Anda di halaman 1dari 33

DEPARTEMEN IKM DAN IKK LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN MEI 2023


UIN ALAUDDIN MAKASSAR

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA


“KEKURANGAN ENERGI KRONIS”

Oleh :
Oleh:
Andita Fitri Aliah
70700121041

Supervisor Pembimbing:
dr. Rini Fitriani M.Kes
dr. Risma Wachyuni

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DAN KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2023

1
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Andita Fitri Aliah


NIM : 70700121041
Periode Kepaniteraan : 8 Mei 2023 - 27 Mei 2023
Judul Laporan Kasus : Kekurangan Energi Kronis

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Departemen


Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Keluarga Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.

Makassar, 14 Mei 2023

Mengetahui :

Pembimbing Supervisor

dr. Rini Fitriani M.Kes dr. Risma Wachyuni


Mengetahui,
Ketua Program Pendidikan Profesi Dokter
UIN Alauddin Makassar

dr. Azizah Nurdin, Sp.OG, M.Sc


NIP : 19840905 200901 2 006

2
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. K
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Lahir/ Usia : 24 Desember 2000 / 22 Tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Jl. Tamalate 5 STP 11/26

B. Anamnesis
Keluhan Utama:
Tidak ada keluhan

Riwayat Penyakit Sekarang:


Ny. K berusia 22 tahun G3P1A1, gravid 23 minggu, datang melakukan
pemeriksaan ANC. Pasien mengatakan tidak ada keluhan saat melakukan
pemeriksaan ANC. Pasien diketahui memiliki riwayat abortus saat kehamilan
pertama pada tahun 2021, pasien mengatakan awal mulanya pasien tidak
mengetahui bahwa ia sedang hamil dan saat itu pasien sering melakukan
perjalanan jauh menggunakan motor. Saat kehamilan kedua pasien mengatakan
bahwa ia mengalami mual muntah yang hebat sehingga sering masuk ke RS dan
mengalami kekurangan gizi pada saat kehamilan kedua.
Riwayat Obstetri:
1. Partus pada tahun 2022
2. Kehamilan sekarang
Riwayat Menstruasi:
1. Menarche usia 13 tahun
2. Siklus haid 28-10 hari, lamanya haid 5 hari
3. Riwayat HPHT 16-12-2022
4. HTP 23-10-2023
Riwayat ANC:

3
1. Pasien melakukan ANC kehamilan trimester 1 sebanyak 1 kali
Riwayat KB:
Belum pernah menggunakan alat kontrasepsi (KB)
Riwayat Penyakit Keluarga:
● Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : Tidak ada
● Riwayat Hipertensi : Tidak ada
● Riwayat DM : Tidak ada
● Riwayat Hiperkoletrolemia : Tidak ada
● Riwayat Jantung : Tidak ada
● Riwayat Ginjal : Tidak ada
● Riwayat Gout : Tidak ada

Riwayat Psikososial:
● Riwayat Merokok : Tidak ada
● Riwayat Konsumsi Alkohol : Tidak ada
Riwayat Sosial Ekonomi
Ny. K sekarang sudah tidak bekerja, pendidikan terakhir pasien SMA. Saat ini
pasien tinggal bersama suami dan keluarganya.

C. Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata:
− Kesan sakit : Sakit ringan
− Kesadaran : GCS 15 (compos mentis)
− Tinggi Badan : 157 cm
− Berat Badan : 47 kg
− IMT : 19,1 kg/m2
− BMI : 48,45 kg
Tanda-tanda Vital:
− Tekanan darah : 90/60
− Frekuensi nadi : 79
− Spo2 : 99%

4
− Frekuensi napas: 22 x/menit
− Suhu :36,8
− LILA : 20 cm
Status Lokalis:
Kepala: Normochepal
▪ Mata :
- Kelopak Mata : Edema tidak ada
- Konjungtiva : Anemis tidak ada
- Sklera : Ikterus tidak ada
▪ THT :
- Telinga : otorrhea (-/-), pendengaran berkurang (-/-), nyeri
tekan mastoid (-/-), cuping telinga dbn, serumen (-/-)
- Hidung : nafas cuping hidung (-/-), rhinorrhea (-/-),
epistaksis (-/-), deformitas hidung (-/-), hiperpigmentasi (-/-), saddle
nose (-/-)
- Tenggorokan : tonsil membesar (-/-), faring hiperemis (+)
▪ Leher :
- Kelenjar Getah Bening : Tidak ada pembesaran
- Kelenjar Gondok : Tidak ada pembesaran
- Kaku Kuduk : Negatif
▪ Dada :
Inspeksi :
- Bentuk : Gerak dada simetris
▪ Paru :
Palpasi :
- Nyeri tekan : Tidak ada
- Massa tumor : Tidak ada
Perkusi :
- Paru kiri : Sonor
- Paru kanan : Sonor
Auskultasi :

