SAKIT
TRISNAWATY, M.PSI., PSIKOLOG
Firman Allah dalam QS al-Mudddatsir: 4-5 فـــ ُج ْر َ ِوـثـ َيا َ َبـك َ َط
ْوـا ُّـلرـ ْج َز َ اـ ْه َ فـــِ ّهـر
“Bersihkanlah pakaianmua dan jauhilah perbuatan kotor (dosa).”
Firman Allah dalam al-Baqarah: 222. “Sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang bertobat dan orang-orang yang
mensucikan dirinya.”
Hadis Nabi saw: مان لاــنظافة من اـالءيـــ Kebersihan itu sebagian dari
iman.” (HR Muslim)
Hadis Nabi saw:غير لاــطهـور الــ تــــ “Tidak diterima shalat
قبل لاــصالة بــــ
orang yang tidak bersuci.” (HR Muslim)
Thaharah
Thaharah berarti bersih (nazhafah), suci (nazhahah), dan terbebas dari kotoran (khulus), baik yang
bersifat hissy (konkret atau yang dapat diindera) maupun maknawiy (abstrak). Karena itulah dalam kitab-
kitab fiqh biasanya kata thaharah diartikan dengan bersuci. Secara terminologis (syara), thaharah ialah
membersihkan diri, dari kata hadas atau menghilangkan najis dan kotoran. Atau kegiatan bersuci dari
hadas dan najis, agar seseorang diperbolehkan mengerjakan suatu ibadah. Misalnya shalat dan thawaf.
HADAS NAJIS
thaharah secara syariat Islam terbagi dua bagian yakni: thaharah dari hadas da
n thaharah dari najis dan kotoran
Pengertian Hadas
hadas secara istilah syariat, adalah
1 2
sifat syar’i yang mengenai pribadi
mengenai sebagian seorang muslim,
atau seluruh anggota sehingga menyebabkan
badan sehingga terhalangnya orang itu
menghilangkan melakukan shalat, tawaf
kesucian, atau dan i’tikaf
3
keadaan badan yang tidak suci atau kotor dan dapat
dihilangkan dengan cara berwudu, mandi wajib dan
tayamum. Dalam kondisi tersebut dilarang (tidak sah)
mengerjakan ibadah yang disyaratkan kondisi badan
bersih dari hadas dan najis, seperti shalat, tawaf dan
i’tikaf.
Jenis Hadas
HADAS KECIL HADAS BESAR
Karena itu, para dokter dan tim medis harus memperhatikan dua syarat utama
ketika melakukan tindakan medis pada pasien, atau ketika membalut luka
maupun tulang yang patah. Kedua syarat tersebut adalah
1 2
Memperhatikan perlu tidaknya
Memperhatikan area
menutup luka. Selain itu,
yang perlu diperban
memperhatikan kemungkinan bisa
tidaknya pasien melepas perban
ketika berwudhu. Dengan demikian ia
tidak berdosa ketika tidak berwudhu
atau menyempurnakan air pada
anggota badan yang harus dibasahi.
Itulah inti wudhu, berbeda dengan
tayamum
Wudhu
Adanya luka memperbolehkan seseorang mengambil
keringanan dalam bersuci, baik dari hadas maupun dari kotoran.
Jika luka tidak cepat sembuh, bahkan terus mengalirkan darah
dan nanah sehingga kesulitan untuk membasuhnya, maka
diperbolehkan shalat dalam keadaan seperti itu. Sesuai kaidah
yang mengatakan: “sesungguhnya suatu perkara, apabila ia
menyempit, maka ia dapat meluas”.
Tata cara berwudhu bagi orang sakit
1.Semprotan air
2.Handuk
3.Baskom Kecil
Tata cara berwudhu bagi orang sakit
1. Pasien dalam keadaan duduk, menyiapkan handuk kecil
di pangkuan pasien dan menyiapkan semprotan kecil
yang berisi air bersih
2. Siapkan baskom untuk berkumur, siapkan air
bersih/matang di gelas untuk berkumur
3. Mulai dengan mencuci tangan, dengan menyemprotkan
air yang berada dalam semprotan. Semprot sampai
kedua tangan basah dan tidak ada bagian yang tidak
tersentuh air. Lakukan maksimal 3x. Khusus untuk bagian
tangan yang terluka atau yang terpasang infus, tidak apa-
apa tidak terkena air.
