Anda di halaman 1dari 21

DEPARTEMEN RADIOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN APRIL 2022


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

RUPTUR URETRA

DISUSUN OLEH :
Jumriani Jum
(70700121025)

PEMBIMBING :
dr. Saharuddin, M.Kes
Dr. dr. Nadyah Haruna, M.Kes

SUPERVISOR:
dr. Maulana SM, Sp.Rad

DIBAWAKAN DALAM RANGKA


TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kehadirat


Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua
bahwa dengan segala keterbatasan yang penulis miliki akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penulisan referat dengan judul “Ruptur Uretra” dalam rangka tugas
kepaniteraan klinik Departemen Radiologi Program Pendidikan Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.
Keberhasilan penyusunan referat ini adalah berkat bimbingan, kerja sama,
serta bantuan moril dan materil dari berbagai pihak yang telah diterima penulis
sehingga segala rintangan yang dihadapi selama penulisan dan penyusunan referat
ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya secara tulus
dan ikhlas kepada yang terhormat:
1. dr. Maulana SM, Sp.Rad selaku supervisor pembimbing.
2. dr. Saharuddin, M.Kes dan Dr. dr. Nadyah Haruna, M.Kes selaku dosen
pembimbing.
3. Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih jauh dari sempurna,
sehingga dengan segala kerendahan hati penulis siap menerima kritik dan saran
serta koreksi yang membangun dari semua pihak.

Makassar, 17 April 2022

Penulis

ii | FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Jumriani Jum 70700121025


LEMBAR PENGESAHAN
Referat dengan judul
Ruptur Uretra
Telah memenuhi persyaratan dan telah disetujui
Pada Tanggal
Oleh :
Supervisor Pembimbing

dr. Maulana SM, Sp.Rad

Mengetahui,
Ketua Program Pendidikan Profesi Dokter
UIN Alauddin Makassar

dr. Azizah Nurdin, Sp.OG, M.Sc


NIP : 19840905 200901 2 006

iii | FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Jumriani Jum 70700121025


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v

A. PENDAHULUAN........................................................................................1

B. EPIDEMIOLOGI.........................................................................................2

C. ETIOLOGI...................................................................................................2

D. ANATOMI...................................................................................................3

E. PATOFISIOLOGI........................................................................................6

F. GAMBARAN KLINIS................................................................................6

G. DIAGNOSIS................................................................................................6

H. PENATALAKSANAAN...........................................................................12

I. PROGNOSIS..............................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

iv | FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Jumriani Jum 70700121025


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Ilustrasi Urera pada Pria........................................................................4


Gambar 2 Cacum Pelvis pada Pria...........................................................................4
Gambar 3 Ilustrasi Uretra pada Wanita....................................................................5
Gambar 4 Cavum Pelvis pada Wanita.....................................................................5
Gambar 5 Cedera Uretra Tipe I................................................................................8
Gambar 6 Cedera Uretra Tipe I................................................................................9
Gambar 7 Cedera Uretra Tipe II..............................................................................9
Gambar 8 Cedera Uretra Tipe II............................................................................10
Gambar 9 Cedera Uretra Tipe IV...........................................................................10
Gambar 10 Cedera Uretra Tipe Iva........................................................................11
Gambar 11 Cedera Uretra Tipe V..........................................................................11

v | FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Jumriani Jum 70700121025


RUPTUR URETRA

A. PENDAHULUAN
Ruptur uretra merupakan salah satu kasus kegawatdaruratan urologi
karena adanya trauma lain yang lebih mengancam nyawa. Pemeriksaan
radiologi memiliki peran penting dalam diagnosis. Penatalaksanaan yang
terlambat dan tidak tepat akan mengurangi kualitas hidup dan meningkatkan
mortalitas.

