Anda di halaman 1dari 16

USULAN PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT KECEMASAN


PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TERHADAP INFERTILITAS

Oleh :
YULIANTRI
NIM 2281A0544

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN
STRADA INDONESIA
2023
USULAN PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT KECEMASAN PASANGAN


USIA SUBUR (PUS) TERHADAP INFERTILITAS

Disusun untuk Memenuhi Gelar Sarjana Kebidanan (S.Keb)


dalam Program Studi S1 Kebidanan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan
Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia

Oleh :
YULIANTRI
NIM 2281A0544

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN
STRADA INDONESIA
2023
HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT KECEMASAN


PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TERHADAP INFERTILITAS

Diajukan Oleh :

YULIANTRI
NIM 2281A0544

USULAN PENELITIAN INI TELAH DISETUJUI

Pada tanggal, September 2023


Pembimbing

Nining Istighosah, SST, M.Keb


NIDN.

Mengetahui
Dekan Fakultas Keperawatan & Kebidanan
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia

Dr. Agusta Dian Elia..S.Kep,.Ns,.M.Kep


NIDN. 0720088503
HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT KECEMASAN


PASANGAN USIA SUBUH (PUS) TERHADAP INFERTILITAS

Oleh :

YULIANTRI
NIM 2281A0544

Usulan Penelitian ini telah disetujui dan dinilai


Oleh Panitia Penguji
Pada Program Studi S1 Kebidanan
Pada hari , Tanggal September 2023

PANITIA PENGUJI

Ketua : (.....……….……….)

Anggota : 1. (.....……….……….)

2. (.....……….……….)

Mengetahui
Dekan Fakultas Keperawatan & Kebidanan
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia

Dr. Agusta Dian Elia..S.Kep,.Ns,.M.Kep


NIDN. 0720088503
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah

memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga usulan penelitian yang

berjudul “HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT KECEMASAN

PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TERHADAP INFERTILITAS“ dapat

diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk meneruskan jenjang

penelitian pada Program Studi S1 Kebidanan di IIK STRADA Indonesia.

Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr Sentot Imam Suprapto.,MM,. selaku Rektor IIK STRADA Indonesia yang

telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan di Program Studi Kebidanan.

2. Dr. Agusta Dian Elia..S.Kep,.Ns,.M.Kep Selaku Dekan Fakultas Kebidanan

Dan Keperawatan IIK STRADA Indonesia

3. Riza Tsalatsatul Mufida, SST., M.Keb., selaku Kaprodi S1 Kebidanan Institut

Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia.

4. Nining Istighosah, SST., M.Keb. selaku pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan pada penyusunan proposal penelitian ini,

sehingga dapat terselesaikan.

5. Maryuni, S.KM, M.KM., selaku Kepala Puskesmas UPT Puskesmas

Rumbiayang membantu memfasilitasi dalam memberikan data, informasi,

serta memberikan masukan dan motivasi dalam menyelesaikan proposal ini.


6. Responden penelitian yang bersedia membantu dan mengikuti proses penelitian.

7. Orang tua, suami dan keluarga terimakasih atas dukungan dan doa selama ini.

8. Teman-teman seperjuangan S1 Kebidanan Kelas B2 yang telah memberikan dorongan

semangat.

9. Semua pihak yg membantu dalam penyelesaian usulan penelitian ini, yang tidak dapat

penulis sebut satu persatu namanya, semoga kebaikan selalu menyertai.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan Usulan Penelitian ini masih jauh dari sempurna.

Untuk itu segala kritik dan saran dari semua pihak sangatlah kami butuhkan demi

kesempurnaan Usulan Penelitian ini. Semoga Usulan Penelitian ini dapat bermanfaat bagi

pembaca dan penulis khususnya. Aamiin.

