Anda di halaman 1dari 18

1

SATUAN ACARA PENYULUHAN


(SAP)
RETINOBLASTOMA

Di Susun Oleh :
Nama : Meidy F. Lahengko
Nim : 1814201245
Kelas : A2 Keperawatan / V

                         

Universitas Pebangunan Indonesia


(UNPI Manado)
Thn Ajaran 2020/2021
2

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


RETINOBLASTOMA

Topik : Edukasi Retinoblastoma


Hari/tanggal : Rabu, 25 Desember 2020
Waktu : 30 menit (10.10- 10.40 WITA)
Tempat : Balai Kampung Tamako
Sasaran : Masyarakat dan keluarga dengan anak retinoblastoma

A. Latar Belakang
Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang paling sering
dijumpai pada bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat mengakibatkan kebutaan,
melainkan juga kematian. Di negara berkembang, upaya pencegahan dan deteksi dini
belum banyak dilakukan oleh para orang tua. Salah satu sebabnya adalah pengetahuan
yang masih minim mengenai penyakit kanker tersebut. Dalam penelitian menyebutkan
bahwa 5-10% anak usia prasekolah dan 10% anak usia sekolah memiliki masalah
penglihatan. Namun seringkali anakanak sulit menceritakan masalah penglihatan yang
mereka alami. Karena itu, skrining mata pada anak sangat diperlukan untuk mendeteksi
masalah penglihatan sedini mungkin. Skrining dan pemeriksaan mata anak sebaiknya
dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4 tahun, dan dilanjutkan pemeriksaan
rutin pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak diperiksakan ke dokter mata setiap 2
tahun dan harus lebih sering apabila telah ditemukan masalah spesifik atau terdapat
faktor risiko. Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi pengetahuan
tentang penyakit retina blastoma ke masyarakat luas yang mana di negara Indonesia
masih kurang di perhatikan. Dan kami sebagai perawat perlu memahami dan mengetahui
mengenai asuhan keperawatan terhadap pasien dengan retino blastoma.
B. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, sasaran mampu memahami tentang
masalahRetinoblastoma.

C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan diharapkan peserta dapat mengetahui:
3

1. Mengetahui pengertian dari retinoblastoma.


2. Mengetahui anatomi dan fisiologi dari retinoblastoma.
3. Mengetahui etiologi dari retinoblastoma.
4. Mengetahui manifestasi klinis dari retinoblastoma.
5. Mengetahui klasifikasi dari retinoblastoma.
6. Mengetahui patofisiologi dari retinoblastoma.
7. Mengetahui penatalaksaan dari retinoblastoma.
8. Mengetahui pemeriksaan dari retinoblastoma.
9. Mengetahui pencegahan retinoblastoma
10. Faktor yang menyebabkan retinoblastoma
11. Komplikasi retinoblastoma
12. Pengobatan retinoblastoma

D. Sasaran Pendidikan Kesehatan


Masyarakat dan Keluarga dengan anak Retinoblastoma

E. Strategi Pelaksanaan
Strategi yang dilakukan dalam penyampaian pendidikan kesehatan ini adalah:
1. Metode
Ceramah dan Tanya jawab.
2. Media
Laptop, LCD, PPT dan Leaflet
3. Garis besar materi
1. Mengetahui pengertian dari retinoblastoma.
2. Mengetahui anatomi dan fisiologi dari retinoblastoma.
3. Mengetahui etiologi dari retinoblastoma.
4. Mengetahui manifestasi klinis dari retinoblastoma.
5. Mengetahui klasifikasi dari retinoblastoma.
6. Mengetahui patofisiologi dari retinoblastoma.
7. Mengetahui penatalaksaan dari retinoblastoma.
8. Mengetahui pemeriksaan dari retinoblastoma.
9. Mengetahui pencegahan retinoblastoma
10. Faktor yang menyebabkan retinoblastoma
11. Komplikasi retinoblastoma
12. Pengobatan retinoblastoma
4

13. Tim Pelaksana


Petugas-petugas acara

Notulen                    : Meidy F. Lahengko


Penyaji                     : Meidy F. Lahengko
Observer                   : Meidy F. lahengko
Fasilitator                 :Kepala balai desa/kampung
Pengorganisasian
Pemateri : Menyajikan materi
Notulen : Mencatat hasil diskusi
Fasilitator : Mendampingi peserta penyuluhan
Observer : Mengobservasi jalannya penyuluhan tentang ketepatan waktu

14. Butir pertanyaan :


1. Jelaskan definisi dari retinoblastoma ?
2. Bagaimana pencegahan dari retinoblastoma?
3. Jelaskan faktor faktor yang menyebabkan retinoblastoma?
4. Jelaskan cara pngobatan retinoblastoma?

F. Kegiatan Pendidikan Kesehatan

NO Waktu Kegiatan Pendidikan Kesehatan Kegiatan Peserta


1 3 Menit Pembukaan :
Salam - Menjawab Salam
Perkenalan - Mendengarkan dan
Relevansi (kontrak waktu) Memperhatikan
Tujuan Pendidikan Kesehatan
2 25Menit Pelaksanaan :
Penyampain materi secara teratur - Menyimak dan
  memperhatikan
Materi :
1. Mengetahui pengertian dari
retinoblastoma.
2. Mengetahui anatomi dan fisiologi
5

dari retinoblastoma.
3. Mengetahui etiologi dari
retinoblastoma.
4. Mengetahui manifestasi klinis dari
retinoblastoma.
5. Mengetahui klasifikasi dari
retinoblastoma.
6. Mengetahui patofisiologi dari
retinoblastoma.
7. Mengetahui penatalaksaan dari
retinoblastoma.
8. Mengetahui pemeriksaan dari
retinoblastoma.
9. Mengetahui pencegahan
retinoblastoma
10. Faktor yang menyebabkan
retinoblastoma
11. Komplikasi retinoblastoma
12. Pengobatan retinoblastoma

3. 10 Menit Diskusi:
Tanya Jawab - Peserta bertanya kepada
pemateri
4. 10Menit Evaluasi :
Meminta peserta menjelaskan atau - Menjawab pertanyaan
menyebutkan kembali :
- Menjelaskan kembali pengertian
dari retinoblastoma
- Menyebutkan kembali pencegahan
retinoblastoma
- Menjelaskan kembali faktor
penyebab retinoblastoma
- Menjelaskan kembali pengobatan
retinoblastoma
5 2Menit Penutup :
Mengucapkan terimakasih dan - Menjawab salam
6

mengucapkan salam

LAMPIRAN MATERI

RETINOBLASTOMA

A. Definisi retinoblastoma
Retinoblastoma adalah tumor ganas elemen elemen embrional retina. Gangguan ini
merupakan tumor ganas utama intra okuler terjadi pada anak anak terutama pada
umur di bawah 5 tahun dan sebagian besar diagnosis antara usia 6 bulan dan 2 tahun.
Sebagian besar adalah mutasi sporadis tetapi hampir 10 % herediter. Retinoblastoma
dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral
bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom. Insiden gangguan ini 1 dalam
15.000 bayi lahir hidup. Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang
mengenai saraf embrionik retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk
dideteksi secara awal. Rata rata usia klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus
unilateral, 13 bulan pada kasus kasus bilateral. Beberapa kasus bilateral tampak
sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain terdeteksi pada saat
pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk memeriksa klien dengan
dengan anestesi pada anak anak dengan retinoblastoma unilateral, khususnya pada
usia dibawah 1 tahun. (Pudjo Hagung Sutaryo, 2006 ).

B. Anotomi dan fisiologi

Anatomi Retina
7

Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran daripada
serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan koroid. Bagian anterior
berakhir pada ora serata, di bagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu
penglihatan terdapat makula lutea (bintik kuning) kira-kira berdiameter 1 – 2 mm
yang berperan penting untuk tajam penglihatan. Di tengah makula lutea terdapat
bercak mengkilap yang merupakan reflek fovea. Kira-kira 3 mm ke arah nasal kutub
belakang bola mata terdapat daerah bulat putih kemerah-merahan, disebut papil saraf
optik, yang di tengahnya agak melekuk dinamakan eksvakasi foali. Arteri retina
sentral bersama venanya masuk ke dalam bola mata di tengah papil saraf optik. Retina
meluas ke depan hampir mencapai badan siliaris. Struktur ini tersusun dalam 10
lapisan dan mengandung sel batang (rods) dan sel kerucut (cones), yang merupakan
reseptor penglihatan, ditambah 4 jenis neuron:
1. Sel bipolar
2. Sel ganglion
3. Sel horizontal
4. Sel amakrin
Karena lapisan saraf pada retina disatukan bersama-sama oleh sel-sel glia yang
disebut sel muller. Tonjolan-tonjolan dari sel-sel ini membentuk membran pembatas
dalam di permukaan dalam retina dan membran pembatas luar di lapisan reseptor.
Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas
lapisan:
1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang
mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.
2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.
3. Lapis nukleus, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang.
Ketiga lapis di atas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.
4. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aseluler dan merupakan tempat
sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel
muller lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.
6. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aseluler merupakan tempat sinaps
sel tripolar, sel amakrin dengan sel ganglion.
7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.
8

8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah saraf
optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah
retina.
9. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan
kaca. Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada
anemia dan iskemia dan merah pada hyperemia.

Fungsi Retina Fungsi retina pada dasarnya adalah menerima bayangan visual
yang dikirim ke otak. Bagian sentral retina atau daerah makula mengandung
lebih banyak fotoreseptor kerucut daripada bagian perifer retina.

Sel kerucut (cones) yang berjumlah 7 juta dan paling banyak di region fovea,
berfungsi untuk sensasi yang nyata (penglihatan yang paling tajam) dan
penglihatan warna. - Sel batang (rods) untuk sensasi yang sama-samar pada waktu
malam atau cahaya remang. Sel ini mengandung pigmen visual ungu yang
disebut rhodopsin.
C. Etiologi Retinoblastoma
Retinoblastoma terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu alel
dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13g14. Bisa karena mutasi atau
diturunkan. Mutasi terjadi akibat perubahan pada rangkaian basa DNA. Peristiwa ini
dapat timbul karena kesalahan replikasi, gerakan, atau perbaikan sel. Mutasi dalam
sebuah sel benih akan ditransmisikan kepada turunan sel tersebut. Sejumlah faktor,
termasuk virus, zat kimia, sinar ultraviolet, dan radiasi pengion, akan meningkatkan
laju mutasi. Mutasi kerapkali mengenai sel somatic dan kemudian diteruskan kepada
generasi sel berikutnya dalam suatu generasi. Retinoblastoma terjadi secara familiar
atau sporadik. Namun dapat juga diklasifikasikan menjadi dua subkelompok yag
berbeda, yaitu bilateral atau unilateral dan diturunkan atau tidak diturunkan. Kasus
yang tidak diturunkan selalu unilateral, sedangkan 90 % kasus yang diturunkan adalah
bilateral, dan unilateral sebanyak 10%. Gen retinoblastoma (RBI) diisolasi dari
kromosom 13q14, yang berperan sebagai pengatur pertumbuhan sel pada sel normal.
Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung
diturunkan. Kanker bisa menyerang salah satu mata yang bersifat somatic maupun
kedua mata yang merupakan kelainan yang diturunkan secara autosom dominant.
Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalu saraf penglihatan/nervus
optikus).
9

D. Manifestasi Klinis Retinoblastoma


Karena retinoblastoma lebih sering dialami oleh bayi dan anak-anak, gejalanya jadi
cukup sulit untuk dikenali. Beberapa tanda dan gejala yang ditemukan, antara lain:
a. Muncul bercak putih di tengah lingkaran mata (pupil) mata ketika disinari oleh
cahaya.
b. Mata merah.
c. Pembengkakkan pada mata.
d. Mata yang tampak seperti selalu memandang ke arah yang berlawanan
1. Leukokoria merupakan keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan.
2. Tanda dini retinoblastoma adalah mata juling, mata merah atau terdapatnya
warna iris yang tidak normal.
3. Tumor dengan ukuran sedang akan memberikan gejala hipopion, di dalam
bilik mata depan, uveitis, endoftalmitis, ataupun suatu panoftalmitis.
4. Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam bola mata.
5. Bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan berat.
6. Tajam penglihatan sangat menurun.
7. Nyeri
8. Pada tumor yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan kaca sehingga
badan kaca terlihat benjolan berwarna putih kekuning-kuningan dengan
pembuluh darah di atasnya.
Tanda Retinoblastoma :
Pasien umur < 5 tahun
• Leukokoria (54%-62%) * Proptosis
• Strabismus (18%-22%) * Katarak
• Hypopion * Glaukoma
• Hyphema * Nystagmus
• Heterochromia * Tearing
• Spontaneous globe perforation * Anisocoria

Pasien umur > 5 tahun


• Leukokoria (35%) * Inflamasi (2%-10%)
• Penurunan visus (35%) * Floater (4%)
• Strabismus (15%) * Pain (4%

E. Klasifikasi Retinoblasma
10

1. Leukocoria, unilateral sporadic retinoblastoma.

2. Bilateral leukocoria, familial retinoblastoma.

3. Leukocoria, endophytic retinoblastoma

4. Leukocoria, exophytic retinoblastoma


11

Klasifikasi Reese-Ellsworth adalah metode penggolongan retinoblastoma intraokular


yang paling sering digunakan, tetapi klasifikasi ini tidak menggolongkan
Retinoblastoma ekstraokular. Klasifikasi diambil dari perhitungan jumlah, ukuran,
lokasi tumor dan dijumpai atau tidak dijumpai adanya vitreous seeding.
Menurut Reese-Ellsworth, retino balastoma digolongkan menjadi
1. Golongan I
a. Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter pupil.
b. Tumor multiple tidak lebih dari 4dd,dan terdapat pada atau dibelakang ekuator
2. Golongan II
a. Tumor solid dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator
b. Tumor multiple dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator
3. Golongan III
a. Beberapa lesi di depan ekuator
b. Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil
4. Golongan IV
a. Tumor multiple sebagian besar > 10 dd
b. Beberapa lesi menyebar ke anterior ke ora serrate
5. Golongan V
a. Tumor masif mengenai lebih dari setengah retina
b. Penyebaran ke vitreous Tumor menjadi lebih besar, bola mata memebesar
menyebabakan eksoftalmus kemudian dapt pecah kedepan sampai keluar dari rongga
orbita disertai nekrose diatasnya.
12

Menurut Grabowski dan Abrahamson, membagi penderajatan berdasarkan tempat


utama dimana retinoblastoma menyebar sebagai berikut :
1. Derajat I intraocular
a. tumor retina.
b. penyebaran ke lamina fibrosa.
c. penyebaran ke ueva.
2. Derajat II orbital
a. Tumor orbital : sel sel episklera yang tersebar, tumor terbukti dengan biopsi.
b. Nervous optikus.
F. Patofisiologi
Retinoblastoma merupakan tumor ganas utama intraokuler yang ditemukan pada
anak-anak, terutama pada usia di bawah 5 tahun. Tumor berasal dari jaringan retina
embrional, dapat terjadi unilateral (70 %) dan bilateral (30 %). Sebagian besar kasus
bilateral bersifat herediten yang diwariskan melalui kromosom. Massa tumor dapat
tumbuh ke dalam vitreous (endofilik) dan tumbuh menembus keluar lapisan retina
atau ke ruang sub retina (endofilik). Kadangkadang tumor berkembang difus.
Pertumbuhan endofilik lebih umum terjadi. Tumor endofilik timbul dari lapisan
inti dalam lapisan serabut saraf dan lapisan ganglion retina. Tipe eksofilik timbul dari
lapisan inti luar dan dapat terlihat seperti ablasio retina yang solid. Perluasan retina
okuler ke dalam tumor vitreous dapat terjadi pada tipe endofilik dan dapat timbul
sebaran metastase lewat spatium subretina atau melalui tumor vitreous. Selain itu
tumor dapat meluas lewat infiltrasi pada lamina cribrosa langsung ke nervus optikus
dengan perluasan ke lapisan koroid dapat ditemukan infiltrasi vena-vena pada daerah
tersebut disertai metastasis hematogen ke tulang dan sumsung tulang. Tumor mata ini,
terbagi atas IV stadium, masing-masing:
a. Stadium I: menunjukkan tumor masih terbatas pada retina (stadium tenang) •
Stadium II: tumor terbatas pada bola mata.
b. Stadium III: terdapat perluasan ekstra okuler regional, baik yang melampaui
ujung nervus optikus yang dipotong saat enuklasi.
c. Stadium IV: ditemukan metastase jauh ke dalam otak. Pada beberapa kasus
terjadi penyembuhan secara spontan, sering terjadi perubahan degeneratif,
diikuti nekrosis dan klasifikasi. Pasien yang selamat memiliki kemungkinan
50 % menurunkan anak dengan retinoblastoma.

G. Penatalaksanaan retinoblastoma
13

Saat Retinoblastoma pertama di terapi yang paling penting dipahami bahwa


Retinoblastoma adalah suatu keganasan. Saat penyakit ditemukan pada mata, angka
harapan hidup melebihi 95% di negara barat. Walaupun dengan penyebaran
ekstraokular, angka harapan hidup menurun sampai kurang dari 50%. Selanjutnya
dalam memutuskan strategi terapi, sasaran pertama yang harus adalah menyelamatkan
kehidupan, kemudian menyelamatkan mata, dan akhirnya menyelamatkan visus.
Dua aspek pengobatan retinoblastoma harus diperhatikan, pertama adalah pengobatan
local untuk jenis intraocular, dan kedua adalah pengobatan sistemik untuk jenis
ekstrokular, regional, dan metastatic.
Hanya 17% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya masih terlindungi.
Gambaran seperti ini lebih banyak pada keluarga yang memiliki riwayat keluarga,
karena diagnosis biasanya lebih awal. Sementara 13% pasien dengan retinoblastoma
bilateral kedua matanya terambil atau keluar karena penyakit intraocular yang sudah
lanjut, baik pada waktu masuk atau setelah gagal pengobatan local.
Jenis terapi :
1. Pembedahan Enukleasi
adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk retinoblastoma. Pemasangan
bola mata palsu dilakukan beberapa minggu setelha prosedur ini, untuk
meminimalkan efek kosmetik. Bagaimanapun, apabila enukleasi dilakukan pada
dua tahun pertama kehidupan, asimetri wajah akan terjadi karena hambatan
pertumbuhan orbita. Bagaimanapun, jika mata kontralateral juga terlibat cukup
parah, pendekatan konservatif mungkin bisa diambil. Enukleasi dianjurkan apabila
terjadi glaukoma, invasi ke rongga naterior, atau terjadi rubeosis iridis, dan
apabila terapi local tidak dapat dievaluasi karena katarak atau gagal untuk
mengikuti pasien secara lengkap atau teratur. Enuklasi dapat ditunda atau
ditangguhkan pada saat diagnosis tumor sudah menyebar ke ekstraokular. Massa
orbita harus dihindari. Pembedahan intraocular seperti vitrektomi, adalah
kontraindikasi pada pasien retinoblastoma, karena akan menaikkan relaps orbita.
2. External beam radiotherapy (EBRT)
Retinoblastroma merupakan tumor yang radiosensitif dan radioterapi merupakan
terapi efektif lokal untuk khasus ini. EBRT mengunakan eksalator linjar dengan
dosis 40-45 Gy dengan pemecahan konvensional yang meliputi seluruh retina.
Pada bayi mudah harus dibawah anestesi dan imobilisasi selama prosedur ini, dan
harus ada kerjasama yang erat antara dokter ahli mata dan dokter radioterapi untuk
memubuat perencanan. Keberhasilan EBRT tidak hanya ukuran tumor, tetapi
14

tergantung teknik dan lokasi. Gambaran regresi setelah radiasi akan terlihat
dengan fotokoagulasi. Efek samping jangka panjang dari radioterapi harus
diperhatikan. Seperti enuklease, dapat terjadi komplikasi hambatan
pertumbuhantulang orbita, yang akhirnya akan meyebabkan ganguan kosmetik.
Hal yang lebih penting adalah terjadi malignasi skunder.
3. Radioterapi plaque
Radioaktif episkeral plaque menggunakan 60 Co, 106 Ro, 125 I sekarang makin
sering digunakan untuk mengobati retinoblastoma. Cara itu biasanya digunakan
untuk tumoryang ukurannya kecil sa,pai sedang yang tidak setuju dengan kryo
atau fotokoagulasi, pada kasus yang residif setelah EBRT, tetapi akhir-akhir ini
juga digunakan pada terapi awal, khusunya setelah kemoterapi. Belum ada bukti
bahwa cara ini menimbulkan malignansi sekunder.
4. Kryo atau fotokoagulasi
Cara ini digunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5 mm) dan dapat
diambil. Cara ini sudah secara luas digunakan dan dapat diulang beberapa kali
sampai kontrol lokal terapi. Kryoterapi biasanya ditujukan unntuk tumorbagian
depan dan dilakukan dengan petanda kecil yang diletakkan di konjungtiva.
Sementara fotokoagulasi secara umum digunakan untuk tumor bagian belakang
baik menggunakan laser argon atau xenon. Fotokoagulasi tidak boleh diberikan
pada tumor dekat makula atau diskus optikus, karena bisa meninggalkan jaringan
parut yang nantinya akan menyebabkan ambliopi. Kedua cara ini tidak akan atau
sedikit menyebabkan komplikasi jangka panjang.
5. Modalitas yang lebih baru
Pada beberapa tahun terakhir,banyak kelompok yang menggunakan kemoterapi
sebagai terapi awal untuk kasus interaokular, dengan tujuan untuk mengurabgi
ukuran tumor dan membuat tumor bisa diterapi secara lokal. Kemoterapi sudah
dibuktikan tidak berguna untuk kasus intraocular, tetapi dengan menggunakan
obat yang lebih baru dan lebih bisa penetrasi ke mata, obat ini muncul lagi.
Pendekatan ini digunakan pada kasus-kasus yang tidak dilakukan EBICT atau
enukleasi, khususnya kasus yang telah lanjut. Carboplatin baaik sendiri atau
dikombinasi dengan vincristine dan VP16 atau VM26 setelah digunakan.
Sekarang kemoreduksi dilakukan sebagai terspi awal kasus retinoblastoma
bilateral dan mengancam fungsi mata.
15

6. Kemoterapi
Protocol adjuvant kemoterapi masih kontrovensial. Belum ada penelitian yang
luas, prospektif dan random. Sebagian besar penelitian didasarkan pada sejumlah
kecil pasien dengan perbedaan resiko relaps. Selain itu juga karena kurang
diterimanya secra luas sistem stadium yang dibandingkan dengan berbagai macam
variasi. Sebagian besar penelitian didasarkan pada gambaran factor risiko secara
histopatologi. Penentuan stadium secara histopatologi setelah enukleasi sangat
penting untuk menentukan risiko relaps. Banyak peneliti memberikan kemoterapi
adjuvant untuk pasien-pasien retinoblastoma intraokular dan memiliki faktor
risiko potensial seperti nervus optikus yang pendek (< 5 mm), tumor
undifferentiated, atau invasi ke nervus optikus prelaminar. Kemoterapi ingtratekal
dan radiasi intracranial untuk mencegah penyebaran ke otak tidak dianjurkan.
Apabila penyakitnya sudah menyebar ke ekstraokuler, kemoterapi awal
dianjurkan. Obat yang digunakan adalah carboplatin, cis;platin, etoposid,
teniposid, sikofosfamid, ifosfamid, vinkristin, adriamisin, dan akhir-akhir ini
adalah dikombinasi dengan idarubisin. Meskipun laporan terakhir menemukan
bahwa invasi keluar orbita dan limfonodi preauricular dihubungkan dengan
keluaran yang buruk, sebagian besar pasien ini akan mencapai harapan hidup yang
panjang dengan pendekatan kombinasi kemoterapi, pembedahan, dan radiasi.
Meskipun remisi bisa dicapai oleh pasien dengan metastasis, biasanya mempunyai
kehidupan pendek. Hal ini biasanya dikaitkan dengan ekspresi yang belebihan p
170 glikoprotein pada retinoblastoma, yang dihubungkan dengan multidrug
resistance terhadap kemoterapi

H. Pemeriksaan penunjang Retinoblasma


Diagnosis pasti retinoblastoma intaokuler dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
patologi anatomi. Karena tindakkan biopsy merupakan kontraindikasi, maka untuk
menegakkan diagnosis digunakan bebrapa pemeriksaan sebagai sarana penunjang.
1. Fundus Okuli : Ditemukan adanya massa yang menonjol dari retina disertai
pembuluh darah pada permukaan atau pun di dalam massa tumor tersebut dan
berbatas kabu
2. X Ray :Hampir 60 – 70 % penderita retinoblastoma menunjukkan kalsifikasi. Bila
tumor mengadakan infiltrasi kesaraf optic foramen :Optikum melebar.
3. USG : Adanya massa intraokuler
16

4. LDH : Dengan membandingkan LDH aqous humor dan serum darah, bila ratsio
lebih besar dari 1,5 dicurigai kemungkinan adanya retinoblastoma intaokuler
(Normal ratsioKurangdari 1)
5. Ultrasonografi dan tomografi computer dilakukan terutama untuk pasien dengan
metastasis keluar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata.

I. Pencegahan
Dilakukan skrining genetic kemudian jika di dalam keluarga terdapat riwayat
retinoblastoma, sebaiknya mengikuti konsultasi genetic untuk membantu meramalkan
resiko terjadinya retinoblastoma pada keturunannya.
J. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya retinoblastoma
a. usia 
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, retinoblastoma adalah bentuk
kanker yang lebih umum ditemukan pada anak-anak daripada orang dewasa.
b. Faktor keturunan
Retinoblastoma yang terjadi pada anak-anak mungkin saja disebabkan oleh
mutasi gen yang diwariskan oleh orangtua

K. Komplikasi retinoblastoma
Anak-anak yang terserang retinoblastoma berisiko untuk terserang kanker kembali di
dalam dan sekitar mata yang dirawat. Karena itulah dokter akan menjadwalkan
pemeriksaan lanjutan untuk memeriksa retinoblastoma berulang. Selain itu, anak-anak
yang mengidap retinoblastoma yang diwariskan berisiko terkena jenis kanker lain di
bagian tubuh mana pun pada tahun-tahun perawatan

L. Pengobatan retinoblastoma
Pengobatan retinoblastoma bergantung pada ukuran tumor, lokasi dari tumor, dan
apakah pertumbuhan dari tumor telah menyebar ke organ lain selain mata. Beberapa
metode pengobatan yang digunakan untuk menangani kasus retinoblastoma, antara
lain:

 Kemoterapi. Metode ini digunakan untuk mengecilkan ukuran tumor. Selain itu,
kemoterapi juga sering menjadi pilihan pengobatan apabila tumor telah bertumbuh
dan menyebar ke organ lain selain mata.

 Terapi radiasi. Terapi ini menggunakan energi sinar radiasi untuk membunuh sel
kanker.

 Terapi laser merusak pembuluh darah yang memberi suplai oksigen dan nutrisi
kepada tumor.

 Terapi dengan energi dingin (cryotherapy) adalah terapi yang menggunakan suhu
yang sangat dingin untuk membunuh sel kanker.
17

 Terapi dengan energi panas (thermotherapy).

 Terapi dengan pembedahan dilakukan apabila ukuran tumor sudah terlalu besar untuk
diobati dengan metode yang lain. Pada beberapa situasi, operasi pengangkatan bola
mata akan dilakukan sebagai upaya pencegahan penyebaran kanker ke organ tubuh
lainnya
18

DAFTAR PUSTAKA

Canadian Cancer Society. 2014. Risk Factors For Retinoblastoma. Available


from:http://www.cancer.ca/en/cancerinformation/cancertype/retinoblastoma/risks/?regi
on=on [Accessed 7 November 2017] Kandalam, M., Mitra, M., Subramanian, K., Biswas, J.,
2010. Molecular Pathology of Retinoblastoma. Middle East Africa Journal Ophthalmology,
17(3): 217-223. Orjuela, M.A., Dkk., 2012. Risk Of Retinoblastoma Is Associated With A
Maternal Polymorphism In Dihydrofolatereductase (DHFR) And Prenatal Folic Acid Intake.
Pubmed For MEDLINE, 118(23): 5912-5919. Rodriguez-Gallindo, C., dkk., 2010.
Retinoblastoma: One World, One Vision. National Center for Biotechnology Information,
U.S. National Library of Medicine, 122(3): e763-e770

Anda mungkin juga menyukai