Anda di halaman 1dari 31

BAGIAN ILMU BEDAH REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN Januari 2021


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

LIMFADENITIS

OLEH :

FIRMAWATI AR.

111 2019 2149

PEMBIMBING :
dr. Mahyuddin Rasyid , Sp.B, FINASC, FICS

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Firmawati AR.

Stambuk : 111 2019 2149

Judul Referat : Limfadenitis

Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian
Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, Januari 2021

Menyetujui,

Dokter Pendidik Klinik Penulis

dr. Mahyuddin Rasyid , Sp.B, FINASC Firmawati AR

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelenjar getah bening (KGB) terdapat di beberapa tempat di tubuh
manusia. KGB adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh. Tubuh memiliki
kurang lebih sekitar 600 KGB, tetapi hanya di daerah submandibular (bagian
bawah rahang bawah), ketiak atau lipat paha yang teraba normal pada orang sehat.
KGB terbungkus kapsul fibrosa yang berisi kumpulan sel-sel pembentuk
pertahanan tubuh dan merupakan tempat penyaringan antigen (protein asing) dari
pembuluh-pembuluh getah bening yang melewatinya. Pembuluh-pembuluh limfe
akan mengalir ke KGB sehingga dari lokasi KGB akan diketahui aliran pembuluh
limfe yang melewatinya. Oleh karena dilewati oleh aliran pembuluh getah bening
yang dapat membawa antigen (mikroba, zat asing) dan memiliki sel pertahanan
tubuh maka apabila ada antigen yang menginfeksi maka KGB dapat menghasilkan
sel-sel pertahanan tubuh yang lebih banyak untuk mengatasi antigen tersebut
sehingga KGB membesar[ CITATION Nuc10 \l 1057 ].
Limfadenitis adalah peradangan pada kelenjar getah bening. Namun, istilah yang
sering digunakan adalah limfadenopati, yaitu segala kelainan pada kelenjar getah
bening. Dalam praktik, istilah tersebut tidak hanya menunjukkan limfadenitis,
tetapi juga setiap pembesaran kelenjar getah bening karena sebagian besar reaksi-
reaksi kelenjar disertai dengan pembesaran[ CITATION Wil05 \l 1057 ].

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Sistem Limfatik


Sistem limfatik terdiri dari anyaman pembuluh limfe yang luas dan
berhubungan dengan kelompok kecil jaringan limfatik, yakni kelenjar limfe.
Cairan dari jaringan tubuh yang memasuki pembuluh limfe, disebut limfe (getah
bening). Umumnya, limfe bersifat bening dan menyerupai air serta memiliki
komposisi yang sama seperti plasma darah. Sistem limfatik terdiri dari[ CITATION
Moo02 \l 1057 ]:

1. Pleksus limfatikus, yaitu anyaman pembuluh limfe yang amat kecil dan
dikenal sebagai kapiler limfatik. Kapiler ini berawal dari ruang interseluler
jaringan tubuh terbanyak.
2. Kelenjar limfe (KGB) yang terdiri dari kelompok kecil jaringan limfatik dan
dilalui oleh limfe sewaktu melintas ke sistem pembuluh balik. KGB yang
sering digunakan dalam klinis, yaitu KGB servikalis, aksilaris, abdominalis,
pelvis, dan inguinalis.
3. Kumpulan jaringan limfoid dalam dinding saluran cerna (misalnya tonsila),
dalam lien dan timus.
4. Limfosit yang beredar dan dibentuk dalam jaringan limfoid (misalnya dalam
KGB dan lien) dan dalam jaringan mieloid susmsum tulang merah.
5. Organ limfatik dibagi menjadi dua, yaitu primer (timus dan susmsum tulang)
dan sekunder (lien dan tonsila).

