EMANUEL I. LEWAR Pengertian • Suatu tindakan pembedahan mengangkat organ lien pada kasus trauma dan non trauma
• Keadaan lien yang patologis akibat suatu
penyakit darah dan atau kerusakan lien krn suatu trauma yang tidak memungkinkan dilakukan repair guna mempertahankan kondisi lien Indikasi • Limpa yang pecah atau ruptur. • Pembesaran limpa • Kelainan darah seperti idiopathic thrombocytopenic purpura (ITP), anemia hemolitik, polisitemia vera, dan thalasemia. • Kanker seperti limfoma Hodgkin’s, limfoma non- Hodgkin’s, dan beberapa jenis leukemia (kanker darah) • Infeksi yang menyebabkan abses dan penumpukan cairan nanah di limpa, • Kista atau tumor pada limpa Splenektomi , tdd : 1. Teknik bedah terbuka tradisional 2. Tteknik minim invasif. 1. Bedah terbuka : • Teknik ini membutuhkan sayatan yang cukup besar di bagian kiri perut untuk mengakses rusuk pada letak limpa berada • Aliran darah ke limpa akan dihentikan dan limpa dilepaskan dari pankreas. 2. Splenektomi laparoskopi • adalah prosedur minim invasif yang menggunakan alat laparoskop, yaitu alat tipis dan panjang yang dilengkapi dengan kamera dan lampu di ujungnya. • Prosedur ini membutuhkan 3-4 sayatan kecil di perut untuk memasukkan laparoskop dan alat bedah kecil lainnya. Resiko Spleneltomi • Perdarahan • Terbentuknya bekuan darah • Reaksi alergi terhadap obat bius • Infeksi • Kerusakan di organ sekitar limpa seperti pankreas dan usus besar • Peningkatan potensi infeksi setelah limpa terangkat I. PENGKAJIAN 1. Riwayat penyakit sesuai indikasi pembedahan 2. Pemeriksaan fisiik 1) Kardiovaskular: Pelebaran QRS , gagal jantung kongestif, dan dysrhythmia. 2) Pernapasan: Atelektasis lobus bawah, fibrosis paru dan agen kemoterapi lainnya dapat menyebabkan toksisitas paru. 3) Neurologis: Defisit neurologis berikut agen kemoterapi. neuropati perifer. 4) Hematologi: Pasien cenderung memiliki splenomegali sekunder untuk penyakit hematologi (penyakit Hodgkin, leukemia). 5) Hati: • Evaluasi fungsi hati , jika sedang konsumsi agen kemoterapi (methotrexate, 6-merkaptopurin) • Hepatotoksik • Tes fungsi harus dipertimbangkan pada pasien dianggap beresiko. 6) Ginjal: Beberapa obat kemoterapi (metotreksat, cisplatin) adalah nefrotoksik. Pasien terkena agen tersebut potensial insufisiensi ginjal. 7) Tes lab: LED, CT, BT, Trombosit, elektrolit Cont.. Pengkajian 3. Pengkajian Anestesi : Riwayat anestesi dan operasi sebelumnya. Riwayat penyakit sistemik (diabetes melitus, hipertensi, kardiovaskuler, tb, asma) Pemakaian obat tertentu, seperti anti diabetik, antikoagulan, kortikosteroid, antihipertensi secara teratur. Riwayat diet (kapan makan atau minum terakhir. Jelaskan perlunya puasa sebelum operasi) Kebiasaan-kebiasaan pasien (perokok berat, pemakai alkohol atau obat-obatan) Riwayat alergi Kehilangan cairan saat dikaji (perdarahan, muntah, diare) Tanggal mensturasi terakhir Riwayat penyakit keluarga Cont.. Pengkajian 4. Status Kesehatan Saat ini : • Hilangnya gigi • Pingsan • • Kejang Masalah leher pendek • Stroke • Batuk • Sedang hamil • Sesak napas • Kelainan tulang belakang • Gangguan saluran napas • Obesitas atas • Tingkat kecemasan: • Nyeri dada • Nyeri • Denyut jantung tidak normal • Muntah 7. Pertimbangkan profilasis aspirasi 8. Obat-obatan : jika sdg konsumsi steroid 9. Pertimbangan Anestesi : - GA , PET balance anestesi dgn nafas kendali II. Masalah Kes. Anest Yg Sering Muncul
Masalah kes Anest ( sesuai Starkomnas PA):
