OLEH:
LINDA LESTARI
(2019.NS.A.07.014)
Pembimbing Akademik
Suryagustina, Ners.,M.Kep
i
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing Akademik
Suryagustina, Ners.,M.Kep
ii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ................................................................................................. 3
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 46
5.2 Saran ..................................................................................................... 46
iii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang yang ditentukan sesuai jenis
dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang
dapat diabsorbsinya (Smelzter dan Bare, 2014).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur akibat
dari trauma, beberapa fraktur yang di sebabkan karena proses penyakit seperti
osteoporosis, yang menyebabkan fraktur yang patologis (Mansjoer, 2011).
Fraktur clavikula adalah hilangnya kontinuitas tulang clavikula, salah satu
tulang pada sendi bahu. Mekanisme cedera pada fraktur clavikula yang paling
sering adalah jatuh dengan tangan terentang, jatuh bertumpu pada bahu, atau
trauma langsung pada clavikula. Pasien dengan fraktur clavikula dapat
mengeluhkan bengkak dan nyeri pada area clavikula, disertai penurunan
kemampuan menggerakan lengan di sisi yang cedera (Solomon, 2010).
Jadi fraktur clavikula merupakan cidera pada bahu.
4
5
di dalamnya terdapat pembuluh darah dan saraf yang masuk ke tulang melalui
Kanal Volkman. Pembuluh darah inilah yang mengangkut nutrisi untuk tulang
dan membuang sisa metabolisme keluar tulang. Lapisan tengah tulang merupakan
akhir dari sistem Haversian, yang didalamnya terdapat Trabekulae (batang) dari
tulang.Trabekulae ini terlihat seperti spon tapi kuat sehingga disebut Tulang Spon
yang didalam nya terdapat bone marrow yang membentuk sel-sel darah merah.
Bone Marrow ini terdiri atas dua macam yaitu bone marrow merah yang
memproduksi sel darah merah melalui proses hematopoiesis dan bone marrow
kuning yang terdiri atas sel-sel lemak dimana jika dalam proses fraktur bisa
menyebabkan Fat Embolism Syndrom (FES).
Tulang terdiri dari tiga sel yaitu osteoblast, osteosit, dan osteoklast.
Osteoblast merupakan sel pembentuk tulang yang berada di bawah tulang baru.
Osteosit adalah osteoblast yang ada pada matriks. Sedangkan osteoklast adalah
sel penghancur tulang dengan menyerap kembali sel tulang yang rusak maupun
yang tua. Sel tulang ini diikat oleh elemen-elemen ekstra seluler yang disebut
matriks. Matriks ini dibentuk oleh benang kolagen, protein, karbohidrat, mineral,
dan substansi dasar (gelatin) yang berfungsi sebagai media dalam difusi nutrisi,
oksigen, dan sampah metabolisme antara tulang daengan pembuluh darah. Selain
itu, didalamnya terkandung garam kalsium organik (kalsium dan fosfat) yang
menyebabkan tulang keras.sedangkan aliran darah dalam tulang antara 200 – 400
ml/ menit melalui proses vaskularisasi tulang.
2.2.2 Tulang Panjang
Adalah tulang yang panjang berbentuk silinder dimana ujungnya bundar dan
sering menahan beban berat. Tulang panjang terdiriatas epifisis, tulang rawan,
diafisis, periosteum, dan medula tulang. Epifisis (ujung tulang) merupakan tempat
menempelnya tendon dan mempengaruhi kestabilan sendi. Tulang rawan
menutupi seluruh sisi dari ujung tulang dan mempermudah pergerakan, karena
tulang rawan sisinya halus dan licin. Diafisis adalah bagian utama dari tulang
panjang yang memberikan struktural tulang. Metafisis merupakan bagian yang
melebar dari tulang panjang antara epifisis dan diafisis. Metafisis ini merupakan
daerah pertumbuhan tulang selama masa pertumbuhan. Periosteum merupakan
penutup tulang sedang rongga medula (marrow) adalah pusat dari diafisis.
