Anda di halaman 1dari 32

IBADAHNYA ORANG

SAKIT
TRISNAWATY, M.PSI., PSIKOLOG

DOKTER MUSLIM DAN THIBBUN NABAWI


Agenda Style

Kewajiban orang sakit, sholat orang


01 Kewajiban
sakit, cara bersuci bagi orang yang
sakit

Adab terhadap orang sakit, adab


02 Adab
menjenguk orang sakit,

Konsep sakratul maut


03 Sakratul Maut

You can simply impress your audience


04 Your Text Here
and add a unique zing.
‫ْن‬
ِ ‫ي‬‫ف‬ِ ْ
‫ش‬ ‫ي‬
َ ‫ُو‬
َ ‫ه‬ َ
‫ف‬ ُ
‫ت‬ ْ‫ض‬ ‫ر‬
ِ ‫م‬
َ ‫ا‬ َ
‫ذ‬ ِ‫َو إ‬
Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku.”
[QS Asy Syu’ara: 80]
Dasar Hukum Thaharah
Dasar hukum diperintahkannya untuk thaharah (bersuci atau menjaga kebersihan) ant
ara lain:

 Firman Allah dalam QS al-Mudddatsir: 4-5     ‫فـــ ُج ْر‬ ‫َ ِوـثـ َيا َ َبـك َ َط‬
‫ْوـا ُّـلرـ ْج َز َ اـ ْه‬ َ  ‫فـــِ ّهـر‬
“Bersihkanlah pakaianmua dan jauhilah perbuatan kotor (dosa).”
 Firman Allah dalam al-Baqarah: 222. “Sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang bertobat dan orang-orang yang
mensucikan dirinya.”
 Hadis Nabi saw:   ‫مان‬‫ لاــنظافة من اـالءيـــ‬    Kebersihan itu sebagian dari
iman.” (HR Muslim)
 Hadis Nabi saw:‫غير لاــطهـور‬ ‫الــ تــــ‬     “Tidak diterima shalat
‫قبل لاــصالة بــــ‬
orang yang tidak bersuci.” (HR Muslim)
Thaharah
Thaharah berarti bersih (nazhafah), suci (nazhahah), dan terbebas dari kotoran (khulus), baik yang
bersifat hissy (konkret atau yang dapat diindera) maupun maknawiy (abstrak). Karena itulah dalam kitab-
kitab fiqh biasanya kata thaharah diartikan dengan bersuci. Secara terminologis (syara), thaharah ialah
membersihkan diri, dari kata hadas atau menghilangkan najis dan kotoran. Atau kegiatan bersuci dari
hadas dan najis, agar seseorang diperbolehkan mengerjakan suatu ibadah. Misalnya shalat dan thawaf.

HADAS NAJIS

thaharah secara syariat Islam terbagi dua bagian yakni: thaharah dari hadas da
n thaharah dari najis dan kotoran
Pengertian Hadas
hadas secara istilah syariat, adalah

kondisi tidak suci yang

1 2
sifat syar’i yang mengenai pribadi
mengenai sebagian seorang muslim,
atau seluruh anggota sehingga menyebabkan
badan sehingga terhalangnya orang itu
menghilangkan melakukan shalat, tawaf
kesucian, atau dan i’tikaf

3
keadaan badan yang tidak suci atau kotor dan dapat
dihilangkan dengan cara berwudu, mandi wajib dan
tayamum. Dalam kondisi tersebut dilarang (tidak sah)
mengerjakan ibadah yang disyaratkan kondisi badan
bersih dari hadas dan najis, seperti shalat, tawaf dan
i’tikaf.
Jenis Hadas
HADAS KECIL HADAS BESAR