Cedera uretra bisanya berhubungan dengan trauma panggul atau


perineum yang berat. Pada pria, cedera uretra dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu cedera uretra anterior dan posterior. Uretra posterior (segmen prostat
dan membranosa) adalah tempat yang paling sering mengalami cedera.
Mekanisme cedera uretra posterior yang paling umum adalah fraktur panggul,
atau dikenal dengan istilah Pelvic-fracture associated urethral injuries
(PFUI). Selain itu, beberapa mekanisme cedera yang umumnya turut
berkontribusi terhadap cedera uretra posterior adalah kecelakaan kendaraan
bermotor dan jatuh dari ketinggian. Sedangkan cedera uretra anterior (segmen
bulbus dan penis) kurang umum terjadi dan kurang perhatian klinis karena
lebih mudah untuk dikelola dibandingkan dengan cedera uretra posterior.
Straddle injury, yang menyebabkan kompresi korpus spongiosum dan uretra
terhadap simfisis pubis, adalah mekanisme yang paling sering untuk cedera
uretra anterior. Cedera uretra anterior juga lebih dikaitkan dengan kejadian
fraktur penis (1).
Pada wanita, cedera uretra sangat jarang dan sering salah diagnosis.
Sebagian besar kasus adalah iatrogenik dan terkait dengan prosedur obstetrik.
Jenis cedera uretra wanita juga dapat berhubungan dengan fraktur pelvis,
namun lebih jarang terjadi. Sebuah referensi menyebutkan bahwa cedera
uretra wanita setelah fraktur pelvis lebih sering terjadi pada anak-anak
daripada orang dewasa (1,2).

1 | FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Jumriani Jum 70700121025


B. EPIDEMIOLOGI
Beberapa sumber menunjukkan bahwa hingga 10% pasien yang terlibat
dalam trauma tumpul atau trauma tembus mengalami cedera uretra. Paling
sering terjadi pada laki-laki muda, usia 11 sampai 25 tahun. Pria hampir
sepuluh kali lebih mungkin mengalami cedera uretra dibandingkan wanita.
Cedera uretra wanita lebih jarang terjadi. Secara anatomis, perempuan berada
pada risiko yang lebih rendah karena uretra mereka yang relatif lebih pendek
dan lebih mobile. Jika terjadi cedera pada uretra wanita, insidennya lebih
mengarah pada cedera obstetrik yaitu 10,3 per 1.000 wanita mengalami
cedera uretra pada persalinan pervaginam spontan dan pada 4,8 per 1.000
wanita pada persalinan pervaginam operatif. Cedera uretra wanita non-
obstetrik bahkan merupakan jenis cedera yang sangat jarang terjadi . Pelvic-
fracture associated urethral injuries (PFUI) terjadi pada 1,6% sampai 25%
dari fraktur panggul; memberikan frekuensi 0,32–5/100.000 untuk pria dan
0,46– 7,25/100.000 untuk wanita (2–4).

C. ETIOLOGI
1. Trauma tumpul
Cedera uretra posterior umumnya merupakan cedera berenergi tinggi
yang berhubungan dengan fraktur panggul dan cedera kandung kemih.
Fraktur panggul biasanya disebabkan oleh cedera berenergi tinggi, seperti
kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian, yang menempatkan
pasien pada risiko cedera uretra, yang dikenal sebagai PFUI (Pelvic-
fracture associated urethral injuries). Sedangkan cedera uretra anterior
biasanya disebabkan oleh straddle injury. (5,6).
2. Trauma tembus
Misalkan luka tusuk, luka tembak, gigitan anjing, yang lebih sering
mempengaruhi uretra bagian anterior (6).
3. Fraktur penis
Fraktur penis juga merupakan penyebab ruptur uretra, namun kondisi ini
sangat jarang terjadi. Fraktur penis adalah keadaan darurat urologis yang

2 | FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Jumriani Jum 70700121025


disebabkan oleh pecahnya tunika albuginea dari corpus cavernosum
setelah trauma tumpul pada penis yang ereksi. Ruptur uretra terjadi
setelah ruptur cavernosum bilateral. Pasien biasanya melaporkan suara
retak disertai pembengkakan tiba-tiba dan ekimosis pada penis diikuti
dengan detumescence segera dan nyeri tiba-tiba. Cedera ini kebanyakan
disebabkan oleh adanya pembengkokan batang penis yang ereksi atau
karena hubungan seksual (7,8).