6
2.3 Etiologi
1) Trauma langsung yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian
tersebut mendapat ruda paksa (misalnya benturan, pukulan yang
mengakibatkan patah tulang).
2) Trauma yang tak langsung misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam
keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada pegelangan tangan.
3) Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu
sendiri rapuh ada “underlying disesase” dan hal ini disebut dengan fraktur
patologis.
(Anderson, 2014).
2.4 Klasifikasi
Menurut Solomon (2010), dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
2.4.1 Berdasarkan sifat fraktur.
1). Faktur Tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih
utuh) tanpa komplikasi.
7
2.5 Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya
atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan
pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang
membungkus tulang rusak.
Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma
di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang
9
Tatalaksana
Stress psikologi
Perlukaan pada Dilakukan operasi /
kulit pembedahan
Perasaan takut
Dan khawatir
Tindakan
Terputusnya jaringan
pembedahan
Ansietas
Terdapat luka post operasi
Resiko Perdarahan
Nyeri Akut
22
2.9 Penatalaksanaan
Menurut Mansjoer (2011):
Prinsip penatalaksaanannya pada fraktur dapat dilakukan secara ORIF,
ORIF adalah suatu bentuk pembedahan dengan pemasangan internal fiksasi pada
tulang yang mengalami fraktur. Fungsi ORIF untuk mempertahankan posisi
fragmen tulang agar tetap menyatu dan tidak mengalami pergeseran.
26
ada dua jenis yaitu konservatif dan operatif. Kriteria untuk menentukan
pengobatan dapat dilakukan secara konservatif atau operatif selamanya tidak
absolut.
Sebagai pedoman dapat di kemukakan sebagai berikut:
2.9.1 Cara konservatif:
1) Anak-anak dan remaja, dimana masih ada pertumbuhan tulang panjang.
2) Adanya infeksi atau diperkirakan dapat terjadi infeksi.
3) Jenis fraktur tidak cocok untuk pemasangan fiksasi internal.
4) Ada kontraindikasi untuk di lakukan operasi.
Pengobatan konservatif dapat dilakukan dengan:
1) Pemasangan Gips.
2) Pemasangan traksi (skin traksi dan skeletal traksi). Beban maksimal untuk
skin traksi adalah 5 Kg.
2.9.2 Cara operatif di lakukan apabila:
1) Bila reposisi mengalami kegagalan.
2) Pada orang tua dan lemah (imobilisasi akibat yang lebih buruk).
3) Fraktur multipel pada ekstrimitas bawah.
4) Fraktur patologik.
5) Penderita yang memerluka imobilisasi cepat.
Pada prinsipnya penangganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi dan
pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.
(1) Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulangpada
kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode dalam reduksi adalah
reduksi tertutup, traksi dan reduksi terbuka, yang masing-masing di
pilih bergantung sifat fraktur
(2) Reduksi tertutup dilakukan untuk mengembalikan fragmen tulang ke
posisinya (ujung-ujung saling behubungan) dengan manipulasi dan
traksi manual.
(3) Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan
imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang
terjadi.
