Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT sehingga laporan Tata
Kelola Klinis kajian asuhan keperawatan pada pasien dengan ventilasi mekanik
laporan ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
RSUD Sumedang
Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis memohon saran dan
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen (O2) dan
kemajuan teknik diagnosis dan terapi intervensi telah berkembang dengan pesat,
namun gagal nafas masih menjadi penyebab angka kesakitan dan kematian yang
Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruang rawat rumah sakit dengan staf
trauma atau komplikasi yang mengancam jiwa. Peralatan standar di ICU meliputi
(ETT) atau trakheostomi. Salah satu indikasi klinik pemasangan alat ventilasi
dilakukan di ruang Intensive Care Unit (ICU) di RSUD Sumedang. Laporan ini
perawatan pasien dan bagaimana tim perawat berkerja dalam rangka mencapai
Laporan ini berfokus pada pilar dalam clinical governance yang dapat
sebuah sistem untuk meningkatkan standar praktik klinik (Starey, 2001). Dalam
pelayanan pasien dalam suatu sistem kesehatan. Pilar yang disajikan dalam
laporan ini meliputi risk management and patient safety, patient centered care,
Melalui laporan ini ditujukan agar dapat digunakan sebagai alat bantu
governance, yang meliputi risk management and patient safety, patient centered
TINJAUAN TEORI
penting dalam membantu pasien kritis untuk bernafas. Perawat harus cakap dan
terampil dalam mengkaji kebutuhan pasien, memberi asuhan yang cepat dan
serta mempersiapkan pasien dan keluarga. Teknik, peralatan, dan prosedur yang
jalan nafas buatan, slang dada, agens farmakologis, dan berbagai jenis bantuan
nafas ventilator.
dengan parameter hasil pengukuran PH, PaCO2 dan PO2 darah arteri. Adekuat
berarti PH diatas 7,25 PaCO2 kurang dari 50 mmHg dan PO2 lebih dari 50
mmHg (bahkan saat pasien terpasang oksigen). Jika nilai gas darah arteri
dalam paru menurun hingga nilai dasar PEEP dan terus bernilai positif selama
aliran balik vena ini dengan meningkatkan tonus pembuluh vena perifer. Jika
dan usia lanjut), hipotensi dapat terjadi. Selain itu volume tidal yang besar
(>10-12 ml/Kg) yang menghasilkan tekanan 35 cm H2O atau lebih tidak hanya
Bentuk cedera paru yang lain disebut volutrauma, dan ini akibat pemberian
volume tidal yang besar pada pasien dengan kondisi paru yang kaku dan tidak
mortalitas, khususnya pada pasien yang rentan (misal penderita asma atau
ARDS).
2.2 Komplians
perlahan-lahan naik dari nol hingga tekanan isnpirasi puncak (peak inspiratory
pressure / PIP). Peningkatan tekanan ini disebabkan retensi jalan napas (untuk
mengeluarkan) dan juga oleh komplians paru dan dinding dada. Berikut
a. Faktor jalan nafas ; aliran puncak, ukuran jalan nafas, obstruksi jalan
nafas, obstruksi eksternal (slang ventilator yang terlipat atau air didalam
slang)
(ARDS)
paru lebih kaku dan sulit meregang. komplians yang rendah dapat disebabkan
oleh paru yang kaku seperti pada kasus ARDS, dinding dada yang restriktif,
atau ventilasi hanya pada sebagian kecil paru, seperti yang terjadi pada kasus
akan adanya penurunan nilai yang tiba-tiba, yang dapat disebabkan oleh
digunakan pada pasien yang menderita penyakit kronis. Metode ini jarang
tekanan negative pada praktik klinis masih terbatas sebab alat tersebut
Ventilator volume
Prinsip dasar pada ventilator ini adalah bahwa volume udara yang
ventilator. Oleh karena itu pada model volume, PIP harus terus
dipantau sebab nilainya akan bervariasi antar pernafasan. Pada model
Ventilator tekanan
Pada model tekanan seperti ini memberi tekanan gas yang telah
dengann model ini tidak tetap, tetapi volumenya tetap. Volume akan
secara ketat. Pada model tekanan, kita memilih besar tekanan yang
a. Model Volume
Model Assist-Control
Pada model ini kita memilih mandatory atau kontrol, jika pasien
ingin bernafas lebih cepat. Model ini dapat memicu ventilator tersebut
dapat sangat berbeda dari volume tidal yang diatur pada ventilator
sebab volume tidal tersebut hanya ditentukan oleh upaya spontan
b. Model Tekanan
lainnya.