Kediri, September 2023

Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul.................................................................................................. i
Surat Pernyataan............................................................................................... ii
Halaman Persetujuan........................................................................................ iii
Halaman Penetapan Panitia Penguji.................................................................
Kata Pengantar .................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................
Daftar Gambar..................................................................................................
Daftar Tabel .....................................................................................................
Daftar Lampiran ...............................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................
1. Manfaat teoritis .......................................................................................
2. Manfaat praktis .......................................................................................
E. Keaslian Penelitian ......................................................................................
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ............................................................................................
1.K o n s e p Konseling ...............................................................................
2.Konsep Kehamilan....................................................................................
4. Konseling bidan pada ibu hamil terhadap persalinan.............................
B. Kerangka Konsep ........................................................................................
C. Hipotesis ......................................................................................................
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .........................................................................................
B. Kerangka Kerja............................................................................................
C. Populasi, Sampel, dan Sampling .................................................................
1. Populasi ..................................................................................................
2. Sampel ..................................................................................................
3. Sampling ................................................................................................
D. Variabel Penelitian .....................................................................................
E. Definisi Operasional ....................................................................................
F. Lokasi Penelitian .........................................................................................
G. Teknik Pengumpulan Data .........................................................................
H. Analisis Data ...............................................................................................
I. Etika penelitian ............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................


LAMPIRAN ...................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infertilitas merupakan suatu masalah yang dihadapi pasangan suami istri yang telah menikah,
melakikan hubungan seksual teratur selama minimal satu tahu, tanpa menggunakan kontrasepsi,
namun belum mendapatkan kehamilan. Infertilitas dapat bersifat primer maupun sekunder. Infertilitas
primer yaitu istri belum pernah mendapatkan kehamilan walau berhubungan seksual secata teratur
sekurang-kurangnya dalam satu tahun tanpa kontrasepsi dan infertilitas sekunder yaitu istri sudah
pernah mengalami kehamilan namun tidak berhasil hamil lagi walau berhubungan seksual secara
teratur sekurang-kurangnya dalam satu tahun tanpa kontrasepsi. Secara umum, infertilitas primer
lebih sering terjadi dibandingkan infertilitas sekunder.
Menurut Worlth Health Organizatian (WHO) memperkirakan 50-80 juta pasangan yang mengalami
kesulitan mendapatkan keturunan. Sekitar 10-15% dari pasangan usia subur mengalami masalah
infertilitas. Jumlah pasangan infertil sebanyak 36% diakibatkan adanya kelainan dari si ayah,
sedangakan 64% berada pada si ibu. Hal ini dialami 17% pasangan yang sudah menikah lebih dari 2
tahun belum mengalami tanda-tanda kehamilan bahkan sama sekali belum pernah hamil (USU,
2020)
WHO menyatakan bahwa ketika seorang wanita semakin berumur, maka semakin kecil pula
kemungkinan wanita tersebut untuk hamil. 3 Kejadian infertilitas berbanding lurus dengan
pertambahan usia wanita. Wanita yang sudah berumur akan memliki kualitas oosit yang tidak baik
akibat adanya kelainan kromoson pada oosit tersebut. Bertambahnya umur wanita pada PUS, tentu
bertambah pula lama pernikahan pada PUS tersebut. Selain itu, semakin lama pasanganmenikah
tapi belum dikaruniai keturunan, maka semakin penting upaya dan perhatian agar ibu dapat hamil
[5]. Selain itu, lama infertilitas perlu dikaji dalam merancang atau melaporkan penelitian ilmiah dan
klinis tentang infertilitas. Lama infertilitasberbanding lurus dengan lama pernikahan, sehingga dalam
hal ini lama pernikahan juga akan mempengaruhi kecemasan pada pasangan yang mengalami
infertilitas [6].
Menurut WHO, infertilitas merupakan penyakit yang disebabkan gangguan fungsi yang
menimbulkan kecacatan (ZegersHochschild et al., 2017). WHO menempatkan infertilitas sebagai
kecacatan paling serius kelima di dunia (Deshpande & Gupta, 2019).
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012 kejadian infertil di Indonesia mengalami
peningkatan setiap tahun. Prevalensi pasangan infertil di Indonesia tahun 2013 adalah 15-25% dari
total populasi usia reproduksi7. Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia (PERFITRI) mencatat
bahwa penduduk usia reproduktif di Indonesia sebanyak 75,7 juta jiwa, dan diperkirakan terdapat
sekitar 7,5 juta penduduk usia reproduktif yang mengalami infertilitas. Di Jawa Barat, populasi
infertil diperkirakan sebesar 1,3 juta jiwa8.
The Word Health Organization (WHO) tahun 2020 memperkirakan kejadian infertilitas (8-10%)
pasangan usia subur mengalami masalah kesuburan. Infertilitas mempengaruhi jutaan orang usia
reproduksi di seluruh dunia dan berdampak pada keluarga dan komunitas mereka. Perkiraan
menunjukkan bahwa antara 48 juta pasangan dari 186 juta orang hidup mengalami infertilitas
secara global. WHO juga memperkirakan sekitar 50-80 juta pasutri (1 dari 7 pasangan) memiliki
masalah infertilitas, dan setiap tahun muncul sekitar 2 juta pasangan infertil (WHO, 2020).