4
Gambar 2.1. Sistem limfatik manusia[ CITATION Mar00 \l 1057 ]
Limfe terkumpul dalam pembuluh limfe yang lebih besar yakni trunkus
limfatikus setelah limfe melewati satu atau lebih KGB. Ada lima trunkus
limfatikus pada tubuh manusia, yaitu trunkus limfatikus jugularis, subklavia,
bronkomediastinalis, intestinalis, dan lumbalis. Trunkus limfatikus akan bersatu
menjadi duktus limfatikus. Muara dari trunkus limfatikus sebagai
berikut[ CITATION Mar00 \l 1057 ]
Tabel 2.1. Muara trunkus limfatikus

Duktus limfatikus kanan Duktus limfatikus kiri

a. Truncus lymphaticus jugularis dextraa. Truncus lymphaticus jugularis sinistra


b. Truncus lymphaticus subclavia dextrab. Truncus lymphaticus subclavia sinistra
c. Truncus lymphaticus c. Truncus lymphaticus
bronchomediastinalis dextra bronchomediastinalis sinistra
d. Truncus lymphaticus intestinalis

5
e. Truncus lymphaticus lumbalis
Duktus limfatikus dekstra menyalurkan limfe dari kepala dan leher sebelah
kanan, anggota gerak kanan, dan rongga dada sebelah kanan. Duktus limfatikus
kiri berawal dari perut sebagai kantong yang disebut cysterna chyli, lalu melintas
ke kranial (duktus toraksikus) untuk bermuara pada persatuan vena jugularis
interna sinistra dengan vena subclavia sinistra. Duktus limfatikus kiri menampung
dan menyalurkan limfe dari bagian lain dari duktus limfatikus kanan [ CITATION
Moo02 \l 1057 ].

Gambar 2.2. Drainase duktus limfatikus kanan dan kiri[ CITATION Mar00 \l 1057 ]
Vas lymphaticus superficiale terdapat dalam kulit dan fasia superfisialis
(hipodermis). Pembuluh ini lalu menyalurkan isinya ke dalam vas lymphaticus
profundum yang terdapat pada fasia profunda antara otot dan fasia superfisialis.
Pembuluh tersebut mengiringi pembuluh darah utama daerah
bersangkutan[ CITATION Moo02 \l 1057 ].

6
B. Fisiologi Sistem Limfatik
Sistem limfatik merupakan jalur tambahan yang menyebabkan cairan
dapat mengalir dari ruang intersisial ke dalam darah. Sistem limfatik dapat
mengangkut protein dan zat-zat berpartikel besar keluar dari jaringan, yang tidak
dapat dipindahkan dengan absorpsi langsung ke dalam kapiler darah. Pengeluaran
protein dari ruang intersisial ini merupakan fungsi yang penting, tanpa fungsi ini
manusia akan meninggal dalam waktu 24 jam[ CITATION Guy \l 1057 ]. Pembuluh
limfe berguna untuk[ CITATION Moo02 \l 1057 ]:

1. Menyalurkan cairan jaringan, misalnya genangan plasma dari sela intersisial dan
membawanya ke sistem pembuluh balik.
2. Menyerap dan mengangkut zat lemak, misalnya kapiler limfe menyalurkan lemak
dari intestinum dan mencurahkannya melalui duktus toraksikus ke dalam vena
subclavia sinistra.
3. Membentuk mekanisme pertahanan untuk tubuh.
Hampir seluruh jaringan tubuh mempunyai saluran limfatik yang
mengalirkan kelebihan cairan secara langsung dari ruang intersisial. Beberapa
pengecualian antara lain bagian permukaan kulit, sistem saraf pusat, bagian dalam
dari saraf perifer, endomisium otot, dan tulang. Meskipun jaringan-jaringan
tersebut mempunyai pembuluh intersisial kecil yang disebut prelimfatik yang
dapat dialiri oleh cairan intersisial, pada akhirnya cairan ini mengalir ke dalam
pembuluh limfatik atau, pada otak, mengalir ke dalam cairan serebrospinal dan
kemudian langsung kembali ke darah. Pada dasarnya, seluruh cairan limfe dari
bagian bawah tubuh mengalir ke atas ke duktus torasikus dan bermuara ke dalam
sistem vena pada pertemuan antara vena jugularis interna kiri dan vena subklavia.
Cairan limfe dari sisi kiri kepala, lengan kiri, dan sebagian daerah toraks juga
memasuki duktus torasikus sebelum bermuara ke dalam vena. Cairan limfe dari
sisi kanan leher dan kepala, lengan kanan, dan sebagian toraks memasuki duktus
limfatikus kanan, yang kemudian bermuara ke dalam sistem vena pada pertemuan
antara vena subklavia kanan dan vena jugularis interna[ CITATION Guy \l 1057 ].

