Anda di halaman 1dari 25

BAGIAN RADIOLOGI LAPSUS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN MEI 2022


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

HEMATOMA LIEN EC RUPTUR LIEN

DISUSUN OLEH :
ANDITA FITRI ALIAH (70700121041)

PEMBIMBING :
dr. Saharuddin, M. Kes

Supervisor :

dr. Raden Selma, M. Kes., Sp. Rad

DIBAWAKAN DALAM RANGKA


TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

1
2022

2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua
bahwa dengan segala keterbatasan yang penulis miliki akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penulisan laporan kasus dengan judul “Hematoma Lien ec Ruptur
Lien” dalam rangka tugas kepaniteraan klinik Departemen Radiologi Program
Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar.
Keberhasilan penyusunan referat ini adalah berkat bimbingan, kerja sama, serta
bantuan moril dan materil dari berbagai pihak yang telah diterima penulis sehingga
segala rintangan yang dihadapi selama penulisan dan penyusunan referat ini dapat
terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya secara tulus dan ikhlas kepada
yang terhormat:
1. dr. Maulana SM, Sp.Rad selaku supervisor pembimbing.
2. dr. Saharuddin, M.Kes dan Dr. dr. Nadyah Haruna, M.Kes selaku dosen
pembimbing.
3. Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih jauh dari sempurna,
sehingga dengan segala kerendahan hati penulis siap menerima kritik dan saran serta
koreksi yang membangun dari semua pihak.

Makassar, 20 Mei 2022

Penulis

3
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kasus dengan judul

Ileus Paralitik

Telah memenuhi persyaratan dan telah disetujui

Pada Tanggal

Oleh :

Pembimbing

dr. Saharuddin, M.Kes

Mengetahui,

Ketua Program Pendidikan Profesi Dokter

UIN Alauddin Makassar

dr. Azizah Nurdin, Sp.OG, M.Sc

NIP : 19840905 200901 2 00

4
5
PENDAHULUAN
Ruptur lien pada trauma tumpul abdomen adalah terjadinya robekan atau
pecahnya lien yang merupakan organ lunak yang dapat bergerak, yang terjadi
karena trauma tumpul, secara langsung atau tidak langsung. Ruptur lien
merupakan kondisi rusaknya lien akibat suatu dampak penting kepada lien dari
beberapa sumber. Penyebab utamanya adalah cedera langsung atau tidak
langsung yang menyebabkan laserasi kapsul linealis dan avulsi pedikel lien
sebagian atau menyeluruh. (1)
Pada trauma lien yang perlu diperhatikan adalah adanya tanda-tanda
perdarahan yang memperlihatkan keadaan hipotensi, syok hipovolemik, dan
nyeri abdomen pada kuadran atas kiri dan nyeri pada bahu kiri karena iritasi
diafragma. Perdarahan lambat yang terjadi kemudian pada trauma tumpul lien
dapat terjadi dalam jangka waktu beberapa hari sampai beberapa minggu
setelah trauma. Pada separuh kasus, masa laten ini kurang dari 7 hari. Hal ini
terjadi karena adanya tamponade sementara pada laserasi yang kecil atau
adanya hematom subkapsuler yang membesar secara lambat dan kemudian
pecah.(1)

6
LAPORAN KASUS
 Nama : Tn. MT
 Usia : 28 Tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Klinis : Abdominal Akut Trauma ec Ruptur Lien

Foto MCTScan Abdomen:


 Tampak free fluid pada intraperitoneal dan cavum pleura kanan

7
 Hepar tidak membesar, permukaan rata densitas masih baik vascular dan bile
ducts tidak dilatasi
 GB tidak dilatasi, tak tampak batu
 Pancreas baik, ductus tidak dilatasi
 Lien tidak membesar, tampak area hypodens pada sisi posterior
 Kedua ren densitas normal. system calyces tidak dilatasi, tak tampak batu
maupun SOL
 Vesuca urinaria baik
Kesan : Hematoma Lien,
Free fluid intraperitoneal dan cavum pleura dextra