4. Iatrogenik (6).
a. Kateterisasi, pelepasan kateter Foley tanpa deflasi balon, sistoskopi.
b. Pasca-bedah (misalnya operasi untuk hiperplasia prostat jinak).
c. Iatrogenik yang terkait dengan prosedur obstetrik pada wanita.

D. ANATOMI
1. Uretra Pria
Uretra pria memiliki panjang 8 inci (20 cm) dan dibagi menjadi
pars prostat, membranosa dan spons. Uretra pars prostat (1,25 in (3 cm)),
seperti namanya, melintasi prostat. Dinding posteriornya memiliki
elevasi longitudinal yang disebut krista uretra, di setiap sisinya terdapat
lekukan dangkal, sinus prostat, di mana 15-20 duktus prostat kosong. Di
sekitar tengah krista terdapat penonjolan yang disebut colliculus
seminalis (verumontanum) yang membuka utrikulus prostatika. Ini
adalah saluran buta, panjangnya sekitar 5 mm, berjalan ke bawah dari
substansi lobus median prostat. Di kedua sisi lubang utrikulus prostat
membuka saluran ejakulasi, dibentuk oleh penyatuan saluran vesikula
seminalis dan bagian terminal vas deferens (9).
Uretra pars membranosa (0,75 inci (2 cm)) menembus sfingter
uretra eksternal (sfingter volunter kandung kemih) dan membran
perineum fasia yang menutupi aspek superfisial sfingter (9).

3 | FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Jumriani Jum 70700121025


Uretra pars spongiosa (6 inci (15 cm)) melintasi corpus
spongiosum penis. Uretra pars spongiosa berjalan secara horizontal di
bawah simfisis pubis dan kemudian membungkuk ke bawah dan ke
depan (9).
Uretra yang melewati bagian bawah pubis adalah tempat yang
umum untuk terjadinya rupture uretra, dimana uretra tersebut sangat
mudah terbentur ke tepi simfisis (9).

Gambar 1 : Ilustrasi Urera pada Pria (9)

Gambar 2 Cacum Pelvis pada Pria (9)

4 | FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Jumriani Jum 70700121025


2. Uretra Wanita
Uretra wanita memiliki panjang 1,5 inci (4 cm). Uretra pada wanita
terletak tepat di depan dinding vagina. Meatus eksternalnya terbuka 1
inci (2,5 cm) di belakang klitoris. Sfingter uretra pada wanita adalah
struktur yang lemah dan kontrol vesika tampaknya bergantung terutama
pada sfingter intrinsik dari serat otot melingkar kandung kemih (9).

Gambar 3 Ilustrasi Uretra pada Wanita (9)

Gambar 4 Cavum Pelvis pada Wanita (9)

5 | FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Jumriani Jum 70700121025


E. PATOFISIOLOGI
Uretra rentan karena hubungannya yang erat dengan tulang kemaluan
dan ligamen puboprostatik. Mekanisme cedera yang paling umum
menyebabkan cedera uretra posterior pada pria adalah kecelakaan kendaraan
bermotor dan jatuh dari ketinggian. Kekuatan traumatis yang ditimbulkan
menyebabkan gangguan jaringan lunak dan laserasi langsung oleh fragmen
tulang kecil. Gaya geser ke kelenjar prostat selama trauma menyebabkan
ruptur ligamen puboprostatik dan mengakibatkan cedera uretra posterior.
Sedangkan, mekanisme cedera yang paling umum terhadap uretra anterior
pada pria ialah straddle injury, yang kemudian menyebabkan kompresi
korpus spongiosum dan uretra terhadap simfisis pubis. Cedera uretra wanita
biasanya terlihat pada kasus trauma panggul yang parah dan sering dikaitkan
dengan trauma vagina atau rektal (1).