5
- Bunyi pernapasan : Vesikuler (+/+)
- Bunyi tambahan : Wheezing (-/-), Ronkhi (-/-)
▪ Jantung :
- Batas jantung tidak terdapat pelebaran, kesan batas jantung normal,
bunyi jantung I/II murni reguler
▪ Abdomen:
- Inspeksi : cembung, massa (-), bekas jahitan (-)
- Palpasi : nyeri epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba, turgor
baik, massa (-), asites (-)
- Perkusi : timpani seluruh lapangan perut
- Auskultasi : peristaltik (+) kesan normal
- Lingkar Perut : 110 cm
▪ Genitalia
▪ Status Obstetri:
- Palpasi abdomen : TFU 1 jari di atas umbilikus
- Inspeksi genitalia : mukosa vagina hiperemis (-)
- Pemeriksaan dalam vagina :
 Vulva/vagina : TAK/TAK
 Portio : konsistensi lunak
 OUE/OUI : terbuka/terbuka, teraba jaringan (-)
 Pelepasan darah (-)
▪ Ekstremitas :
- Edema pretibial : Tidak ada
- Eritema palmaris : Tidak ada
- Akral : Hangat
- Kekuatan tangan dan kaki kanan : 5/5

D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan

6
E. Assesment
G3P1A1, Gravid 23 minggu + kekurangan energi kronik + post missed
abortion

F. Planning
Edukasi dan konseling mengenai kekurangan energi kronik terutama dalam
pengaturan pola makan. Menjelaskan prinsip gizi seimbang dan kebutuhan ibu
hamil di tiap trimesternya, memberikan saran kepada pasien untuk beristirahat
yang cukup, dan edukasi pada pasien untuk tetap rutin melakukan pemeriksaan
ANC guna memantau pertumbuhan dan perkembangan janin dan gizi ibu.

G. Tatalaksana
 Non Farmakologi :
- Memberikan penjelasan mengenai kekurangan energi kronik pada
pada ibu hamil
- Edukasi kepada pasien untuk mengatur pola makan dan
memperhatikan menu gizi seimbang pada masa kehamilan
- Edukasi kepada pasien untuk istirahat yang cukup
- Edukasi kepada pasien latihan fisik/olahraga yang baik untuk ibu
hamil
- Memberikan motivasi kepada pasien untuk rutin mengikuti program
ANC yang dilaksanakan oleh puskesmas setempat.
 Farmakologi :
- Tablet Fe 1x1 selama 90 hari
- Vitamin B kompleks

7
H. Genogram

Keterangan
: Perempuan

: Laki-laki

: Pasien

1. Komposisi keluarga

No Nama Status L/P Pekerjaan Umur


1 Tn. A KK L Guru 26 Tahun
2 Ny. K Ibu P IRT 22 Tahun
3 An. A Anak P Belum Bekerja 10 bulan

2. Bentuk keluarga
Keluarga terdiri atas Ayah, Ibu dan 1 anak dengan Ayah sebagai kepala
kelurga (KK) bernama Tn.A berusia 26 tahun. Bentuk keluarga adalah
keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari suami, istri, dan anak
I. Perilaku Kesehatan Keluarga
1. Penilaian perilaku kesehatan keluarga:
a. Sebutkan jenis tempat berobat : Puskesmas dan Rumah Sakit

8
b. Balita : Ada
c. Asuransi/ jaminan kesehatan : BPJS
2. Sarana pelayanan kesehatan

Faktor Keterangan
Cara mencapai pusat pelayanan kesehatan Diantar oleh orang tua
Tarif pelayanan kesehatan Terjangkau (BPJS)
Kualitas pelayanan kesehatan Memuaskan

3. Pola Konsumsi Makanan keluarga


a. Pola kebiasaan makan :
Keluarga Ny.K memiliki kebiasaan makan 2-3 kali sehari dengan
menu makanan sehari-hari keluarga tidak tetap. Menu makanan yang
biasanya disediakan adalah nasi dengan lauk pauk yang sering ikan
masak, telur, tempe, ayam goreng, pasien hanya mengkonsumsi
sayuran seperti kangkung, wortel dan kentang.
b. Menerapkan pola gizi seimbang :
Keluarga Ny.K tidak terlalu menerapkan pola gizi seimbang. Ny. K
tidak terlalu memerhatikan jenis makanan, yang penting makan dan
kenyang. Namun pasien setiap harinya mengkonsumsi buah seperti
pisang dan semangka.
4. Pola dukungan keluarga
a. Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga
Kerukunan terjalin baik antar anggota keluarga inti dapat membantu
menyelesaikan masalah kesehatan Ny. K Jarak rumah dengan
puskesmas atau rumah sakit terjangkau yang dapat diakses dengan
mudah oleh pasien.
b. Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga
Tidak ada penghambat spesifik dalam keluarga terkait yang dialami
Ny. K.

9
J. Pola Hidup Bersih Dan Sehat Keluarga

Jawaban
No. Indikator pernyataan Keterangan
Ya Tidak
A. Perilaku sehat
1. Tidak merokok Tidak ada √
Ada yang memiliki kebiasaan
merokok
2. Persalinan Pelayanan Kesehatan √
Dimana ibu melakukan persalinan (RSKIA Ananda)
3. Imunisasi Anak di keluarga ini √
Apakah bayi ibu sudah di imunisasi tidak pernah imunisasi
lengkap
4. Balita di timbang ada balita di rumah √
Apakah balita ibu sering ditimbang? pasien
Dimana?
5. Sarapan pagi Keluarga sarapan √
Apakah seluruh anggota keluarga bersama setiap pagi
memiliki kebiasaan sarapan pagi?
6. Dana sehat / Askes BPJS √
Apakah anda ikut menjadi peserta
askes
7. Cuci tangan Seluruh keluarga √
Apakah anggota keluarga mempunyai mempunyai kebiasaan
kebiasaan mencuci tangan mencuci tangan dengan
menggunakan sabun sebelum dan air dan sabun hingga
sesudah buang air besar ? bersih
8. Sikat gigi 2 kali sehari (saat mandi √
Apakah anggota keluarga memiliki dan sebelum tidur)
kebiasaan gosok gigi menggunakan
odol
9. Aktivitas fisik/olahraga Membersihkan rumah √
Apakah anggota keluarga melakukan setiap paginya dan
aktivitas fisik atau olahraga teratur berjalan kaki di sekitar
kompleks sekitar 10
menit
B. Lingkungan sehat
1. Jamban Rumah memiliki 2 buah √
kloset (WC)