27
4) Lakukan disinfeksi pada area yang akan dilakukan sayatan dengan arah
dari dalam keluar, alkohol 2x, betadine 2x
5) Pasang duk pada area yang telah di disinfeksi (Drapping)
6) Hidupkan cuter unit
7) Lakukan sayatan dengan hand mest dengan arah paramedian
8) Robek subkutis dengan menggunakan cuter hingga terlihat tulang yang
fraktur
9) Lakukan pengeboran pada tulang
10) Pasang platina
11) Lakukan pembersihan bagian yang kotor dengan cairan NaCl
12) Jahit subkutis dengan plain 2/0
13) Jahit bagian kulit dengan side 2/0
14) Tutup luka dengan kassa betadine, setelah itu diberi hepafik
29
BAB 3
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.2 Identitas
1) Nama pasien
2) Umur
3) Jenis kelamin
4) Suku /Bangsa
5) Pendidikan
6) Pekerjaan
7) Alamat
3.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama:
3.1.4 Riwayat penyakit dahulu
3.1.5 Riwayat penyakit keluarga
3.1.6 Pemeriksaan Per Sistem
1) Sistem pernapasan
Data Subyektif: sesak nafas, dada tertekan, nyeri dada berulang
Data Obyektif: hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif), sputum
banyak, penggunaan otot diagfragma pernafasan diafragma dan perut
meningkat, laju pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada
lapang paru, terdengar suara nafas abnormal, egophoni.
2) Sistem kardiovaskuler
Data Subyektif: sakit kepala
Data Obyektif: denyut nadi meningkat, disritmia, pembuluh darah
vasokontriksi, kualitas darah menurun.
3) Sistem persyarafan
Data Subyektif: gelisah, penurunan kesadaran
Data Obyektif: letargi
4) Sistem perkemihan
Data Subyektif: –
29
30
3.2 DiagnosaKeperawatan
1) Pre Operatif: Ansietas berhubungan dengan perasan takut dan khawatir
2) Intra Operatif : Resiko infeksi berhubungan dengan Perlukaan pada kulit
3) Post Operatif : Nyeri akut berhubungan dengan terdapatluka post operasi
prosedur
5. Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
2) Resiko infeksi Setelah diberikan asuhan 1) Monitor tanda gejala
berhubungan keperawatan selama infeksi
dengan 1jam, diharapkan 2) Lakukan scrubbing/
cuci tangan steril sesuai
Perlukaan pada Tidak ada tanda infeksi
prosedur sebelum
kulit dengan kriteria hasil : operasi
1) Tidak ada nanah 3) Bantu timper sonil
padaluka dalam memasang gown
2) Balutan luka tidak dan glove steril
keluar cairan 4) Bnatu scub nurse
3) Tidak ada kemerahan dalam drapping area
tindakan, minimalisir
pada luka
penekanan pada
4) Tidak ada pembengka anggota badan
kan 5) Pertahankan tehnik
aseftik pada pasien
beresiko tinggi
6) Kolaborasi pemberian
antibiotik jika perlu
3.4 Implementasi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015) Implementasi merupakan tidakan
yang sudah di rencanakan dalam rencana perawatan. Tindakan keperawatan
mencakup tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi.
Tindakan mandiri (independen) adalah aktivitas perawat yang didasarkan
pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau
perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan
didasarkan hasil keputusan bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan lain.
32
Implementasikeperawatandapatberbentuk:
1) Bentuk perawatan seperti melakukan pengkajian untuk mengidentifikasi
masalah baru atau mempertahankan masalah yang ada.
2) Pengajaran/pendidikan kesehatan pada pasien untuk membantu menambah
pengetahuan tentang kesehatan.
3) Konseling pasien untuk memutuskan kesehatan pasien
4) Konsultasi atau berdiskusi dengan tenaga profesional kesehatan lainnya
sebagai bentuk perawatan holistik.
5) Bentuk pelaksanaan secara spesifik atau tindakan untuk memecahkan
masalah kesehatan.
6) Membantu pasien dalam melakukan kesehatan sendiri.
7) Melakukan monitoring atau pengkajian terhadap komplikasi yang
mungkin terjadi terhadap pengobatan atau penyakit yang dialami.
3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk dapat
menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan. Evaluasi pada dasarnya
adalah membandingkan status keadaan kesehatan pasien dengan tujuan atau
kriteria hasil yang telah ditetapkan.
Tujuan dari evaluasi adalah:
1) Mengevaluasi status kesehatan pasien
2) Menentukan perkembangan tujuan perawatan
3) Menentukan efektivitas dari rencana keperawatan yang telah ditetapkan.