F. GAMBARAN KLINIS
Cedera uretra harus dicurigai dengan adanya tanda-tanda klinis sugestif,
seperti adanya darah pada meatus eksternal, ketidakmampuan untuk berkemih
dan distensi kandung kemih. Ketiga tanda ini disebut dengan trias klasik.
Namun, temuan trias klasik ini tidak cukup sensitif dan spesifik untuk kasus
cedera uretra. Temuan lain mungkin termasuk ekimosis atau hematoma pada
skrotum, perineum atau penis, bahkan hingga mengakibatkan edema. Dapat
ditemukan prostat “high-riding” pada pemeriksaan colok dubur (7,10).
Tanda dan gejala klinis yang mencurigakan untuk cedera uretra pada
wanita termasuk kesulitan berkemih, darah pada meatus uretra, hematuria,
perdarahan vagina, edema labial dan kebocoran urin per rektum (1).

G. DIAGNOSIS
1. Diagnosis Klinis
Darah di meatus adalah tanda kardinal cedera uretra. Tidak adanya
perdarahan di meatus, tidak menyingkirkan kemungkinan cedera uretra.

6 | FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Jumriani Jum 70700121025


Ketidakmampuan untuk berkemih (dengan teraba distensi kandung
kemih) adalah tanda klasik lainnya dan sering dikaitkan dengan ruptur
total. Selain itu, hematuria dan nyeri saat buang air kecil mungkin ada.
Nyeri saluran kemih bagian bawah secara statistik lebih sering terjadi
pada pria <40 tahun dibandingkan pria> 60 tahun. Ekstravasasi urin dan
perdarahan dapat menyebabkan pembengkakan skrotum, penis dan/atau
perineum dan ekimosis, tergantung pada lokasi dan luasnya trauma (11).
Pemeriksaan rektal harus selalu dilakukan untuk menyingkirkan
cedera rektal terkait dan untuk mecari prostat 'high-riding', meskipun
merupakan temuan yang tidak spesifik. Cedera rektal ditunjukkan oleh
darah pada jari pemeriksa dan/atau laserasi yang teraba. Tanda lain dari
cedera uretra adalah kateter uretra yang tidak dapat dimasukkan (11).
Cedera uretra wanita harus dicurigai jika terjadi fraktur panggul
dengan disertai darah di introitus vagina, laserasi vagina, hematuria,
urethrorrhagia, pembengkakan labial dan/atau retensi urin. Pemeriksaan
vagina diindikasikan untuk menilai laserasi vagina (11).
2. Diagnosis Radiologis
a. Retrograde urethrography (RUG)
Retrograde urethrography (RUG) adalah modalitas pilihan
pada pasien dengan kecurigaan cedera uretra. Pedoman dari The
American Urological Association (AUA) menyarankan penilaian
dengan RUG ketika ada darah di meatus uretra. Sedangkan pedoman
trauma urologis The European Association of Urology (EAU) juga
merekomendasikan evaluasi dugaan cedera uretra dengan RUG
sebagai gold standard. Dalam kasus dugaan cedera uretra, RUG
dapat menunjukkan kebocoran kontras di lokasi lesi dan
mengungkapkan titik yang tepat dari cedera uretra. Beberapa penulis
menganggap RUG menjadi wajib jika diagnosis ruptur uretra
dicurigai (7,10).
Sebuah urethrography retrograde dilakukan dengan
menyuntikkan 20-30 mL bahan kontras saat meatus, dimasukkan