Hadas Kecil disebabkan beberapa Hadas besar disebabkan beberapa


penyebab: penyebab:
1. Buang air kecil dan buang air 1. Keluar mani disertai syaheat baik saat
besar (surah Al Maidah ayat 6) tidur maupun saat terjaga, baik laki-laki
2. Kentut maupun perempuan.
3. Bersentuhan kulit laki-laki dan 2. Hubungan seksual laki-laki dengan
perempuan yang bukan mahrom ) perempuan tak keluar mani (AL Maidah
Al Maidah ayat 6) ayat 6)
4. Hilang akal 3. Haid dan nifas
5. Memegang kemaluan 4. Meninggal dunia sehingga wajb
dimandikan
Orang yang sedang berhadas kecil 5. Orang kafir yang masuk Islam
dilarang : shalat, tawaf dan i’tikaf Orang yang berhadas besar di larang: shalat,
tawaf, i’tikaf, menyentuh dan membawa
mushaf al quran, membaca Al quran
NAJIS
Pengertian Najis

Secara etimologis (bahasa), kata najis berasal dari bahasa


Arab yang dalam makna aslinya berarti: “sesuatu yang kotor,”
sinonim dengan khubuts (kotor). Kata najis sendiri berasal dari
kata kerja (fi’il) najasa. Menurut Syariat Islam, najis adalah
benda yang kotor yang mencegah sahnya mengerjakan ibadah
yang diharuskan dalam keadaan suci seperti shalat dan
tawaf.  Dengan kata lain, secara terminologis fiqh Islam,
bahwa najis berarti: “sesuatu yang menurut syara’ dianggap
kotor dan jika melekat pada sesuatu tempat, maka bekas
lekatannya itu harus dibersihkan, baik yang ada pada
badan, pakaian mau pun tempat shalat.”
NAJIS
Benda kotor ternyata tidak identik dengan najis. Begitu pula
sebaliknya, benda yang bernajis kadang bersih. Contoh:
Pakaian yang terkena tanah kelihatannya menjadi kotor, tetapi
itu tidak berarti bernajis (kotor tidak sama dengan
najis), sehingga sah digunakan untuk shalat, walau pun
memang sebaiknya dibersihkan karena shalat merupakan
sarana komunikasi dengan Allah. Sebaliknya pakaian yang
terkena air kencing walau pun kelihatannya bersih, namun
karena terkena najis, maka tidak sah dipakai untuk shalat
Najis, adalah kotoran yang Hadas, adalah peristiwa
wajib bagi setiap muslim yang dialami manusia yang
mensucikan diri dari Perbedaa menjadi SEBAB
padanya dan mensucikan PENGHALANG sahnya
nnya suatu ibadah ritusl/ibadah
apa yang dikenainya.
Jadi, najis biasanya mahdah, khususnya shalat,
berupa BENDA. thawaf, dan puasa.
Wudhu
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu
sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub
maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau
kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmatNya bagimu, supaya kamu bersyukur”
(Al-Maa’idah:6).
Dan Allah juga mewajibkan bersih nya pakaiana saat
melaksankaan sholat, “dan pakaianmu bersihkanlah” (Al-
Mudatsir:4)
Wudhu
Rasulullah SAW pernah menegur tindakan para sahabat yang
menyuruh seseorang mandi ketika sedang junub, padahal ia
terluka. Akibatnya, orang tersebut meninggal dunia. Rasulullah
saw berkata: “mereka telah membunuhnya, mudah-mudahan
Allah membunuh mereka” (HR. Abu Dawud).