7
Sebagian besar cairan yang disaring dari kapiler arteri mengalir di antara
sel-sel dan akhirnya direabsorpsi kembali ke dalam ujung vena dari kapiler darah,
tetapi dalam batas tertentu, mungkin sekitar sepersepuluh dari cairan tersebut
justru memasuki kapiler limfatik dan bukan melalui kapiler vena. Jumlah total
cairan limfe normalnya hanya 2 sampai 3 liter per hari[ CITATION Guy \l 1057 ].
Sebagian kecil cairan yang kembali ke sirkulasi melalui sistem limfatik
bersifat sangat penting karena zat-zat dengan berat molekul tinggi, seperti protein,
tidak dapat direabsorpsi dalam cara lain. Protein tersebut ternyata dapat memasuki
kapiler limfatik tanpa hambatan. Penyebab dari hal ini ialah adanya struktur
khusus pada kapiler limfatik, yaitu sel-sel endotel kapiler yang dilekatkan oleh
filamen penambat ke jaringan penyambung sekitarnya. Pada pertemuan antara sel-
sel endotelial yang berdekatan, tepi suatu sel endotel biasanya menutupi tepi sel
yang berdekatan sedemikian rupa sehingga tepi yang menutupi tersebut bebas
menutup ke dalam, jadi membentuk katup kecil yang membuka ke bagian dalam
kapiler. Cairan intersisial bersama dengan partikel tersuspensinya dapat
mendorong katup untuk membuka dan mengalir langsung ke dalam kapiler
limfatik. Namun, cairan ini sulit meninggalkan kapiler jika sudah masuk karena
setiap aliran balik akan menutup katup. Jadi, sistem limfatik mempunyai katup di
bagian paling ujung dari kapiler limfatik terminal juga katup di sepanjang
pembuluh besarnya sampai ke titik dengan sistem yang bermuara ke dalam
sirkulasi darah[ CITATION Guy \l 1057 ].
Pembentukan cairan limfe
Cairan limfe berasal dari cairan intersisial yang mengalir ke dalam sistem
limfatik. Oleh karena itu, cairan limfe yang pertama kali mengalir dari setiap
jaringan mempunyai komposisi yang hampir sama dengan cairan intersisial.
Konsentrasi protein dalam cairan intersisial rata-rata 2 g/dl, dan konsentrasi
protein cairan limfe yang mengalir dari jaringan tersebut mendekati nilai ini.
Sebaliknya, cairan limfe yang dibentuk dalam hati mempunyai konsentrasi protein
setinggi 6 g/dl, dan cairan limfe yang dibentuk dalam usus memiliki konsentrasi
protein sebesar 3-4 g/dl. Oleh karena kurang lebih dua pertiga dari seluruh cairan
limfe normalnya berasal dari hati dan usus, cairan limfe toraksikus, yang