7 | FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Jumriani Jum 70700121025


kateter Foley melalui meatus, kemudian dipompa di fossa
navicularis. Film harus diambil dalam posisi miring 30°, kecuali jika
hal ini tidak memungkinkan karena beratnya fraktur panggul dan
ketidaknyamanan pasien. Pada pasien yang tidak stabil,
urethrography retrograde harus ditunda sampai pasien stabil.
Urethrography retrograde memungkinkan identifikasi lokasi cedera
dan penilaian tingkat cedera. Setiap ekstravasasi di luar uretra adalah
patognomonik untuk cedera uretra. Namun, perbedaan antara ruptur
total dan parsial tidak selalu jelas. Gambaran khas untuk ruptur
parsial menunjukkan ekstravasasi dari uretra yang terjadi saat
kandung kemih terisi. Sedangkan ruptur total ditunjukkan oleh
ekstravasasi masif tanpa pengisian kandung kemih (11).
Colapinto dan McCallum telah mengklasifikasikan cedera
uretra menjadi beberapa jenis berdasarkan hasil pemeriksaan RUG.
Skema klasifikasi asli ini dimodifikasi dan diperluas oleh Goldman
et al. yang menekankan lokasi anatomis dan luasnya cedera (1) :
1.) Tipe I, peregangan uretra posterior karena gangguan ligamen
puboprostatik, namun uretra intak.

8 | FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Jumriani Jum 70700121025


Gambar 5 Cedera Uretra Tipe I
Gambar uretrografi retrograde menunjukkan uretra posterior yang teregang tetapi
utuh (panah) (1)

Gambar 6 Cedera Uretra Tipe I


Retrograde urethrography pada pasien laki-laki dengan fraktur pelvis “open-book”
dari trauma menunjukkan uretra posterior (panah), yang tampak meregang tetapi
utuh (cedera Goldman tipe I), tanpa bukti ekstravasasi bahan kontras (12).

9 | FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Jumriani Jum 70700121025


2.) Tipe II, cedera posterior murni parsial atau lengkap dengan
robekan uretra membranosa di atas diafragma urogenital.

Gambar 7 Cedera Uretra Tipe II


Retrograde urethrography menunjukkan area ekstravasasi bahan kontras (panah
putih) yang menunjukkan cedera pada uretra posterior, dengan diafragma urogenital
yang utuh (panah hitam). Temuan ini menandakan cedera Goldman tipe II (12).

3.) Tipe III, cedera pada membran uretra, meluas ke uretra bulbosa
proksimal (yaitu dengan laserasi diafragma urogenital).

10 | FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Jumriani Jum 70700121025


Gambar 8 Cedera Uretra Tipe II
Gambar uretrografi retrograde menunjukkan transeksi uretra total dan ekstravasasi
pada uretra bulbous dan membran (panah) (1)

4.) Tipe IV, cedera dasar vesica urinaria yang meluas ke uretra
proksimal jika sfingter internal terluka.

Gambar 9 Cedera Uretra Tipe IV


Gambar sistografi retrograde menunjukkan kebocoran kontras di sekitar uretra
prostat (panah) (1)

5.) Tipe IVa, cedera dasar vesica urinaria tetapi tidak melibatkan
leher vesica urinaria (yang tidak dapat dibedakan dari tipe IV

11 | FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Jumriani Jum 70700121025


secara radiologis). cedera dasar kandung kemih ini disertai
ekstravasasi periuretra.

Gambar 10 Cedera Uretra Tipe Iva


Sistogram yang diperoleh pada pasien pria dengan fraktur panggul menunjukkan
ekstravasasi bahan kontras ekstraperitoneal yang memanjang dari leher kandung
kemih (panah) di sekitar uretra proksimal, temuan yang menunjukkan cedera
Goldman tipe Iva (12).

6.) Tipe V, cedera uretra anterior murni sebagian atau seluruhnya.

