ANESTESI PEDIATRI
Anak perempuan usia 2,5 th dengan diagnosis tumor intra abdomen Wilms tumor, akan
dilakukan laparatomi nefrektomi. Dari pemeriksaan fisik pasien gizi kurang, berat badan 6 kg.
abdomen membuncit dengan teraba masa keras diperut kanan dengan ukuran lingkar perut 45
cm.
PERTANYAAN 1
JAWABAN
Anamnesis : AMPLE - riwayat kemoterapi serta pengobatan lain, fokuskan pada
perjalanan
penyakit dan terapi yang telah dijalankan
Pemeriksaan fisik :
Ukuran tumor.
Potensial penyulit pneumonia, atelectasis, hipoventilasi
Tekanan darah (> 50% disertai hipertensi)
Gangguan fungsi renal, liver
Suhu sentral.
Pemeriksaan penunjang :
Faal pembekuan darah, DL, fungsi renal, fungsi liver, albumin serum,
elektrolit.
USG abdomen , CT scan abdomen
Tergantung kondisi klinis : foto thorax, analisa gas darah.
CT angiography/echocardiography untuk melihat potensi thrombus di
vena cava inferior bahkan di atrium bisa ada thrombus yang asimtomatis,
cardiomyopathy akibat chemotherapy.
Information for consent dan informed consent : rencana anestesi dan pemantauan, resiko
dan efek samping, perlu trasfusi, ventilasi mekanis di PICU.
PERTANYAAN 2
JAWABAN
- Distress nafas karena tumor besar yang mendesak diaphragma
- Abdominal hypertension syndrome (tekanan intraabdominal tinggi)
- Hipertensi karena penekanan arteri renalis oleh tumor meningkatkan renin yang
merubah angiotensinogen menjadi angiotensin yang bersifat vasokonstriktor. Terapi
yang efektif adalah ACE inhibitor, Captopril.
- Kemungkinan terjadi perdarahan intra operasi
- Ketidakstabilan kardiovaskuler karena penekanan vena cava inferior oleh ahli bedah
- Koagulopati dan anemia (occult hematuria, von Willebrand syndrome, dan
chemoterapi)
- Insisi operasi yang cukup lebar dan di abdomen bagian atas – nyeri , gangguan
ventilasi/oksigenasi)
Power question : (hanya diberikan jika soal nomer 2 mendapat nilai 90 & tanpa diarahkan saat
menjawab power question)
Apakah konsekwensi chemotherapy (vincristine, actinomycin D, doxorubine) ?
Jawaban.
PERTANYAAN 3
Bagaimana anda melakukan persiapan dan pengelolaan anestesi pada pasien ini ?
JAWABAN
Siapkan sarana pengaturan suhu (matras, radiant warmer, forced air warming,
infusion warmer) dan pencegahan cairan/darah membasahi tubuh.
Siapkan pengukuran perdarahan untuk bayi (kassa ditimbang, penampung perdarahan
volume kecil)
Jika pasien sesak, induksi anestesi dilakukan dengan posisi setengah duduk.
Oksigenasi dengan FiO2 100% (bila perlu sedasi intravena – titrasi, siap pengelolaan
airway, circulation support)
Pasang monitor :
o EKG, SpO2, NIBP, IBP, etCO2, core temperature, precordial/esophageal
stethoscope.
o Idealnya juga dipasang monitor Transesophageal Doppler untuk menilai
cardiac output.
o BIS monitoring untuk menilai kedalaman anestesi yang akurat.
Periksa infus lancar, 2 jalur dengan kateter ukuran terbesar untuk usianya
Induksi inhalasi : sevoflurane – muscle relaxant succinylcholine/rocuronium.
Induksi intravena : thiopental/propofol/ketamine - muscle relaxant succinylcholine
/rocuronium.
ETT no 4.5 – 5.0 – 5.5 noncuffed/ no 4.0 – 4.5 – 5.0 cuffed.
Uncuffed ETT: usia (tahun)/4 + 4.5 mm ID
Cuffed ETT : usia (tahun)/4 + 3.5 mmID
Ukuran kedalaman (level bibir) :
Intubasi orotracheal : usia (tahun)/2 + 12 cm
Intubasi nasotracheal : usia (tahun)/2 + 15 cm
Pasang NG tube no 8-10
Pasang CVC : vena femoral/jugularis interna/subclavia
Lung protective ventilation – pressure controlled, PEEP 5 cmH2O
Pasang kateter epidural 19G (low thoracal : T9-10), anestesi local kontinyu
menurunkan kebutuhan anestesi inhalasi dan opioid selama pembedahan.
Menguntungkan untuk pasien dengan gangguan nafas (analgesia pasca bedah).
Pasien tumor Wilm’s dengan sindroma ‘overgrowth’ (Beckwith-Wiedemann
syndrome, Soto syndrome, Simpson-Golabi- Behemel syndrome) kadang
memerlukan ukuran jalan nafas buatan yang tidak sesuai ukuran normal untuk usia
/berat badan nya.
PERTANYAAN 4
Bagaimana strategi mengantisipasi potensi perdarahan ?
JAWABAN
Tentukan Maximum Allowable Blood Loss.
PERTANYAAN 5
Terapi cairan pascabedah diberikan D5 0.225% NS sebanyak 30 ml/jam. Pasien diare diganti
dengan cairan yang sama dengan rumatan. Pada hari kedua pascabedah anak kelihatan lemah,
rewel dan mual muntah.
a) Apakah perkiraan diagnosis pasien ini ?
b) Bagaimana pengelolaannya dan pencegahannya ?
c) Jelaskan patofisiologinya !
JAWABAN
a. Dari riwayat dan gejala klinis perkiraan diagnosis anak ini adalah hyponatremia akut
iatrogenik
b. Terapi :
Pastikan kadar Na serum.
Nilai hidrasi :
i. Jika euvolemia/kelebihan cairan : restriksi cairan , infus cairan isotonik
NaCl 0.9%
ii. Jika hypovolemia : rehidrasi dengan cairan isotonic NaCl 0.9%
Jika ada gejala dan Na serum < 120-125 mmol/L :
i. Beri NaCl 3% , pemberian 1 ml/kg berat badan akan menaikkan Na serum
1 mmol/L.
ii. Jumlah total kebutuhan Na = (130 – Na serum) x 0.6 x berat badan.
iii. Target : sampai gejala hilang atau Na serum > 125 mmol/L paling cepat
dalam waktu 1 jam. Lebih lambat efek samping lebih kecil.
iv. Peningkatan Na serum tidak boleh lebih dari 4 mmol/L dalam waktu
Furosemide
Pencegahan :
c. Patofisiologi :
Stress pembedahan menyebabkan pelepasan ADH (syndrome inappropriate
antidiuretic hormone) yang menyebabkan ekskresi ‘free water’ terganggu
menyebabkan dilutional hyponatremia.
Yang juga ikut andil pada hiponatremi adalah pemberian cairan hipotonis dan
kehilangan cairan (diare)
Na < 120 mmol/L risiko edema cerebri , kejang , herniasi otak dan brain damage.