FiO2 dan level PEEP yang diberikan tinggi. Level tekanan isnpirasi,
jalan napas, dan harus dipantau secara ketat. Sedasi dan penggunaan
ventilator.
pendek dan waktu ekspirasi yang panjang (rasio 1:2 atau 1:3). Metode
sebanding, atau lebih lama dari waktu ekspirasi (1:1 hingga 4:1). Rasio
demikian, upaya ini dapat memberi peluang yang lebih besar untuk
barotrauma pada alveoli regional dapat terjadi akibat total PEEP yang
penyapihan dengan kondisi yang lebih stabil. Beberapa contoh alay ini
antara lain model bantuan volume (volume support / VS) dan kontrol
menjamin volume tidal (VT) dan ventilasi menit (MV) sesuai dengan
digunakan pada pasien yang terpasang intubasi atapuntidak. Alat ini dapat
digunakan sebagai model penyapihan dan model ventilasi malam hari
(CPAP nasal atau sungkup) untuk membuka jalan napas atas, sehingga
mencegah obstruksi jalan napas pada pasien yang mengalami apnea tidur
obstruktif.
Dalam praktik umumnya menggunakan PEEP tingkat rendah (2-5 cmH 2O)
pada saat nilai FiO2 > 50% untuk mencapai nilai SaO2 (<90%) atau PaO2
ketika nilai PaO2 memburuk secara drastic meski telah diberikan oksigen
konsentrasi tinggi.
metode ini dapat meliputi unit-unit alveolar yang mengalami kolaps total
Ahrens, 1998).
terjadi pada pasien yang terpasang ventilasi mekanik, tetapi paling sering
pada paru-paru dengan tekanan ventilasi yang tinggi dan komplians yang
rendah, serta pada pasien yang menderita penyakit onstruksi jalan napas.
noninvasive yang terdiri dari sungkup hidung, prong hidung atau sungkup
ventilasi, episode apnea obstruktif, atau keduanya. Alat ini juga berguna
harus dilakukan dengan hati-hati. Sekret yang tebal dan lengket serta
BiPAP.
Kekurangan :
Hiperventilasi,
udara terperangkap
Kekurangan :
Kemungkinan
terjadi
ketidakselarasan
pasien ventilator
Kekurangan :
Pada beberapa
sistem, tidak ada
alarm jika frekuensi
pernapasan
menurun
Perubahan nilai FiO2 diatur berdasarkan nilai analisa gas darah dan
SaO2. Biasanya FiO2 disesuaikan untuk menjaga agar nilai SaO2 lebih besar
dari 90% (ekuivalen kasar hingga PaO2 > 60 mmHg). Toksisitas oksigen
pernapasan dengan mengatur laju aliran gas. Semakin tinggi laju lairan,
semakin cepat tekanan jalan napas puncak tercapai dan semakin pendek
d. Volume Tidal
cedera paru iatrogenic (yang sering disebut volutrauma). Dalam hal ini,
gaya yang dihasilkan volume tidal yang besar didalam paru dapat
Karena alasan tersebut, upaya menurunkan target volume tidal (6-8 ml/kg)
e. Aliran Puncak
Aliran puncak adalah velositas aliran gas per unit waktu, dan
dinyatakan dalam satuan liter per menit. jika terdapat auto PEEP (akibat
napas.
f. Limit Tekanan
dicapai secara konstan, volume tidal yang telah diatur tidak dapat
paru pada akhir ekspirasi. PEEP dan CPAP dapat dilihat pada alat ukur
tekanan pernapasan atau display. Pada akhir ekspirasi, nilai tekanan tidak
apabila nilai PaO2 pasien 80-100 mmHg dengan FiO2 50% atau kurang,
(termasuk curah jantung dan tekanan darah). Nilai dasar dicapai sebelum
mengetahui adanya efek negative, seperti hipotensi atau disritmia. Jika hal
tersebut terjadi, nilai PEEP yang lebih tinggi, selanjutnya akan distabilkan
pada pengaturan PEEP yang baru selama kurang lebih 15 menit. parameter
pulmonal / PAP), tekanan vena central (CVP) dan tekanan baji arteri
pemantau jalan napas kontinu (Pierce, 1998). PEEP tidak perlu dihentikan
PEEP, atau jika posisi tranduser tidak sejajar dengan aksis flebostatik.
sinar x dada.
pelepasan ventilator dari pasien pada saat menggunakan PEEP level tinggi.