8
PEMBAHASAN

A. Anatomi Lien

Lien berkembang sebagai bagian dari sistem vaskuler pada sebagian


mesenterium dorsal yang menggantung gaster yang sedang berkembang dari
dinding tubuh. Pada orang dewasa, lien terletak di depan diaphragma, di area
costae 9-10. Oleh karena itu terletak pada kuadran kiri atas, atau
hyponchondrium sinistra abdomen. Lien dihubungkan dengan curvatura
gastrica/ventriculi major oleh ligamentum gastrosplenicum/gastrolienate, yang
berisi vasa gastrica brevis dan gastro-omentaiis (epiploica): dan ren sinister oleh
ligamentum splenorenale/ ilenorenaIe. yang berisi vasa splenica/lienalls. Kedua
ligament tersebut merupakan bagian dari omentum majus. Lien dikelilingi oleh
peritoneum viscerale kecuali pada area hilum di racies medialis lien. Hilum
splenicum/lienalis merupakan titik masuk vasa splenica/lienalis dan terkadang
cauda pancreatis mencapai daerah ini.(2)
Lien berwarna kemerahan dan merupakan sebuah massa limfoid terbesar di
dalam tubuh. Lien berbentuk lonjong dan mempunyai incisura di extremitas
anteriornya, terletak tepat di bawah pertengahan kiri diaphragma, dekat dengan

9
costae IX, X dan XI. Sumbu panjangnya terletak sepanjang corpus costalis X.
kutub bawahnya membentang ke depan hanya sampai linea axillaris media dan
tidak dapat diraba pada pemeriksaan fisik. (2)
Lien diselubungi oleh peritoneum, yang berjalan dari hilum lienale sebagai
ligamentum gastrolienale ke curvatura gastrica major (membawa arteria dan vena
gastrica brevis serta arteria dan vena gastroepiploica sinistra). Peritoneum juga
berjalan menuju ren sinistra sebagai ligamentum lienorenale (membawa arteria,
vena lienalis dan cauda pancreatis). (2)
Arteria lienalis adalah arteria yang besar dan merupakan cabang terbesar
truncus coeliacus. Jalan arteria splenica berkelok-kelok di sepanjang margo
superior pancreas. Arteria lienalis kemudian bercabang menjadi enam pembuluh
arteria yang masuk ke lien elalui hilum lienale. (2)
Vena lienalis keluar dari hilum lienale dan berjalan di belakang cauda dan
corpus pancreatic. Di belakang collum pancreatic, vena lienalis bergabung
dengan vena mesenterica superior membentuk vena portae hepatis. (2)
Pembuluh limfe keluar hilum lienale dan berjalan melalui beberapa kelenjar
limfe yang terletak di sepanjang arteria lienalis dan kemudian bermuara ke nodi
coeliaci. (2)

B. Fisiologi Lien
1. Penampung darah yang spesifik
Beberapa bagian dari sistem sirkulasi begitu ekstensif dan atau begitu
lentur sehinggga begian-bagian ini disebut “penampung darah yang spesifik”.
Organ-organ ini meliputi (1) limpa, yang kadang-kadang dapat mengurangi
ukurannya untuk melepaskan sebanyak 100 mililiter darah ke daerah lain dari
sirkulasi, (2) hati, sinus hati dapat membebaskan beberapa ratus milliliter
darah ke dalam bagian lain dari sirkulasi (3) vena-vena besar di abdomen,
yang dapat melepaskan darah sebanyak 300 mililiter dan (4) pleksus venosus
di bawah kulit, yang dapat juga mengeluarkan beberapa ratus milliliter.