Hadits ini menunjukkan keringanan bertayammum atau


mengusap air pada bagian yang terluka, Jika membasuhnya
diprediksi mendatangkan efek yang tidak baik. Kaidah syar'i
mengatakan: adh dharuratu tuqaddaru bi qadriha (darurat itu di
ukur sesuai kadarnya). jadi, rukshah ini hanya berlaku pada
bagian yang terluka saja, jika memang tidak berbahaya pada
anggota tubuh lainnya.
Perhatian!!
hadas secara istilah syariat

Karena itu, para dokter dan tim medis harus memperhatikan dua syarat utama
ketika melakukan tindakan medis pada pasien, atau ketika membalut luka
maupun tulang yang patah. Kedua syarat tersebut adalah

1 2
Memperhatikan perlu tidaknya
Memperhatikan area
menutup luka. Selain itu,
yang perlu diperban
memperhatikan kemungkinan bisa
tidaknya pasien melepas perban
ketika berwudhu. Dengan demikian ia
tidak berdosa ketika tidak berwudhu
atau menyempurnakan air pada
anggota badan yang harus dibasahi.
Itulah inti wudhu, berbeda dengan
tayamum
Wudhu
Adanya luka memperbolehkan seseorang mengambil
keringanan dalam bersuci, baik dari hadas maupun dari kotoran.
Jika luka tidak cepat sembuh, bahkan terus mengalirkan darah
dan nanah sehingga kesulitan untuk membasuhnya, maka
diperbolehkan shalat dalam keadaan seperti itu. Sesuai kaidah
yang mengatakan: “sesungguhnya suatu perkara, apabila ia
menyempit, maka ia dapat meluas”. 
Tata cara berwudhu bagi orang sakit