dibuthkann waktu yang lama agar efek PEEP terbentuk kembali. Oleh
h. Sensitifitas
berkurang. Pada banyak kondisi, suhu udara hampir sama dengan suhu
tubuh, pada beberapa kasus yang jarang terjadi (hipotermia berat), suhu
temperature tinggi untuk waktu yang lama dapat menyebabkan jalan nafas
ini dianggap tidak steril dan harus dikeluarkan ke wadah lain dan bukan
a. Aspirasi
meninggikan kepala tempat tidur pasien 30 derajat atau lebih setiap saat
b. Barotrauma
penurunan SaO2), bunyi nafas dapat menurun atau hilang diarea yang
infiltrasi yang baru atau progresif atau infiltrasi menetap. Tanda gejala
lainnya dapat meliputi demam tinggi lebih dari 38 ˚C, leukositosis, awitan
baru sputum purulent dan batuk serta pertukaran gas yang buruk (Centers
mekanik antara lain menyikat gigi pasien (kira-kira setiap 2-4 jam)
untuk menjaga integritas mukosa mulut, dan mengisap sekret oral sampai
harus dimasukan melalui oral (kecuali ada kontraindikasi atau tidak dapat
hari pada penderita dengan kecenderungan VAP rendah (CPIS < 6).
intubasi non nasal, menghindari manipulasi yang tidak perlu pada sirkuit
menjadi prosedur baku di ICU namun angka kejadian VAP masih cukup
sehingga saat ini pemakaian rutin tidak lagi dianjurkan. Dekolonisasi juga
jumlah kolonisasi bakteri gigi sebesar 37% pada pasien yang mendapatkan
yang dilakukan oleh Chan et al, dari 11 penelitian diperoleh data bahwa
pasca bedah jantung tapi juga pada pasien yang dirawat di ICU.
efektif untuk menghambat bakteri Gram (-), Gram (+), ragi, jamur,
protozoa, algae dan virus. Chlorhexidine berbahan dasar gelatin
menginvasi tubuh host. Hal ini didukung oleh McGee DC dan Gould MK
dengan povidone iodine dan cukup aman digunakan pada ulserasi aptosa,
penting untuk fenomena ini adalah tidak adanya tonus simpatis dan
penurunan aliran balik vena akibat efek tekanan positif didalam dada.
Selain hipotensi, tanda dan gejala lainnya dapat meliputi kegelisahan yang
e. Ketidakseimbangan Air
f. Masalah Gastrointestinal
dan penggunaan analgetik narkotik), muntah dan luka pada mukosa usus
keperawatan primer. Salah satu kontribusi utama yang bisa perawat lakukan
untuk mengurangi biaya, lama rawat dan mortalitas pada pasien yang
disengaja, slang endotrakea harus di fiksasi dengan kuat. Praktik yang biasa
dilakukan adalah dengan memplester kembali slang endotrakea setiap 1-2 hari
atau jika kotor dan longgar. Pada pasien yang terpasang intubasi oral, posisi
slang endotrakea harus diubah dari sisi ke sisi untuk memudahkan perawatan
Inspeksi oral dan hygiene oral sangat penting pada saat menggunakan
endotrakea telah berpindah dan menyentuh karina sehingga slang perlu ditarik
ke level yang tepat. Pilot cuff balon atau balon manset terlindung dari
gangguan yang tidak disengaja ; rupture balon atau oklusi slang disertai
menjalani ekstubasi dini karena alasan tertentu, jalan nafas harus dijaga tetap
paten. Oksigenasi dan ventilasi dapat diberikan melalui ambu bag atau
a. Dukungan Nutrisi
energy untuk bekerja. Jika kebutuhan energy tidak terpenuhi, akan terjadi
trifosfat (ATP). Kebutuhan metabolic pada pasien kritis jauh lebih tinggi
untuk aktivitas rumah sakit dan stress akibat pengobatan. Nutrisi yang
dini. Jika saluran pencernaan baik dan utuh, pemberian nutrisi enteral
(Bonger, 2008).
volume dan konsentrasi nutrisi yang diberikan (Menerez, Hiitor and Paulo,
2012).
nutrisi enteral tahap awal pada pasien kritis. Metode pemberian nutrisi
enteral yang biasa yaitu bolus feeding dan intermitten feeding. Hasil
nutrisi dengan metode bolus feeding pada pasien kritis dengan waktu
pemberian yang sangat cepat dengan volume nutrisi 350 ml, pemberian
nutrisi ini boleh dilakukan pada pasien dengan kesadaran normal dan tetap
dengan waktu 5-10 menit, akan tetapi dapat meninggalkan residu padat.