10
Jantung dan paru-paru, meskipun bukan bagian dari sistem penampung vena
sistemik, harus juga dianggap sebagai penampung darah. Jantung contohnya,
akan mengecil selama rangsangan simpatis dan dengan cara ini dapat
menambah kira-kira 50 sampai 100 mililiter darah dan paru-paru dapat
menyumbang 100 sampai 200 mililiter darah tambahan bila tekanan
pulmonal turun sampai ke nilai yang rendah. (3)
2. Limpa sebagai penampung untuk menyimpan sel darah merah
Limpa memiliki dua daerah terpisah untuk menyimpan darah, yaitu
sinus venosus dan pulpa. Sinus dapat membengkak sama halnya dengan
semua bagian lain dari sistem vena dan dapat menyimpan darah lengkap. (3)
Pada pulpa limpa, kapiler begitu permeabel sehingga darah lengkap,
yang meliputi sel darah merah, perlahan-lahan mengalir keluar melalui
dinding kapiler masuk ke dalam jaringan trabekula yang membentuk pulpa
merah. Sel darah merah terperangkap di trabekula, sedangkan plasma tetap
mengalir ke dalam sinus venosus dan kemudian masuk ke dalam sirkulasi
sistemik. Akibatnya, pulpa merah dari limpa menjadi penampung khusus
yang mengandung sejulah besar sel darah merah yang terkonsentrasi. Sel
darah merah tersebut dapat didesak keluar ke dalam sirkulasi sistemik bila
sistem saraf simpatis terangsang dan menyebabkan limpa beserta
pembuluhnya berkontraksi. Sebanyak 50 mililiter dari sel darah merah yang
terkonsentrasi dapat dilepaskan ke dalam sirkulasi, yang akan meningkatkan
nilai hematokrit sebesar 1 sampai 2 persen. (3)
Di area lain dari pulpa limpa adalah pulau-pulau sel-sel darah putih,
yang secara keseluruhan disebut pulpa putih. Di sini sel-sel limfoid dibentuk
serupa dengan yang dibentuk di kelenjar limfe. Sel-sel tersebut adalah bagian
dari sistem imun tubuh.
3. Fungsi limpa sebagai pembersih darah (penghancuran sel-sel yang tua)
Sebelum masuk ke dalam sinus, sel darah yang melawati pulpa limpa
akan diperas seluruhnya. Oleh karena itu, sel-sel darah merah yang rapuh

11
diperkirakan tidak akan tahan terhadap trauma tersebut. Karena alasan inilah,
banyak sel darah merah yang rusak di dalam tubuh akan menemui ajalnya di
dalam limpa. Setelah sel tersebut pecah, hemoglobin dan stroma sel yang
terlepas akan dicerna oleh sel-sel retikuloendotelial limpa dan hasil proses
pencernaan tersebut terutama akan digunakan kembali oleh tubuh sebagai zat
nutrisi, yang sringkali ditujukan untuk membuat sel darah yang baru. (3)
4. Sel-sel retikuloendotelial limpa
Pulpa limpa mengandung banyak sel retikuloendotelial fagositik yang
besar dan sinus venosusnya dilapisi oleh sel-sel yang serupa. Sel-sel ini
berfungsi sebagai bagian dari sistem pembersih untuk darah, yang
bekerjasama dengan sistem yang serupa dari sel-sel retikuloendotelial di
dalam sinus venosus hati. Bila darah diserbu oleh bahan infeksius, sel-sel
retikuloendotelial limpa dengan cepat akan menghancurkan debris, bakteri,
parasit dan lain-lain. Juga, pada banyak proses infeksi kronik, limpa
membesar dengan cara yang sama seperti pada kelenjar limfe yang membesar
dan kemudian melakukan fungsi pembersihannya bahkan lebih giat lagi. (3)

C. Definisi
Ruptur lien merupakan kondisi rusaknya lien akibat suatu dampak penting
kepada lien dari beberapa sumber. Dapat berupa trauma tumpul, trauma tajam,
ataupun trauma sewaktu operasi. Ruptur pada trauma tumpul abdomen adalah
terjadinya robekan atau pecahnya lien yang merupakan organ lunak yang dapat
bergerak, yang terjadi karena trauma tumpul, secara langsung atau tidak
langsung. (4)

D. Etiologi
Ruptur lien dapat disebabkan oleh trauma tumpul, trauma tajam, atau ruptur
spontan. Lien merupakan organ abdomen yang paling sering mengalami cedera
akibat trauma tumpul, cedera lien terjadi pada seperempat dari trauma tumpul

