Anda di halaman 1dari 23

ONELUNG VENTILATION (OLV)

TINJAUAN PUSTAKA

DiajukanUntukMemenuhiPersyaratan Program Pendidikan Dokter Spesialis-1


(PPDS-1) Anestesiologi dan TerapiIntensif

Oleh :
Faisal Randi Djunaidi
22041018320013

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1


BAGIAN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2022

1
LEMBAR PENGESAHAN TINJAUAN PUSTAKA
ONE-LUNG VENTILATION (OLV)

Disusun Oleh
Faisal Randi Djunaidi
22041018320013

Telah Disetujui
Semarang, 15 April 2022

dr. WidyaIstanto N. Sp.An KAKV, KAR


NIP. 1966 0423 199703 1001

2
DAFTAR ISI

JUDUL …………………………………………………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………. 1
1.1 LatarBelakang ………………………………………………… 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………....... 2
2.1 HubunganVentilasiPerfusi …………………………………….. 2
2.2 One Lung Ventilation(OLV)………………………………..…. . 3
2.3 Perubahanfisiologi pada OLV ………………………………….7
2.4 Hypoxic Pulmonary Vasoconstriction (HPV) ………………….. 10
2.5 Hipoksemia pada OLV …………………………………………. 11
2.6 Metode pada OLV ……………………………………………… 12
2.7ManajemenPerioperatif ………………………………………. 16
BAB III PENUTUP ….……………………………………………………. 18
3.1. Ringkasan …………………………………………………….. 18
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 19

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
One-Lung Ventilation (OLV) merupakan istilah dalam anestesi toraksik di
mana satu paru bisa diventilasi sementara paru yang lain dikempis atau di kolapskan.
OLV diperlukan dalam berbagai prosedur bedah toraksik seperti, operasi paru,
esofagus, aorta, dan mediastinum.(1) Bedah toraksik memunculkan sekelompok
masalah fisiologis bagi dokter anestesi. Hal tersebut termasuk gangguan fisiologis
akibat posisi pasien lateral dekubitus, dinding dada terbuka (pneumotoraks terbuka)
pada paru non-dependen, ventilasi pada satu paru (dependen), dan anestesi umum
dengan paralisis otot dan kontrol ventilasi tekanan positif. Kondisi tersebut secara
bersama-sama mengganggu proses pertukaran gas.(1,2)
Selama OLV, walaupun hanya satu paru yang diventilasi, kedua paru tetap
diperfusi. Perfusi pada paru yang kolaps dan tidak diventilasi menimbulkan shunting
transpulmonal, gangguan oksigenasi, hingga terjadinya hipoksemia.(1,2)
Menggunakan teknik One-Lung Ventilation (OLV) pada bedah toraks berarti
kita dapat memberikan proteksi terhadap paru yang sehat dari paru yang terinfeksi/
mengalami perdarahan, melakukan diversi ventilasi dari jalan nafas/paru yang
mengalami kerusakan, dan dapat menyediakan lapang operasi yang lebih baik.(1–3)
Namun, dengan teknik ini kita juga melakukan lebih banyak manipulasi jalan
nafas, yang tentu saja dapat menimbulkan kerusakan yang lebih banyak pula, dan
dengan perubahan fisiologis signifikan yang terjadi dapat memudahkan terjadinya
hipoksemia.(1–3)
Oleh karenanya diperlukan pengertian yang mendalam tentang apa dan
bagaimana OLV ini, dan apa yang harus kita persiapkan sebagai seorang ahli anestesi,
baik pengetahuan, keterampilan, kewaspadaan, pengalaman, dan latihan, agar dapat
mempunyai bekal yang cukup untuk mengelola OLV tersebut.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hubungan Ventilasi – Perfusi (V/Q)


Sistemrespirasimelakukanpertukaran gas melaluiinteraksiantaraudara dan
alirandarah di area permukaandifusi yang luas di paru. Pertukaranoksigen dan
karbondioksida yang efisientergantungdarimatching ventilasi dan perfusi di seluruh
area paru. Nilai V/Q normal adalah 0,8. Kondisi yang menyebabkangangguan pada
rasio V/Q mengakibatkan V/Q mismatch.Terdapatspektrumrasio V/Q dalamseluruh
alveoli dalamparu. Pada kondisiektstremdisebutshunt, di mana
terjadiperfusitanpaventilasi, dan dead space, di mana terjadiventilasitanpaperfusi. V/Q
mismatch menjadipenyebabhipoksemia yang cukupsering.(2,3)