Selain itu pemberian secara bolus dengan kecepatan dan jumlah nutrisi
lambung dihambat oleh isi yang penuh dan reaksi asam pada awal usus
Nutrisi diberikan secara bertahap sehingga lambung tidak terisi penuh dan
pengosongan lambung akan lebih cepat, meminimalkan GRV sehingga
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Chen, Tseng,
Gau, Kuo and Chen (2006) bahwa pemberian intermittent feeding pada 56
pernyataan diatas nilai rerata residu lambung yang dihasilkan pada metode
makanan pada pasien, karena lebih murah dan mudah dalam pemberiannya
dalam Rose et al, 2010). Dengan oksigenasi yang baik, perfusi saluran
cerna akan baik. Curtis (2013) menambahkan bahwa posisi yang tepat
dalam pemberian nutrisi adalah HOB elevation 30˚-45˚, jika kurang akan
and Crawfonrd, 2010). Selain itu HOB elevation ≥ 45˚ merupakan salah
satu langkah yang paling mudah dalm rangka pencegahan aspirasi karena
boleh diberikan posisi supine, karena posisi supine merupakan salah satu
b. Perawatan mata
pada kornea. Praktik yang berlaku saat ini antara lain instilasi obat tetes
dilakukan setiap 2-4 jam dengan menggunakan air steril atau normal saline
digunakan pada pasien yang terdapat cedera pada mata atau resiko cedera
harus mendapatkan perawatan mata setiap dua jam sekali dengan cara
Infeksi mata paling banyak diakibatkan oleh bakteri gram negative dengan
(1996) yaitu, mata harus selalu menutup untuk mengurangi resiko infeksi,
yang dapat mengurangi resiko kering dan infeksi, mata harus dibersihkan
dapat digunakan untuk membersihkan mata yaitu air steril atau normal
mata harus diganti menggunakan yang baru, mencuci tangan sebelum dan
menemukan terjadi peningkatan plak gigi dan organisme dalam mulut dari
waktu ke waktu. Plak gigi berkorelasi dengan resiko yang lebih besar
sebagai berikut :
kumur berbahan dasar non alkohol harus digunakan, dan gigi harus
disikat sedikitnya 8 jam sekali. Sikat gigi harus memiliki bulu yang
Beberapa jenis antiseptik telah dipakai namun angka VAP masih tetap
d. Suctioning
sputum dan mencegah infeksi paru. Pada pasien yang terpasang ETT dapat
Sudarsono, 2000).
pasien dengan gangguan bersihan jalan nafas dapat berakibat pada pasien
kerusakan otak yang permanen. Salah satu cara yang cukup mudah untuk
pemantauan kadar saturasi oksigen yang benar dan tepat saat pelaksanaan
tindakan penghisapan lendir, maka kasus hipoksemia yang dapat
yang berbeda pada efek dari sistem suction endotracheal (open and closed
suction). Pada tiga studi mengenai perkembangan VAP bahwa tidak ada
Jones, 1991).
yang sering dilakukan oleh perawat yang terkait dengan resiko tinggi
pada saat melakukan tindakan suction pada tangan perawat atau petugas
infeksi nosocomial.
dengan menyapih pasien dari alat bantu mekanis. Proses untuk mencapai
hari).
seperti kekuatan dan daya tahan otot (misal tekanan inspirasi negative
fungsi dari panjang serabut otot saat istirahat dan kekuatan serabut otot
normal frekuensi dan kerja pernapasan yang terjadi selama setiap siklus
tidur/istirahat.
eksaserbasi akut penyakit paru utama yang tidak dapat pulih dengan
tidak lebih dari -20 cmH2O (lebih negative, misal -30 cmH2O),
1. Kriteria penyapihan
SaO2 > 92% pada FiO2 < 40%, tekanan ekspirasi-akhir positif
normal
Hematokrit >25%
2. Intervensi penyapihan
3. Kriteria toleransi
pengaturan istirahat
frekuensi pernapasan > 20% lebih tinggi atau lebih rendah dari
nilai dasar, tekanan darah sistolik > 180 mmHg atau < 90
mmHg.
4. Kriteria ekstubasi
Status mental : waspada dan mampu berespons terhadap
perintah
tersebut adalah :
Membantu pasien menoleransi 2 sampai 3 uji coba penyapihan
1. Kriteria kesiapan
2. Intervensi penyapihan
uji coba dan kembali ke pengaturan istirahat pada kasus ini, uji
dasar. Pada setiap uji coba yang berhasil, tingkat PSV dapat
hari dan setiap kali pasien gagal melewati uji coba penyapihan.
menit pertama, uji coba harus dilanjutkan selama 1-2 jam. jika
perlu dipertimbangkan :
diupayakan
uji coba T-piece atau CPAP dan reduksi bertahap PSV (Pressure
Respon dan toleransi pasien terhadap uji coba tersebut harus dipantau
dan beberapa dokter melakukan ekstubasi jika uji coba awal selama 30
menit berakhir dengan nilai AGD dan respons pasien yang dapat
turut.
menit) dan menyebabkan beban kerja yang tinggi dan keletihan. SIMV
PSV tunggal kerap lebih disukai untuk uji coba penyapihan (Aloi and
Burns, 1995).