12
organ viscera. Trauma tumpul pada lien adalah cedera yang disebabkan oleh
benda tumpul seperti pukulan, benturan dan penekanan. Keadaan ini mungkin
disertai kerusakan usus halus, hati dan pankreas. (5)
Ruptur lien terjadi akibat deselerasi cepat, kompresi, transmisi energy
melalui dinding dada posterolateral lalu menuju lien, atau bisa juga akibat fraktur
iga sekitar yang menusuk ke dalam. Deselerasi cepat menyebabkan lien terus
terlempar ke depan, namun tetap terlambat pada titik pelekatannya. Ruptur lien
yang lambat dapat terjadi dalam jangka waktu beberapa hari sampai beberapa
minggu setelah trauma. Pada separuh kasus, masa laten ini kurang dari 7 hari.
Hal ini terjadi karena ada laserasi kecil. yang menyebabkan tamponade, atau
terbentuk hematom subkapsular yang membesar secara lambat dan kemudian
pecah. (5)
Ruptur lien dapat disebabkan karena trauma tajam, jenis ini dapat terjadi
akibat tusukan pisau atau benda tajam lainnya. Pada luka jenis ini biasanya organ
lain ikut terluka, bergantung pada arah trauma. Organ yang sering turut tercederai
ialah paru, lambung, dan yang paling lebih jarang adalah pankreas, ginjal kiri,
dan pembuluh darah mesenterium. (5)
Pecahnya lien dengan sendirinya tanpa adanya pengaruh dari luar merupakan
pengertian dari ruptur spontan lien. Ruptur jenis ini biasanya terjadi pada
penyakit yang disertai dengan pembesaran lien, seperti gangguan hematologik
jinak maupun ganas, mononukleosis, malaria kronik, sarkoidosis, dan
splenomegali kongestif pada hipertensi porta (5)

E. Epidemiologi
Menentukan frekuensi aktual dari cedera limpa di Indonesia atau seluruh
dunia tidak mungkin. Data debit rumah sakit tidak dapat mendokumentasikan
cedera jika ada banyak, cedera yang lebih serius atau penyakit. Sebuah konsensus
umum dari penerimaan trauma di level 1 pusat trauma di seluruh negeri
menunjukkan cedera limpa terjadi pada sebanyak 25% dari rata-rata penerimaan

13
800-1200 trauma tumpul per tahun. Ini adalah populasi pilih pasien dengan
beberapa luka-luka dan tidak memperhitungkan akun luka lienalis terisolasi
diamati dan dirawat di pusat-pusat nontrauma. (4)
Selain itu, lebih dari separuh (56,1%) pasien yang terkena menjalani
laparotomi dan splenektomi, dengan menemukan paling umum dari hematoma
limpa (47%), laserasi (47%), dan pecah (33,3%). Ha dan Minchin menyimpulkan
bahwa pengakuan cedera limpa postcolonoscopy sebagai komplikasi yang
penting tidak hanya akan naik, tetapi akan diperlukan mengingat meningkatnya
jumlah colonoscopies yang dilakukan untuk penyakit kolorektal dan
kemungkinan diagnosis tertunda mengakibatkan hasil yang merugikan. (4)

F. Patomekanisme
Berdasarkan penyebab, ruptur lien dapat dibagi berdasar trauma pada lien
yang meliputi (5):
1. Trauma Tajam
Trauma ini dapat terjadi akibat luka tembak, tusukan pisau atau benda
tajam lainnya. Pada luka ini biasanya organ lain ikut terluka tergantung arah
trauma. Yang sering dicederai adalah paru, lambung, lebih jarang pankreas,
ginjal kiri dan pembuluh darah mesenterium. Pemeriksaan splenografi yang
dilakukan melalui pungsi dapat menimbulkan perdarahan. Perdarahan pasca
splenografi ini jarang terjadi selama jumlah trombosit > 70.000 dan waktu
protrombin 20 % di atas normal.
2. Trauma Tumpul
Lien merupakan organ yang paling sering terluka pada trauma tumpul
abdomen atau trauma thoraks kiri bawah. Keadaan ini mungkin disertai
kerusakan usus halus, hati, dan pankreas. Penyebab utamanya adalah cedera
langsung atau tidak langsung karena kecelakaan lalu lintas, terjatuh dari
tempat tinggi, pada olahraga luncur dan olahraga kontak seperti judo, karate
dan silat.

14
Ruptur lien yang lambat dapat terjadi dalam jangka waktu beberapa hari
sampai beberapa minggu setelah trauma. Pada separuh kasus masa laten ini
kurang dari 7 hari. Hal ini karena adanya tamponade sementara pada laserasi
kecil, atau adanya hematom subkapsuler yang membesar secara lambat dan
kemudian pecah.
3. Trauma Iatrogenik
Ruptur lien sewaktu operasi dapat terjadi pada operasi abdomen bagian
atas, umpamanya karena retractor yang dapat menyebabkan lien terdorong
atau ditarik terlalu jauh sehingga hilus atau pembuluh darah sekitar hilus
robek. Cedera iatrogen lain dapat terjadi pada punksi lien (splenoportografi).
Kelainan patologi dikelompokkan menjadi 5 :
a) Cedera kapsul
b) Kerusakan parenkim, fragmentasi, kutub bawah hampir lepas
c) Kerusakan hillus dilakukan splenektomi parsial
d) Avulsi lien dilakukan splenektomi total
e) Hematoma subkapsuler.

