MANAGEMENT BREATHING
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Pendidikan Profesi Dokter
Umum Stase Ilmu Anestesi dan Reanimasi
HALAMAN JUDUL
Disusun Oleh :
Pembimbing :
dr. Mochamad Fauzi Hanafia, Sp. An
dr. Eka Prasetiyawan, Sp.An
i
REFERAT
MANAGEMENT BREATHING
Pembimbing:
Dipresentasikan dihadapan:
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................5
BAB III KESIMPULAN................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................23
iii
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
4
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Manajemen Breathing
Oksigenasi yang adekuat memerlukan jalan nafas yang paten dan
pertukaran udara yang adekuat. Setelah jalan nafas paten, penting untuk
memastikan bahwa pernapasan pasien adekuat atau tidak. Jika usaha
nafasnya tidak adekuat, maka pernapasan pasien perlu dibantu untuk
memasukan udara ke dalam paru-paru atau biasa disebut dengan ventilasi
tekanan positif.
Breathing dapat menjadi baik atau buruk ditentukan oleh beberapa
hal, yang antara lain adalah:
1. Nerve
2. Pulmo
3. Diafragma
4. Stabilitas costa
B. Penyebab Gangguan Breathing
Breathing juga mempunyai 2 keharusan yang penting untuk
diketahui yaitu kita harus bisa memeriksa dan mengenal macam-macam
penyebab gangguan breathing dan kita harus mengetahui penatalaksanaan
awal gangguan breathing, macam-macam penyebab gangguan breathing
yang biasanya disebabkan oleh kasus truma adalah tension pneumothorax,
open pneumothorax, dan hemothorax massif,
1. Tension pneumothorax
Adalah kondisi dimana ada tekanan positif di dalam paru, akibat trauma
tumpul dada yang pada akhirnya membuat paru disisi yang sakit menjadi
kolaps, sehingga muncul gejala berupa sesak yang Nampak pada pasien.
Diagnosis pneumothoraks adalah diagnosis klinis, yang ditandai dengan:
- Sesak nafas yang hebat pada pasien post trauma
- Adanya suara yang hilang pada salah satu hemithorax dan asimetri
- Adanya pergeseran trakea dari midline kearah yang sehat
6
- Adanya peningkatan tekanan vena jugularis
- Adanya hiperresonansi pada saat dilakukan perkusi
- Diagnosis dibantu dengan pemeriksaan foto rhorax.
2. Open pneumothorax
Adalah kondisi yang hamper mirip dengan tension pneumothoraks, namun
lebih jelas karena tampak luka tembus yang terbuka pada dinding dada
yang disertai dengan gejala :
- Sesak nafas
- Adanya suara nafas yang menurun pada hemithorax yang terluka dan
asimetri
- Adanya pergeseran trakea dari midline ke sisi yang sehat
- Ada peningkatan JVP (bisa juga tidak)
- Adanya hiperresonansi pada saat perkusi
3. Hemothorax massif
7
Adalah kondisi perdarahan intra thoraks akibat trauma yang dapat
terakumulasi hingga 1,5 liter, dengan gejala :
- Sesak nafas
- Adanya suara nafas yang menurun pada sisi yang sakit dan asimetri
- Adanya suara yang redup saat di perkusi
8
Needle thoracosintesis adalah Tindakan emergensi yang hanya mengubah
keadaan tension menjadi open pneumothoraks, yang sewaktu-waktu masih
berpeluang Kembali lagi menjadi tension pneuothoraks. Maka dari itu perlu
dilanjutkan agar pemasangan chest tube, untuk drainase (udara/darah) secara
komplit. Chest tube merupakan prosedur lanjutan yang dikerjakan untuk
mengatasi baik keadaan tension pneumothoraks, open pneumothoraks, atau
hemothoraks, dipasang pada midaxillaris anterior pada SIC 5 sejajar dengan
axilla mamae pada pria dan lipatan mamae pada wanita.
Setelah pemasangan chest tube perlu dievaluasi adanya ndulasi, fogging, dan
bubling.
2. open pneumothorax
9
Sesak nafas yang disertai luka terbuka pada dinding anterior maupun
inferior dapat diketahu dengan ekspansi yang cepat,tepat, dan terukur.
Kondisi yang jelas menunjukan adanya open pneumothorax merujuk pada
pemasangan cepat occlusive dressing (dapat digunakan plastic wrap) dengan
metode three valve yang mana akan menyebabkan keluarnya udara positif
dari thorax pada saat inspirasi dan mencegah masuknya udara positif dari
luar kedalam thorax pada saat ekspirasi.
3. Hemothoraks massif
10
11
BAB III KESIMPULAN
KESIMPULAN
Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat
tergantung dari kecepatan dan ketepatan dalam memberikan pertolongan. Semakin
cepat pasien ditemukan maka semakin cepat pula pasien tersebut mendapat
pertolongan sehingga terhindar dari kecacatan atau kematian. Kondisi
kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat. Kondisi ini
dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan ataupun bersifat sekunder
akibat dari gangguan sistem tubuh yang lainPembebasan jalan nafas merupakan
hal utama yang harus dikuasai karena terkait dengan kebutuhan oksigen tubuh
yang apabila terjadi kegagalan akan berdampak pada kematian. Menjaga jalan
napas dapat dilakukan dengan maupun tanpa alat, seperti triple airway manuver.
Sedangkan yang menggunakan alat dapat menggunakan alat seperti
nasopharyngeal airway, oropharyngeal airway,dan intubasi trakea.
12
DAFTAR PUSTAKA
10. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Ilmu dasar Anestesi in Petunjuk
Praktis Anestesiologi 2nd ed. Jakarta: FKUI; 2009, 3-8
13
11. Schwartz SI, ed. Principles of surgery companion handbook. 7th ed. New
york:McGraw-Hill; 2009:53-70.
13. Mace, S.E., J.R. Hedges. 2012. Chricotyrotomi and Translaryngeal Jet
14. Ventilation. Dalam The ABCs of Emergency Medicine. Edisi 12. Pp:115-
125. Toronto: University of Toronto
14