10
Apakah dirumah tersedia jamban dan
seluruh keluarga menggunakannya
2. Air bersih dan bebas jentik Rumah memiliki 1 bak √
Apakah dirumah tersedia air bersih penampungan air yang
dengan tempat/tendon air tidak ada
bebas jentik dan air
jentik ?
ledeng
3. Bebas sampah Rumah terlihat bersih dan √
Apakah dirumah tersedia tempat tersedia tempat sampah
sampah? Dan di lingkungan sekitar didalam rumah
rumah tidak ada sampah berserakan ?
4. SPAL Got √
Apakah ada/tersedia SPAL disekitar
rumah
5. Ventilasi Cukup √
Apakah ada pertukaran udara didalam
rumah
6. Kepadatan Cukup √
Apakah ada kesesuaian rumah dengan
jumlah anggota keluarga?
7, Lantai Semen √
Apakah lantai bukan dari tanah?
C. Indikator tambahan
1. Asi Eksklusif Di dalam rumah pasien √
Apakah ada bayi usia 0-6 bulan hanya tidak ada yang berumur
mendapat ASI saja sejak lahir sampai < 6 bulan
6 bulan
2. Konsumsi buah dan sayur Sayur dan buah sering √
Apakah dalam 1 minggu terakhir dikonsumsi
anggota keluarga mengkonsumsi buah
dan sayur?

11
K. Denah Rumah

a. Lingkungan tempat tinggal


▪ Status kepemilikan rumah : Hak milik pribadi
▪ Daerah perumahan : Sedikit padat dan kurang bersih
▪ Luas rumah : 8 x 20 m2
▪ Jumlah penghuni dalam satu rumah : 3 orang
▪ Lantai rumah : Semen
▪ Dinding rumah dari : Batu bata
▪ Jamban keluarga : Ada
▪ Penerangaan listrik : 900 watt
▪ Ketersedian air bersih : Ada (menggunakan air PDAM dan air
sumur)
▪ Tempat pembuangan sampah : Ada (setiap sore diangkut)
Kesimpulan :
Ny. K tinggal dirumah yang sederhana dengan jumlah 3 orang. Rumah terdiri
dari halama depan, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 2 kamar tidur, 1 dapur, 2
kamar mandi

12
b. Kepemilikan barang- barang berharga.
▪ 1 buah sepeda motor
▪ 2 buah kipas angim
▪ 1 buah televisi
▪ Sebuah mesin cuci
▪ 1 buah kompor gas
▪ Sebuah kulkas 2 pintu

L. Family Assessment Tools


● Apgar Score
Hampir Hampir tidak
Kadang
Selalu pernah
Kriteria Pernyataan (1)
(2) (0)
Adaptation Saya puas dengan
keluarga saya karena
masing-masing anggota

keluarga sudah
menjalankan sesuai
dengan seharusnya
Partnership Saya puas dengan
keluarga saya karena
dapat membantu √
memberikan solusi
terhadap permasalahan
yang dihadapi
Growth Saya puas dengan
kebebasan yang √
diberikan keluarga saya
untuk mengembangkan
kemampuan yang saya
miliki

13
Saya puas dengan
kehangatan dan kasih √
Affect
sayang yang diberikan
keluarga saya
Resolve Saya puas dengan waktu
yang disediakan √
keluarga untuk menjalin
kebersamaan

Kesimpulan:
Dalam keluarga Ny. K didapatkan apgar score yaitu 10 (sepuluh), sehingga
dapat dikatakan bahwa fungsi keluarga baik.
● Screem tools
Fungsi patologis dari An.NR dinilai dengan menggunakan alat S.C.R.E.E.M
sebagai berikut :
Sumber Patologis
Social Ikut berpartisipasi dalam kegiatan di -
lingkungannya
Culture Menggunakan adat istiadat daerah asal -
dalam kehidupan sehari-hari
Religious Pemahaman terhadap ajaran agama cukup, -
demikian juga ketaatannya dalam
beribadah.
Economic Penghasilan keluarga relatif cukup -
Educational Tingkat pendidikan dan pengetahuan -
keluarga tentang kesehatan cukup
Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan, -
keluarga An.NR pergi ke puskesmas atau
rumah sakit

Kesimpulan:
Dalam keluarga Ny. K tidak ditemukan fungsi patologis

14
M. Intervensi
Dari diagnosis yang telah dilakukan, Ny.K selanjutnya diberi beberapa intervensi
dalam penanganan kekurangan energi kronis, yaitu :