Prevalensi infertilitas di Indonesia saat ini adalah 12-15% dari 40 juta pasangan usia subur yang
mengalami masalah dalam kesuburan. Banyaknya pasangan infertilitas di Indonesia dapat
diperhitungkan dari banyaknya wanita yang pernah kawin dan tidak mempunyai anak yang masih
hidup. Menurut sensus penduduk terdapat 12%, baik di desa maupun di kota atau sekitar 3 juta
pasangan infertil tersebar di seluruh Indonesia (Fauziyah, 2016).

Di perkirakan sekitar 10-15% Pasangan Usia Subur (PUS) mengalami infertilitas. Pada negara
berkembang infertilitas terjadi lebih tinggi yaitu sekitar 30% dibandikan dengan negara maju yang
hanya 5-8 %. Prevelensi infertilitas di Asia yaitu 43,7% di Turkmenistan, 30,8% di Kamboja, 10% di
Kazakhtan, dan 21,3% di Indonesia.
Tidak sedikit kasus infertilitas yang ada di seluruh dunia, sekitar 80 juta pasangan usia subur
mengalami infertilitas. Di Indonesia, sebanyak 21,3% pasangan suami istri mengalami masalah
infertilitas dan meningkat setiap tahun (Harzif et al., 2019). Pada pasangan yang mengalami
infertilitas, salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk memiliki keturunan adalah In Vitro
Fertilization (IVF atau bayi tabung) (Sutanto, 2018). IVF adalah prosedur yang dikembangkan untuk
menghasilkan kehamilan melalui proses pembuahan di luar tubuh (Dharma et al., 2019). Program
bayi tabung merupakan salah satu upaya yang banyak diminati oleh pasangan suami istri infertil.
Tingkat keberhasilan bayi tabung berada di angka 35- 42% di berbagai pusat IVF di dunia. Di
Indonesia, tingkat keberhasilan kehamilan melalui program bayi tabung adalah 28,57% (Putri et al.,
2021). Adanya program bayi tabung ini memunculkan harapan bagi pasangan infertil untuk memiliki
keturunan (Wulaningsih, 2021), sehingga secara tidak langsung masalah infertilitas yang mereka
hadapi dapat teratasi. Ketika pasangan suami istri melakukan program bayi tabung, mereka memiliki
harapan yang tinggi serta beban psikologis dan psikososial yang tinggi pula (Anisah & Rachmawati,
2022). Pada penelitian Heredia et al (2019), pasien yang akan menjalani program bayi tabung
menunjukkan tingkat stress yang tinggi dan tingkat kecemasan yang meningkat. Tingginya harapan
dan pengorbanan dalam menjalani program bayi tabung, ketika dibandingkan dengan rendahnya
tingkat keberhasilan program bayi tabung menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara harapan dan
kenyataan yang terjadi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakakng masalah tersebut maka dapat dirumuskan masalahnya yaitu : Adakah
hubungan pengetahuan dan tingkat kecemasan Pasangan Usia Subur (PUS) terhadap tingkat
Infertilitas
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan tingkat kecemasan pasangan usia subu
(PUS) terhadap infertilitas di wilayah kerja
2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasangan usia subur (PUS) terhadap infertilitas di
2. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pasangan usia subur (PUS) terhadap infertilitas di
wilayah
3. Menganalisis hubungan pengetahuan dan tingkat kecemasan pasangan usia subur (PUS)
terhadap infertilitas.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat dipakai sebagai bahan rujukan informas bagi peneliti lain hingga memberikan
metode pendekatan yang sesuai.

1. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat diambil manfaatnya oleh semua pihak, khususnya :
a. Manfaat Bagi Pasangan Usia Subur yang mengalami Infertilitas
Dapat menambah wawasan mengenai infertilitas
b. Manfaat Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan penagalaman dalam penelitian ilmiah mengenai Hubungan
Pengetahuan dan Tingkat Kecemasan terhadap Pasanga Usia Subur (PUS).
c. Manfaat Bagi Institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan dampak yang positif bagi institusi
pendidikan mengenai hubungan Pengetahuan dan Tingkat Kecemasan Terhadap
Pasangan Usia Subur (PUS).
d. Manfaat bagi tempat penelitian

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Konsep Pengetahuan
Ilmu pengetahuan (science) terdiri dari seperangkat pengetahuan yang digunakan untuk
mencari, menemukan, dan meningkatkan pemahaman atas suatu masalah yang menjadi
kajian dengan menggunakan seperangkat konsep dan teori, dan dengan menggunakan
seperangkat metode ilmiah yang objektif, metodologis, sistematik, dan universal. Maka dari
itu, sebuah ilmu pengetahuan secara hakiki harus dapat dijelaskan tentang apa yang
menjadi objek kajiannya (ontologi), bagaimana ilmu pengetahuan itu terbentuk dan apa
yang membentuk batang tubuhnya (epistemologi), apa manfaatnya bagi umat manusia
(aksiologi), serta bagaimana prosedur untuk mempelajarinya (metodologi).
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang objek telaahnya adalah dunia empiris dan
proses mendapatkan pengetahuannya sangat ketat, yaitu menggunakan metode ilmiah.
Ilmu menggabungkan logika deduktif dan induktif, dan penentu kebenaran ilmu tersebut
adalah dunia empiris yang merupakan sumber dari ilmu itu sendiri.
2. Pengertian Kecemasan
Definisi Kecemasan Kecemasan merupakan rasa takut yang tidak jelas disertai dengan
perasaan ketidakpastian, ketidakberdayaan, isolasi dan ketidakamanan. Kecemasan
merupakan pengalaman subyektif dan keadaan emosi tanpa obyek tertentu yang tidak
dapat diamati secara langsung, namun dapat dinilai berdasarkan perubahan fisiologis,
perilaku tertentu serta respon kognitif dan afektif. Salah satu sumber kecemasan yaitu
ketakutan akan paparan fisik atau psikologis dari situasi yang mengancam. Berikut
merupakan model adaptasi stres Stuart yang terkait dengan respon kecemasan. 2. Tingkat
Kecemasan a. Kecemasan Ringan Kecemasan ini terjadi saat ketegangan hidup sehari hari.
Pada tahap ini terjadi peningkatan kewaspadaan dan lapang persepsi seperti kemampuan
melihat, mendengar dan menangkap. Jenis kecemasan ringan dapat memotivasi seseorang
untuk belajar dan menghasilkan pertumbuhan, kreatifittas
Kecemasan adalah perasaan subjektif tentang ketegangan mental yang menggelisahkan
sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan dalam mengatasi sebuah masalah atau rasa
tidak aman (Sari, 2020).
Kecemasan akan berkembang selama jangka waktu dan tergantung pada pengalaman hidup
seseorang. Kejadian dan situasi dapat menyebabkan munculnya serangan kecemasan
dengan cepat (Tarigan, 2021).
Tingkat kecemasan dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, dimana dengan tingkat
pengetahuan yang rendah pada individu akan menyebabkan individu tersebut mudah
mengalami stress dan cemas. Selain itu, penurunan fisik, penurunan psikologis, dan aspek
spiritual juga dapat menyebabkan kecemasan (Widyastuti et al., 2022).
Kecemasaan adalah perasaan khawatir yang menyebar dan tidak jelas, dan berkaitan
dengan perasaan yang berdaya dan tidak pasti, keadaan ini tidak memiliki objek yang
spesifik, kecemasan yang dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara personal
( Direja, 2011).
Kecemasan merupakan kebingungan , khawatir pada sesuatu yang akan terjadi yang tidak
jelas penyebabnya dan dihubungkan dengan perasaan yang tidak menentu dan tidak
berdaya (Suliswati, 2005).
Kecemasan (anxiety) merupakan gangguan perasaan (affective) yang dapat ditandai dengan
perasaan takut, cemas, dan khawatir yang mendalam dan terus menerus, tidak mengalami
gangguan dalam menilai sebuah realitas, kepribadian masih tetap genap atau lengkap, dan
perilaku atau sikap dapat terganggu tetapi masih dalam rentang yang normal (Rusdiatin,
2021). Takut adalah suatu respon individu dari sebuah ancaman yang sumbernya diketahui,
jelas dan bukan bersifat konflik, serta eskternal. Beberapa peneliti berpendapat bahwa rasa
takut adalah salah satu emosi dasar manusia, sedangkan kecemasan (anxiety) merupakan
sebuah respon emosi terhadap penilaian tersebut. Seringkali kecemasan muncul pada
seseorang ketika berhadapan dengan suasana kondisi yang tidak menggembirakan (Tobing
& Wulandari, 2021)
as