A. Pre Anestesi : 1. Kecemasan 2. Nyeri 3. RK Agen Anestesi B. Intra Anestesi : Masalah Intra Anest diperoleh Monitoring Capem Intra Anest 1. Risiko Trauma Pembedahan 2. RK Disfungsi Respirasi ( hipoksia, bronkospasme, edema laring) 3. Tidak efektif fungsi respirasi ( obstruksi jln napas, tidak efektif pola napas, aspirasi, napas, henti napas ) 4. RK Disfungsi KVS ( Penurunan CO, hipotensi, hipertensi, disritmia/aritmia, cardiac arest ) 5. Risiko ketidakseimbangan cairan ( kekurangan, kelebihan ) 6. Predarahan 7. Syok 8. RK disfungsi termoregulasi ( hipotermi, hipertermi) 9. RK disfungsi Neuromuskuler ( Peningkatan TIK, Peningkatan TIO, kompresi medulla spinalis, kejang, keruskan saraf perifer, tangan dan kaki ) 10.Rsisko hipersensitifitas agen anestesi 11.Tersadar intra operasi C. Pasca Anest Masalah Pasca Anest diperoleh Dari Monitoring Capem Pasca Anest 1. RK Disfungsi Respirasi ( hipoksia, bronkospasme, edema laring) 2. Tidak efektif fungsi respirasi ( obstruksi jln napas, tidak efektif pola napas, aspirasi, napas, henti napas ) 3. RK Disfungsi KVS ( Penurunan CO, hipotensi, hipertensi, disritmia/aritmia, cardiac arest ) 4. Risiko ketidakseimbangan cairan ( kekurangan, kelebihan ) 5. Predarahan 6. Syok 7. RK disfungsi termoregulasi ( hipotermi, hipertermi) 8. RK disfungsi 9. Nyeri pasca bedah 10.Risiko terlambatnya pemulihan III. Intervensi A. PRA ANEST : • Support moril mengatasi kecemasan • Terapi non farmakologis nyeri dan analgetik • Periapan Pre operasi : • Periapan Pre operasi : - Kaji kebutuhan cairan - Puasakan pasien selama 8 jam - Kosongkan kandung kemih - Kaji mallampati - Kaji tiromentalis - Lepaskan asesoris yang ada di tubuh pasien : gigi palsu, perhiasan, cat kuku - KIE pasien tentang prosedur operasi beserta resiko operasi - Cek personal hygiene (cat kuku,anting,gigi palsu,lipstik) - Tetapkan ASA • Persiapan khusus : pemeriksaan CVP • Delegatif Premedikasi : - Petidin : 1.0 – 2,0 mg/KgBB - Midazolam : 0,04 – 0,10 mg/KgBB - Atropin : 0,01 mg/KgBB B. INTRA ANESTESI : GA : PET, Anestesi Imbang, Napas kendali • Dampingi atau delegasi tindakan anestesi : 1) Pre oksigenasi Berikan Oksigen Nasal 2 – 3 L/menit , atau masker 5 – 6 ml/menit 2) Intubasi - Persiapkan STATICS - Ukuran ETT disesuaikan dengan kondisi pasien - Sebaiknya 3) Induksi : - Mengembalikan volume intravaskular sebelum induksi anestesi. - Jika pasien hemodinamik tidak stabil, pertimbangkan akan agen etomidate atau ketamin. 4) Rumatan anestesi : a. Regimen standar : • PET, Anestesi imbang, napas kendali • Aliran gas dan uap anestesi : - Aliaran gas utk alat jeckson rees : 2 – 3 x TV - Aliran gas total utk alat Magill pada anak > 20 kg, minimum sama dgn SV - Campuran gas : - Campuran Gas : dewasa : N2O : O2 = 70 : 30, 60 : 40, 50 : 50 tergantung kondisi pasien Neonatus : N2O : O2 = 50:50 Bayi : N2O : O2 = 60:40 Anak : N2O : O2 = 70:30 5) Posisi: supine dengan titik-titik tekanan diperiksa dan empuk. Hindari peregangan pleksus brakialis. 