 Patient Centred
Intervensi yang diberikan kepada Ny.K yaitu:
 Non Farmakologi :
- Memberikan penjelasan mengenai kekurangan energi kronik pada
pada ibu hamil
- Edukasi kepada pasien untuk mengatur pola makan dan
memperhatikan menu gizi seimbang pada masa kehamilan
- Edukasi kepada pasien untuk istirahat yang cukup
- Edukasi kepada pasien latihan fisik/olahraga yang baik untuk ibu
hamil
- Memberikan motivasi kepada pasien untuk rutin mengikuti program
ANC yang dilaksanakan oleh puskesmas setempat.
 Farmakologi :
- Tablet Fe 1x1 selama 90 hari
- Vitamin B kompleks
 Family Approach
- Edukasi dan konseling mengenai penyebab, risiko dan pencegahan dan
komplikasi KEK
- Edukasi kepada keluarga untuk berperan dalam mengingatkan pasien
dalam melakukan pemeriksaan ANC di puskesmas setempat.
- Edukasi kepada keluarga untuk berperan dalam mengingatkan pasien
dengan pola makan dan gaya hidup, serta rutinitas minum obat.
- Edukasi keluarga untuk selalu menjaga higienitas lingkungan rumah.
- Edukasi untuk selalu menjalankan pola hidup sehat (diet yang sesuai
serta olahraga).
- Edukasi kepada keluarga tentang perawatan kesehatan ibu
hamil/pascasalin.
 Community Oriented

15
- Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum dan sesudah
makan.
- Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi dan asap rokok.
- Memberikan edukasi pada masyarakat terkait faktor risiko kekurangan
energi kronik pada kehamilan

N. Pencegahan
Melakukan pencegahan dapat dilakukan berdasarkan 5 level prevention, yaitu:

1. Pencegahan Primer
a. Health Promotion
- Edukasi mengenai pola makan yang teratur, makanan yang sehat dan
bergizi, serta olahraga yang cukup dan istirahat yang cukup.
- Edukasi untuk biasakan lakukan pemeriksaan kesehatan ANC
sebanyak 6 kali, yaitu 2 kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester 2
dan 3 kali pada trimester 3
b. Spesific Protection
- Konsumsi makanan yang sehat dan bergizi secara teratur
- Konsumsi tablet Fe dan Vitamin B kompleks
- Berolahraga ringan dan istirahat yang secukupnya
2. Pencegahan Sekunder
a. Early Diagnosis
- Mendiagnosa atau mendeteksi sedini ungkin penyakit/kelainan yang
diderita pasien secara teliti dan cermat, dimulai dari anamnesa,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan
radiologi.
b. Prompt Treatment
- Kontrol dan perbaiki gizi pada ibu
- Makan makanan yang bergizi
- Melakukan pengobatan pada pasien
- Menjelaskan penyakit/kelainan yang dialami kepada pasien
c. Disability Limitation

16
- Tablet Fe 1x1
- Vitamin B kompleks
3. Pencegahan Tersier
a. Rehabilitation
Rehabilitasi (pemulihan kesehatan) pada ibu hamil KEK yaitu dengan
peningkatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang diarahkan
pada pemberdayaan keluarga untuk ketahanan pangan tingkat rumah
tangga. Peningkatan variasi dan jumlah makanan, menjaga jarak antara
kelahiran paling tidak 2 tahun, penundaan kehamilan pertama, kalau
memungkinkan sampai usia 25 tahun dan mempunyai jumlah anak
secukupnya. Selain itu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
pada ibu hamil dapat dilakukan melalui kelas ibu hamil.

O. Resume
Ny. K berusia 22 tahun G3P1A1, gravid 23 minggu, datang
melakukan pemeriksaan ANC. Pasien mengatakan tidak ada keluhan saat
melakukan pemeriksaan ANC. Pasien diketahui memiliki riwayat abortus
saat kehamilan pertama pada tahun 2021, pasien mengatakan awal mulanya
pasien tidak mengetahui bahwa ia sedang hamil dan saat itu pasien sering
melakukan perjalanan jauh menggunakan motor. Saat kehamilan kedua
pasien mengatakan bahwa ia mengalami mual muntah yang hebat sehingga
sering masuk ke RS dan mengalami kekurangan gizi pada saat kehamilan
kedua.
Riwayat obstetri pasien pernah partus pada tahun 2022 dan mengalami
abortus pada tahun 2021 dan saat ini sedang hamil. Riwayat menstruasi :
menarche usia 13 tahun, siklus haid 28-10 hari, lamanya haid 5 hari, riwayat
HPHT 16-12-2022, HTP 23-10-2023
Tanda vital tekanan darah, nadi dan pernapasan suhu dalam batas
normal. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan dalam batas normal.