Meskipun infertilitas tidak menyebabkan kematian, kondisi ini tetap menjadi krisis bagi
pasangan suami istri. Tingginya stress yang disebabkan infertilitas dipengaruhi oleh fakta
bahwa memiliki anak merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Pada perempuan, reaksi yang ditunjukkan adalah mengisolasi diri dan menginternalisasi
kemarahan dan kesedihan (Daibes et al., 2018). Meskipun saat ini telah banyak yang setuju
bahwa peran dan status perempuan tidak bergantung pada fertilitas mereka, di berbagai
tempat, perempuan dianggap sesuai kodratnya ketika ia menjadi seorang ibu, sehingga hal
ini sering kali menjadi alat bagi perempuan untuk menaikkan status mereka dalam keluarga
dan masyarakat (Hasanpoor-Azghady et al., 2019). Persepsi ini membuat perempuan yang
mengalami infertilitas menunjukkan prevalensi yang tinggi pada distress psikologi, dengan
kecemasan sebagai diagnosis utama, diikuti dengan depresi, gangguan distimik, dan ide
bunuh diri (Yao et al., 2018)
Tidak semua kecemasan menyadari bahwa faktor usia, masalah reproduksi, faktor gaya
hidup berubah pada faktor gaya hidup juga dapat bedampak pada kemampuan setiap
pasangan usia subur untuk dapat menghamili atau hamil lagi. Wanita dengan berat badan
yang berlebihan sering mengalami gangguan ovulasi, karena kelebihan berat badan dapat
mempengaruhi estrogen dalam tubuh dan mengurangi kemampuan untuk hamil. Pria yang
berolah raga secara berlebihan juga dapat meningkatkan suhu tubuh mereka yang
mempengaruhi perkembangan sperma dan penggunaan celana dalam yang ketat juga
mempengaruhi motilitas sperma (Kasdu, 2001:66)
Kecemasan yang dirasakan oleh pasangan infertilitas tersebut cukup beralasan karena
berbagai dampak. Sebagai contoh, dalam setiap pertemuan keluarga, kerabat, dan kenalan,
sudah dapat dipastikan pertanyaan akan berkisar sekitar keadaan keluarga berapa lama
menikah, dan sudah berapa jumlah anak. Bagi masyarakat Indonesia, pertanyaan semacam
ini merupakan hal yang wajar karena dalam sistem masyarakat Indonesia pasangan suami
istri merupakan bagian dari keluarga besar, sehingga hal ini seolah-olah menjadi masalah
dalam hubungan suami-istri. Pertanyaan itu selanjutnya akan manjadi hal yang otorice,
apabila kemudian seseorang wanita tak kunjung hamil (Kasdu, 2002). Untuk itulah
diperlukan suatu wanita infertilitas yang menyeluruh dari tenaga kesehatan kepada
pasangan suami istri, keluarga dan lingkungan. Tenaga kesehatan dapat memberikan
penyuluhan kepada masyarakat terutama pada pasangan usia subur tentang konsumsi
nutrisi yang bergizi, melakuna hubungan seksual pada masa subur, pola kehidupan sehat,
dan melakuan pemeriksaan apabila dibutuhkan. Sehingga infertilitas dapat dicegah atau
diatasi, sehingga tidak lagi menjadi suatu masalah yang dapat menggangu kebahagiaan
keluarga pasangan suami istri.

