Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MANAJEMEN GAWAT DARURAT


Tentang
Sistem Pernapasan
Oleh : Ns.Yannerith Chintya S.Kep M.Kep

Disusun oleh :
- Tania Laluraa (1814201050)
- Yelsin Tamusintang (1814201051)
- Rahel Tya Lampeang(1814201064)
Kelas :
A2 Keperawatan/ Semester VI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONSIA


MANADO
FAKULTAS KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas penyertaannya kami
kelompok 1 dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “MANAJEMEN GAWAT DARURAT
TENTANG SISTEM PERNAPASAN (GAGAL NAPAS,ASMA DAN PNEUMOTHORAX”tanpa
melewati batas waktu yang telah ditentukan.

Kami juga menyadari makalah ini masih belum sempurna, baik dari isi maupun sistematika
penulisannya, maka dari itu kami kelompok I berterimakasih apabila ada kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya Program Studi
Ilmu Keperawatan nantinya.

MANADO, 26 APRIL 2021


DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
BAB 1 PENDAHULUAN :
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB 2 TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
(GAGAL NAPAS, ASMA DAN PNEUMOTHORAX)
B. ETIOLOGI
(GAGAL NAPAS, ASMA DAN PNEUMOTHORAX)
C. GEJALA
(GAGAL NAPAS, ASMA DAN PNEUMOTHORAX)
D. JENIS-JENIS
(GAGAL NAPAS, ASMA DAN PNEUMOTHORAX)
E. PENANGANAN
(GAGAL NAPAS, ASMA DAN PNEUMOTHORAX)
BAB 3 PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan gawat darurat merupakan bentuk pelayanan yang bertujuan untuk menyelamatkan
kehidupan penderita, mencegah kerusakan sebelum tindakan/perawatan selanjutnya dan
menyembuhkan penderita pada kondisi yang berguna bagi kehidupan. Karena sifat pelayanan
gawat daruarat yang cepat dan tepat, maka sering dimanfaatkan untuk memperoleh pelayanan
pertolongan pertama dan bahkan pelayanan rawat jalan bagi penderita dan keluarga yang
menginginkan pelayanan secara cepat.
Oleh karena itu diperlukan perawat yang mempunyai kemampuan yang bagus dalam
mengaplikasikan asuhan keperawatan gawat darurat untuk mengatasi berbagai permasalahan
kesehatan baik aktual atau potensial mengancam kehidupan tanpa atau terjadinya secara
mendadak atau tidak di perkirakan tanpa atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat
dikendalikan. Asuhan keperawatan gawat darurat adalah rangkaian kegiatan praktek keperawatan
gawat darurat yang diberikan kepada klien oleh perawat yang berkompeten di ruang gawat
darurat.
Asuhan keperawatan yang diberikan meliputi biologis, psikologis, dan sosial klien baik aktual
yang timbul secara bertahap maupun mendadak, maupun resiko tinggi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi asuhan keperawatan gawat darurat, yaitu : kondisi
kegawatan seringkali tidak terprediksi baik kondisi klien maupun jumlah klien yang datang ke
ruang gawat darurat, keterbatasan sumber daya dan waktu, adanya saling ketergantungan yang
sangat tinggi diantara profesi kesehatan yang bekerja di ruang gawat darurat, keperawatan
diberikan untuk semua usia dan sering dengan data dasar yang sangat mendasar, tindakan yang
diberikan harus cepat dan dengan ketepatan yang tinggi (Maryuani, 2009).
Mengingat sangat pentingnya pengumpulan data atau informasi yang mendasar pada kasus gawat
darurat, maka setiap perawat gawat darurat harus berkompeten dalam melakukan pengkajian
gawat darurat. Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat tergantung dari
kecepatan dan ketepatan dalam melakukan pengkajian awal yang akan menentukan bentuk
pertolongan yang akan diberikan kepada pasien.
Semakin cepat pasien ditemukan maka semakin cepat pula dapat dilakukan pengkajian awal
sehingga pasien tersebut dapat segera mendapat pertolongan sehingga terhindar dari kecacatan
atau kematian.
Pengkajian pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua, yaitu : pengkajian primer dan
pengkajian sekunder.
Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan survei
primer untuk mengidentifikasi masalahmasalah yang mengancam hidup pasien, barulah
selanjutnya dilakukan survei sekunder.
Tahapan pengkajian primer meliputi :
- A: Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai kontrol servikal;
- B: Breathing, mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi
adekuat;
- C: Circulation, mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan;
- D: Disability, mengecek status neurologis; E: Exposure, enviromental control, buka baju
penderita tapi cegah hipotermia (Holder, 2002).
Pengkajian primer bertujuan mengetahui dengan segera kondisi yang mengancam nyawa pasien.
Pengkajian primer dilakukan secara sekuensial sesuai dengan prioritas. Tetapi dalam prakteknya
dilakukan secara bersamaan dalam tempo waktu yang singkat (kurang dari 10 detik) difokuskan
pada Airway Breathing Circulation (ABC). Karena kondisi kekurangan oksigen merupakan
penyebab kematian yang cepat. Kondisi ini dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan
ataupun bersifat sekunder akibat dari gangguan sistem tubuh yang lain. Pasien dengan
kekurangan oksigen dapat jatuh dengan cepat ke dalam kondisi gawat darurat sehingga
memerlukan pertolongan segera. Apabila terjadi kekurangan oksigen 6-8 menit akan
menyebabkan kerusakan otak permanen, lebih dari 10 menit akan menyebabkan kematian. Oleh
karena itu pengkajian primer pada penderita gawat darurat penting dilakukan secara efektif dan
efisien (Mancini, 2011).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kegawatdaruratan pernapasan?
2. apa pengertian dari : gagal napas, asma, dan pneumothorax
3. apa etiologi, jenis, penanganan dari : gagal napas, asma dan pneumothorax?