17
Keluarga terdiri atas Ayah, Ibu dan 1 anak dengan Ayah sebagai
kepala kelurga (KK) bernama Tn.A berusia 26 tahun. Bentuk keluarga
adalah keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari suami, istri, dan anak
Keluarga Ny.K memiliki kebiasaan makan 2-3 kali sehari dengan
menu makanan sehari-hari keluarga tidak tetap. Menu makanan yang
biasanya disediakan adalah nasi dengan lauk pauk yang sering ikan masak,
telur, tempe, ayam goreng, pasien hanya mengkonsumsi sayuran seperti
kangkung, wortel dan kentang.
Keluarga Ny.K tidak terlalu menerapkan pola gizi seimbang. Ny. K
tidak terlalu memerhatikan jenis makanan, yang penting makan dan
kenyang. Namun pasien setiap harinya mengkonsumsi buah seperti pisang
dan semangka.
Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga
Kerukunan terjalin baik antar anggota keluarga inti dapat membantu
menyelesaikan masalah kesehatan Ny. K Jarak rumah dengan puskesmas
atau rumah sakit terjangkau yang dapat diakses dengan mudah oleh pasien.
Ny. K tinggal dirumah yang sederhana dengan jumlah 3 orang. Rumah
terdiri dari halama depan, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 2 kamar tidur, 1
dapur, 2 kamar mandi
Intervensi yang diberikan kepada Ny.K Patient Centred Non
Farmakologi : memberikan penjelasan mengenai kekurangan energi kronik
pada pada ibu hamil, edukasi kepada pasien untuk mengatur pola makan dan
memperhatikan menu gizi seimbang pada masa kehamilan edukasi kepada
pasien untuk istirahat yang cukup, edukasi kepada pasien latihan
fisik/olahraga yang baik untuk ibu hamil, memberikan motivasi kepada
pasien untuk rutin mengikuti program ANC yang dilaksanakan oleh
puskesmas setempat. Farmakologi : Tablet Fe 1x1 selama 90 hari, vitamin B
kompleks
Family Approach: edukasi dan konseling mengenai penyebab, risiko
dan pencegahan dan komplikasi KEK,edukasi kepada keluarga untuk
berperan dalam mengingatkan pasien dalam melakukan pemeriksaan ANC

18
di puskesmas setempat, edukasi kepada keluarga untuk berperan dalam
mengingatkan pasien dengan pola makan dan gaya hidup, serta rutinitas
minum obat, edukasi keluarga untuk selalu menjaga higienitas lingkungan
rumah, edukasi untuk selalu menjalankan pola hidup sehat (diet yang sesuai
serta olahraga), edukasi kepada keluarga tentang perawatan kesehatan ibu
hamil/pascasalin.
Community Oriented: jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci
tangan sebelum dan sesudah makan, menciptakan lingkungan udara yang
bebas polusi dan asap rokok, memberikan edukasi pada masyarakat terkait
faktor risiko kekurangan energi kronik pada kehamilan

19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kekurangan energi kronis (KEK) merupakan salah satu masalah gizi
yang terjadi pada ibu hamil. Salah satu penyebab KEK adalah konsumsi
makan yang tidak cukup mengandung energi dan protein serta ketersediaan
pangan keluarga yang kurang. Selain itu Kekurangan Energi Kronik (KEK)
merupakan kondisi ibu hamil yang menderita kekurangan makanan yang
berlangsung lama dengan berbagai timbulnya gangguan kesehatan.
Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis
zat gizi yang dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh
kekurangan zat gizi antara lain: jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang,
mutunya rendah atau keduanya. Zat gizi yang dikonsumsi juga mungkin
gagal untuk diserap dan digunakan untuk tubuh.
2.2 Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko yang dapat mempengaruhi asupan energi dan
dan protein pada ibu hamil antara lain umur, jumlah paritas, jarak
kehamilan, status gizi, tingkat pendidikan, status ekonomi dan frekuensi
ante natal care (ANC) (Husna et al., 2020). Selain itu faktor perilaku
seseorang juga dapat mempengaruhi terhadap status gizinya. Umumnya
kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan, lebih memberikan
perhatian khusus pada kepala keluarga dan anak-anaknya. Selain jarak
kehamilan, faktor biologis lainnya yang dapat mempengaruhi KEK pada ibu
hamil adalah usia dan paritas.
Semakin muda dan semakin tua umur seseorang ibu yang sedang hamil
akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda
perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan pertumbuhan dan
perkembangan dirinya sendiri, juga harus berbagi dengan janin yang sedang
dikandung. Sedangkan untuk umur tua perlu energi yang besar juga karena
fungsi organ yang melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal, maka

20
memerlukan tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang
sedang berlangsung. Sehingga usia yang paling baik adalah lebih dari 20
tahun dan kurang dari 35 tahun, dengan diharapkan gizi ibu hamil akan
lebih baik (Fatimah & Fatmasanti, 2019; Hani & Rosida, 2018).
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kejadian KEK pada ibu hamil
yaitu asupan zat gizi dan aktivitas fisik. Berdasarkan penelitian Marlenywat
proporsi ibu hamil remaja yang menderita risiko KEK lebih banyak
dijumpai pada ibu hamil remaja dengan asupan energi kurang daripada
risiko kurang ibu hamil remaja dengan asupan energi cukup (Husna et al.,
2020). Selanjutnya dikatakan oleh yang bisa menyebabkan KEK antara lain
kondisi sosial ekonomi yaitu rendahnya pendidikan, jarak kelahiran yang
terlalu dekat menyebabkan buruknya asupan zat gizi pada ibu hamil, gravida
dan pekerjaan yang berakibat terhadap pemenuhan gizi ibu hamil
(Novitasari et al., 2019).
Faktor lain yang ikut berperan dalam kejadian KEK yaitu faktor ekologi
yang meliputi aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan. Pengukuran
ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di
suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi
(Novitasari et al., 2019). Wanita yang mengalami kehamilan di usia remaja
15-19 tahun merupakan salah satu kelompok yang paling rawan terhadap
masalah gizi terutama KEK. Kehamilan yang tejadi pada usia remaja
disertai dengan kondisi KEK merupakan kehamilan yang berisiko tinggi
karena terjadi kompetisi nutrisi pada ibu hamil usia remaja dengan janin
yang di kandungnya. Pada usia 15-19 tahun remaja masih di dalam proses
pertumbuhan sedangkan nutrisi yang di perolehnya selain di gunakan untuk
proses pertumbuhan remaja itu sendiri jaga digunakan pertumbuhan janin
yang di kandungnya (Ernawati, 2018).
2.3 Dampak dari Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil
Kekurangan energi kronis pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko
terjadinya anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara
normal, terkena penyakit infeksi, dan menjadi penyebab tidak langsung