a. Tingkat kecemasan
a) Kecemasan Ringan Kecemasan ini terjadi saat ketegangan hidup sehari hari.
Pada tahap ini terjadi peningkatan kewaspadaan dan lapang persepsi seperti
kemampuan melihat, mendengar dan menangkap. Jenis kecemasan ringan
dapat memotivasi seseorang untuk belajar dan menghasilkan pertumbuhan,
kreatifitas.
b) Kecemasan Sedang Pada tingkat kecemasan sedang, seseorang hanya berfokus
pada hal penting saja dan terjadi penyempitan lapang persepsi seperti kurang
melihat, kurang mendengar dan menangkap. Kecemasan sedang terjadi
pemblokiran pada area tertentu, namun seserang masih bisa diarahkan untuk
melakukan perintah.
c) Kecemasan Berat Kecemasan berat ditandai dengan penurunan signifikan pada
lapang persepsi. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi kecemasan
dengan cenderung menfokuskan pada ha yang detail dan tidak berfikir tentang
hal lain. Dibutuhkan banyak arahan supaya otor pada area lainnya.
d) Panik Panik dapat dikaitkan dengan rasa takut dan otori. Orang yang mengalami
kepanikan tidak dapat melakukan hal lain bahkan dengan arahan tertentu. Pada
tahap otor terjadi gejala peningkatan aktifitas otoric, penurunan kemampuan
untuk berhubungan dengan orang lain, penyempitan persepsi dan kehilangan
pemikiran yang rasional, sehingga tidak mampu berkomunikasi atau berfungsi
secara efektif.

3. Pengertian infertilitas
Pasangan infertilitas adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta telah
berhubungan seks selama satu tahun tetapi belum terjadi kehamilan (Manuaba, 2018).

Infertilitas didefinisikan sebagai disease (penyakit) yang ditandai dengan kegagalan


mencapai kehamilan setelah 12 bulan melakukan kegiatan seksual secara teratur tanpa alat
kontrasepsi. Infertilitas berarti ketidakmampuan seseorang untuk bereproduksi, baik ia
sendiri atau dengan partnernya (Vander Borght & Wyns, 2018)

Prevalensi infertilitas pada perempuan usia subur diperkirakan 1:7 di negara-negara barat
dan 1:4 di negara-negara berkembang. Di beberapa negara Asia Selatan, sub-Sahara Afrika,
Timur Tengah, Afrika Utara, Eropa Tengah, Eropa Timur, dan Asia Tengah, tingkat infertilitas
penduduknya mencapai 30% (Mascarenhas et al., 2012).
Meskipun infertilitas tidak menyebabkan kematian, kondisi ini tetap menjadi krisis bagi
pasangan suami istri. Tingginya stress yang disebabkan infertilitas dipengaruhi oleh fakta
bahwa memiliki anak merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Pada perempuan, reaksi yang ditunjukkan adalah mengisolasi diri dan menginternalisasi
kemarahan dan kesedihan (Daibes et al., 2018). Meskipun saat ini telah banyak yang setuju
bahwa peran dan status perempuan tidak bergantung pada fertilitas mereka, di berbagai
tempat, perempuan dianggap sesuai kodratnya ketika ia menjadi seorang ibu, sehingga hal
ini sering kali menjadi alat bagi perempuan untuk menaikkan status mereka dalam keluarga
dan masyarakat (Hasanpoor-Azghady et al., 2019). Persepsi ini membuat perempuan yang
mengalami infertilitas menunjukkan prevalensi yang tinggi pada distress psikologi, dengan
kecemasan sebagai diagnosis utama, diikuti dengan depresi, gangguan distimik, dan ide
bunuh diri (Yao et al., 2018)