tidal yang adekuat (8-12 ml/kg) dan frekuensi pernapasan yang kurang
yang ditandai dengan tingkat kesadaran yang tepat dan adanya refleks
batuk dan muntah. Pada semua pasien, namun khususnya pada pasien yang
memiliki riwayat intubasi yang sulit atau penyakit jalan nafas reaktif “uji
kompeten untuk melakukan intubasi ulang darurat jika pasien tidak dapat
dengan cepat sambil meminta pasien batuk. Mulut pasien diisap dan
oksigen lembab diberikan dengan segera. Pasien kemudian di evaluasi
menjamin bantuan psikososial dan emosional yang adekuat bagi anak dan
yang kompleks :
Ganti plester pada jalan napas buatan dua hari sekali, cek integritas
memungkinkan
parameter fisiologis
d. Ciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak dan keluarga
Dorong dan fasilitasi orang tua serta orang terdekat lainnya untuk
KAJIAN SITUASI
Data hasil pengkajian aspek manajemen resiko dan patient safety secara
Tabel 3.6 Data hasil kajian aspek manajemen resiko dan patient safety secara
umum di ICU RSUD Sumedang September tahun 2016
No Aspek Deskripsi Situasi
Manajemen Resiko dan patient safety
Proses/prosedur klinis a. Dari hasil kajian didapatkan tujuh pasien
terpasang ventilator (1/9/2016 – 30/9/2016)
dengan rata-rata lama hari perawatan 5-6 hari.
b. Perawatan pasien dengan menggunakan
ventilasi mekanik sudah dilakukan sesuai SPO
dan SAK
c. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan ada
beberapa poin yang kurang dilaksanakan seperti
pada saat dinas siang terkadang pasien dengan
ventilator dilakukan oral hyigine kadang tidak,
begitupun pada dinas malam.
d. Sudah terdapat standar asuhan keperawatan
pada pasien dengan ventilasi mekanik, pasien
tersebut akan mengalami tirah baring lama dan
atau terpasang ventilator dalam waktu yang
cukup lama.
e. Belum ada SPO mengenai weaning ventilator
1 Identify patients correctly a. Pasien di ruang ICU diidentifikasi
(mengenali pasien secara menggunakan gelang pasien. Gelang
tepat) bertuliskan nama pasien, tanggal lahir dan
nomor medrec. Pasien wanita diberikan gelang
identitas warna pink, pasien laki-laki
diidentifikasi dengan menggunakan gelang
identitas warna biru, pasien risiko jatuh
diberikan gelang identitas warna kuning, pasien
yang alergi diberikan gelang identitas warna
merah.
b. Sudah ada SPO mengenai menerima pasien
baru, pada ruang ICU terdapat kriteria pasien
masuk ICU yang terbagi atas tiga prioritas
c. Pasien yang memerlukan terapi intensif atau
bantuan ventilasi merupakan prioritas satu.
2 Improve effective a. Adanya SPO tentang cara menerima perintah
communication (peningkatan dan informasi via telepon, cara
komunikasi efektif) mendokumentasikan, serta perawat di ruang
ICU diberikan pelatihan cara menerima telepon
yang benar, cara memvalidasi isi pesan yang
disampaikan, dan cara mendokumentasikan isi
pesan yang disampaikan secara benar dan tepat.
b. Terdapat lembar transfer pasien yang telah diisi
sesuai kondisi terakhir pasien sebagai data
dasar pemindahan pasien dari ruangan awal ke
ruangan ICU.
c. Pada pasien yang terpasang ventilator dalam
keadaan sadar penuh komunikasi dilakukan
dengan menggunakan tulisan
d. Belum ada alat bantu khusus seperti papan
komunikasi yang dapat digunakan pasien untuk
berkomunikasi
3 Improve the safety or high a. Untuk obat high alert di ruang ICU masih
alert medications ditempatkan pada tempat yang sama dengan
(peningkatan keamanan obat obat lainnya dalam kondisi terbuka. Akan
yang perlu diwaspadai) tetapi, untuk obat high alert diberikan label
high alert.
b. Kebijakan dan atau prosedur yang diterapkan di
ruangan ICU, untuk pemakaian obat dari trolly
emergency harus dituliskan di lembar tagihan
pasien.
c. Di ruang ICU tidak ditemukan adanya obat-
obatan high alert dan jenis elektrolit di meja
pasien.
d. Sebagian besar pasien yang menggunakan
ventilasi mekanik diberikan obat-obatan sedasi
ataupun muscle relaxan, sehingga dapat
memberikan efek samping pada pasien.
e. Perawat pelaksana terkadang belum memahami
apa efek samping pemberian sedasi ataupun
muscle relaxan.