1. Shunt
Istilahshunt mengacu pada true shunt (V/Q = 0) atau area denganrasio V/Q
sangat rendah. Darah vena yang mengalirmelaluishunt
bercampurdengandarahkapilerparu dan menurunkankadaroksigenarteri. Shunt
dapatfisiologis (sirkulasi bronchial, sirkulasi pleural, vena thebesian)
maupunpatologis (atelectasis, malformasiarteri-vena intrapulmonal).

2. Dead space
Istilahdead space mengacu pada pure dead space (V/Q = takterhingga) atau
area denganrasio V/Q sangat tinggi. Dead space terjadiketikaterdapataliran gas
tanpaperfusi. Dead space fisiologisterdiridaridead space anatomis dan alveolar.

Gambar 1. Rasio V/Q yang berbeda-beda

5
2.2One Lung Ventilation (OLV)
Indikasi dan teknikuntukbedahtoraksterusberkembang,
indikasinyatidaklagidibatasikarenatakutakanadanyakomplikasituberkulosis dan
pneumonitis supuratif, tetapisekarangdapat juga dilakukan padakasuskeganasantoraks
(terutamaparu dan esofagus), trauma toraks, penyakitesofagus, dan tumor
mediastinum. Juga seringdilakukanprosedurdiagnostiksepertibronkoskopi,
mediatinoskopi, dan biopsiparutebuka.(1,4)
MenggunakanteknikOne-Lung Ventilation (OLV) pada
bedahtoraksberartikitadapatmemberikanproteksiterhadapparu yang sehatdariparu yang
terinfeksi/ mengalamiperdarahan, melakukandiversiventilasidarijalannafas/paru yang
mengalamikerusakan, dan dapatmenyediakanlapangoperasi yang lebihbaik.(1,2)
Namun, denganteknikinikita juga melakukanlebihbanyakmanipulasijalannafas,
yang tentusajadapatmenimbulkankerusakan yang lebihbanyak pula, dan
denganperubahanfisiologissignifikan yang
terjadidapatmemudahkanterjadinyahipoksemia.(3,4)

1. Indikasi dan Kontraindikasi OLV (1,3)


Indikasi absolut penggunaan teknik OLV adalah :
1. Isolasi satu paru terhadap lainnya untuk menghindari terjadinya kontaminasi
akibat
 Infeksi
 Perdarahan massif
2. Mengontroldistribusiventilasi pada
 Fistelbronkopleural
 Fistelkutaneusbronkopleural
 Pembedahanterhadapjalannafasutama
 Bula/kistaparu unilateral denganukuran sangat besar
 Gangguanterhadaptracheobronchial tree
 Hipoksemia yang
dapatmengancamkelangsunganhiduppasienakibatpenyakitparu unilateral
3. Lavasebronkopulmonar unilateral

Indikasirelatifpenggunaanteknik OLV adalah :

6
1. Keperluanlapangoperasi pada (high priority)
 Aneurisma aorta toraksik
 Pneumonektomi
 Lobektomiatas
 Paparan mediastinal
 Torakoskopi
2. Keperluanlapangoperasi pada (lowpriority)
 Lobektomitengah dan bawah, dan reseksi segmental
 Bedahesofageal
 Prosedurthoracic spine
 Minimal invasive cardiac surgery (MID-CABG, TMR)

Kontraindikasi relative dariteknik OLV adalah:


 Pasiendependen pada ventilasi bilateral
 Massa intralumen
 Hemodinamik yang tidakstabil
 Hipoksiaberat
 PPOK berat
 Hipertensi pulmonal berat
 Jika adapenyulitintubasi