Gambar 11 Cedera Uretra Tipe V


Gambar uretrografi retrograde menunjukkan transeksi uretra parsial dan
ekstravasasi kontras pada uretra bulbosa proksimal (panah) (1)

12 | FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Jumriani Jum 70700121025


b. Ultrasound, CT, dan MRI
Pada fase akut, pemindaian USG digunakan untuk memandu
penempatan kateter suprapubik. Selain itu, pasien dengan trauma
pelvis dengan kecurigaan secara klinis adanya cedera uretra, USG
dapat berguna untuk mendeteksi udara di dalam bulbocavernosus.
CT dan MRI jarang berguna untuk mengevaluasi cedera uretra.
Secara umum, ultrasonografi, MRI, dan CT belum terbukti memadai
dan biasanya tidak digunakan untuk diagnosis primer trauma uretra
(11).
c. Cystoscopy
Sistoskopi adalah pilihan untuk mendiagnosis cedera uretra
akut dan dapat membedakan antara ruptur total dan parsial. Selain
itu, cystoscopy juga memungkinkan untuk kateterisasi awal pada
vesica urinaria. Cystoscopy juga direkomendasikan pada dugaan
cedera uretra terkait fraktur penis (11).

H. PENATALAKSANAAN
Meskipun cedera uretra bukanlah cedera yang mengancam jiwa,
pengobatan yang tepat diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Tujuan manajemen adalah untuk meluruskan kembali uretra agar
mendapatkan drainase urin yang cepat dan mencegah komplikasi, seperti
striktur, dan inkontinensia (14).
Modalitas pengobatan umum yang digunakan untuk mengobati cedera
uretra termasuk penempatan kateter suprapubik dengan uretroplasti tertunda
(STDU), early nonendoscopic realignment (EPR) dan early endoscopic
realignment (14).
1. STDU (Suprapubic Tube With Delayed Urethroplasty)
Secara konvensional, STDU diimplementasikan sebagai cara cepat untuk
mengalirkan urin dengan rekonstruksi uretra dilakukan di kemudian hari.
Rekonstruksi uretra dilakukan 3 sampai 6 bulan setelah cedera. Namun,
potensi kerugiannya adalah sebagai berikut: (a) drainase urin suprapubik

13 | FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Jumriani Jum 70700121025


untuk waktu yang lama serta striktur uretra memerlukan satu atau lebih
uretroplasti; (b) akan terjadi perpindahan tabung; (c) ketidaksejajaran
uretra distal dan proximal, atau lokasi nonanatomik, yang dapat
mempersulit rekonstruksi; (d) Perbaikan yang tertunda seringkali
membutuhkan rekonstruksi yang lebih kompleks dengan peningkatan
risiko inkontinensia urin dan stenosis vagina (14).
2. EPR (Early Nonendoscopic Realignment)
Peran uretroplasti segera pada ruptur uretra total bertujuan untuk
mengurangi morbiditas jangka panjang. EPR mengembalikan kontinuitas
uretra segera setelah gangguan traumatis. Tetapi masih kontroversial
sampai saat ini. Kontroversi ini terjadi karena tersedianya pilihan
pengobatan lain yang berbeda yang telah diusulkan dalam manajemen
awal (<48 jam setelah trauma) (14).
3. EER (Early Endoscopic Realignment)
EER dilakukan dengan meluruskan kembali uretra dengan dua endoskopi
fleksibel. Tujuan dari EER adalah untuk mengembalikan kontinuitas
uretra proksimal dan distal setelah cedera untuk meminimalkan striktur
atau cacat lainnya. Beberapa keuntungan dari prosedur ini adalah : (a)
efektif, aman, dan cepat; (b) minimal invasif, menghindari operasi
ekstensif ; (c) mampu berkemih spontan setelah operasi; (d) tidak perlu
melakukan kateterisasi uretra jangka panjang pra operasi sehingga dapat
menghindari ketidaknyamanan pasien dan mengurangi kemungkinan ISK
atau pembentukan batu; (e) masa rawat inap yang lebih pendek (14).