Tata cara berwudhu bagi orang sakit
4. Selanjutnya berkumur. Pasien berkumur dari air matang
yang telah disiapkan pada gelas dan membuang air kumuran
ke dalam baskom
5. Lalu tuangkan air ke salah satu tangan (tangan yang
leluasa atau tidak diinfus) pasien agar bisa ia hirupkan ke
hidung.
6. Selanjutnya membasuh wajah, semprotkan air hingga
mengalir ke telapak tangan pasien untuk ia basuhkan ke
wajahnya. Selama air mengalir di wajah pasien maka sudah
dianggap sebagi mencuci wajah, namun jika masih ada bagian
wajah yang belum terkena air maka boleh disemprotkan
kembali air ke telapak tangan pasien dan membasuh kembali
wajahnya. Untuk laki-laki, jenggot harus basah
Tata cara berwudhu bagi orang sakit
7. Selanjutnya semprotkan air ke salah satu telapak tangan hingga
mengalir untuk membasuh tangan hingga siku. Tangan kanan untuk
membasuh tangan kiri dan untuk tangan kiri membasuh tangan
kanan. Tetap memeprhatika luka atau tempat infus di salah satu
tangan. Jika salah satu tangan tidak mampu digerakkan maka, pasien
membutuhan bantuan keluarganya untuk menyemprotkan air ke
tangan yang tidak bisa ia gerakkan. Saat membasuh tangan yang
diinfus, area di luar yang luka atau yang diperban tetap diusap (tidak
usah di basuh), sementara yang luka atau diperban tidak diusap.
8. Selanjutnya mengusap kepala. Karena sifatnya hanya mengusap
maka air yang disemprotkan cukup sedikit saja, tidak usah
mengalirkan air. Setelah menyemprotkan di kedua tangan, di gosok di
kedua tangan lalu di usapkan ke kepala hingga kebelakang kepala
lalu kembali lagi ke depan dan langsung ke telinga
Tata cara berwudhu bagi orang sakit
9. Selanjutnya adalah kaki. Pindahkan handuk yang tadinya
diletakkan di pangkuan pasien, pindah ke bawah, di kedua kakiknya.
Jika pasien masih bisa menyentuh kaki, maka kita menyemprotkan air
ke salah satu tangan pasien yang tidak diinfus atau tidak ada luka.
Lalu tangan yang telah disemprot air, membasuh kaki kanan terlebih
dahulu, sambil pasien usap, kita bisa menyemprotkan air kembali ke
kaki pasien hingga ke sela-sela jari kakinya dan pasien menggosok
kaki hingga tidak ada area kaki yang tidak basah. Hal yang sama
dilakukan juga untuk kaki kiri pasien. Catatan penting: jika pasien
tidak mampu menyentuh kakinya, maka membasuh kaki dengan
menyemprotkan air ke kaki pasien langsung harus di lakukan oleh
keluarga pasien.
10. Terakhir, berdoa.
Catatan penting
Keterangan : ada 2 gerakan dalam berwuduh, ada yang
namanya membasuh dan ada yang namanya mengusap.
membasuh adalah dengan mengalirkan air pada anggota
tubuh yang ingin dibersihkan,
sedangkan mengusap adalah cukup dengan membasahi
tangan dengan air.
Membasuh berarti kita harus mengalirkan air keseluruh
bagian yang harus terkena air. Sedangkan mengusah cukup
dengan titik-titik air yang disemprotkan dan di usapkan ke
bagian yang akan kita usap.
Tayammum
Definisi
Tayamum menurut arti bahasa adalah al qashd (niat)
seperti dalam firmal Allah SWT: “janganlah kamu memilih
yang buruk untuk keluarkan.. “ (al baqarah: 267).