4) Sebagai dasa rmenentukan diagnosis keperawatan sudah tercapai atau
tidak, atau adanya perubahan diagnosis.
33
BAB 4
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Umur : 38 Tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. G.Obos IV
Tgl MRS : 21 April 2020
Diagnosa Medis : Orif Implant Clavicula
a. RIWAYAT KESEHATAN/PERAWATAN
1. Keluhan Utama /Alasan di Operasi :
Klien mengatakan “sedikit takut dan cemas dengan tindakan
operasi yang akan dilakukan”
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien mengatakan mengalami cedera pada bagian bahu kemudian
dibawa ke RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya pada tanggal 21
April 2020 pukul 10.00 WIB oleh keluarganya untuk konsultasi di
Poli Ortopedi dan menjalani kontrol tindakan apa yang akan
dilakukan, setelah konsultasi pasien dianjurkan dokter untuk
operasi Orif Implant Clavicula, pasien segera dirujuk keruang
33
34
GENOGRAM KELUARGA :
Keterangan:
: Meninggal
: Laki-laki
: Wanita
: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah
B. PEMERIKASAAN FISIK
1. Keadaan Umum :
a. Pre Operatif
Klien mengatakan sedikit takut dan cemas dengan tindakan operasi
yang akan di lakukan, kesadaran compos menthis, tampak gelisah,
tampak pasien terpasang infus RL 20 tpm ditangan sebelah kanan.
TD : 110/80 mmHg
35
N : 88menit
RR : 21 x/menit
S : 36,5 °C
b. Intra Operatif
Operasi dimulai pukul 09:15-10:05 WIB, klien terpasang monitor,
terpasang infus RL 20 tpm di tangan sebelah kanan, terpasang
intubasi endotrakeal (alat bantu nafas)
TD : 100/70 mmHg
N : 80x/menit
RR : 22 x/menit
S : 35,6 °C
c. Post Operatif
Tampak lemah, pasien tampak meringis, terpasang infus RL 20
tpm ditangan sebelah kanan, terpasang O2 nasal kanul 3 lpm. Klien
mengatakan “nyeri pada bagian bahu setelah dilakukan tindakan
operasi”
P : Nyeri ketika melakukan pergerakan
Q : Nyeri seperti ditusuk - tusuk
R : Bagian bahu
S : 6 (nyeri sedang)
T : 5 – 10 menit
TD : 110/70mmHg
N : 84x/menit
RR : 21x/menit
S : 36°C
SPO2 : 99%
2. Tanda-tanda Vital :
a. TD : 110/70 mmHg
b. Nadi/HR : 84x/menit
c. Pernapasan/RR : 21x/menit
d. Suhu/T : 360C
36
e. SPO2 : 99%
4. Penatalaksanaan Medis
Terapi Dosis Rute Indikasi
Obat
Infus RL 500cc Intravena Untuk mengganti cairan
dan elektrolit
ANALISIS DATA
PRIORITAS MASALAH
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. M
Ruang Rawat :IBS
40
41
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. M
Ruang Rawat : IBS
41
42
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. M
Ruang Rawat : IBS
42
43
Rabu, 22 April 2020 1. Memonitor tanda-tanda S: Klien mengatakan “sudah tidak merasa cemas lagi”.