14 | FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Jumriani Jum 70700121025


I. PROGNOSIS
Cedera uretra jarang mengancam jiwa pada fase akut kecuali jika
dikaitkan dengan trauma kandung kemih besar dan gangguan cincin panggul.
Cedera uretra dapat menyebabkan striktur kronis, inkontinensia, dan
impotensi. Durasi dan tingkat keparahan komplikasi tersebut dapat dikurangi
atau dicegah dengan diagnosis yang tepat dan pengobatan yang tepat (1).

J. KESIMPULAN
Ruptur uretra merupakan kasus kegawatdaruratan urologi yang sering
terlewatkan pada kasus-kasus trauma multipel di Unit Gawat Daurat.
Diagnosis cepat dengan mengingat trias gejala darah di meatus uretra, retensi
urin akut, dan ketidakmampuan berkemih menjadi pedoman untuk
pemeriksaan lebih lanjut. Pemeriksaan radiologis terpilih berupa RUG.
Penting untuk menentukan klasifikasi trauma uretra anterior atau posterior
dan derajat komplit atau inkomplit. Tatalaksana akut drainase kandung kemih
harus segera dilakukan dengan pilihan terbaik suprapubik sistostomi karena
dapat mencegah perluasan trauma dan risiko striktur uretra.

15 | FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Jumriani Jum 70700121025


DAFTAR PUSTAKA
1. Wongwaisayawan S, Krishna S, Sheikh A, Kaewlai R, Schieda N. Imaging
spectrum of traumatic urinary bladder and urethral injuries. Abdom Radiol.
2021;46(2):681–91.
2. Patel DN, Fok CS, Webster GD, Anger JT. Female urethral injuries
associated with pelvic fracture: a systematic review of the literature. BJU
Int. 2017;120(6):766–73.
3. Nelson Q, Leslie SW, Baker. J. Urethral Injury [Internet]. StatPearls. 2021.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov
4. Barratt RC, Bernard J, Mundy AR, Greenwell TJ. Pelvic fracture urethral
injury in males-mechanisms of injury, management options and outcomes.
Transl Androl Urol. 2018;7(29):S29–62.
5. Horiguchi A. Management of male pelvic fracture urethral injuries: Review
and current topics. Int J Urol. 2019;26(6):596–607.
6. Craig H, Knipe H. Urethral injury. Radiopedia.org. 2021.
7. Barros R, Ribeiro JGA, da Silva HAM, de Sá FR, Júnior AMF, Favorito
LA. Urethral injury in penile fracture: A narrative review. Int Braz J Urol.
2020;46(2):152–7.
8. Kandemir A, Balasar M, Poyraz N, Piskin MM. Fracture With Urethral
Injury: Evaluation by Retrograde Urethrogram. Eurasian J Med.
2017;49(3):217–9.
9. Ellis H. Clinical Anatomy Applied Anatomy For Students and Junior
Doctors. Eleventh E. Australia: Blackwell Publishing; 2006. 115–116 p.
10. Doiron RC, Rourke KF. An overview of urethral injury. Can Urol Assoc J.
2019;113(6):S61–6.
11. European Association of Urology. EAU Guidelines on Urological Trauma.
2018.
12. Ingram MD, Skippage PL, Patel U, George S. Urethral Injuries after Pelvic
Trauma : Evaluation with. 2008;(December 2016).
13. Medscape. Urethral Strictures in Males. emedicine.medscape. 2018.
14. Zhang Z, Fang L, Chen D, Li W, Peng N, Thakker PU, et al. A Modified
Endoscopic Primary Realignment of Severe Bulbar Urethral Injury. J
Endourol. 2021;35(3):335–41.
15. Kusumajaya, C. (2018). Diagnosis dan Tatalaksana Ruptur Uretra. Cermin
Dunia Kedokteran, 45(5), 340-342

16 | FKIK UIN ALAUDDIN MAKASSAR | Jumriani Jum 70700121025

Anda mungkin juga menyukai