Adapun dari segi istilah, para ahli fiqih memberi definisi
tayamum dengan beberapa ungkapan yang hampir sama.
Ulama Hanafi mendefiniskan tayamum dengan mengusap
muka dan dua tangan dengan debu yang suci. Al qashd
menjadi syarat dalam tayamum. Sebab ia adalah niat, yaitu
qashd menggunakan debu yang suci dengan sifat yang
tertentu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT
(ibadah).
Pendapat Ulama
Ulama Maliki mendefiniskan tayamum sebagai bentuk
cara bersuci dengan menggunakan debu yang suci dan
digunakan untuk mengusap muka dan dua tangan
dengan niat.
Ulama Syafii mendefinisikan tayamum sebagai
mengusap debu ke wajah dan dua tangan sebagai ganti
wudhu, mandi, atau salah satu anggota dari keduanya
dengan syarta-syarat yang tertentu.
Ulama Hambali mendefiniskan tayamum sebagai
mengusap muka dan kedua tangan dengan debu yang
suci dengan cara yang tertentu.
Dasar Pensyariatannya
Ulama Maliki mendefiniskan tayamum sebagai bentuk
cara bersuci dengan menggunakan debu yang suci dan
digunakan untuk mengusap muka dan dua tangan
dengan niat.
Ulama Syafii mendefinisikan tayamum sebagai
mengusap debu ke wajah dan dua tangan sebagai ganti
wudhu, mandi, atau salah satu anggota dari keduanya
dengan syarta-syarat yang tertentu.
Ulama Hambali mendefiniskan tayamum sebagai
mengusap muka dan kedua tangan dengan debu yang
suci dengan cara yang tertentu.
Dasar Pensyariatannya
Tayamum adalah bentuk hukum rukhshah (keringanan). Tetapi, para ulama
Hambali mengatakan tayamum adalah hukum ‘azimah (hukum asal). Dalil-dali
pensyariatannya adalah Al Qur’an, As-Sunnah, dan Ijma’
Yang bersumber dari Al Qur’an adlah firman Allah SWT: “..... dan jika kamu sakit
atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempauan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka
bertayamumlah dengan debu yang bai (suci): usaplahwajahmu dan tanganmu
dengan (debu) itu... “ (AL Maa’idah:6). Ayat ini menyatakan bahwa tayamum
adalah fardhu sebagai ganti membasuh dengan air.
Yang bersumber dari As-Sunnah adlaah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim: “seluruh tanah dijadikan tempat sholat untuk kita dan debunya adalah
alat penyuci” (diriwayatkan oleh Imam Ahmad). Juga Hadits : “tanah menajdi
alat penyuci seseorang muslim, meskipun hingga untuk sepuluh kali haji selagi
dia tidak mendapatkan air atau berhadats”.
Adapun yang bersumber dari ijma adalah, seluruh umat Islam telah bersepakat
membolehkan tayamum ini.
Ibadah dan Hadast-hadast yang boleh di tayamumi
Setiap amalan ketaatan yang perlu kepada kesucian (thaharah)seperti shalat
fardhu, shalat sunnah, menyentuh mushaf, membaca Al qur’an, sujud tilawah,
sujud syukur, dan duduk beri’tikaf dalam masjid, adalah boleh bersuci dengan
cara tayamum. Hal ini berdaarkan hadits-hadits di atas, juga karena amalan
yang diperbolehkan ber-thaharah dengan air, maka ia juga boleh berthaharah
dengan tayamum.
Adapun hadas-hadas yang boleh dityamumi adalah hadats kecil, junub, haid
dan nifas. Hal ini berdasarkan hadits yang menceritakan bahwa satu kaum
telah
datang menemui Rasulullah saw. dan berkata, “kami adalah satu kaum yang
tinggal di tempat yang berpasir. Kadang-kadang sebulan atau dua bulan
kami tidak mendapati air. Di antara kami ada yang berjunub, ada yang haid,
dan ada yang nifas.” Lalu Rasulullah saw. Bersabda kepada mereka:
“hendaklah kamu menggunakan debu”
Kedudukan tayammum sebagai pengganti