2. Fisiologi
Bedah toraks menimbulkan masalah fisiologi yang unik bagi setiap ahli
anestesi, dimana diperlukan perhatian khusus, terutama tentang perubahan fisiologi
yang dapat merugikan sebagai akibat pengaturan pasien pada posisi lateral dekubitus,
pembukaan dinding dada (open pneumothorax), dan saat dimana dibutuhkan
pernafasan satu paru (one lung ventilation).(4,5)
Posisi lateral dekubitus memungkinkan akses yang optimal pada sebagian
besar operasi paru, pleura, eofagus, pembuluh darah besar, struktur mediastinum yang
lain, dan vertebra. Namundemikianposisiinimemilikipotensi yang
signifikanuntukmengubahhubunganventilasi/perfusi normal dariparu.
Perubahanfisiologi yang merugikaniniakandiperberatolehinduksianestesi,
penggunaanventilasimekanik, obatpelumpuhotot, pembukaandinding dada, dan

7
retraksisaatpembedahan. Walaupunperfusilebihbanyak pada paru yang di
bawah(dependentlung), ventilasi secara progresiflebihmengisiparu yang
mendapatperfusisedikit, yaituparu yang diatas.
Halinimenyebabkanterjadinyamismatch yang nyata, dan
meningkatkanresikoterjadinyahipoksemia.(2,4,5) West membagiparumenjadibeberapa
zona berdasarkandistribusitekanan dan perfusidalamparusepertiditunjukkan pada
gambar 1 (posisitegak).

Gambar 2: Zona West

8
Gambar 3. Skema kondisi V/Q saat OLV

Gambar 4. V/Q mismatch di beberapabagianberbeda pada parudependen.

9
Gambar 5.Perubahanfisiologi pada OLV

2.3Perubahanfisiologi pada OLV


Prinsipperubahanfisiologi yang terjadi pada OLV
adalahredistribusiperfusiantaraparu yang terventilasi (dependent) dan paru yang
terblokir (nondependent).(6)
Paru nondependent
a. Perfusi
Seluruhalirandarah pada paru nondependent dan tidakdiventilasiadalahtrue
shunt. Alirandarahtersebutberkurangdari 50 % cardiac output (CO) menjadisekitar
25%. Hypoxic pulmonary vasoconstriction (HPV) dan
gravitasiberpengaruhterhadappengurangantersebut. Riwayat penyakit yang
berhubungandengangangguanperfusi juga berpengaruh.
Manipulasibedahdapatmeningkatkanperfusi (via pelepasan prostaglandin)
ataumenurunkanperfusi (melaluikinking, clamping, dan penekananpembuluhdarah).
Agenfarmakakologis yang menghambat HPV dapatmemengaruhifraksishunt pada
parunondependen.(2,3)
b. Ventilasi
Tidakterdapatventilasi pada paru nondependent selama OLV. Udara yang
masihada di paruakankeluarmelalui pipa endotracheal ataumelaluiatelektasisabsorpsi.
(2,3)

10
Parudependen
a. Perfusi
Selama OLV, parudependenmengalamihiperperfusisekitar 75% CO
akibatefekgravitasi dan HPV pada paru nondependent.(2,3)
b. Ventilasi
Functional residual capacity (FRC) pada parudependenberkurang pada
posisidekubitus lateral dan selama OLV.
Hambatanrestriktifberasaldaripergeserankearah cephalad
darihemidiafragmadependen, berat mediastinum, stabilizer anterior-posterior, dan
mejaoperasi. Penggunaan FiO2 tinggimungkinberkontribusi pada
timbulnyaatelektasisabsorpsi pada parudependen. Hal tersebutmenimbulkan V/Q
mismatch.

