RUPTUR URETRA
DISUSUN OLEH :
Jumriani Jum
(70700121025)
PEMBIMBING :
dr. Saharuddin, M.Kes
Dr. dr. Nadyah Haruna, M.Kes
SUPERVISOR:
dr. Maulana SM, Sp.Rad
Penulis
Mengetahui,
Ketua Program Pendidikan Profesi Dokter
UIN Alauddin Makassar
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
A. PENDAHULUAN........................................................................................1
B. EPIDEMIOLOGI.........................................................................................2
C. ETIOLOGI...................................................................................................2
D. ANATOMI...................................................................................................3
E. PATOFISIOLOGI........................................................................................6
F. GAMBARAN KLINIS................................................................................6
G. DIAGNOSIS................................................................................................6
H. PENATALAKSANAAN...........................................................................12
I. PROGNOSIS..............................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
A. PENDAHULUAN
Ruptur uretra merupakan salah satu kasus kegawatdaruratan urologi
karena adanya trauma lain yang lebih mengancam nyawa. Pemeriksaan
radiologi memiliki peran penting dalam diagnosis. Penatalaksanaan yang
terlambat dan tidak tepat akan mengurangi kualitas hidup dan meningkatkan
mortalitas.
C. ETIOLOGI
1. Trauma tumpul
Cedera uretra posterior umumnya merupakan cedera berenergi tinggi
yang berhubungan dengan fraktur panggul dan cedera kandung kemih.
Fraktur panggul biasanya disebabkan oleh cedera berenergi tinggi, seperti
kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian, yang menempatkan
pasien pada risiko cedera uretra, yang dikenal sebagai PFUI (Pelvic-
fracture associated urethral injuries). Sedangkan cedera uretra anterior
biasanya disebabkan oleh straddle injury. (5,6).
2. Trauma tembus
Misalkan luka tusuk, luka tembak, gigitan anjing, yang lebih sering
mempengaruhi uretra bagian anterior (6).
3. Fraktur penis
Fraktur penis juga merupakan penyebab ruptur uretra, namun kondisi ini
sangat jarang terjadi. Fraktur penis adalah keadaan darurat urologis yang
4. Iatrogenik (6).
a. Kateterisasi, pelepasan kateter Foley tanpa deflasi balon, sistoskopi.
b. Pasca-bedah (misalnya operasi untuk hiperplasia prostat jinak).
c. Iatrogenik yang terkait dengan prosedur obstetrik pada wanita.
D. ANATOMI
1. Uretra Pria
Uretra pria memiliki panjang 8 inci (20 cm) dan dibagi menjadi
pars prostat, membranosa dan spons. Uretra pars prostat (1,25 in (3 cm)),
seperti namanya, melintasi prostat. Dinding posteriornya memiliki
elevasi longitudinal yang disebut krista uretra, di setiap sisinya terdapat
lekukan dangkal, sinus prostat, di mana 15-20 duktus prostat kosong. Di
sekitar tengah krista terdapat penonjolan yang disebut colliculus
seminalis (verumontanum) yang membuka utrikulus prostatika. Ini
adalah saluran buta, panjangnya sekitar 5 mm, berjalan ke bawah dari
substansi lobus median prostat. Di kedua sisi lubang utrikulus prostat
membuka saluran ejakulasi, dibentuk oleh penyatuan saluran vesikula
seminalis dan bagian terminal vas deferens (9).
Uretra pars membranosa (0,75 inci (2 cm)) menembus sfingter
uretra eksternal (sfingter volunter kandung kemih) dan membran
perineum fasia yang menutupi aspek superfisial sfingter (9).
F. GAMBARAN KLINIS
Cedera uretra harus dicurigai dengan adanya tanda-tanda klinis sugestif,
seperti adanya darah pada meatus eksternal, ketidakmampuan untuk berkemih
dan distensi kandung kemih. Ketiga tanda ini disebut dengan trias klasik.
Namun, temuan trias klasik ini tidak cukup sensitif dan spesifik untuk kasus
cedera uretra. Temuan lain mungkin termasuk ekimosis atau hematoma pada
skrotum, perineum atau penis, bahkan hingga mengakibatkan edema. Dapat
ditemukan prostat “high-riding” pada pemeriksaan colok dubur (7,10).
Tanda dan gejala klinis yang mencurigakan untuk cedera uretra pada
wanita termasuk kesulitan berkemih, darah pada meatus uretra, hematuria,
perdarahan vagina, edema labial dan kebocoran urin per rektum (1).
G. DIAGNOSIS
1. Diagnosis Klinis
Darah di meatus adalah tanda kardinal cedera uretra. Tidak adanya
perdarahan di meatus, tidak menyingkirkan kemungkinan cedera uretra.
3.) Tipe III, cedera pada membran uretra, meluas ke uretra bulbosa
proksimal (yaitu dengan laserasi diafragma urogenital).
4.) Tipe IV, cedera dasar vesica urinaria yang meluas ke uretra
proksimal jika sfingter internal terluka.
5.) Tipe IVa, cedera dasar vesica urinaria tetapi tidak melibatkan
leher vesica urinaria (yang tidak dapat dibedakan dari tipe IV
H. PENATALAKSANAAN
Meskipun cedera uretra bukanlah cedera yang mengancam jiwa,
pengobatan yang tepat diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Tujuan manajemen adalah untuk meluruskan kembali uretra agar
mendapatkan drainase urin yang cepat dan mencegah komplikasi, seperti
striktur, dan inkontinensia (14).
Modalitas pengobatan umum yang digunakan untuk mengobati cedera
uretra termasuk penempatan kateter suprapubik dengan uretroplasti tertunda
(STDU), early nonendoscopic realignment (EPR) dan early endoscopic
realignment (14).
1. STDU (Suprapubic Tube With Delayed Urethroplasty)
Secara konvensional, STDU diimplementasikan sebagai cara cepat untuk
mengalirkan urin dengan rekonstruksi uretra dilakukan di kemudian hari.
Rekonstruksi uretra dilakukan 3 sampai 6 bulan setelah cedera. Namun,
potensi kerugiannya adalah sebagai berikut: (a) drainase urin suprapubik
J. KESIMPULAN
Ruptur uretra merupakan kasus kegawatdaruratan urologi yang sering
terlewatkan pada kasus-kasus trauma multipel di Unit Gawat Daurat.
Diagnosis cepat dengan mengingat trias gejala darah di meatus uretra, retensi
urin akut, dan ketidakmampuan berkemih menjadi pedoman untuk
pemeriksaan lebih lanjut. Pemeriksaan radiologis terpilih berupa RUG.
Penting untuk menentukan klasifikasi trauma uretra anterior atau posterior
dan derajat komplit atau inkomplit. Tatalaksana akut drainase kandung kemih
harus segera dilakukan dengan pilihan terbaik suprapubik sistostomi karena
dapat mencegah perluasan trauma dan risiko striktur uretra.