G. Manifestasi Klinis
Tanda fisik yang ditemukan pada ruptur limpa bergantung pada adanya
organ lain yang ikut cedera, banyak sedikitnya pendarahan, dan adanya
kontaminasi rongga peritonium. Perdarahan dapat sedemikian hebatnya sehingga
mengakibatkan syok hipovolemik hebat yang fatal. Dapat pula terjadi perdarahan
yang langsung sedemikian lambat sehingga sulit diketahui pada pemeriksaan. (5)
Pada setiap kasus trauma limpa hrus dilakukan pemeriksaan abdomen secara
berulang-mulang oleh pemeriksa yang sama karena yang lebih penting adalah
mengamati perubahan gejala umum. (syok, anemia) dan lokal diperut (cairan
bebas, rangsangan peritonium). (5)
Pada ruptur yang lambat, biasanya penderita datang dalam keadaan syok,
tanda perdarahan intraabdomen, atau seperti adanya tumor intraabdomen pada

15
bagian kiri atas yang nyeri tekan disertai anemia sekunder.oleh karenia itu,
menanyakan riwayat trauma yang terjadi sebelumnya sangat penting dalam
menghadapi kasus ini. (5)
Penderita biasanya berada pada tingkat renjat hipovolemik dengan atau tanpa
takikardi dan penurunan tekanan darah. Penderita mengeluh nyeri bagian atas,
tetapi sepertiga kasus mengeluhkan nyeri pada kuadran kiri atas atau punggung
kiri. Nyeri pada puncak bahu disebut tanda kehr, terdapat pada kurang dari
separuh kasus. Mungkin nyeri pada bahu kiri terjadi pada posisi tredelenberg.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan masa dikiri atas dan pada perkusi terdapat
bunyi pekak akibat adanya hematom subklapular atau omentum yang
membungkus suatu hematoma ekstraskapular disebut tanda ballance. Kadang
darah bebas diperut dapat diakibatkan senagan perkusi pekak geser. (5)

H. Pemeriksaan Radiologi

Lien cedera akan terbentuk hematom. Meskipun ahli bedah biasanya


mencoba untuk mengatasi trauma ini dengan konservatif, ruptur lien mungkin
baru disadari setelah seminggu atau sepuluh hari setelah trauma pertama. Ada
beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan, diantaranya USG, CT scan dan
angiography. Jika ada kecurigaan trauma lien, CT Scan merupakan pemeriksaan
pilihan utama. Pendarahan dan hematom akan tampak sebagai daerah yang
kurang densitasnya dibanding lien. Daerah hitam melingkar atau ireguler dalam

16
lien menunjukkan hematom atau laserasi, dan area seperti bulan sabit abnormal
pada tepi lien menunjukkan subkapular hematom. (4)

Hematoma subkapsular (panah) dilihat sebagai perisplenic collection


Tanda klasik yang menentukan adanya ruptur lien akut (tingginya diafragma
sebelah kiri, atelektasis lobus bawah kiri, dan efusi pleura) tidak selalu ada dan
tidak bisa dijadikan tanda yang pasti. Namun, tiap pasien dengan diafragma
sebelah kiri yang meninggi disertai dengan trauma tumpul abdomen harus
dipikirkan sebagai trauma lien sampai dibuktikan sebaliknya. (4)
Tanda yang lebih dapat dipercaya dari trauma pada kuadran kiri atas yaitu
perpindahan ke medial udara gaster dan perpindahan inferior dari pola udara lien.
Gambaran ini menunjukkan adanya massa pada kuadran kiri atas dan
menunjukkan adanya hematom subkapsular atau perisplenik
Asosiasi Amerika untuk skala cedera limpa Trauma (AAST) didasarkan
pada temuan computed tomography (CT), sebagai berikut (5):

17
1. Kelas I:

Computed tomography terformat koral menunjukkan robekan kapsuler


kurang dari 1 cm di kutub bawah (panah)
- Hematoma subkapsular <10% dari luas permukaan
- Laserasi parenkim <kedalaman 1 cm
- Robekan kapsul
2. Kelas II:

Pemindaian tomografi komputer menunjukkan hematoma subkapsular yang


melibatkan 30% - 40% luas permukaan limpa (panah)
- Hematoma subkapsular 10-50% dari luas permukaan
- Hematoma intraparenchymal <5 cm
- Laserasi parenkim 1-3 cm

18
3. Kelas III:

Scan tomografi terkomputasi dengan kontras aksial menunjukkan laserasi


multipel dan hematoma intraparenchymal (panah)
- Hematoma subkapsular> 50% dari luas permukaan
- Hematoma subkapsular atau intraparenchymal yang pecah ≥5 cm
- Laserasi parenkim> 3 cm
4. Kelas IV:
- Setiap cedera di hadapan cedera pembuluh darah lien atau perdarahan
aktif terbatas dalam kapsul lien
- Laserasi parenkim yang melibatkan pembuluh segmental atau hilar yang
menghasilkan devaskularisasi> 25%

19
5. Kelas V:

Scan tomografi terkomputasi dengan kontras menunjukkan limpa yang


hancur dengan haemoperitoneum volume besar yang dikonfirmasi secara
intraoperatif
- Limpa yang hancur
- Cedera apa pun di hadapan cedera vaskular lien dengan perdarahan aktif
meluas melampaui limpa ke peritoneum.

I. Penatalaksanaan
Dengan majunya teknik bedah, maka pandangan bahwa setiap ruptur lien
harus dibuang telah diubah pandangan sekarang bahwa sedapat mungkin lien
harus dipertahankan, kecuali bila hal tersebut tidak mungkindilakukan.
Splenektomi total bukan lagi merupakan pengobatan yang paling tepat dengan
alasan (1):
a. Kecenderungan terjadinya overwhelming post splenectomy infection
syndrome (OPSI) pada penderita post splenektomi baik pada penderita bayi
maupun penderita orang dewasa.
b. Fungsi lien yang melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri, terutama
organisme-organisme yaitu pneumococcus dan meningacoccus yang
mempunyai kapsul dan dianggap sebagai benda asing.

20
c. Adanya kemungkinan perdarahan pada lien dapat berhenti spontan.
d. Lien yang robek dapat disembuhkan dengan penjahitan
Dengan demikian maka terapi pada ruptur lien adalah (1):
1. Non operatif atau konservatif
Hal umum yang perlu mendapat pertolongan segera pada pasien trauma
yaitu:
a. Evaluasi terhadap saluran pernafasan dan tulang vertebra. Dengan
memperhatikan adanya sumbatan pada saluran pernafasan kebawah dan
mencakup larynx, serta benda asing yang harus dikeluarkan dan adanya
kemungkinan fraktura vertebra cervicalis, sehingga dilakukan
hiperekstensi kepala dan leher pasien untuk mempertahankan saluran
pernafasan atau untuk memasukkan pipa endotracheal atau cara
sederhana dengan satu metode dengan mengangkat dagu. Bila tindakan
ini gagal untuk menghilangkan obstruksi, maka pipa endotracheal
dipasang melalui hidung untuk mencegah hiperekstensi leher pada
fraktur vertebra cervicalis.
Bila intubasi trakea nasal tidak berhasil maka diindikasikan
krikotiroidotomi bedah dengan membuat insisi kulit vertikal atau
transversa yang meluas melalui ligamentum cricothyroidea yang diikuti
pemasangan pipa trakeostomi kecil.
b. Pertukaran Udara
Perhatian selanjutnya pada tercukupinya pertukaran udara, pemberian
oksigenasi yang adekuat.
c. Sirkulasi
Nadi dipalpasi dan dinilai kecepatan dan irama. Dilakukan pemeriksaan
terhadap tensi atau pengukuran untuk mengetahui adanya tanda-tanda
syok yang perlu segera dilakukan tranfusi darah dan terapi cairan yang
seimbang diberikan secara cepat untuk mengatasi syok hipovolemik.