Saatpenderitaberada pada posisi lateral dekubitus dan nafas spontan,


tidakterjadimismatchventilasi/perfusi. Parubawahmenerimaperfusi dan ventilasi yang
lebihbanyakdibandingkandenganparu atas. Hal
inidisebabkankarenapengaruhgravitasi, dan juga akibat:
- Kontraksihemidiafragmaparudependenjikadibandingkandenganhemidiafragmapar
u yang di ataslebihefisien, haltersebutdikarenakanadanyatekanandariisi abdomen
(pergerakanlebihbesar).
- Parudependenmenjadibagian yang
lebihkomplaindalamkurvadiafragmadibandingkandenganparu yang di atas.(1,2)

Penurunanfunctional residual capacity (FRC)


saatinduksianestesiumummengerakkanparu yang atasmenjadibagian yang
lebihkomplaindalamkurvadiafragma, dan paru yangbawahmenjaditurunkomplainnya.
Sebagaiakibatnya, paru yang diatasmendapatventilasilebihbanyakdariparudependen,
sehinggaterjadimismatchventilasi/perfusikarenaparudependentetapmendapatperfusi
yang lebihbanyak.(1–4)
Kontrolventilasidengantekananpositif padaposisi lateral
dekubitusmenyebabkanventilasilebihbanyakkeparu yang di
ataskarenamempunyaikomplain yang lebihbesardariparu yang di bawah.

11
Obatpelumpuhototmeningkatkanefektersebutdenganmemungkinkannyaisi abdomen
naik kedinding dada pada hemidiafragmaparu yang di bawah, dan
menghambatpengembanganventilasiparudependen. Penggunaan “bean bag” yang
kaku pada pasiendenganposisi lateral
dekubitusmenyebabkanhambatanpergerakanhemitoraksparudependen. Akhirnya,
pembukaansisi yang nondependendari dada
akanlebihmemperberatperbedaankomplainantarakeduasisiparu,
karenasaatituhambatanpergerakanparu yang diatas sangat berkurang.
Semuahaltersebutdiatasmengakibatkanbertambahburuknyamismatchventilasi/perfusi,
dan merupakanpredisposisiterjadinyahipoksemia.(2,3)
Paru-paru secara normal
akancenderungbertahanuntukberkembangkarenaadanyatekanannegatif pleura, yang
merupakan resultan daritendensiparuuntukkolaps dan dinding dada yang
cenderungtetapmengembang. Saatsatusisidinding dada dibuka, tekanannegatif pleura
akanhilang dan elastisitasrekoildariparumenyebabkanparu pada sisitersebutkolaps.
Pernafasanspontan pada pneumotoraksterbukadenganposisi lateral
dekubitusmenyebabkanrespirasiparadoks dan shiftdarimediastinum.
Keduafenomenaini secara progresifmenyebabkanhipoksia dan hiperkapnia,
namundemikianhalinidapatdiatasidenganpenggunaanventilasitekananposistifselamadil
akukannyaanestesiumum.(1)
Selamapernafasanspontan pada posisi lateral, inspirasimenyebabkantekanan
pleura menjadilebihnegatif pada sisiparu dependen, tetapitidak pada sisi yang
mengalamipneumotoraksterbuka. Halinimenyebabkan shift ke
bawahdarimediastinumselamainspirasi dan shift ke atas selamaekspirasi.
Efekutamadari mediastinal shift
iniadalahmenurunnyakontribusiparudependentterhadapvolumetidal (TV).(1,2)

12
Gambar 4: HPV pada OLV

2.4 Hypoxic Pulmonary Vasoconstriction (HPV)


Hypoxcic pulmonary vasoconstriction (HPV) merupakanresponlokaldariotot
polos arteripulmoner, meningkatkanalirandarahkedaerah yang ventilasinyalebih
optimal. Mekanisme terjadinya HPV tidak sepenuhnya dimengerti. Substansi
vasoaktif yang dilepaskan akibat hipoksia ataupun hipoksia itu sendiri (K+ channel)
dapat menyebabkan terjadinya kontraksi otot polos arteri pulmoner.(2–4)
HPV membantu menjaga hubungan normal V/Q dengan mengalihkan darah
dari daerah dengan ventilasi buruk (underventilated), dan bertanggung jawab untuk
sebagian besar redistribusi perfusi paru pada OLV.(2)
HPV hanya efektif apabila tersedia daerah yang normoksia pada paru yang
dapat menerima aliran darah yang dialihkan.(1)