8
merupakan campuran cairan limfe dari seluruh tubuh, biasanya mempunyai
konsentrasi protein 3-5 g/dl[ CITATION Guy \l 1057 ].
Sistem limfatik juga merupakan salah satu jalan utama untuk absorpsi zat
makanan dari saluran cerna, terutama bertanggung jawab atas absorpsi lemak.
Setelah mengonsumsi makanan berlemak, cairan limfe dalam duktus toraksikus
kadang-kadang mengandung 1-2% lemak. Di samping itu, partikel-partikel besa,
seperti bakteri dapat memasuki saluran limfatik di antara sel-sel endotel kapiler
limfatik dan melalui jalan ini masuk ke cairan limfe. Ketika cairan limfe melewati
KGB, partikel-partikel ini akan dikeluarkan dan dihancurkan [ CITATION Guy \l 1057
].
Faktor utama yang menentukan aliran limfe adalah hasil tekanan intersisial
dan kegiatan pompa limfatik. Faktor-faktor yang menentukan tekanan intersisial
adalah peningkatan tekanan kapiler, penurunan tekanan osmotik koloid plasma,
peningkatan protein cairan intersisial, peningkatan permeabilitas kapiler. Sekitar
100 ml cairan limfe setiap jam mengalir melalui duktus toraksikus pada orang
yang beristirahat dan sekitar 20 ml lainnya tiap jam mengalir ke dalam sirkulasi
melalui saluran lain. Jadi, total aliran limfe sekitar 120 ml/jam, antara 2-3 l per
hari[ CITATION Guy \l 1057 ].
Saluran dan kelenjar getah bening menyaring dan mengatur cairan
ekstravaskular. Bersama dengan sistem fagosit mononuklear, sistem ini
merupakan lini pertahanan sekunder yang berperan pada saat reaksi radang lokal
gagal mengatasi dan menetralkan cedera. Saluran limfatik merupakan saluran
sangat halus yang sukar terlihat pada potongan jaringan biasa karena saluran
tersebut akan mudah kolaps, kecuali jika terisi dengan cairan edema dan / atau
leukosit yang kembali masuk sirkulasi. Saluran limfatik tersusun oleh endotel
yang berkesinambungan, dengan cell junction yang tumpang tindih dan longgar,
membran basalis yang tipis, dan tanpa penopang otot, kecuali pada saluran yang
lebih besar. Katupnya terdapat di saluran pengumpul limfe yang lebih besar, yang
memungkinkan kandungan limfe hanya mengalir dari arah distal ke
proksimal[ CITATION Mit07 \l 1057 ].
Sirkulasi limfe merupakan proses yang rumit dan sulit dipahami. Satu
fungsi utama sistem limfe adalah untuk berpartisipasi dalam pertukaran kontinyu

9
cairan intersisial. Starling memberikan hipotesis bahwa cairan intersisial
merupakan filtrat plasma yang menyilang dinding kapiler dan kecepatan
pembentukannya tergantung pada perbedaan tekanan di antara membran ini.
Pappenheimer dan Soto-Rivera mendukung konsep bahwa pori-pori kapiler
adalah kecil dan hanya permeabel sebagian bagi molekul besar seperti protein
plasma. Molekul besar ini hanya tertangkap di dalam kapiler menimbulkan efek
osmotik yang cenderung menjaga volume cairan di dalam ruang kapiler [ CITATION
McC94 \l 1057 ].
Fungsi kedua dari sistem limfe adalah untuk mengembalikan
makromolekul dari ruang intersisial ke sistem vaskular. Molekul yang besar ini
tidak mudah direabsorpsi dalam kapiler vaskular karena ukuran pori yang kecil
dalam struktur yang terakhir. Namun, celah antara sel endotel pembuluh limfe
terminal sebenarnya mudah menerima molekul besar ini. Diperkirakan bahwa 50-
80% protein intravaskular total bersirkulasi dengan cara ini tiap 24 jam.
Konsentrasi protein limfe terutama tergantung atas jaringan yang didrainase. Pada
pembuluh limfe ekstremitas, konsentrasi protein bisa serendah 0,5 g per 100 ml,
sementara limfe hati bisa mengandung 6 g per 100 ml. Limfe yang mengalir dari
usus setelah makan akan berwarna opalesen karena adanya kandungan lemak
dalam bentuk kilomikron[ CITATION McC94 \l 1057 ].
Fungsi tambahan sistem limfe yang mempunyai dampak bedah, meliputi
fungsi filtrasi dan perlindungan imunologi. Bakteri, benda asing, dan sel ganas
yang dikenal, dilumpuhkan oleh sistem limfe dan diangkut KGB regional dengan
konsentrasi makrofag, sel plasma, dan limfosit dapat berinteraksi dengannya,
memulai respon kekebalan[ CITATION McC94 \l 1057 ].
Fibril tipis yang melekat di sudut kanan dinding pembuluh limfe, meluas
ke jaringan yang berdekatan dan berfungsi untuk mempertahankan patensi
saluran. Oleh karena penghubung saluran limfe longgar, cairan limfe akhirnya
menyeimbangkan dengan cairan ekstravaskular. Akibatnya, selama peradangan,
aliran saluran limfe meningkat dan membantu mengalirkan cairan edema dari
ruang ekstravaskular. Selain cairan, leukosit dan debris juga bisa menemukan
jalan masuk ke dalam limfe. Bahkan, pada keadaan inflamasi luar, aliran limfe
juga dapat mengangkut agen penyerang (mikroba atau kimiawi). Akibatnya,