C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian kegawatdaruratan pernapasan.
2. menjelaskan pengertian dari : gagal napas, asma, dan pneumothorax
3. Menjelaskan etiologi, jenis, penanganan dari : gagal napas, asma dan pneumothorax?
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Kegawatdaruratan Pernapasan
Kegawatdaruratan pernapasan, mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks, menjadi
penyebab dari banyaknya kasus yang ada di ruang emergensi.Beberapa pasien berespons baik
terhadap obat obatan dan terapi, sementara yang lainnya membutuhkan perawatan serta
intervensi yang lebih lama.Sistem respirasi berfungsi untuk menjadikan oksigen bagi darah untuk
dikirimkan ke seluruh tubuh. Tujuan dari pengkajian pernapasan adalah untuk menentukan
kecukupan(adekuat atau tidaknya) pertukaran gas. Pengkajian yang dilakukan di ruang
emergensi merupakan awal dari evaluasi yang dilakukan perawat terhadap pasien dan dapat
secara cepat menentukan tingkat acuity(keparahan/tingkat akut kondisi pasien) dan penetuan
triase.
Pengkajian yang tepat dan adekuat pada pasien dapat mencegah terjadinya komplikasi yang
dapat mengancam jiwa.
Seperti pada semua keadaan gawat darurat, prioritas pertama adalah untuk mengevaluasi status
airway, breathing, circulaion, dan disability(ABCD) pasien.

GAGAL NAPAS
Definisi Gagal Napas
Gagal nafas adalah ketidakmampuan sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah
normal (PaO2), eliminasi karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkanoleh
masalah ventilasi difusi atau perfusi (Susan Martin T, 1997).
Gagal nafas adalah kegagalan sistem pernafasan untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan
karbondioksida dalam jumlah yangdapat mengakibatkan gangguan pada kehidupan (RS Jantung
“Harapan Kita”, 2001).
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak
dapat memelihara laju komsumsioksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh.
Sehingga menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan peningkatan
tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg / hiperkapnia (Brunner & Sudarth, 2001)
Penyebab Gagal Napas
Gagal napas dapat terjadi akibat adanya gangguan di sepanjang saluran pernapasan hingga ke
pusat saraf, seperti:

 Gangguan saraf yang mengontrol pusat napas seperti cedera saraf tulang belakang, stroke
 Kerusakan jaringan dan tulang di sekitar paru akibat kecelakaan ataupun penyakit
 Kelainan struktur tulang belakang yang dapat mempengaruhi tulang dan otot untuk
bernapas
 Overdosis obat atau alkohol
 Adanya penyakit paru seperti PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik), pneumonia,
ARDS (acute respiratory distress syndrome), emboli paru, dan fibrosis paru
Gejala Gagal Napas
Gejala yang tampak pada pasien dengan gagal napas adalah sebagai berikut:
 Sesak napas. Pada awal tahapan gagal napas, gejala yang dominan terlihat adalah sesak
napas. Sesak napas ini terjadi akibat rendahnya kadar oksigen dan tingginya kadar
karbondioksida dalam darah.
 Bibir, kuku, dan kulit terlihat pucat. Rendahnya kadar oksigen menyebabkan bibir, kuku,
dan kulit penderitanya terlihat pucat.
 Penurunan kesadaran. Bila tidak segera tertangani, rendahnya kadar oksigen akan
membuat otak tidak dapat bekerja dengan baik. Padahal otak merupakan pusat kesadaran.
Itulah sebabnya bila tidak segera ditangani, pada akhirnya pusat kesadaran ini yang akan
dikorbankan.
 Irama jantung tidak teratur (aritmia). Kekurangan oksigen pada otak akan menyebabkan
penurunan kesadaran, sedangkan pada jantung mengakibatkan ketidakteraturan irama
jantung.

Jenis – jenis Gagal Napas


Gagal nafas ada dua macam yaitu gagal nafas akut dan gagal nafas kronik dimana masing
masing mempunyai pengertian yang berbeda.
- Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal secara
struktural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul.
- Sedangkan gagal nafas kronik adalah terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik
seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit paru hitam (penyakit penambang
batubara).

Patofisiologi gagal napas


ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi paru yang menyebabkan hipoksemia atau peningkatan
produksi karbon dioksida dan gangguan pembuangan karbon dioksida yang menyebabkan
hiperkapnia.
Penyebab utama dari gagal napas hipoksemik adalah ketidakseimbangan V/Q.
Penanganan gagal napas
Pada keadaan gawat darurat, penatalaksanaan gagal napas yang penting adalah deteksi dini
keadaan gagal napas, manajemen jalan napas, dan oksigenasi. Berikut adalah strategi umum
penatalaksanaan pasien dengan gagal napas.
 Kenali dini kondisi gagal napas atau ancaman gagal napas saat triase
 Bila sudah menemukan, pertama-tama pastikan jalan napas paten.
 Pertimbangkan kemungkinan intubasi
 Sambil melakukan terapi, ambil sampel analisis gas darah, sebaiknya sebelum terapi
oksigen diberikan bila kondisi memungkinkan.
 Koreksi hipoksemia dengan terapi oksigen
 Lakukan pemeriksaan menyeluruh untuk mencari penyebab gagal napas dan penyakit
penyerta lain yang dapat memperberat keadaan pasien
 Terapi spesifik sesuai etiologi : misalnya antibiotik pada pneumonia, bronkodilator pada
asma, pemasangan chest tube pada pneumothoraks
 Observasi ketat tanda vital
 Rawat intensif bila terdapat indikasi dan memenuhi kriteria rawat
ASMA
Definisi
 Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kroniksaluran napasa yang
menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagairangsangan yang ditandai dengan gejala
episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat di dada terutama pada malam
hari atau dinihari yang umumnya bersifat revrsibel baik dengan atau tanpa pengobatan(Depkes
RI, 2009)
Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversibeldimana trakea dan bronchi
berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimulitertentu (Smeltzer&Bare, 2002)
.Asma Bronkial adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandaioleh spame akut otot polos
bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliranudara dan penurunan ventilasi alveolus
(Huddak & Gallo, 1997)
.Jadi dapat disimpulkan bahwa asma adalah penyakit jalan napasobstruktif yang disebabkan oleh
berbagai stimulan, yang ditandai dengan spasme otot polos bronkiolus.

Penyebab Asma
a..Faktor Predisposisi
Seoerti Faktor genetik.
b.Faktor Presipitasi
Alergen
Alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1.Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Contohnya:debu, bulu binatang,
serbuk bunga, spora jamur, bakteri, danpolusi
.2.Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contohnya: makanan danobat-obatan.
3.Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contohnya:perhiasan, logam, dan jam
tangan.
Perubahan cuacaCuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma.
StressStress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma. Stressjuga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada
Lingkungan kerjaLingkungan kerja mempunyai hubungan langsung dengan
sebabterjadinya serangan asma.Misalnya orang yang bekerja dilaboratorium
hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas
.Olah raga/ aktifitas jasmani yang beratSebagian besar penderita asma akan mendapat
serangan jikamelakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat.
Gejala Asma
Gejala awal :
1.Batuk
2.Dispnea
3.Mengi (whezzing)
4.Gangguan kesadaran, hyperinflasi dada
5.Tachicardi
6.Pernafasan cepat dangkal

Gejala lain :
1.Takipnea
2.Gelisah
3.Diaphorosis
4.Nyeri di abdomen karena terlihat otot abdomen dalam pernafasan
5.Fatigue (kelelahan)
6.Tidak toleran terhadap aktivitas: makan, berjalan, bahkan berbicara.
7.Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dadadisertai
pernafasan lambat.
8.Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang disbanding inspirasi
9.Sianosis sekunder
Jenis – jenis Asma
Berdasarkan etiologinya Asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu
1.Ekstrinsik (alergik) : Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkanoleh faktor-
faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga,bulu binatang, obat-obatan
(antibiotic dan aspirin) dan spora jamur.Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan
adanya suatu predisposisigenetik terhadap alergi.
2.Intrinsik (non alergik) : Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yangbereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui. seperti udara dingin atau bisa
juga disebabkan oleh adanya infeksisaluran pernafasan dan emosi.
3.Asma gabungan : Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyaikarakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergi.Berdasarkan Keparahan Penyakit :
1.Asma intermiten : Gejala muncul < 1 kali dalam 1 minggu.
2.Asma persisten ringan : Gejala muncul > 1 kali dalam 1 minggu tetapi <1 kali dalam 1 hari.
3.Asma persisten sedang (moderate): Gejala muncul tiap hari, eksaserbasimengganggu
aktifitas atau tidur, gejala asma malam hari terjadi >1 kalidalam 1 minggu.
4.Asma persisten berat (severe) : Gejala terus menerus terjadi, eksaserbasisering terjadi,
gejala asma malam hari sering terjadi, aktifitas fisikterganggu oleh gejala asma, PEF
dan PEV1 < 60%.

Patofisiologi Asma
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yangmenyebabkan
sukar bernafas.Penyebab yang umum adalah hipersensitivitasbronkhioulus terhadap benda-
benda asing di udara. Reaksi yang timbul padaasma tipe alergi diduga terjadi dengan cara
sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah
antibody IgEabnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bilareaksi
dengan antigen spesifikasinya.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan denganalergen
menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut,histamin dilepaskan.
Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus.Apabila respon histamin berlebihan,
maka dapat timbul spasme asmatik.Karena histamin juga merangsang pembentukan
mukkus dan meningkatkanpermiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan
pembengkakanruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yangsensitif berlebihan
terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalumudah mengalami degranulasi.
Di manapun letak hipersensitivitas responperadangan tersebut, hasil akhirnya adalah
bronkospasme, pembentukanmukus, edema dan obstruksi aliran udara
Penanganan Asma
Pertolongan Pertama pada Asma
Jika Anda merasa sedang mengalami serangan asma, tetaplah tenang dan lakukan langkah-
langkah pertolongan pertama pada asma berikut ini:
 Duduk dan ambil napas pelan-pelan dengan stabil. Sekali lagi, cobalah untuk tetap
tenang, karena panik justru akan semakin memperparah serangan asma.
 Semprotkan obat inhaler untuk asma setiap 30-60 detik, maksimal 10 semprotan.
 Hubungi ambulans jika Anda tidak memiliki inhaler, asma bertambah parah meski sudah
menggunakan inhaler, tidak ada perbaikan meski sudah
menyemprotkan inhaler sebanyak 10 kali, atau jika Anda merasa khawatir.
 Jika ambulans belum tiba dalam waktu 15 menit, ulangi langkah nomor 2.
Apabila Anda melihat orang lain sedang mengalami serangan asma, Anda bisa membantunya
dengan mempraktikkan pertolongan pertama pada asma berikut ini:
 Hubungi ambulans.
 Bantu orang tersebut untuk duduk tegak dengan nyaman, sambil melonggarkan
pakaiannya agar tidak sesak.
 Jauhkan penderita asma yang sedang kumat dari kemungkinan pencetusnya, seperti debu,
udara dingin, atau hewan peliharaan. Tanyakan faktor pencetus asma pada penderita, jika
memungkinkan.
 Jika orang tersebut memiliki obat asma, seperti inhaler, bantu dia
untuk menggunakannya. Jika dia tidak punya inhaler, gunakan inhaler yang ada di kotak
P3K. Jangan pakai obat inhaler dari penderita asma yang lain.
 Untuk menggunakan inhaler, pertama-tama lepaskan tutupnya, kocok, lalu
sambungkan inhaler ke spacer, dan pasangkan mouthpiece pada spacer.
 Setelah itu, tempelkan mouthpiece pada mulut penderita. Usahakan agar mulut penderita
menutupi seluruh ujung mouthpiece.
 Ketika penderita mengambil napas perlahan-lahan, tekan inhaler satu kali. Minta dia agar
tetap mengambil napas pelan-pelan dan sedalam mungkin, kemudian tahan napas selama
10 detik.
 Semprotkan inhaler sebanyak empat kali, dengan jarak waktu sekitar 1 menit tiap kali
semprotan.
 Setelah empat semprotan, tunggu hingga 4 menit. Jika masih sulit bernapas, berikan
empat semprotan lagi dengan jarak waktu yang sama.
 Jika tetap tidak ada perubahan, berikan empat semprotan inhaler setiap 4 menit sekali,
sampai ambulans tiba.
 Jika serangan asmanya berat, semprotkan inhaler sebanyak 6-8 kali setiap 5 menit.
Pneumothorax
Definisi
Pneumothorax adalah kondisi ketika udara terkumpul di rongga pleura, yaitu ruang di antara
paru-paru dan dinding dada. Udara tersebut dapat masuk akibat adanya cedera di dinding dada
atau robekan di jaringan paru-paru. Dampaknya, paru-paru jadi mengempis (kolaps) dan tidak
bisa mengembang.
Berdasarkan penyebabnya, pneumothorax dibagi dua, yaitu pneumothorax trauma dan
pneumothorax nontrauma. Pneumothorax trauma bisa terjadi akibat cedera pada paru-paru atau
dinding dada, sedangkan pneumotorax nontrauma bisa terjadi dengan atau tanpa
didahului penyakit paru-paru.

Penyebab Pneumothorax
Pneumothorax dapat terjadi secara tiba-tiba tanpa diketahui penyebabnya dengan pasti atau
akibat sejumlah kondisi berikut:
 Penyakit paru-paru yang menyebabkan kerusakan jaringan, seperti penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK), infeksi paru-paru, dan cystic fibrosis
 Cedera pada dada, misalnya akibat luka tembak, luka tusuk, benturan, patah tulang rusuk,
atau prosedur medis, seperti biopsi dan CPR
 Pecahnya kantung berisi udara (bleb) di luar paru-paru akibat emfisema atau PPOK
 Ketidakseimbangan tekanan udara di dalam dada akibat penggunaan alat bantu
pernapasan atau ventilator
Faktor Risiko Pneumothorax
Pneumothorax pada dasarnya dapat dialami oleh siapa saja. Namun, orang dengan kondisi
berikut lebih berisiko untuk mengalami pneumothorax:
 Berjenis kelamin pria
 Berusia 20ꟷ40 tahun
 Memiliki kebiasaan merokok
 Menderita penyakit paru-paru, terutama PPOK
 Memiliki keluarga dengan riwayat pneumothorax
 Pernah terserang pneumothorax sebelumnya
Gejala Pneumothorax
Peningkatan tekanan udara di dalam pleura akan menghalangi paru-paru untuk mengembang saat
menarik napas. Akibatnya, dapat muncul gejala berupa:
 Nyeri dada
 Sesak napas
 Keringat dingin
 Warna kulit kebiruan atau sianosis
 Jantung berdebar
 Lemas
 Batuk

Jenis – jenis Pneumothorax


 simple pneumothorax
Pada simple pneumothorax, hanya sebagian paru-paru yang kolaps, tetapi bisa
menyebabkan penurunan kadar oksigen dalam darah dan sesak napas. Simple
pneumothorax bukan kondisi darurat, tetapi tetap perlu dipantau.
 Tension pneumothorax
Pada tension pneumothorax, seluruh bagian paru-paru kolaps sehingga menyebabkan
penurunan fungsi jantung dan organ tubuh lain. Tension pneumothorax dapat
menyebabkan kematian bila tidak segera ditangani.
Penanganan Pneumothorax
Penanganan pneumotoraks bergantung pada jenis pneumotoraks yang dialami. Pada simple
pneumothorax, penanganan awalnya adalah memberikan oksigen melalui kanul atau sungkup
hidung.
Pada tension pneumothorax, penanganan awalnya adalah dengan menusukkan jarum ke rongga
dada yang mengalami pneumothorax. Tindakan ini disebut dekompresi jarum. Langkah ini harus
dilakukan secepat mungkin oleh dokter. Dekompresi jarum bertujuan untuk menghentikan udara
terus menerus masuk ke dalam rongga pleura.
Setelah melakukan pertolongan awal, pengobatan utama untuk pneumotoraks adalah dengan
melakukan pemasangan WSD (water sealed drainage). Tindakan ini dilakukan dengan
memasukkan selang ke dalam rongga pleura. Selang tersebut disambungkan ke wadah tertutup
yang berisi air.
WSD bertujuan untuk memindahkan udara di rongga pleura ke dalam wadah tertutup tersebut.
Umumnya WSD dipasang selama beberapa minggu, tergantung beratnya pneumotoraks yang
terjadi.
JUDUL ARTIKEL
- Judul : . TINGKAT PENGETAHUAN APOTEKER KOMUNITAS MENGENAI
PENGOBATAN ASMA
- Tahun : 2019
- Penulis : Amelia Lorensia1* , Rifaatul Laila Mahmudah2 , Leonardo Immanuel 1
1Departement of Community and Clinical Pharmacy, Pharmacy Faculty, University of
Surabaya 2Departement of Public Health, Stikes Majapahit
- Pembaharuan yang diteliti :
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dan pengambilan data dilakukan
melalui kuesioner. Variabel yang diamati adalah tingkat pengetahuan pengobatan asma
bagi apoteker meliputi 6 domain, yaitu terapi farmakologi, etiologi dan patofisiologi,
faktor risiko, definisi, gejala, dan terapi non farmakologi. Populasi yang digunakan
adalah apoteker yang menjalankan praktek kefarmasian di apotek di wilayah Surabaya
Timur. Sampel (subjek) yang digunakan adalah apoteker yang bekerja di apotek non
franchise di wilayah Surabaya Timur yang memenuhi kriteria seperti: bersedia terlibat
dalam penelitian, berkerha di apotek yang menjual sediaan inhaler dan bekerja di apotek
(stand by) minimal 8 jam/hari selama 5 hari kerja. Satu apoteker mewakili satu apotek.
Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling.
Hasil dan pembahasan penelitian
Penelitian dilakukan mulai April sampai Juni 2019. Dari 116 subjek, 108 diantaranya
masuk kedalam kriteria inklusi dan 8 subjek lainnya tidak masuk kriteria inklusi.
Hal ini disebabkan 8 subjek tidak menjual berbagai macam inhaler di apotek tempat
berpraktek dan tidak berpraktek stand by di apotek minimal 8 jam per hari selama 5 hari.
Maka dapat ditentukan besar response rate untuk mengetahui besar tingkat pengembalian
dalam penelitian. Dari perhitungan tersebut maka didapatkan response rate sebesar
85,29%.
Uji Validasi dan Reliabilitas Kuesioner
Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan metode pearson correlation yang
mengkorelasikan antara skor masing-masing item soal dalam kuesioner dengan skor total
yang diperoleh dalam penelitian. Jika ada item soal yang tidak memenuhi syarat maka
tersebut tidak dianalisa lebih lanjut. Instrumen penelitian dinyatakan valid apabila nilai t-
hitung pearson correlation lebih besar dari ttabel. Nilai t-tabel pada penelitian ini: n=108
(jumlah sampel) dan a=0,05 (nilai signifikan adalah 5%). Sehingga didapatkan nilai t-
tabel = 1,6591.
Penelitian terdahulu tingkat pengetahuan apoteker mengenai pengobatan asma juga
pernah dilakukan oleh Gemicioglu et al. (2014), pada 26 apoteker dan 261 asisten
apoteker di Istanbul menunjukkan tingkat pengetahuan yang masih terbatas mengenai
asma dan sediaan inhaler, sehingga membutuhkan pendidikan di kemudian hari.
Sedangkan penelitian lain oleh Khan dan Azhar (2013) pada 74 apoteker di Alahsa, Saudi
Arabia, menunjukkan bahwa lama bekerja mempengaruhi secara signifikan tingkat
pengetahuan cara penggunaan inhaler MDI untuk pengobatan asma.
Kesimpulan
Sebagian besar subjek memiliki tingkat pengetahuan asma yang sedang/standar (37,96%)
dan hanya sebagian kecil yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi (27,77%). Dari
pertanyaan kuesioner, domain paling tinggi adalah pada terapi nonfarmakologi (94,00)
dan nilai terendah pada domain gejala (43,00).
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam sistem pernapasan oksigen merupakan hal utama yang dibutuhkan danberdasar kepada
kebutuhan oksigen. Pernapasan seluler dibagi menjadi pernapasan aeropdan anaerob.
Secara garis besar pernapasan merupakan pemecah glukosa dengan bantuan-bantuan enzim
untuk menghasilkan energi. Pernapasan pada manusia menggunakan paru-paru.
Jalur pernapasan manusia adalah sebagai berikut:Rongga hidung => faring => laring => trakea
=> bronkus =>bronkilius, aveolus.Pertukaran/difusi O2 dan CO2pada paru-paru terjadi pada
dibagian alveolus.
Pernapasan melibatkan 2 proses yaitu menarik nafas (inspirasi) danmengeluarkan nafas
(ekspirasi) berdasarkan organ-organ yang terlibat.
Pernapasan dibagi menjadi 2 yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut.Dalam keadaan normal
volume udara pernapasan 500- 3500ml, Yang terdiri dari500 ml volume tidal, 1500ml
komplementer dan 1500 ml udara suplementer.
Kapasitasvital paru-paru ditambah udara residu tersebut kapasitas total.Ada beberapa gangguan
dan kelainan yang menyerang alat pernapasan antaralain: faringistis, pneumonia, emfisema paru-
paru, asma, dipteri, asfiksi, tuberkulosis(TBC), hipoksia, asidosis, sianosis, bronkitis, tonsilitis,
pleuritis, SARS, kanker paru-parudan rinitis.

B. Saran
Jagalah kesehatan organ pernafasan terutama pada paru-paru dan organ sistempernafasan
lainnya. Agar tidak terjadi gangguan pada sistem pernapasan kita, hindarilahpolusi udara dan
gas-gas beracun, dan terutama hindarilah sikap merokok. Serta rawatlahparu-paru (pulmo) agar
tetap bersih, karena Paru-paru mudah sekali terserang penyakitinfeksi sehingga menimbulkan
kerusakan jaringannya
DAFTAR PUSTAKA
http : www. Alodokter.id.com
http : klikdokter id.com
Lorensia, A., Queljoe, D.D., Karina, B.L., Hewu, A. (2016). ‘Studi Kelengkapan Penjelasan Cara
Penggunaan Sediaan Controller Inhaler

Anda mungkin juga menyukai