13
Gambar 5. Faktor yang memengaruhi HPV

Banyak faktor yang dapatmempengaruhi HPV regional. Diantaranya, HPV


dapatdihambatlangsung oleh gas anestesi, vasodilator, dan hipokapnia.(1–3)
Sedangkan yang secaratidaklangsungdapatmenghambat HPV,
diantaranyaadalah PEEP, dan obat-obatvasokonstriktor (epinefrin, dopamin) yang
menyebabkankonstriksipembuluhdarahparu yang normoksik.(1–3)
Eliminasi
CO2biasanyatidakterpengaruhdenganventilasisatuparuasalkanventilasisemenittidakber
ubah, dan retensi CO2 yang sudahadatidakterjadi pada ventilasikeduaparu; tekanan
CO2arteribiasanyatidakberubah.(1)

14
Gambar 6. Ventilasiduaparu dan satuparu

2.5 Hipoksemia pada OLV (2)


Hipoksemiamerupakanmasalah yang seringmunculdalampelaksanaan OLV.
Strategi dalammanajemenhipoksemiameliputiduahal, yaitupencegahan dan
penatalaksanaan.
Pencegahanhipoksemiadapatdilakukandengancara :
- Preoksigenasipasiendenganoksigen 100% untukdenitrogenisasi
- Manajemenjalan napas dan ventilasi yang adekuat, pemasangan pipa
endotracheal secaratepat.

Penatalaksanaanhipoksemiaketika OLV:
- Memastikanletak pipa endotracheal sudahtepatdenganbronkhoskopi
- emastikantidakadaobstruksiatausekret yang menghalangi pipa endotracheal
- Menggunakan FiO2 1,0
- Reinflasiparu nondependent
- Manuverrekrutmenparudependen
- Cross-clamp arteri pulmonal
- Jet ventilasiparu nondependent
2.6Metode pada OLV (4)
OLV dapat dilakukan dengan menggunakan matode :
1. Double-lumen endotracheal tube (DLT)

15
2. Single-lumen ET dengan built-in bloker bronkial (Univent tube)
3. Single-lumen ET dengan bloker bronkial terpisah
o Arndt endobronchial blocker set (wire-guided)
o kateter luminal balloon-tipped
4. Intubasi endobronkial dengan single-lumen ET.

1. Double-lumen Tube (DLT)


DLT terdiri dari berbagai tipe, yaitu :
- Carlens, left-sided, dengan kait karina
- White, right-sided Carlens tube
- Bryce-Smith, tidakberkait, cuff berlubang
- Robertshaw, yang paling banyakdigunakan

Gambar 7. DLT, Carlens Tube

Semuanyamemilikidua lumina/cuff, yang pertamaberakhir di trakea, yang lain


berakhir di cabangutamabronkus. Tersediadalamberbagaiukuranright-
sidedmaupunleft-sided. Ukuran yang adaantara lain 41, 39, 37, 35, 28 French (ID =
6.5, 6.0, 5.5, 5.0 dan 4.5 mm)

16
Gambar 8. Right and Left DLT

Left-sided DLT adalah yang paling umumdigunakan. Dengan lumen bronkial


yang lebihpanjang, round opening yang simple dan cuff yang simetris, left-sided DLT
dapatmenurunkanmargin of safetydibandingkandenganright-sided DLT. Selainitu juga
mudahuntukmenambahkansuction dan/atau CPAP untukparumanapun,
mudahuntukmengempiskanparu, dan mempunyai volume dan tekanancuffbronkial
yang lebihrendah.
Left-sided DLT dapatdigunakanuntuk :
 Isolasiparukiri: klembronkial + ventilasi lumen trakeal
 Isolasiparukanan: klemtrakeal + ventilasi lumen bronkial.

KontraindikasipenggunaanDLT :
 Adanyalesisepanjangjalur DLT
 Sulit/tidakmungkinnyadilakukanintubasikonvensionaldirect vision
 Pasiendenganpenyakitkritis yang menggunakan single-lumen tube in situ, yang
tidakdapatmentoleransiapabilaventilasimekanikdimatikanwalauhanyauntukwaktus
ingkat
 Perutpenuhatauresikotinggiterjadinyaaspirasi