10
saluran limfe itu sendiri dapat mengalami peradangan sekunder (limfangitis),
begitu pula KGB (limfadenitis)[ CITATION Mit07 \l 1057 ].
Barier KGB sekunder biasanya mengandung penyebaran infeksi. Namun,
pada beberapa kondisi kelenjar tersebut menjadi berlebih, dan organisme infeksius
yang mengalir secara progresif melalui saluran limfe yang lebih besar, akhirnya
sampai ke sirkulasi vaskular dan mengakibatkan bakterimia[ CITATION Mit07 \l
1057 ]. Rangsangan infeksi dan peradangan nonmikroba tidak hanya menyebabkan
leukositosis, tetapi juga melibatkan KGB, yang berfungsi sebagai sawar
pertahanan. Di sini terbentuk respons imun terhadap antigen, suatu proses yang
sering berkaitan dengan pembesaran KGB. Infeksi yang menyebakan limfadenitis
sangat banyak dan bervarisasi. Pada sebagian besar kasus, gambaran histologik di
KGB sama sekali nonspesifik, sehingga disebut adenitis nonspesifik akut atau
kronis. Limfadenitis nonspesifik akut merupakan bentuk limfadenitis yang
terbatas pada sekelompok KGB yang mendrainase suatu fokus infeksi, atau
mungkin generalisata apabila terjadi infeksi bakteri atau virus sistemik.
Limfadenitis nonspesifik kronis memiliki tiga pola, bergantung pada agen
penyebabnya: hiperplasia folikel, hiperplasia limfoid parakorteks, atau
histiositosis sinus[ CITATION Ast07 \l 1057 ].

C. Sistem Limfatik Servikalis


Semua pembuluh limfe dari kepala dan leher ditampung oleh nodi
lymphoidei cervicales profundi. Kelompok utama membentuk rangkaian
sepanjang vena jugularis interna, yang terbanyak di bawah musculus
sternocleidomastoideus. Dalam golongan kelenjar-kelenjar profunda termasuk
pula nodi lymphoidei cervicales anteriores profundi pretracheales, nodi
lymphoidei cervicales anteriores profundi paratracheales, dan nodi lymphoidei
cervicales anteriores profundi retropharyngeales. Kelenjar-kelenjar limfe
profunda menyalurkan limfe ke dalam trunkus jugularis dan lalu ke dalam duktus
toraksikus (sisi kiri) dan duktus limfatikus kanan. Nodi lymphoidei cervicales
superficiales menyalurkan isinya ke nodi lymphoidei cervicales profundi.
Kelenjar ini terdapat pada trigonum cervicale posterius sepanjang vena jugularis