21
d. Pemasangan pipa lambung (NGT) untuk mencegah muntah dan aspirasi
dan pemasangan kateter untuk mengosongkan kandung kencing dan
menilai jumlah urin yang keluar
2. Operatif
a. Splenektomi total
Splenoktomi total dilakukan jika terdapat kerusakan parenkim lien
yang luas, avulsi lien, kerusakan pembuluh darah hilum, dan kegagalan
splenorhapi. Tindakan splenektomi total tidak perlu diragukan, meskipun
ada kemungkinan terjadinya OPSI. Insiden untuk terjadi OPSI lebih
berarti bila dibandingkan dengan bahaya maut karena perdarahan yang
hebat. Lebih dari 50% dari semua ruptur lien memerlukan splenektomi
total untuk mengurangi OPSI dikemudian hari ada pendapat-pendapat
yang menganjurkan:
 Autotranplantasi/reimplantasi jaringan lien, yaitu jaringan lien yang
telah robek di implantasikan kedalam otot-otot pada dinding perut
atau di pinggang di belakang peritoneum. Caranya ialah: jaringan
lien tadi dimasukkan kedalam injeksi spuit dan melalui injeksi spuit
tadi jaringan lien dimasukkan kedalam otot-otot dinding perut.
 Polyvaleat pneumococcal vaccine atau pneumovaks dapat dipakai
untuk mencegah terjadinya OPSI.
 Prophylaksis dengan antibiotika. Pemberian antibiotika (denicilline,
erythomycin, dan trimethroprim- sulfomethoxazole) setiap bulan
dianjurkan, terutama kali ada infeksi yang menyebabkan demam
diatas 38,5°C.
 Anjuran praktis adalah agar setiap penderita post splenektomi
dianjurkan supaya segera memeriksakan ke dokter setiap kali
menderita panas. Penderita tersebut supaya langsung diberi

22
pengobatan antibiotika dan dievaluasi lebih lanjut, untuk mendapat
perawatan medis yang sempurna.
b. Splenektomi parsial
Bila keadaan dan ruptur lien tidak total sedapat mungkin lien
dipertahankan, maka dikerjakan splenektomi parsial dianggap lebih
menguntungkan daripada splenektomi total. Caranya ialah eksisi satu
segmen dilakukan jika ruptur lien tidak mengenai hilus dan bagian yang
tidak cedera masih vital
c. Splenorafi
Splenorafi adalah operasi yang bertujua mempertahankan lien yang
fungsional dengan teknik bedah. Tindak bedah ini terdiri dari membuang
jaringan non vital, mengikat pembuluh darah yang terbuka dan menjahit
kapsul lien yang terluka. Luka dijahit dengan jahitan berat asam
poliglikolat atau polidioksanon atau chromic catgut (0-0, 2-0, 3-0)
dengan jahitan simpel matras atau jahitan figure of eight.
Jika penjahitan laserasi kurang memadai, dapat ditambahkan dengan
pembungkusan kantong khusus dengan atau tanpa penjahitan omentum.

23
KESIMPULAN
Ruptur lien merupakan kondisi rusaknya lien akibat suatu dampak penting
kepada lien dari beberapa sumber. Dapat berupa trauma tumpul, trauma tajam,
ataupun trauma sewaktu operasi. Tanda fisik yang ditemukan pada ruptur limpa
bergantung pada adanya organ lain yang ikut cedera, banyak sedikitnya pendarahan,
dan adanya kontaminasi rongga peritonium. Ada beberapa pemeriksaan yang dapat
dilakukan, diantaranya USG, CT scan dan angiography. Jika ada kecurigaan trauma
lien, CT Scan merupakan pemeriksaan pilihan utama. Pendarahan dan hematom akan
tampak sebagai daerah yang kurang densitasnya dibanding lien.

24
DAFTAR PUSTAKA
1. Sander MA. Ruptur Lien Akibat Trauma Abdomen. Kedokteran. 2018;14(1
Suppl):247–9.
2. L.Drake R. Gray Basic Anatomy. 2012th ed. Canada: Elsevier;
3. Sherwood L. Intoduction to Human Physiology. 8th ed. Brooks/cole; 2013.
4. Patriajaya BA. PERITONITIS UMUM e . c RUPTUR LIEN. Fak Kedokt Univ
Muhammadiyah Yogyakrta. 2019;
5. Lien R, Aspek DAN, Pratiwi MC. Referat ruptur lien dan aspek radiologisnya.
2019;(November).

25

Anda mungkin juga menyukai