Jam 09:00 WIB ansietas (verbal dan O:
nonverbal) - Klien tampak rileks
2. Mendengarkan dengan penuh - TTV :
perhatian (empati) TD : 110/80 mmHg
3. Menjelaskan prosedur, N : 80x/ menit
termasuk sensasi yang RR : 20 x/menit Linda Lestari
mungkin dialami S : 36,2 °C
4. Melatih relaksasi
5. Melakukan kolaborasi A: Masalah teratasi
pemberian obat antiansietas P: Lanjutkan intervensi
Yaitu midazolam 3 mg
43
44
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
44
45
Rabu, 22 April 2020 1. Mengobservasi TTV dan S: Pasien mengatakan “masih merasa nyeri”
Jam 10:05 WIB identifikasi intensitas nyeri O:
dengan PQRST - Skala nyeri 4
2. Mengatur posisi senyaman TTV
mungkin - TD : 110/80mmHg
3. Memberikan edukasi tentang
- N : 80 x/menit
manajemen nyeri yaitu Linda Lestari
pemberian terapi music dan - RR : 20 x/m
teknik relaksai nafas dalam - S : 36,2 ⁰C
4. Melakukan kolaborasi dalam - Masih lemah
pemberian terapi obat analgetik - Terpasang O2 nassal kanul 3 lpm
Keterolak 1x1 ml
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
OTEK :
O: Observasi TTV dan identifikasi intensitas nyeri
K : Kolaborasi dalam pemberian terapi obat analgetik
45
46
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah membahas keseluruhan asuhan keperawatan pada Tn.M dengan
Orif Plating Clavicula pada bab ini akan disampaikan simpulan sebagai berikut :
Pada tahap pengkajian sampai pemeriksaan fisik ditemukan masalah
keperawatan ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan,
resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan, nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi).
Pada tahap perencanaan dibuat prioritas masalah keperawatan tindakan,
tujuan dan waktu secara spesifik sesuai dengan waktu yang diberikan. Pada
diagnosa satu dan dua semua rencana tindakan keperawatan sudah dilakukan
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
Pada tahap pelaksanaan semua tindakan keperawatan dapat dilakukan
dengan rencana ke tiga diagnosa semua pelaksanaan sudah dilakukan sesuai
kondisi dan kebutuhan klien.
Pada tahap evaluasi dari ketiga diagnosa keperawatan yang pertama yaitu
ansietas sudah teratasi yang kedua hipotermi belum teratasi sebagian kemudia
yang ketiga hambatan mobilitas fisik juga belum teratasi, hal ini karena faktor
pendukung dari klien dan perawat ruangan.
5.2 Saran
5.2.1 Untuk Mahasiswa
Diharapkan dapat memanfaatkan waktu yang telah diberikan dengan efektif
dan efisien untuk melakukan asuhan ke perawatan. Mahasiswa/i juga diharapkan
secara aktif untuk membaca dan meningkatkan keterampilan seta menguasai
kasus yang diambil untuk mendapatkan hasil asuhan keperawatan yang
komprehensif.
5.2.2 Untuk perawat ruangan
Diharapkan perawat dapat memberikan informasi secara langsung kepada
klien dan keluarga tentang tanda dan gejala dan juga tindakan keperawatan.
Perawat juga diharapkan dapat bekerja sama dengan keluarga dalam memonitor
46
47
perkembangan klien. Perawat juga diharapkan agar dapat lebih melengkapi format
pengkajian dan pendokumentasian keperawatan.
48
DAFTAR PUSTAKA
Alan Yanuar. 2015. Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Intensitas Nyeri
Pada Pasien Post Operasi Fraktur di RS PKU Muhamadiyah Yogyakarta.
Yogyakarta. STIKES Aisyiyah
Anderson. 2014. Pathofisiologi Konsep Klinik Proses-proses Penyakit, Jakarta:
EGC
Black, J.M. 2013 Medikal Nursing : A Nursing Process Approach, 4 th Edition,
W.B. Saunder Company
Mansjoer. 2011. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid II. Jakarta: Media
Aesculapius
Smeltzer dan Bare. 2014. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Jilid II Edisi 8.
Jakarta : EGC
Solomon. 2010. Orthopedi dan Fraktur. Jakarta. Widya Medika
Satrio Agung. 2016. Pengaruh Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Terhadap Tingkat Nyeri Pada Pasien Post Operasi dengan Anestesi Umum
di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta. Universitas Duta Bangsa
Surakarta
Tarwoto dan Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Penyakit.
Jakarta. Salemba Medika