21
kematian ibu, sedangkan pengaruh kekurangan energi kronis terhadap
proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan
prematur iminnen (PPI), pendarahan post partum, serta peningkatan
tindakan sectio caesaria. Selain itu Kekurangan energi kronis pada ibu hamil
juga dapat menyebabkan intrauterine growth retardation (IUGR) atau
bahkan intrauterine fetal death (IUFD), kelainan kongenital, anemia serta
lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) (Suryani et al., 2021).
Ibu hamil yang mengalami resiko KEK akan menimbulkan beberapa
permasalahan, baik pada ibu maupun janin. KEK pada ibu hamil dapat
menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu antara lain: anemia,
pendarahan, 4 berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan serangan
penyakit infeksi. Sedangkan pengaruh KEK terhadap proses persalinan
dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum
waktunya (prematur), pendarahan setelah persalinan, serta persalinan
dengan operasi cenderung meningkat. KEK ibu hamil dapat mempengaruhi
proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi
lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia
intrapartum (mati dalam kandungan), lahir dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) (Lestari, 2021; Rahmaniar, 2013).
2.4 Deteksi Dini Kekurangan Energi Kronik (KEK)
Status gizi pada remaja sangat penting terutama pada remaja putri
karena mereka merupakan calon ibu dan mereka membutuhkan kebutuhan
gizi yang terus bertambah untuk proses pertumbuhan. Bila masa ini
konsumsi gizi tidak seimbang maka mengakibatkan kekurangan gizi. Salah
satu alat pengukuran terhadap KEK adalah dengan melakukan pengukuran
terhadap LILA. Lingkar lengan atas menggambarkan cadangan lemak
keseluruhan dalam tubuh. Besarnya ukuran lingkar lengan atas
menunjukkan persediaan lemak tubuh cukup banyak, sebaliknya ukuran
yang kecil menunjukkan persediaan lemak sedikit. Penggunaan ukuran
lingkar lengan atas pada pelayanan kesehatan digunakan untuk mengetahui

22
risiko kekurangan energi kronis (KEK) pada wanita usia subur (Thamria,
2017).
Pengukuran LILA pada Wanita Usia Subur (WUS) adalah salah satu
cara deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat
awam, untuk mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi Kronis
(KEK). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur yaitu pita
ukur LILA dan ditandai dengan centimeter. Tetapi 5 pengukuran LILA ini
tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka
pendek. Juga ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, terutama
jika digunakan sebagai pilihan tunggal untuk indeks status gizi. Sehingga
untuk mengetahui status gizi pada remaja selain dengan menggunakan
LILA perlu dilengkapi dengan teknik pengukuran antropometri yang lain
yang dapat digunakan untuk mengetahui perubahan status gizi seseorang
dalam jangka pendek (Mutaminnah dkk, 2021). Pada remaja putri / wanita
hamil yang LILA
2.5 Gejala Klinis
Tanda dan gejala terjadinya kurang energi kronik adalah berat badan
kurang dari 40 kg atau tampak kurus dan kategori KEK bila LILA kurang
dari 23,5 cm atau berada pada bagian merah pita LILA saat dilakukan
pengukuran (Supariasa, 2016). Adapun tujuan pengukuran LILA pada
kelompok wanita usia subur merupakan salah satu deteksi dini yang mudah
dan dapat dilaksanakan pada masyarakat awam untuk mengetahui kelompok
beresiko KEK.
Tujuan pengukuran LILA adalah mencakup masalah WUS baik pada
ibu hamil maupun calon ibu (remaja putri). Adapun tujuan lebih luas antara
lain:
a. Mengetahui resiko KEK pada WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu,
untuk menapis wanita yang mempunyai resiko melahirkan bayi berat
lahir rendah.
b. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan
dalam pencegahan dan penanggulangan KEK.