17
 Berat badan <25-35kg, atau usia <8-12 tahun.

2. Univent Tube
Univent tube dikembangkan oleh Dr. Inoue. Mempunyai tangkai bloker yang
dapat digerakkan pada lumen eksternal dari single-lumen ET tube. Lebih mudah
dimasukkan dan diletakkan pada posisi yang tepat, terutama jika digunakan untuk
pasien dengan jalan nafas yang sulit, cidera tulang belakang, pasien anak ataupun
pasien kritis. Kita juga tidakperlumerubahtubeuntukkegunaanventilasipost-operasi.
Univenttubeberfungsisebagaiblokadeselektifuntukbeberapalobusparu,
menghisap, dan mengantarkan CPAP untukparu yang terblok, mengempiskan dan
memompaparudenganlambat, merupakanrintanganuntuk lumen blokerbronkial.
NamunUniventtube juga mempunyaivolume dan tekanancuffendobronkial yang
lebihtinggi, sehinggalebihmemungkinkanterjadinyakebocorancuffblokerintraoperatif,
dan tingginyatingkatkegagalanjikablokerditingkatkan secara samar-samar.

Gambar 9. Univent Tube

3. Arndt Endobronchial Blocker Set


Ditemukan oleh Dr. Arndt, seorang ahli anestesi. Ideal
untukkasusintubasisulit, pasiensudahmenggunakan ETT, dan apabila
diperlukanventilasipost-operasi.

18
Metodeinimembutuhkan ETT denganukurandiatasatau sama dengan 8.0mm.
Kesulitan yang mungkindihadapihampir sama dengankesulitan yang ditemukan pada
Univenttube, dan tidakmampuuntukmenghisapataumemberikanventilasiuntukparu
yang terblok.

Gambar 10. Arndt Endobronchial Blocker set

Metode lain yang dapatdigunakanuntuk OLV diataranyaadalah :


 Single-lumen ETT dengan kateter balloon-tipped
- Termasuk di dalamnya kateter embolektomi Fogarty, Magill, atau
Foley, dan kateter Swan-Ganz (untuk anak<10kg)
- Tidak dapat diandalkan, dan membutuhkan lebih banyak waktu
- Tidak dapat menghisap atau memberikan ventilasi ke paru yang
terblok

 Intubasi endobronkial menggunakan single-lumen ETT


- Merupakan cara yang termudah dan tercepat untuk memisahkan paru
dari paru sebelahnya yang mengalami perdarahan, terutama dari paru
kiri
- Lebihseringdigunakan pada pasienanak
- Lebihmemungkinkanmenjadipenyebabterjadinyahipoksemiaberatataup
unkerusakanbronkialberat.

19
Gambar 11. Broncho-Cath CPAP System

2.7 ManajemenPerioperatif
1. Praoperatif
Pasien yang menjalani operasi paru sudah memiliki masalah atau penyakit paru
sebelumnya. Faktor risiko yang sering muncul adalah merokok, di mana merokok juga
menjadi faktor risiko untuk penyakit koroner. Ekokardiografi berguna untuk menilai
fungsi jantung dasar pasien. Pemeriksaan radiologis praoperatif seperti foto toraks, CT-
Scan, atau MRI (Magnetic resonance imaging) harus diperhatikan. Konsolidasi paru,
atelectasis, atau efusi pleura meningkatkan risiko hipoksemia. Pasien yang menjalani
operasi toraks juga berisiko mengalami komplikasi kardiak dan pulmoner pascaoperatif.
Jalur intravena dan antisipasi kehilangan darah dan cairan dipersiapkan sesuai jenis
operasinya. (1,7)
Pasien harus mendapatkan preoksigenasi yang adekuat sebelum dilakukan induksi
anestesi. Pemilihan obat-obat induksi didasarkan pada kondisi pasien. Kedalaman
anestesi harus dipastikan adekuat untuk mencegah bronkospasme dan refleks
kardiovaskular yang tidak diinginkan.(1,7)

2. Intraoperatif
Hipoksemiamasihmenjadimasalahintraoperatifmeskipunkejadiannyasudahsemakinj
arangakibatkemajuandalammetodeisolasiparu, teknikventilasi, dan
penggunaanagenanestesi yang lebihsedikitmengganggu HPV.
PerhatianditujukanuntukmenghindariterjadinyaAcute Lung Injury (ALI). ALI
terkaitdenganpeningkatanmortalitas dan morbiditashingga 40%. (1,7,8)