a. Infertilitas dibagi menjadi 2 kelompok


a) infertilitas primer bila pasangan tersebut belum pernah memiliki keturunan
walaupun bersenggama secara teratur (2-3 kali seminggu) tanpa menggunakan alat
kontrasepsi.
b) Infertilitas Sekunder bila pasangan tersebut sudah pernah memiliki anak, dan tidak
memiliki anak lagi walaupun bersenggama secara teratur (2-3 kali seminggu) tanpa
menggunakan alat kontrasepsi (Prawirohardjo. S, 2012).
Baik laki-laki maupun perempuan sama sama dapat mengalami infertilitas.
b. Penyebab infertilitas
Penyebab infertilitas dibagi menajadi 3 kelompok yaitu 33,3%masalah terkait pada
wanita, 33,3% pada pria dan 33,3% disebabkan oleh faktor kombinasi (Stright 2005).
a) Penyebab dari pihak wanita
1. Masalah vagina/vaginitis
Merupakan infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai parasite atau
jamur. Infeksi ini sebagian besar terjadi karena hubungan seksual. Tipe vaginitis
yang sering dijumpai adalah vaginitis kandidiasis dan trikomonalisis vaginalis
(Manuaba , 2009).
2. Masalah serviks
Vaginitis dapat menyebabkan infertilitas karena berpotensi terjadi infeksi lanjut
pada portio , serviks, endometrium bahkan sampai ke tuba dapat ,menyebabkan
gangguan pergerakan dan penyumbatan pada tuba sebagai organ reproduksi
vital untuk terjadinya konsepsi disfungsi seksual yang mencegah penetrasi
penis, atau lingkungan vagina yang sangat asam, yang secara nyata dapat
mengurangi daya hidup sperma (Stright, 2005).
3. Masalah vorium
Kista Ovarium yang dapat menyebabkan infertilitas dikarenakan ovarium
mengalami pembesaran dan menciptakan lapisan luar tebal yang dapat
mengahalangi ovulasi. Selain itu infertilitas dapat terjadi akibat kista ovarium
yang pecah akibat ukuran yang terlalu besar dan elastisitas indung telur tidak
mampu lagi menahan perkembangan kista sehingga dari pecahnya kista
ovarium terjadi perlengketan didalam tuba fallopi yang menutup jalan
pertemuan antara sperma dan sel telur (Brooker, 2008).

b) Penyebab dari pria


1. Spermatogenesis abnormal
2. Kelainan anatomi
3. Ejakulasian retrograde
4. Stress
5. Infeksi menular seksual
6. Asupan alcohol dan tikotin berlebihan
7. Ketidakmampuan sperma melakukan pentrasi ke sel telur
c) Penyebab dari pihak kombinasi adalah penyebab yang ditimbulkan apabila kedua
suami istri sama-sama memiliki faktor penyebab terjadinya infertilitas (Stright,
2005).
c. Faktor-faktor resiko terjadinya infertilitas
a) konsumsi alkohol, merokok, IMT 29 (Saftarina dan Putri, 2016).
b) Umur termasuk faktor risiko yang mempengaruhi infertilitas pada pasangan usia
subur. Fertilitas cukup stabil pada usia < 35 tahun. Sesudah itu, terjadi penurunan
fertilitas secara bertahap. Saat menginjak usia 40 tahun, fertilitas menurun drastis
(Nurhayati, 2017).
c) Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan oleh manusia untuk tujuan tertentu yang
dilakukan dengan cara yang baik dan benar bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya (Setiawan, 2021). Lingkungan kerja yang tidak nyaman, beban kerja yang
tidak sesuai dapat menimbulkan stres kerja dan kelelahan kerja karena setiap
wanita yang bekerja dengan beban kerja yang berat dan lingkungan kerja yang tidak
nyaman akan di bawa sampai kerumah.

Anda mungkin juga menyukai