4 Ensure correct-site, correct- a. Hampir seluruh perawat di ICU sudah
patient surgery mengikuti pelatihan ICU dasar
b. Sebagian perawat dapat mengerti dan
menanggulangi jika ada perubahan pada alat
ventilator sesuai dengan advice dari dokter
spesialis anastesi
5 Reduce the risk of health a. Dari data hasil laboratorium mulai tanggal 1
care – associated infections januari 2016 – 20 oktober 2016, 20 sample
(pengurangan resiko infeksi dilakukan pemeriksaan kultur, baik kultur
terkait pelayanan kesehatan) darah, pus dan sputum. Dari 20 sample terdapat
10 sample dinyatakan positif, dan 3 merupakan
sample kultur sputum (Acinetobacter
baumannii, pseudomonas aeruginosa dan
enterobacter sp).
b. Ruang ICU menerapkan SOP mencuci tangan
yang sudah diterapkan rumah sakit (6 langkah).
c. Perawat di ruang ICU diharuskan melakukan
prosedur mencuci tangan sebelum dan setelah
kontak dengan pasien, setelah terkena
cairan/secret dari pasien. Berdasarkan hasil
pengamatan perawat melakukan cuci tangan
sesuai dengan SOP yang ditetapkan rumah
sakit.
d. Di setiap kamar pasien telah disediakan
handschoon disposable dan handschoon steril,
yang harus dikenakan bila akan melakukan
tindakan
e. Di setiap kamar sudah ada tempat sampah yang
memisahkan antara tempat sampah medis dan
non medis
f. Terdapat SPO tindakan intubasi yang
menggunakan ETT steril /single use
g. Terdapat SPO mengenai suctinoning, didalam
SPO tersebut menggunakan kateter suction
steril dan diganti setiap akan melakukan
suctioning
h. Kateter suction digunakan pada bagian
orofaring, nasofaring kemudian digunakan
untuk menghisap sekret pada mulut dan lidah
bagian bawah
i. Belum ada SPO khusus suctioning pada pasien
yang terpasang ETT
j. Hasil observasi didapatkan kateter steril
suctioning setelah digunakan untuk ETT
dibilas dengan aqua atau cairan fisiologi steril
yang kemudian digunakan untuk melakukan
suctioning oro dan nasofaringeal.
k. Beberapa Perawat belum mencantumkan label
waktu pemasangan pada semua alat invasif
yang terpasang
l. Pencatatan lama hari pemasangan alat, tanggal
pemasangan sudah dilakukan
m. Sudah dilakukan penjadwalan untuk dilakukan
oral hygiene, tetapi tindakan oral hygiene
masih menggunakan mouthwash
n. Belum ada jadwal teratur untuk melakukan
vibrasi dan perkusi dada /punggung untuk
membantu melepaskan secret dari jalan nafas
agar tidak terjadi infeksi saluran nafas bawah
selama pemasangan ventilator, serta mencegah
atelektasis
o. Dalam melakukan suctioning secret dari ETT
masih menggunakan open suction
p. Pelaporan kejadian VAP belum maksimal,
karena hasil kultur sputum baru didapatkan
seminggu semenjak dilakukan pemeriksaan.
q. Sirkuit yang digunakan masih Reuse.
6 Reduce the risk of patient a. Rumah sakit menerapkan suatu proses untuk
harm resulting from falls penilaian awal pasien untuk risiko jatuh dan
(pengurangan resiko pasien penilaian ulang pasien ketika ditunjukkan oleh
jatuh) perubahan dalam kondisi atau pengobatan, atau
yang lain. Pasien dengan risiko jatuh diberikan
gelang identitas kuning.
b. Seluruh tempat tidur di ruang ICU telah
memiliki bed plang yang masih dalam kondisi
baik
dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oskigen dan pembentukan
lebih besar dari 45 mmHg (hiperkapnia) (Smeltzer, 2002). Penyebab gagal nafas
nafas, kelainan paru, kelainan tulang iga/thoraks dan kelainan jantung) dan
anastesi).
Salah satu bentuk gagal nafas adalah Adult Respiratory Distress Syndrome
(ARDS), dimana kondisi tersebut ditandai dengan hipoksemia berat yang resisten
berbagai penyakit (sepsis, aspirasi isi lambung, trauma serius) yang dapat
yaitu adalah hipoksemia, hipoksemia dibagi kedalam dua tipe ; tipe satu
merupakan kegagalan transfer oksigen dalam paru, sedangkan tipe dua merupakan
ventilasi (face mask, bag valve mask ataupun ventilasi mekanik). Pada
dengan PH < 7,25, kapasitas vital < 15ml/kgBB dengan penyakit neuromuscular.