23
c. Mengembangkan gagasan baru di kalangan masyarakat dengan tujuan
meningkatakan kesejahteraan ibu dan anak.
d. Mengarahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang
menderita KEK.
e. Meningkatkan peran dalam upaya perbaikan gizi WUS yang menderita
KEK.
Ambang batas LILA pada WUS dengan resiko KEK di Indonesia
adalah 23,5 cm, apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau berada pada
bagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK
dan diprediksi akan melahirkan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). BBLR
mempunyai resiko kematian, kurang gizi, gangguan pertumbuhan dan
gangguan perkembangan pada anak
2.6 Pencegahan
Untuk mengatasi kekurangan gizi (KEK) yang terjadi pada ibu hamil,
Pemerintah memberikan bantuan berupa Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) di Posyandu oleh kader posyandu dan tenaga kesehatan dari
Puskesmas Sungai Bilu. Bentuk makanan berupa biskuit yang diberikan 1
bulan sekali dan dilakukan observasi sampai ibu hamil dengan KEK
tersebut mengalami pemulihan. PMT adalah makanan bergizi yang
diperuntukkan bagi ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronis
sebagai makanan tambahan untuk pemulihan gizi. Pemulihan hanya sebagai
tambahan terhadap makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil sehari- hari,
bukan sebagai pengganti makanan utama. Disamping itu, meskipun
pemberian PMT terlihat lebih tinggi namun belum mencukupi kebutuhan
energi dan protein yang dianjurkan. Hal ini disebabkan PMT yang diberikan
yang awalnya ditu jukan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi ternyata
digunakan sebagai makanan pokok, walaupun sejak awal telah
diinformasikan bahwa manfaat PMT yang diberikan hanyalah bersifat
penambah bukan pengganti makanan yang dikonsumsi selama ini
(Yuliastuti, 2014).

24
Dikatakan oleh Yuliastuti, (2014) Apabila keluarga dapat mengatur
jarak antara kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki
probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat dibanding
anak dengan jarak kelahiran dibawah 2 tahun. Jarak melahirkan yang terlalu
dekat akan menyebabkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan
merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh kesempatan untuk
memperbaiki tubuh- nya sendiri (ibu memerlukan energi yang cukup untuk
memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya). Dengan mengandung
kembali maka akan menimbulkan masalah gizi ibu dan janin/bayi berikut
yang dikandung (Sjahriani, 2017).
2.7 Penatalaksanaan
Penanggulangan KEK pada ibu hamil dimulai sejak sebelum hamil
bahkan sejak usia remaja putri. Upaya penanggulangan tersebut
membutuhkan koordinasi lintas program dan perlu dukungan lintas sektor,
organisasi profesi, tokoh masyarakat, LSM dan institusi lainnya
(Kemenkes, 2020).
a. Pemberian Makanan Tambahan (MT) pada kelompok rawan
merupakan salah satu strategi suplementasi dalam mengatasi masalah
gizi. Makanan tambahan berfokus pada gizi makro maupun zat gizi
mikro bagi ibu hamil sangat diperlukan dalam rangka pencegahan
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan balita pendek (stunting).
Pemberian makanan tambahan dilakukan untuk memenuhi kecukupan
gizi ibu hamil KEK dan tetap mengkonsumsi makanan keluarga sesuai
gizi seimbang. Ketentuan pemberian Makanan Tambahan yaitu
(Kemenkes, 2018)
1. Makanan tambahan diberikan pada ibu hamil KEK yaitu ibu
hamil yang memiliki ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
dibawah 23,5 cm.
2. Pemberian MT pada ibu hamil terintegrasi dengan pelayanan
Antenatal Care (ANC).

25
3. Tiap bungkus MT ibu hamil berisi 3 keping biskuit lapis (60
gram).
4. Pada kehamilan trimester I diberikan 2 keping biskuit lapis per
hari.
5. Pada kehamilan trimester II dan III diberikan 3 keping biskuit
lapis perhari.
6. Pemantauan pertambahan berat badan sesuai standar kenaikan
berat badan ibu hamil dan atau LILA. Apabila berat badan sudah
sesuai standar kenaikan berat badan dan atau ibu hamil tidak lagi
dalam kategori KEK sesuai pemeriksaan LILA, selanjutnya
mengkonsumsi makanan keluarga gizi seimbang.
b. PMT ibu hamil serta kandungan gizi
PMT ibu hamil adalah suplementasi gizi berupa biskuit lapis yang
dibuat dengan formulasi khusus dan diformulasikan dengan vitamin
dan mineral yang diberikan kepada ibu hamil dengan kategori KEK
untuk mencukupi kebutuhan gizi. PMT ditujukan untuk ibu hamil
yang berisiko KEK dengan hasil pengukuran LILA < 23,5 cm
(Kemenkes, 2017). Kandungan zat gizi biskuit PMT ibu hamil
menurut (Kemenkes, 2018) sebagai berikut:
1. Makanan Tambahan (MT) Ibu Hamil adalah suplementasi gizi
berupa biskuit lapis yang dibuat dengan formulasi khusus dan
diformulasikan dengan vitamin dan mineral yang diberikan
kepada ibu hamil dengan kategori KEK untuk mencukupi
kebutuhan gizi.
2. Tiap kemasan primer (dua keping)
3. MT Ibu hamil diperkaya 11 macam vitamin (A, D, E, B1, B2, B3,
B5, B6, B12, C, Asam Folat) dan tujuh macam mineral (Besi,
Kalsium, Natrium, Seng, Ioudium, Fosfor, Selenium).
4. Takaran saji 100 gram
5. Jumlah persajian 500 kkal, terdiri dari energi dan lemak 230 kkal

26
6. Presentase AKG (Angka Kecukupan Gizi) lemak total 25 gram
(42%), protein 15 gram (19%), karbohidrat total 53 gram (16%),
natrium 390 mg (26%)

2.8 Integrasi Keislaman


QS. Al-Baqarah Ayat 168

Terjemahnya:
“Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu
musuh yang nyata bagimu.”