6) Emergence: Keputusan untuk extubasi pada akhir operasi tergantung pada status kardiopulmoner dan prosedur pembedahan. Pasien harus hemodinamik stabil, hangat, peringatan, kooperatif , dan efek relaksan otot berakhir 7) Monitoring setiap 5 – 10 menit : a. Respirasi : Airway’ • Airway • Oksigenasi : kadar O2 melalui pulse oxymeter • Ventilasi : RR. Irama, komplain dada, kembang kempisnya reservoar bag, auskultasi suara nafas., sistem alarm jika nilai ambang tekanan melampui batas normal, PaO2 dan PaCO2 b. Sirkulasi : • TD secara invasif dan non invasif • Nadi : frekuensi dan ritme. Anestesi yang terlalu dalam dapat bermanifestasi dengan nadi yang bertambah lambat dan melemahkan denyut jantung. • EKG : utk monitor iskemia, pace maker dan elektrolit • Produksi Urin • Monitoring Pelepasan Darah - Perdarahan yang tertampung - Botol penampung suction pump - Kasa 10-15 cc/lembar - Ceceran dilapangan operasi : 25% - Jumlah Volume Darah dan Persentase Perdarahan (75-80 cc/kgBB) • Menghitung cairan pengganti perdarahan - Perdarahan 10% diberikan kristaloid diberi 3-4x jumlah perdarahan - Perdarahan >20% diberikan cairan koloid dan darah 1x jumlah perdarahan • Rumus WBC : Hb Normal - Hb sekarang x BB (kg) x Jenis Darah (WBC) x 6 • Ket : - Wanita : 12-16 gr/dL - Pria : 14-18 gr/dL - Anak : 10-16 gr/dL - Bayi baru lahir : 12-24gr/dL • Rumus PRC : Hb Normal - Hb sekarang x BB (kg) x Jenis Darah (PRC) x 3 • Ket : - Wanita 12-16 gr/dL - Pria 14-18 gr/dL - Anak 10-16 gr/dL - Bayi baru lahir 12-24gr/dL • Rumus PRC : Hb Normal - Hb sekarang x BB (kg) x Jenis Darah (PRC) x 3 • Ket : - Wanita 12-16 gr/dL - Pria 14-18 gr/dL - Anak 10-16 gr/dL - Bayi baru lahir 12-24gr/dL c. Monitoring ginjal Mengetahui sirkulasi ginjal, dengan cara menghitung produksi urin o,5 ml/kg BB/jam d. Monitoring Blokade Mengetahui relaksasi otot dan stelah anestesi apakah tonus otot sudah kembali normal atau tidak e. Monitoring sistem saraf Monitoring refleks pupil, respon relaksasi otot cukup atau tidak, f. Suhu Agen anestesi mempengaruhi termoregulasi pada input aferen, pengaturan sinyal didaerah pusat dan juga respons eferen, serta suhu ruangan juga dapat mempengaruhi set point termoregulasi • Mengatasi penyulit yang timbul • Pemeliharaan jalan napas • Pemasangan alat ventilasi mekanik • Pemasangan alat nebulisasi • Pengakhiran tindakan anestesi : reverse dan ekstubasi C. PASCA ANESTESI • Mempertahankan jalan nafas Mengatur posisi, suctioning dan pemasangan mayo/gudel • Mempertahankan ventilasi/oksigenasi Ventilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan bantuan nafas melalui ventilator mekanik atau nasal kanul, tensi, nadi, dan respirasi diukur secara rutin 5 – 10 menit atau sampai stabil • Mempertahankan sirkulasi darah Pemantauan akan balance cairan, pemantauan tekanan darah dan denyut nadi, pemberian cairan plasma ekspander, tensi, nadi, dan respirasi diukur secara rutin setiap 5 - 15 menit atau sampai stabil • Pantau Jumlah perdarahan Amati kondisi luka dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami perdarahan abnormal, Amati jumlah perdarahan yang terjadi akan menentukan transfusi yang diberikan. • Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase Keadaan umum dari pasien harus diobsevasi untuk mengetahui keadaan pasien • Mempertahankan kestabilan termoregulasi Pantau suhu, suhu lingkungan yang stabil, tubuh dikompres dan berikan selimut ekstra • Mempertahankan toleransi nyeri Kolaborasi dengan medis terkait dengan agen pemblok nyerinya • Mencegah resiko jatuh Pasien post anastesi mengalami disorientasi dan beresiko besar untuk jatuh, maka tempatkan pasien pada tempat tidur yang nyaman dan pasang side rail. V. Evaluasi • Patensi jalan nafas efektif • Ventilasi spontan • Tidak terjadi aspirasi • Sirkulasi dalam batas normal • Termoregulasi efektif • Hidrasi cairan terpenuhi • Tidak terjadi perdarahan • Nyeri ditoleransi • Tidak terjadi alergi • Tidak terjadinya bahaya jatuh The End