Sedangkan secara klinis dapat dilihat ; terdapat perubahan status mental dengan
dukungan ventilator
kondisi lemah
kebutuhan oksigen
Disfungsi respon penyapihan ventilator
Definisi: ketidakmampuan beradaptasi dengan penurunan tingkat dukungan ventilator mekanis yang menghambat dan memperlama proses
penyapihan
Batasan Karakteristik Nursing Out Come (NOC) Mechanical Ventilation
Ringan : Respon penyapihan ventilator mekanis : Monitor adanya kelelahan otot pernapasan
Ketidaknyamanan bernafas dewasa Monitor adanya kegagalan respirasi
Keletihan Status pernapasan : pertukaran gas Diskusikan bersama dokter pemilihan mode
Peningkatan konsentrasi pada ventilasi yang digunakan
Status penapasan :ventilasi
pernapasan Lakukan pengaturan monitor ventilasi secara rutin
Kriteria hasil :
Mengkhawatirkan kemungkinan Monitor adanya penurunan dan peningkatan
malfungsi oksigen Respon penyapihan ventilator mekanis : tekanan inspirasi
Gelisah dewasa Monitor hasil pembacaan ventilator dan suara nafas
Sedikit peningkatan frekuensi Bernapas spontan, frekuensi pernapasan Gunakan teknik aseptic
pernapasan dari nilai dasar < 30x/menit Hentikan selang NGT selama suction dan 30-60
Hangat Kapasitas vital > 3 ml/kgBB ideal. menit sebelum fisioterapi dada
Frekuensi vital > 3ml/kg berat badan Tingkatkan intake dan cairan adekuat
Sedang : Monitor efek ventilator terhadap perubahan
ideal
Peningkatan nilai dasar frekuensi oksigenasi pasien : gas darah arteri, SaO2, SVO2,
pernapasan (< 5 napas/menit) Denyut jantung apical dalam batas volume tidal dan respon subjektif dari pasien
Perubahan warna normal Mechanical ventilation weaning
Penurunan masuknya udara pada Gas darah arteri dalam batas normal Pantau tingkat pirau, kapasitas vita, Vd/Vt, MMV,
auskultasi Menit ventilation <10 L/menit daya inspirasi dan FEV1 untuk kesiapan
Diaphoresis Status pernapasan : pertukaran gas penyapihan dan ventilator mekanik, sesuai protocol
Terlalu waspada terhadap aktivitas institusi
Memelihara kebersihan paru dan bebas
Ketidakmampuan untuk kooperatif Pantau tanda keletihan otot pernapasan (misalnya :
dari tanda-tanda distress pernapasan peningkatan PaCO2 secara mendadak, ventilasi
Ketidakmampuan berespons terhadap
PaO2 (tekanan parsial oksigen alveolar) cepat dan dangkal, dan pergerakan dinding
latihan dalam batas normal 85-100 mmHg abdomen paradox), hipoksemia dan hipoksia
Penggunaan otot aksesoris pernapasan PaCO2 (tekanan parsial karbondioksida jaringan saat proses penyapihan berjalan
Pucat dalam darah arteri dalam batas normal Monitor status cairan dan elektrolit
Menyatakan rasa takut 35-45 mmHg), PH arteri dalam batas Suction jalan nafas
Sianosis ringan Konsul ke fisioterapi dada jika dibutuhkan
normal 7,35-7,45
Sedikit peningkatan tekanan darah dari Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain,
Saturasi oksigen dalam batas normal untuk mengoptimalkan status nutrisi pasien,
nilai dasar (<20 mmHg)
Sedikit peningkatan frekuensi nadi 95% atau lebih memastikan 50% sumber kalori selain protein
dari nilai dasar (<20 denyut/menit) Tanda-tanda vital dalam batas normal dalam diet adalah lemak bukan karbohidrat
Mata tanpak membelalak (TD, suhu, nadi dan frekuensi Gunakan teknik relaksasi
pernapasan) Pastikan pasien bebas dari tanda-tanda infeksi
Berat : Status respirasi : ventilasi sebelum di lepas
Suara napas tambahan Airway Management
Tidak ada suara napas tambahan
Agitasi Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw
Tidak ada retraksi dinding dada thrust bila diperlukan
Ketidakselarasan napas dengan
ventilator Tidak ditemukan kelainan pada rontgen Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Sekresi jalan napas terdengar dada Identifikasi perlunya pemasangan alat jalan nafas
Sianosis Tidak ditemukan kelainan pada test buatan
Penurunan tingkat kesadaran fungsi paru (spironometri) Pasang mayo jika perlu
Pemburukan nilai gas darah arteri dari Ventilasi dan oksigenasi yang adekuat Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
nilai dasar terkini Berikan bronchodilator jika perlu
Penggunaan penuh otot aksesorius Atur intake untuk cairan
pernapasan Mengoptimalkan keseimbangan
Napas megap-megap Monitor respirasi dan status O2.