Bahan yang dibutuhkan

1.Semprotan air
2.Handuk
3.Baskom Kecil
Tata cara berwudhu bagi orang sakit
1. Pasien dalam keadaan duduk, menyiapkan handuk kecil
di pangkuan pasien dan menyiapkan semprotan kecil
yang berisi air bersih
2. Siapkan baskom untuk berkumur, siapkan air
bersih/matang di gelas untuk berkumur
3. Mulai dengan mencuci tangan, dengan menyemprotkan
air yang berada dalam semprotan. Semprot sampai
kedua tangan basah dan tidak ada bagian yang tidak
tersentuh air. Lakukan maksimal 3x. Khusus untuk bagian
tangan yang terluka atau yang terpasang infus, tidak apa-
apa tidak terkena air.
Tata cara berwudhu bagi orang sakit
4. Selanjutnya berkumur. Pasien berkumur dari air matang
yang telah disiapkan pada gelas dan membuang air kumuran
ke dalam baskom
5. Lalu tuangkan air ke salah satu tangan (tangan yang
leluasa atau tidak diinfus) pasien agar bisa ia hirupkan ke
hidung.
6. Selanjutnya membasuh wajah, semprotkan air hingga
mengalir ke telapak tangan pasien untuk ia basuhkan ke
wajahnya. Selama air mengalir di wajah pasien maka sudah
dianggap sebagi mencuci wajah, namun jika masih ada bagian
wajah yang belum terkena air maka boleh disemprotkan
kembali air ke telapak tangan pasien dan membasuh kembali
wajahnya. Untuk laki-laki, jenggot harus basah
Tata cara berwudhu bagi orang sakit
7. Selanjutnya semprotkan air ke salah satu telapak tangan hingga
mengalir untuk membasuh tangan hingga siku. Tangan kanan untuk
membasuh tangan kiri dan untuk tangan kiri membasuh tangan
kanan. Tetap memeprhatika luka atau tempat infus di salah satu
tangan. Jika salah satu tangan tidak mampu digerakkan maka, pasien
membutuhan bantuan keluarganya untuk menyemprotkan air ke
tangan yang tidak bisa ia gerakkan. Saat membasuh tangan yang
diinfus, area di luar yang luka atau yang diperban tetap diusap (tidak
usah di basuh), sementara yang luka atau diperban tidak diusap.
8. Selanjutnya mengusap kepala. Karena sifatnya hanya mengusap
maka air yang disemprotkan cukup sedikit saja, tidak usah
mengalirkan air. Setelah menyemprotkan di kedua tangan, di gosok di
kedua tangan lalu di usapkan ke kepala hingga kebelakang kepala
lalu kembali lagi ke depan dan langsung ke telinga
Tata cara berwudhu bagi orang sakit
9. Selanjutnya adalah kaki. Pindahkan handuk yang tadinya
diletakkan di pangkuan pasien, pindah ke bawah, di kedua kakiknya.
Jika pasien masih bisa menyentuh kaki, maka kita menyemprotkan air
ke salah satu tangan pasien yang tidak diinfus atau tidak ada luka.
Lalu tangan yang telah disemprot air, membasuh kaki kanan terlebih
dahulu, sambil pasien usap, kita bisa menyemprotkan air kembali ke
kaki pasien hingga ke sela-sela jari kakinya dan pasien menggosok
kaki hingga tidak ada area kaki yang tidak basah. Hal yang sama
dilakukan juga untuk kaki kiri pasien. Catatan penting: jika pasien
tidak mampu menyentuh kakinya, maka membasuh kaki dengan
menyemprotkan air ke kaki pasien langsung harus di lakukan oleh
keluarga pasien.
10. Terakhir, berdoa.
Catatan penting
Keterangan : ada 2 gerakan dalam berwuduh, ada yang
namanya membasuh dan ada yang namanya mengusap.
membasuh adalah dengan mengalirkan air pada anggota
tubuh yang ingin dibersihkan,
sedangkan mengusap adalah cukup dengan membasahi
tangan dengan air.
Membasuh berarti kita harus mengalirkan air keseluruh
bagian yang harus terkena air. Sedangkan mengusah cukup
dengan titik-titik air yang disemprotkan dan di usapkan ke
bagian yang akan kita usap.
Tayammum
Definisi
Tayamum menurut arti bahasa adalah al qashd (niat)
seperti dalam firmal Allah SWT: “janganlah kamu memilih
yang buruk untuk keluarkan.. “ (al baqarah: 267).
Adapun dari segi istilah, para ahli fiqih memberi definisi
tayamum dengan beberapa ungkapan yang hampir sama.
Ulama Hanafi mendefiniskan tayamum dengan mengusap
muka dan dua tangan dengan debu yang suci. Al qashd
menjadi syarat dalam tayamum. Sebab ia adalah niat, yaitu
qashd menggunakan debu yang suci dengan sifat yang
tertentu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT
(ibadah).
Pendapat Ulama
 Ulama Maliki mendefiniskan tayamum sebagai bentuk
cara bersuci dengan menggunakan debu yang suci dan
digunakan untuk mengusap muka dan dua tangan
dengan niat.
 Ulama Syafii mendefinisikan tayamum sebagai
mengusap debu ke wajah dan dua tangan sebagai ganti
wudhu, mandi, atau salah satu anggota dari keduanya
dengan syarta-syarat yang tertentu.
 Ulama Hambali mendefiniskan tayamum sebagai
mengusap muka dan kedua tangan dengan debu yang
suci dengan cara yang tertentu.
Dasar Pensyariatannya
 Ulama Maliki mendefiniskan tayamum sebagai bentuk
cara bersuci dengan menggunakan debu yang suci dan
digunakan untuk mengusap muka dan dua tangan
dengan niat.
 Ulama Syafii mendefinisikan tayamum sebagai
mengusap debu ke wajah dan dua tangan sebagai ganti
wudhu, mandi, atau salah satu anggota dari keduanya
dengan syarta-syarat yang tertentu.
 Ulama Hambali mendefiniskan tayamum sebagai
mengusap muka dan kedua tangan dengan debu yang
suci dengan cara yang tertentu.
Dasar Pensyariatannya
Tayamum adalah bentuk hukum rukhshah (keringanan). Tetapi, para ulama
Hambali mengatakan tayamum adalah hukum ‘azimah (hukum asal). Dalil-dali
pensyariatannya adalah Al Qur’an, As-Sunnah, dan Ijma’
 Yang bersumber dari Al Qur’an adlah firman Allah SWT: “..... dan jika kamu sakit
atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempauan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka
bertayamumlah dengan debu yang bai (suci): usaplahwajahmu dan tanganmu
dengan (debu) itu... “ (AL Maa’idah:6). Ayat ini menyatakan bahwa tayamum
adalah fardhu sebagai ganti membasuh dengan air.
 Yang bersumber dari As-Sunnah adlaah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim: “seluruh tanah dijadikan tempat sholat untuk kita dan debunya adalah
alat penyuci” (diriwayatkan oleh Imam Ahmad). Juga Hadits : “tanah menajdi
alat penyuci seseorang muslim, meskipun hingga untuk sepuluh kali haji selagi
dia tidak mendapatkan air atau berhadats”.
 Adapun yang bersumber dari ijma adalah, seluruh umat Islam telah bersepakat
membolehkan tayamum ini.
Ibadah dan Hadast-hadast yang boleh di tayamumi
Setiap amalan ketaatan yang perlu kepada kesucian (thaharah)seperti shalat
fardhu, shalat sunnah, menyentuh mushaf, membaca Al qur’an, sujud tilawah,
sujud syukur, dan duduk beri’tikaf dalam masjid, adalah boleh bersuci dengan
cara tayamum. Hal ini berdaarkan hadits-hadits di atas, juga karena amalan
yang diperbolehkan ber-thaharah dengan air, maka ia juga boleh berthaharah
dengan tayamum.
 Adapun hadas-hadas yang boleh dityamumi adalah hadats kecil, junub, haid
dan nifas. Hal ini berdasarkan hadits yang menceritakan bahwa satu kaum
telah
datang menemui Rasulullah saw. dan berkata, “kami adalah satu kaum yang
tinggal di tempat yang berpasir. Kadang-kadang sebulan atau dua bulan
kami tidak mendapati air. Di antara kami ada yang berjunub, ada yang haid,
dan ada yang nifas.” Lalu Rasulullah saw. Bersabda kepada mereka:
“hendaklah kamu menggunakan debu”
Kedudukan tayammum sebagai pengganti