Dari terjemahan dan tafsir ayat di atas, bahwa kita dapat mengambil kesimpulan
dan pelajaran bahwa kita dianjurkan untuk makan ataupun minum agar dapat
memperkuat sistem pertahanan tubuh. Namun kadar maupun caranya yang dapat
membawa manfaat bagi tubuh. Akan tetapi jika kita makan atau minum melampui
kadar yang semestinya maka dapat menimbulkan suatu penyakit. Demikian pula
sebaliknya jikalau kita tidak makan ataupun minum makan akan dapat
menimbulkan penyakit.

Doa Orang Sakit

Artinya : “Tuhanku, Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit. Berikanlah


kesembuhan karena Kau adalah penyembuh. Tiada yang dapat menyembuhkan

27
penyakit kecuali Kau dengan kesembuhan yang tidak menyisakan  rasa nyeri,”
(HR. Bukhari, no. 5742; Muslim, no. 2191)

Doa di atas menjelaskan bahwa hanya kepada Allah-lah kita dapat memohon akan
kesembuhan. Ketika kita terkena suatu penyakit, hal yang harus kita lakukan
adalah rajin berobat karena setiap penyakit ada obatnya dan dengan pengobatan
yang cepat dan rajin akan mempercepat penyembuhan dan dapat mencegah
terhadap komplikasi lebih lanjut. Selain berobat, yang dapat kita lakukan adalah
senantiasa meminta kesehatan dan kesembuhan kepada sang Maha Pencipta.

28
DAFTAR PUSTAKA

Alfarisi, R., Nurmalasari, Y., Nabilla, S., Dokter, P. P., Kedokteran, F.,
Malahayati, U., Dokter, P. P., Kedokteran, F., Malahayati, U., Dokter, P.
P., Kedokteran, F., & Malahayati, U. (2019). Status Gizi Ibu Hamil Dapat
Menyebabkan. Jurnal Kebidanan, 5(3), 271–278.

Alifka, D. S. (2020). Hubungan Pantangan Makanan terhadap Risiko Kekurangan


Energi Kronik pada Ibu Hamil. Jurnal Medika Hutama, 2(1), 278–286.
http://jurnalmedikahutama.com

Ernawati, A. (2018). Relationship Age and Occupational Status with Chronic


Energy Deficiency in Pregnant Woman. Jurnal Litbang, XIV(1), 27–37.
download.garuda.kemdikbud.go.id

Fatimah, S., & Fatmasanti, A. U. (2019). Hubungan antara Umur, Gravida dan
Usia Kehamilan terhadap Resiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada Ibu
Hamil. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 14(3), 271–274.
https://doi.org/10.35892/jikd.v14i3.248

Hani, U., & Rosida, L. (2018). Gambaran Umur dan Paritas pada kejadian KEK.
Journal of Health Studies, 2(1), 104–110.
download.garuda.kemdikbud.go.id

Husna, A., Andika, F., & Rahmi, N. (2020). Determinan Kejadian Kekurangan
Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Pustu Lam Hasan Kecamatan
Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar. Journal of Healthcare Technology
and Medicine, 6(1), 608–615. https://doi.org/10.33143/jhtm.v6i1.944

Lestari, E. (2021). Hubungan Status Gizi dan Anemia dengan Kejadian Bayi Berat
Badan Lahir Rendah di Rumah Sakit Dustira Cimahi Tahun 2018. Jurnal
Health Sains, 2(2), 161–171. https://doi.org/10.46799/jhs.v2i2.105

Muliati, D. (2022). Relationship between Knowledge and Health Conditions with

29
Incidents to Pregnant Women in the Working Area of the Kuta Baro Aceh
Besar Health Center. Asian Journal of Healthcare Analytics, 1(2), 81–92.
https://doi.org/10.55927/ajha.v1i2.1499

Novitasari, Y. D., Wahyudi, F., & Nugraheni, A. (2019). Penyebab KEK pada Ibu
Hamil di Puskesmas Rowosari Semarang. Diponegoro Medical Journal
(Jurnal Kedokteran Diponegoro), 8(1), 562–571.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico/article/view/23399

Rahmaniar, A. (2013). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan KEK (Tampa


Padang, Sulawesi Barat). Media Gizi Masyarakat Indonesia, 2, 98–103.

Rahmi, L. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kekurangan Energi


Kronik (Kek) pada Ibu Hamil di Puskesmas Belimbing Padang. Jurnal
Kesehatan Medika Saintika, 8(1), 35–46.
https://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/medika/article/view/29

Sjahriani, T. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kekurangan Energi


Kronis (KEK) pada Ibu Hamil di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas
Kutabumi Desa Kutabumi Kecamatan Pasar Kemis Kabupaten Tangerang
Tahun 2014. Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, 4(3), 144–153.
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kesehatan/article/view/1310/1035

Suryani, L., Riski, M., Sari, R. G., & Listiono, H. (2021). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Terjadinya Kekurangan Energi Kronik pada Ibu Hamil.
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 21(1), 311–316.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v21i1.1117

Yuliastuti, E. (2014). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kekurangan


Energi Kronis pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Bilu
Banjarmasin. An Nadaa, 1(2), 72–76.

Zuraidah, & Elviani, Y. (2018). Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Status
Gizi Ibu Hamil di Puskesmas Sidorejo Kota Lubuklinggau. Jurnal Media

30
Kesehatan, 9(1), 56–62. https://doi.org/10.33088/jmk.v9i1.292

31
LAMPIRAN DOKUMENTASI

32
33

Anda mungkin juga menyukai