diafragma untuk mengenali bising
pada regurgitasi aorta
8. Catat karakter dan intensitas bising yang terdengar
9. Lakukan pemeriksaan secara teratur setiap melakukan auskultasi
sehingga anda tidak mencari cari kelainan minor. Identifikasi dan
deskripsikan hal-hal berikut
a. Bunyi jantung pertama dan kedua (s1 dan s2)
b. Bunyi jantung ekstra (s3 dan s4)
c. Bunyi tambahan spt klik dan snap
d. Perikardial rubs
e. Bising pada sistolik dan diastolik
G. Pemeriksaan sistem vaskuler perifer (Arteri)
1. Lengan
 Periksalah denyut arteri radialis dan brakhialis
 Ukur tekanan darah di kedua lengan
2. Abdomen
 Cari pulsasi yang nyata
 Palpasi dan dengarkan area disekitar aorta abdominalis. Bifukasio
aorta terletak pada tingkat ketinggian umbilicus, jadi rasakan
epigastrium, untuk Aneurisma Aorta Abdominal (AAA). Pada pasien
yang kurus aorta yang berbelok belok tetapi dengan diameter yang
normal dapat terasa seperti aneurisma. Jika terdapat kecurigaan
lakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan duplex ultrasound scan.
Masa berdenyut dibawah umbilicus menandakan aneurisma iliaka
3. Tungkai
 Inspeksi dan raba tungkai dan kaki untuk perubahan yang
menandakan iskemia, termasuk temparatur dan perubahan warna
 Perhatikan bekas luka dari operasi vaskuler ataupun non vaskuler
sebelumnya serta posisi, batas, kedalaman, dan warna dari setiap
ulserasi
 Lihatlah secara khusus adakah luka diantara jari-jaki kaki dan tumit
untuk melihat adanya perubahan iskemik (lokasi tersering dari luka
akibat tekanan)
4. Denyut Nadi Femoralis
 Mintalah pasien berbaring dan jelaskan apa yang akan dilakukan
 Tempatkan jari telunjuk dan jari tengah pada arteri femoralis. Denyut
arteri femoralis mungkin akan sulit ditemukan pada pasien yang
obesitas
 Dengarkan adanya bruit pada kedua arteri femoralis dengan
menggunakan stetoskop bagian diafragma
5. Denyut Arteri Poplitea
 Minta pasien untuk berbaring pada permukaan yang keras dan
nyaman dengan rileks
 Fleksikan lutut pasien 30˚
 Dengan menggunakan ibu jari di depan lutut dan jari-jari lainnya di
bagian belakang, tekanlah dengan keras pada bagian garis tengah di
atas arteri poplitea
 Lalu geser jari anda 2-3 cm di bawah lipatan lutut dan cobalah untuk
menekan arteri tersebut ke bagian belakang tibia karena lengkung ini
berjalan di bawah lengkung soleal
6. Denyut Arteri Tibialis Posterior
 Rasakan 2 cm dibawah dan 2 cm dibelakang maleolus medial dengan
menggunakan ketiga jari bagian tengah
7. Denyut Arteri Dorsalis Pedis
 Dengan menggunakan ketiga jari bagian tengah rasakan bagian
tengah dorsum kaki sedikit lateral dari tendon ekstensor hallucis
longus

Uji Buerger
1. Dengan pasien berbaring terlentang, berdirilah pada sisi kaki tempat tidur.
Naikkan kaki pasien dan ganjal tungkainya sehingga membentuk sudut
45˚ terhadap aksis horizontal selama 2-3 menit
2. Perhatikan adakah warna kepucatan seiring pengosongan atau drainase dari
vena-vena superficial
3. Mintalah pasien untuk duduk dan menggantung tungkainya di tepi tempat
tidur
4. Perhatikan adakah hiperemesis reaktif pada keadaan tergantung; hilangnya
warna pucat dan menyebarnya kembali warna kemerahan menandakan
hasil uji yang positif

H. Pemeriksaan sistem vaskuler perifer Vena (Tromboflebitis Vena Superfisial)


Pemeriksaan Fisik
Pajankan tungkai pasien dan periksalah dalam keadaan pasien berdiri dan
berbaring terlentang
1. Inspeksi kulit, adakah perubahan warna, pembengkakan dan dilatasi vena
superfisial serta vena yang berbelok belok
2. Rasakan adanya perubahan temparatur
3. Tekan dengan menggunakan ujung jari diatas mata kaki pasien sebelah
medial selama beberapa detik (dengan lembut, hal ini bisa menimbulkan
rasa nyeri, jangan melakukan hal ini pada area disekitar ulkus), dan
lihatlah apakah bekas tekanan jari menimbulkan lekukan (pitting edema)
4. Jika tungkai sangat membengkak, tekanlah pada tingkat yang lebih tinggi
untuk menentukan perluasan edema
5. Jika menemukan edema, lakukan pemeriksaan JVP. Jika JVP meningkat
hal ini mungkin menandakan hipertensi pulmonal atau penyakit jantung
sebagai penyebab
6. Elevasikan tungkai sekitar 15˚ di atas garis horizontal dan catat
kecepatan pengosongan vena
7. Jika perlu lakukan uji trendelenburg untuk mendeteksi refluks pada
persimpangan safenofemoral

Uji Trendelenburg
1. Minta pasien untuk duduk di tepi bangku pemeriksaan
2. Elevasikan tungkai sejauh mungkin yang masih nyaman bagi pasien dan
kosongkan vena superficial dengan “memerah” tungkai kearah
selangkangan
3. Dengan tungkai pasien masih terangkat, tekan area pesimpangan
safenofemoral (2-3 cm di bawah dan 2-3 cm lateral dari tuberkel pubis)
dengan ibu jari. Hal ini juga dapat dilakukan dengan mengguanakan
torniket paha
4. Minta pasien untuk berdiri sementara pemeriksa mempertahankan
tekanan diatas persimpangan safenofemoral
5. Jika terdapat refluks safenofemoral, vena verikosa pasien tidak akan
terisi sampai telah dilepasnya tahanan jari pemeriksa atau torniket paha

6. EVALUASI 1. Evaluasi perasaan pasien (merasa aman dan nyaman)


2. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
3. Dokumentasikan prosedur dan hasil observasi

7. DOKUMEN TERKAIT Douglas, G., Nicol, F., Robertson, C. (2013). Pemeriksaan Klinis Macleod.
Singapura: Elsevier
Poltekes Depkes Jakarta III, 2009, Panduan Praktik Kebutuhan Dasar Manusia
I, Jakarta: Salemba Medika
Ratna Aryani, 2009, Prosedur Klinik Keperawatan Pada Mata Ajar Kebutuhan
Dasar Manusia, Jakarta :Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai