Disusun oleh :
Alam Pralambang (21409021001)
Cicik Mei Setyowati (21409021003)
Lailatuz Zakiyah (21409021005)
Azka Rosidah (21409021023)
Pembimbing :
Laporan kasus ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu prasyarat ujian
kepaniteraan klinik dibagian departemen Ilmu Radiologi RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro
Semarang
Mengetahui,
Pembimbing
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Subarachnoid hemorrhage (SAH) atau perdarahan subarachnoid (PSA) menyiratkan adanya
darah didalam ruang subarachnoid akibat beberapa proses patologis. Penggunaan istilah
medis umum SAH merujuk kepada tipe perdarahan non-traumatik, biasanya berasal dari
ruptur aneurisma Berry atau arteriovenous malformation (AVM)/malformasi arteriovenosa
(MAV).1
Insiden tahunan PSA aneurisma non-traumatik adalah 6-25 kasus per 100.000. Lebih dari
27.000 orang Amerika menderita ruptur aneurisma intrakranial setiap tahunnya. Insiden
tahunan meningkat seiring dengan usia dan mungkin dianggap remeh karena kematian
dihubungkan dengan penyebab lain yang tidak dapat dipastikan dengan autopsi. Beragam
insiden PSA telah dilaporkan pada daerah lain di dunia (2-49 kasus per 100.000).1
insidennya 62% pendarahan subarachnoid timbul pertama kali pada 40-60 tahun. Pecahnya
pembuluh darah bisa terjadi pada usia berapa saja, tetapi paling sering menyerang usia 25-50
tahun. Perdarahan subaraknoid jarang terjadi setelah suatu cedera kepala. Pada MAV laki-
laki lebih banyak daripada wanita.2
Mortalitas / Morbiditas dapat diperkirakan 10-15% pasien meninggal sebelum akhirnya
sampai di rumah sakit. Angka mortalitas meningkat sebesar 40% dalam minggu pertama.
Sekitar setengahnya meninggal dalam 6 bulan pertama. Angka mortalitas dan morbiditas
meningkat seiring usia dan perburukan keseluruhan kesehatan pasien. Kemajuan dalam
manajemen PSA telah menghasilkan pengurangan relatif pada angka mortalitas yang
melebihi 25%. Bagaimanapun, lebih dari 1/3 yang selamat memiliki defisit neurologis mayor.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
FISIOLOGI
Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer.
Pertukaran gas disebut bertujua nuntuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan
memgeluarkan karbondioksida, kebutuhan oksigen dan karbondioksida terus berubah
sesuai dengan tingkat aktivitas dan metabolism seseorang, tapi pernafasan harus tetap
dapat memelihara kandungan oksigen dan karbondioksida tersebut (West,2004).
1. Ventilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara antara alveoli dan atmosfer
2. Difusi dari oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah
3. Transport dari oksigend an karbondioksida dalam darah dan cairan tubuh ked an dari
sel
4. Pengaturan ventilasi (Guyton,2007)
2.1.4. Etiologi
Efusi cairan dapat berbentuk transudat dan eksudat. Efusi transudat terjadi
karena penyakit lain bukan primer paru seperti pada gagal jantung kongestif, sirosis
hati, sindroma nefrotik, dialisis peritoneum, hipoalbuminemia oleh berbagai keadaan,
perikarditis konstriktiva, mikaedema, glomerulonefritis, obstruksi vena kava superior,
emboli pulmonal, atelektasis paru, hidrotoraks, dan pneumotoraks. Sedangkan pada
efusi eksudat, terjadi bila ada proses peradangan yang menyebabkan permabilitas
kapiler pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel mesotelial berubah menjadi
bulat atau kuboidal dan terjadi pengeluaran cairan ke dalam rongga pleura. Penyebab
pleuritis eksudativa yang paling sering adalah akibat M. tuberculosis dan dikenal
sebagai pleuritis eksudativa tuberkulosa. Sebab lain seperti parapneumonia, parasit
(amuba, paragonimiosis, ekinokokus), jamur, pneumonia atipik (virus, mikoplasma,
legionella), keganasan paru, proses imunologik seperti pleuritis lupus (karena
Systemic Lupus Eritematous), pleuritis rematoid, sarkoidosis, radang sebab lain
seperti pankreatitis, asbestosis, pleuritis uremia, dan akibat radiasi.1
• Merokok
. FaktorResiko TB
1. Intrinsik 12
Umur
Penyakit TB-Paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif (15
- 50) tahun. Dewasa ini dengan terjaidnya transisi demografi menyebabkan usia
harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi. Pada usia lanjut lebih dari 55 tahun
system imunologis seseorang menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai
penyakit, termasuk penyakit TB-Paru.
Jenis kelamin
Penyakit TB-Paru cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan
perempuan. Pada jenis kelamin laki-laki penyakit ini lebih tinggi karena merokok
tembakau dan minum alcohol sehingga dapat menurunkan system pertahanan
tubuh, sehingga lebih mudah terpapar dengan agent penyebab TB-Paru.
Sosial ekonomi
Disini sangat erat dengan keadaan rumah, kepadatan hunian, lingkungan
perumahan, lingkungan dan sanitasi tempat bekerja yang buruk dapat memudahkan
penularan TB. Pendapatan keluarga sangat erat juga dengan penularan TB, karena
pendapatan yang keci lmembuat orang tidak dapat hidup layak dengan memenuhi
syarat-syarat kesehatan.
Status gizi
Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat besidan lain- lain,
akan mempengaruhi daya tahan tubuh sesoerang sehingga rentan terhadap penyakit
termasuk TB-Paru. Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh di
Negara miskin, baik pada orang dewasa maupun anak-anak.
Status imun
Individu dengan imunosupresfi yaitu lansia, pasien dengan kanker, mereka yang
dalam terapi kortokisteroid, atau mereka yang terinfeksi HIV memiliki resiko
tinggi terkena penyakit TB. Status imun yang redah dapat diakibatkan pula karena
perawatan kesehatan yang tidak adekuat seperti pada tuna wisma, tahanan, etnik
dan ras minoritas, anak-anak dibawah usia 15 tahun dan dewas amuda yang berusia
15 - 44 tahun.
Penyakit yang dideritasebelumnya
Penyakit yang dimaksud antara lain adalah diabetes, gagal ginjal kronis, silikosis,
penyimpangan gizi bypass gastreoktomi, atau yeyunoineal.
2. Ekstrinsik
Lingkungan
Disini sangat erat dengan keadaan rumah, kepadatan hunian, lingkungan
perumahan yang berada di daerah perumahan bersubstandar kumuh, lingkungan
dan sanitasi tempat bekerja yang buruk dapat memudahkan penularan TB.
Selainitu, setiap individu yang yang tinggal di institusi seperti misalnya fasilitas
perawatan jangka panjang, institusi psikiatirk, dan penjara memiliki resiko TB.
Pekerjaan
Pekerjaan yang lebih sering terpapar udara kotor (penambang pasir) dapat
meningkatkan morbiditas gejala penyakit saluran pernapasan. Selain itu, jenis
pekerjaan mempengaruhi pendapatan keluarga yang berdampak pada pola hidup
sehari-hari seperti konsumsi makanan, pemeliharaan kesehatan, dan kondisi tempat
tinggal.
2.1.6. Klasifikasi
. TRANSUDAT
Penyakit-penyakit yang menyertai transudat adalah:
Gagal jantung kiri (terbanyak)
Sindrom nefrotik
Obstruksi vena cava superior
Asites pada sirosis hati (asites menembus suatu defek diafragma atau masuk
melalui saluran getah bening)
EKSUDAT
Penyakit yang menyertai eksudat, antara lain:
Infeksi (tuberkulosis, pneumonia)
Tumor pada pleura
Iinfark paru,
Karsinoma bronkogenik
Radiasi,
Penyakit dan jaringan ikat/ kolagen/ SLE (Sistemic Lupus Eritematosis). 1
B. . Klasifikasi TB
Klasifikasi I (berdasarkan bagian tubuh yang terinfeksi)11
Tuberculosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk
pleura (selaput paru)
a. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA)
A. Tuberkulosis Paru BTA (+)
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif
Hasil pemeriksaan satu specimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberculosis aktif
Hasil pemeriksaan satu specimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif
Klasifikasi V
Berdasarkan tipe penderita. Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat
pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe penderita :
a) Kasus baru :penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) kurang dari satu bulan.
b) Kambuh (relaps) adalah penderita TB yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali berobat dengan hasil
pemeriksaan BTA positif.
c) Pindahan (transfer in) yaitu penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu
kabupaten lain kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan
tersebut harus membawa surat rujukan/pindah.
d) Kasus berobat setelah lalai (default/drop out) adalah penderita yang sudah berobat
paling kurang 1 bulan atau lebih dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang
kembali berobat.
2.1.7. Patomekanisme
2.1.8. Tatalaksana
. Pada dasarnya pengobatan efusi pleura tuberkulosis sama dengan efusi pleura
pada umumnya,yaitu dengan melakukan torako sentesis (mengeluarkan cairan pleura)
agar keluhan sesak penderita menjadi berkurang, terutama untuk efusi pleura yang
berisi penuh. Beberapa peneliti tidak melakukan torakosentesis bila jumlah efusi
sedikit, asalkan terapi obat anti tuberkulosis diberikan secara adekuat.
Torakosentesis biasanya dilakukan untuk menegakkan diagnosis, tetapi pada
prosedur ini juga bisa dikeluarkan cairan sebanyak 1,5 liter. Jika jumlah
cairan yang harus dikeluarkan lebih banyak, maka dimasukkan sebuah selang melalui
dinding toraks. Pada empiema diberikan antibiotik dan dilakukan pengeluaran nanah.
Jika nanahnya sangat kental atau telah terkumpul di dalam bagian fibrosa, maka
pengaliran nanah lebih sulit dilakukan dan sebagian dari tulang rusuk harus diangkat
sehingga bisa dipasang selang yang lebih besar. Kadang perlu dilakukan pembedahan
untuk memotong lapisan terluar dari pleura (dekortikasi).
Pengobatan dengan obat-obatan tuberkulosis (Rimfapisin, INH, Pirazinamid/
Etambutol/ Streptomisin) memakan waktu 6-12 bulan. Dosis dan cara pemberian obat
seperti pada pengobatan tuberkulosis paru. Pengobatan ini menyebabkan cairan efusi
dapat diserap kembali, tapi untuk menghilangkan eksudat ini dengan cepat dapat
dilakukan torakosentesis. Umumnya cairan diresolusi dengan sempurna, tapi kadang-
kdang dapat diberikan kortikosteroid secara sistematik (Prednison1mg/kgBB selama 2
minggu, kemudian dosis diturunkan).5
2.1.9. Komplikasi
1. Fibrothoraks
2. Atelectasis
3. fibrosis
2.1.11. Edukasi
Ada beberapa tips untuk membantu menjaga dan pencegahan penyakit TB kepada
teman dan keluarga dari infeksi kuman8 :
Tinggal di rumah. Jangan pergi kerja atau sekolah atau tidur di kamar dengan
orang lain selama beberapa minggu pertama pengobatan untuk TB aktif
Ventilasi ruangan. Kuman TB menyebar lebih mudah dalam ruangan tertutup
kecil di mana udara tidak bergerak. Jika ventilasi ruangan masih kurang, buka
jendela dan gunakan kipas untuk meniup udara dalam ruangan ke luar.
Tutup mulut mengunakan masker. Gunakan masker untuk menutup mulut kapan
saja ini merupakan langkah pencegahan TB secara efektif. Jangan lupa untuk
membuang masker secara teratur.
Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberikan desinfektan (air
sabun).
Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan
Hindari udara dingin.
Usahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam tempat
tidur.
Menjemur kasur, bantal, dan tempat tidur terutama pagi hari.
Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga mencucinya
dan tidak boleh digunakan oleh orang lain.
Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein.
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama :Tn.Su
Jenis kelamin : Laki - Laki
Umur : 51th
Tempat/tgl lahir : Klaten, 03-04-1951
Alamat : Perum ivory park bok c /8
Status Perkawinan : Sudah menikah
Pekerjaan : wirausaha
Suku Bangsa : Jawa
No. CM : 5518xx
Anamnesis
Pasien datang ke UGD RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang pada tanggal 05 oktober
2021. dengan keluhan nyeri kepala dan penurunan kesadaran sebanyak 3x. Pasien mengalami
kecelakaan lalu lintas pada pukul 05.00 PM,pasien diantar dengan keluhan penurunan
kesadaran dan nyeri kepala. Pada pasien tidak terdapat. Keluhan demam,muntah, mual,
sesak, batuk, dan pilek disangkal.
Keluhan Utama
KU : Tampak sakit sedang –berat
GCS : E4M6V4, terdapat disorientasi tempat dan waktu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke UGD RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang pada tanggal 05
oktober 2021. dengan keluhan nyeri kepala dan penurunan kesadaran sebanyak 3x.
Pasien mengalami kecelakaan lalu lintas pada pukul 05.00 PM,pasien diantar dengan
keluhan penurunan kesadaran dan nyeri kepala. Pada pasien tidak terdapat. Keluhan
demam,muntah, mual, sesak, batuk, dan pilek disangkal.
Riwayat Keluarga
- Riwayat keluhan serupa sebelumnya : disangkal
- Riwayat hipertensi : disangkal
- Riwayat kencing manis : disangkal
- Riwayat sakit jantung : tidak tahu
- Riwayat sakit ginjal : disangkal
- Riwayat trauma : disangkal
Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok dan minum alcohol disangkal.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 05 Oktober 2021 jam 09.00 WIB di RSUD
K.R.M.T Wongsonegoro Semarang
KeadaanUmum
KU : Tampak sakits edang –berat
GCS : E4M6V4, terdapat disorientasi tempat dan waktu.
Tanda-tanda Vital
1. Tekanan darah : 130/73 mmHg
2. Denyut nadi : 89x/menit
3. Frekuensi nafas : 24x/menit
4. Suhu : 36℃
Data Antropometri
1. Berat Badan : 60 kg
2. Tinggi Badan : 159 cm
3. IMT : 23,8kg/m2 (normal)
Pemeriksan Sistem
1. Kepala :
a. Bentuk dan ukuran normal
b. Tidak ada benjolan
c. Rambut hitam merata dan tidak mudah dicabut
d. Kulit kepala tidak ada kelainan
2. Mata :
a. Pupil bulat, terletak ditengah, isokor, reflek cahaya lansgsung dan tidak
langsung +/+
b. Konjungtiva palpebra anemis -/-
c. Tidak ada secret
d. Sklera ikterik-/-
e. Kornea jernih
3. Hidung :
a. Bentuk hidung normal, simetris, tidak ada septum deviasi
b. Tidak ada secret, tidak hiperemis, tidak ada benda asing, atau pun tumor
c. Nafas cuping hidung -/-
4. Telinga :
a. Bentuk telinga normal
b. Liang telinga lapang
c. Tidak ada discharge atau serum enma upun sekret
d. KGB pre/retroa urikuler tidak teraba membesar
e. Tidak ada nyeri tekan dan Tarik tragus
f. Membrane timpani tidak ada kelainan
5. Mulut :
a. Gigi geligi lengkap
b. Bibir kering
c. Tidak ada karies
d. Mukosa bibir kering
e. Tonsil T1/T1 tidak hiperemis
f. Papil lidah tidak atrofi
g. Mukosa dinding faring tidak ada kelainan
h. Tidak ada kopliks spot
i. Tidak ada detritus
6. Leher :
a. Trakea ditengah, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak tampak massa
dan tidak ada bekas luka
b. Tidak teraba pembesaran KGB
7. Jantung :
a. Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak tampak
b. Palpasi : Pulsasi iktus kordis teraba di ICS V Midclavicula Line Sinistra
c. Perkusi : batas jantung normal
d. Auskultasi : BJ I dan II regular, tidak ada murmur dan gallop
8. Pulmo
a. Inspeksi :Pernafasan dengan batas normal
b. Palpasi : Stem fremitus kanan dan kiri, depan dan belakang sama kuat
c. Perkusi :Sonor, batas paru hepar normal.
d. Auskultasi :Tidak ada ronki dan wheezing
9. Abdomen
a. Inspeksi : tampak datar
b. Auskultasi : bising usus terdengar dan normal tidak ada bruit
c. Palpasi : Supel, tidak nyeri tekan, tidak ada hepatomegaly atau
splenomegaly
d. Perkusi : terdengar suara timpani diseluruh kuadran abdomen
1. Tampak lesi hiperdens hipodens di sulkus kortikalis region frontal kiri, lobus
temporal kanan dan tentorium cerebri
2. Tampak subgaleal hematom di region frontal kiri
3. Sulcus kortikalis dan fissura sylvii menyempit.
4. System ventrikel dan sisterna baik
5. Batang otak dan cerebellum baik
6. Tampak midline shifting ke kiri 2,1 mm
7. Tampak fraktur os nasal
8. Tak tampak lesi tilik dan sklrosis pada tulang
9. Tampak kesuraman (CT Number 55 HU) pada sinus sphenoid kanan kiri
10. Tak tampak kesuraman pada kedua mastoid
Kesan:
- Contussion hemorrhage di lobus frontal kanan
- Gambaran SAH
- Subgaleal hematom di region frontalis kiri
- Disertai tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial saat ini
- Fraktur os nasal
- Hematosinus spnoid dupleks
Pulmo : Corakan vaskuler meningkat, tampak bercak disertai fibroid line pada lapangan atas
paru kanan
Kesan :
COR tidak membesar
1.2 Diagnosis
1.2.1 Diagnosis Kerja
SAH (Subarachnoid Hemorrhage)
1.2.2 Diagnosis Banding
TB paru lama aktif
Efusi pleura dupleks
BAB IV
PEMBAHASAN
Subarachnoid Hemorrhage Adalah Gangguan Yang Mengancam Nyawa Yang Bisa Cepat
Menghasilkan Cacat Permanen Yang Serius Jika Penangananan Tidak Tepat
DAFTAR PUSTAKA