20
Penggunaan strategi protective lung ventilation menurnkanrisiko ALI
pascareseksiparu. Strategi tersebutmeliputipenggunaan tidal volume rendah (< 6 mL/kg),
FiO2 50-80%, dan menjagatekananventilasirendah (plateau pressure <25 cmH20, Peak
airway pressure <35 cmH2O).(1,8)
Agenanestesiinhalasidapatmenghambat HPV secaradose-dependent. Pada
dosistidaklebihdari 1 MAC, anestesiinhalasiadalah inhibitor yang lemah.
Penggunaananestesiintravena total
tidakmemberikanmanfaatlebihbaikdibandingkanpenggunaaninhalasi.(1)

3. Pascaoperatif
Intubasi dipertahankan sampai kriteria ekstubasi standar terpenuhi. Untuk
keperluan ventilator mekanik, double-lumen tube harus diganti dengan single-lumen tube
setelah operasi. Pasien dimonitor di intensive care unit. Monitor tanda vital, pemeriksaan
penunjang, pengembangan paru, perdarahan pascaoperatif dilakukan dengan ketat. Nyeri
pascaoperatif juga harus dikelola dengan adekuat.(1,4,5)
Kejadian perdarahan pascaoperatif mencapai 3% pada operasi torakotomi dan
berhubungan dengan mortalitas. Perdarahan mencapai >200mL/jam dari chest tube dan
munculnya tanda-tanda gangguan hemodinamik harus segera ditindaklanjuti. (1)

21
BAB III
PENUTUP

3.1. Ringkasan
One-Lungventilation (OLV) digunakan secara luasuntukkasus-
kasusbedahkardiotoraks. Banyakmetode yang dapatdigunakan, yang masing-
masingmempunyaikelebihanataupunkekurangansendiri-sendiri. Metode yang
dikerjakanakanoptimal apabila dipilihberdasarkanindikasi, faktorpasien, alat-alat yang
ada, juga keterampilan dan latihandariahlianestesi yang akanmelakukannya.
Prinsipperubahanfisiologisdalam OLV
adalahterjadinyaredistribusialirandarahpulmoner guna mempertahankanperbandingan
V/Q yang tepat.
Pengelolaan OLV merupakantantangantersendiribagiseorangahlianestesi, dimana
dibutuhkanpengetahuan, keterampilan, kewaspadaan, pengalaman, dan latihan.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Anesthesia for thoracic surgery. In: Clinical
Anaesthesiology. 6th ed. New York: McGraw&Hill Company. 2018.
2. Hartigan PM. Physiology of one-lung ventilation. In: Practical Handbook of Thoracic
Anesthesia. ed. Hartigan PM. Springer. 2012
3. Lohser J, Ishikawa S. Clinical management of one-lung ventilation. In: Principles and
Practice of Anesthesia for Thoracic Surgery. ed Slinger P. Springer. 2011.
4. Ashok V, Francis J. A practical approach to adult one-lung ventilation. BJA Educ.
2018;18(3):69–74.
5. Durieux ME, Ph D, Kozower BD, Mcmurry TL, Ph D, Bender SP, et al. Impact of
Tidal Volume on Complications after Thoracic Surgery. Anesthesiology.
2016;124(6):1286–95.
6. Végh T, Juhász M, Szatmári S, Enyedi A, Sessler DI, Szegedi LL, et al. Effects of
different tidal volumes for one-lung ventilation on oxygenation with open chest
condition and surgical manipulation: A randomised cross-over trial. Minerva
Anestesiol. 2013;79(1):24–32.
7. Baloch RN, Zeb E, Hafeez S, Zaheer M. One-lung anesthesia. Anaesth Pain &
Intensive Care. 2016;20 Suppl 1:S126-S135.
8. Purohit A, Bhargava S, Mangal V, Parashar VK. Lung isolation, one-lung ventilation,
and hypoxemia during lung isolation. Indian J Anaesth. 2015;59(9):606-617.

23

Anda mungkin juga menyukai