Menurut ulama Hanafi, tayamum adalah pengganti mutlak


(badal muthlaq) bukan pengganti darurat (badal daruri). Jadi,
dengan tayamum yang digunakan untuk shalat tunai (adaa’),
maka hadats akan terangkat, hingga dia menemukan air.
Sebab-sebab tayamum
Sebab-sebab tayamum atau uzur yang membolehkan bertayamum
adalah sebagai berikut:

 Tidak adanya air yang mencukupi untuk wudhu ataupun mandi


 Tidak ada kemampuan untuk menggunakan ait.
 Sakit atau lambat sembuh
 Ada air, tapi diperlukan untuks ekarang ataupun masa yang akan
datang.
 Khawatir hartanya rusak jika mencari air
 Iklim yang snagat dingin atau air menajadi sangat dingin
 Tidak ada alat untuk memgambil air, seperti tidak ada timba
ataupun tali
 Khawatir terlewat waktu shalat
Rukun-rukun tayamum
Tayamum mempunyai bebrapa ruku atau disebut juga fardhu. Maksu
d rukun di sini adalah sesuatu yang menajdi asak bagi kewujudan su
atu perkara atau merupakanbagian terpenting dari perkara tersebut.
Rukun tayamum meliputi:

1. Niat ketika mengusap muka


2. Mengusap muka dan kedua tangan serta meratakannya
3. Tertib
4. Al-Muwaalaat (kontinu/tidak terputus)
5. Debu yang suci
Berkenaan dengan cara bertayamum,
ada 2 pendapat dari kalangan fuqaha:

Pendapat Ulama Hanafi dan Syafi’i. Mereka berpendapat bahwa


tayamum dilakukan dua kali tepukan telapak tangan pada debu.
Satu tepukan untuk mengusap muka dan satu tepukan lagi untuk
mengusap kedua tangan hingga ke siku. Hal ini berdasarkan hadits
yang telah diriwayatkan oleh Abu Umamah dari Ibnu Umar r.a.
bawah Rasulullah bersabda: “tayamum adalah dengan dua kali
tepukan ke debu. Satu tepukan untuk mengusap muka dan satu
tepukan untuk mengusap kedua tangan hingga ke siku.
Pendapat Ulama Maliki dan Hambali. Mereka mengatakan bahwa yang
diwajibkan adalah satu tepukan ke tanah saja, ntuk kemudian diusapkan
ke muka dengan bagian dalam jari tangannya kemudian kedua tangan di
usap dengan menggunakan telapak tangan. Hal ini berdasarkan hadits
riwayat Ammar bahwa Rasulullah saw. Bersabda mengenai tayamum:
“satu tepukan untuk muka dan tangan (riwayat Imam Ahmad dengan
sanad yang shahih).
Untuk mengambil sikap sempurna dan supaya terhindar dari perbedaan
pendapat dengan orang yang mengatakan wajib menyapu lengan, maka
madzhab ini mengatakan bahwa tayamum boleh dengan dua kali menepuk
ke debu, di mana tepukan yang kedua itu disapukan ke atas tangan hingga
siku. Cara mengusapnya adalah dengan mengusapkan tangan kiri ke atas
atnagn kanan, dimulai dari telapak tangan hingga ke pergelangan tangan.
Kemudian mengusap tangan kanan ke atas tangan kiri dengan cara yang
sama. Jika dibuat dnegan cara yang lain, yaitu dengan cara mengusap
keseluruhan maka itu juga dianggap sah.
Syarat-syarat tayamum
Para ulama menetapkan untuk sah tayamum, yaitu:
1. Niat
2. Adanya udzur yang membolehkan tayamum
3. Tayamum hendaklah dilakukan dengan benda-benda yang termasuk tanah
yang suci seperti debu, batu, pasir, fairuz (permata) dan akik
4. Meratakan tempat dengan usapan
5. Mengusap dengan seluruh telapak tangan atau dengan tiga jari
6. Hendaklah dilakukan dengan cara dua kali ditepukan ke tanah dengan
telapak tangan, biarpun ditempat yang sama
7. Tidak ada halangan yang menafikan tayamum seperti haid, nifas atau
hadats sebagaimana yang disyaratkan dalam wudhu
8. Menghilangkan perkara-perkara yang dapat menghalangi usapan seperti lili
atau lemak. Syarat ini bertujuan agar usapan debu itu dapat mengenai kulit.
Sementara, benda-benada tersebut dapat menghalangi usapan ke atas
tubuh.
Perkara yang membatalkan tayamum
Adapun perkara yang membatalkan tayamum yaitu:
1. Setiap perkara yang membatalkan wudhu dan mandi adalah membatalkan
tayamum, karena tayamum adalah pengganti keduanya. Perkara yang
membatalkan hukum asal juga membatalkan penggantinya
2. Hilangnya udzur yang membolehkan tayamum. Contohnya seperti perginya
musuh, sakit yang sudah sembuh, hilangnya hawa dingin, ada alat untuk
mendapatkan air dan dibebaskannya dari kurungan yang tidak ada air. Karena
sesuatu yang boleh dilakukan karena udzur akan batal ketika udzur itu hilang.
3. Melihat air atau sanggup menggunakan air yang mencukupi, meskpin hanya
sesekali usapan. Keadaan tersebut hendaklah terjadi sebelum emlakukan
shalat, bukan sewaktu shalat. Air tersebut juga hendaklah lebih dari
keperluannya seperti untuk menghilangkan haus, membuat adonan tepung dan
membasuh najis. Sebab menurut ulama Hanafi dan Maliki, memenuhi
keperluan dan juga air yang tidak mencukupi menyebabkan kondisi seseorngan
disamakan dengan kondisi tidak ada air.

Anda mungkin juga menyukai