Peningkatan tekanan darah dari (≥ 20
mmHg)
Peningkatan frekuensi nadi dari nilai
dasar
Pernapasan abdomen paradox
Diaphoresis pernapasan meningkat
secara signifikan dari nilai dasar
Pernapasan dangkal
Psikologis :
Ansietas
Penurunan motivasi
Penurunan harga diri
Kurang pengetahuan tentang proses
penyapihan
Ketakutan
Keputusasaan
Kurang rasa percaya terhadap perawat
Persepsi pasien tentang
ketidakmampuan menjalani
penyapihan
Ketidakberdayaan
Situasional :
Lingkugan tidak kondusif (lingkungan
dengan aktivitas padat dan bising,
peristiwa negative diruangan, rasio
perawat terhadap pasien rendah, staf
keperawatan yang belum dikenal)
Riwayat kegagalan berulang dalam
upaya penyapihan
Riwayat ketergantungan ventilator >4
hari
Ketidakadekuatan dukungan social
Ketidaktepatan laju penurunan
dukungan ventilator
Kebutuhan energy episodic dan tidak
terkendali
Risiko Aspirasi
Definisi: resiko masuknya sekresi gastrointestinal, sekresi orofaring, kotoran/debu, atau cairan kedalam saluran trakeobronkial
Batasan Karakteristik Nursing Out Come (NOC) Nursing Intervention Classification (NIC)
Resiko cedera
Definisi: Beresiko mengalami cedera sebagai akibat kondisi lingkungan yang berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber defensive
individu
Batasan Karakteristik Nursing Out Come (NOC) Nursing Intervention Classification (NIC)
Anna, A. (2014). Perbandingan enteral dan parenteral nutrisi pada pasien kritis: a
literature review. In prosiding seminar nasional & internasional.
Bowling, T. E., Cliff, B., Wright, J. W., Blackshaw, P. E., Perkins, A. C., & Lobo,
D. N. (2008). The effects of bolus and continuous nasogastric feeding on
gastro-oesophageal reflux and gastric emptying in healthy volunteers: a
randomised three-way crossover pilot study. Clinical nutrition, 27(4), 608-
613.
Cunningham, C., & Gould, D. (1998). Eyecare for the sedated patient undergoing
mechanical ventilation: the use of evidence-based care.International journal
of nursing studies, 35(1), 32-40.
Frater, J & Leonard, M.P. 2010. Standards of Practice for Case Management.
Case Management Society of America
Kitong, B. I., Mulyadi, N., & Malara, R. (2014). Pengaruh tindakan penghisapan
lendir endotrakeal tube (ett) terhadap kadar saturasi oksigen pada pasien
yang dirawat di ruang icu rsup prof. Dr. Rd kandou manado. Jurnal
keperawatan, 2(2).
Kementrian Kesehatan RI, 2010, Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor:
834/Menkes/SK/VII/2010, Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan High Care Unit (HCU) di Rumah Sakit.
Kementrian Kesehatan RI, 2010, Keputusan Mentri Kesehatan RI Nomor:
1778/Menkes/SK/XII/2010, Tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit.
Kementrian Kesehatan RI, 2012. Pedoman Teknis Ruang Perawatan Intensif
Rumah Sakit. Direktoral Jenderal Bina Upaya Kesehatan.Direktorat Bina
Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan.
Kaya, H., Turan, Y., Tunalı, Y., Aydın, G. Ö., Yüce, N., Gürbüz, Ş., & Tosun, K.
(2016). Effects of oral care with glutamine in preventing ventilator-
associated pneumonia in neurosurgical intensive care unit
patients. Applied Nursing Research.
MacIntyre, N. (1994). Demand-flow airway pressure release ventilation as a
partial ventilatory support mode: comparison with synchronized intermittent
mandatory ventilation and pressure support ventilation. Critical care
medicine, 22(9), 1431-1437.
Metheny, N. A., Mills, A. C., & Stewart, B. J. (2012). Monitoring for intolerance
to gastric tube feedings: a national survey. American Journal of Critical
Care,21(2), e33-e40.
Rose, L., Baldwin, I., & Crawford, T. (2010). The use of bed-dials to maintain
recumbent positioning for critically ill mechanically ventilated patients (The
RECUMBENT study): Multicentre before and after observational
study.International journal of nursing studies, 47(11), 1425-1431.
Topeli, A., Harmanci, A., Cetinkaya, Y., Akdeniz, S., & Unal, S. (2004).
Comparison of the effect of closed versus open endotracheal suction systems
on the development of ventilator-associated pneumonia. Journal of Hospital
Infection, 58(1), 14-19.
Watson, R., & Hayter, M. (2012). A Review of current nursing practice and
evidence-based guidelines in enteral nutrition in the critically ill
patient. European Scientific Journal, 8(30).