11
externa dan di trigonum cervicale anterius sepanjang vena jugularis
anterior[ CITATION Moo02 \l 1057 ].
KGB di leher terdiri atas kelenjar preaurikuler, retroaurikuler,
submandibuler, submental, juguler atas, juguler tengah, juguler bawah, segitiga
leher dorsal, dan supra-(retro)klavikuler[ CITATION Dar04 \l 1057 ]. Nodi
lymphoidei retroauriculares (mastoidei) terletak di atas permukaan lateral
processus mastoideus os temporale, dan menampung cairan limfe dari sebagian
kulit kepala di atas aurikula dan dari dinding posterior meatus acusticus externus.
Pembuluh limfe eferen bermuara ke nodi lymphoidei cervicales profundi. Nodi
lymphoidei submandibulares terletak pada permukaan superfisial glandula
submandibularis, di bawah lamina superficialis fasciae colli profundae. Nodi ini
dapat dipalpasi tepat di bawah pinggir corpus mandibula, dan menerima cairan
limfe dari area yang luas, termasuk bagian depan kulit kepala, hidung, dan daerah
pipi yang berdekatan, bibir atas dan bawah (kecuali bagian tengah), sinus
frontalis, sinus maxillaris, sinus ethmoidalis, gigi atas dan bawah (kecuali
incisivus inferior), dua pertiga bagian anterior lidah (kecuali ujung lidah), dasar
mulut, dan vestibulum serta gusi. Pembuluh limfe eferen bermuara ke nodi
lymphoidei cervicales profundi[ CITATION Sne06 \l 1057 ].
Nodi lymphoidei submentales terletak di dalam trigonum submentale di
antara venter anterior m.digastricus dextra et sinistra. Nodi ini menampung cairan
limfe dari ujung lidah, dasar mulut di bawah ujung lidah, gigi incisivus, gusi yang
berdekatan, bagian tengah bibir bawah, dan kulit di atas dagu. Pembuluh eferen
bermuara ke nodi lymphoidei submandibulares et cervicales profundi[ CITATION
Sne06 \l 1057 ].

12
Gambar 2.3. Sistem Limfatik Leher[ CITATION Moo02 \l 1057 ]
D. DEFINISI LIMFADENITIS
Limfadenitis adalah peradangan pada satu atau beberapa kelenjar getah
bening. Peradangan tersebut akan menimbulkan hiperplasia kelenjar getah bening
hingga terasa membesar secara klinik. Kemunculan penyakit ini ditandai dengan
gejala munculnya benjolan pada saluran getah bening misalnya ketiak, leher dan
sebagainya. Kelenjar getah bening yang terinfeksi akan membesar dan biasanya
teraba lunak dan nyeri. Kadang-kadang kulit diatasnya tampak merah dan teraba
hangat.

ETIOLOGI LIMFADENITIS
Limfadenitis bisa disebabkan oleh infeksi dari berbagai organisme yaitu
bakteri,virus, protozoa, riketsia atau jamur. Streptokokus dan bakteri
staphylococcal adalah penyebab paling umum dari limfadenitis, meskipun virus,
protozoa, rickettsiae, jamur, dan basil TB juga dapat menginfeksi kelenjar getah
bening. Ciri khasnya, infeksi tersebut menyebar menuju kelenjar getah bening dari
infeksi kulit, telinga, hidung, atau mata atau dari beberapa infeksi seperti
infectious mononucleosis, infeksi cytomegalovirus, infeksi streptococcal,
13
tuberculosis, atau sifilis. Infeksi tersebut bisa mempengaruhi kelenjar getah
bening atau hanya pada salah satu daerah pada tubuh.

EPIDEMIOLOGI LIMFADENITIS
Dari studi di belanda terdapat 2.556 kasus limfadenitis, 10% dirujuk
kepada subspesialis, 3.2% membutuhkan biopsy dan 1.1% mengalami keganasan.
Studi kedokteran keluarga di Amerika Serikat tiga dari 238 pasien limfadenitis
yang mengalami komplikasi yang berat.
Penderita limfadenitis di RSUP H.Adam Malik Sumatera Utara pada tahun
2011 dengan rentang 20 – 50 tahun, yaitu 74 dengan jenis kelamin terbanyak
adalah wanita. Dari hasil penelitian ini juga diperoleh bahwa sebagian besar
limfadenitis ada mengalami gejala sistemik. Berdasarkan hasil pemeriksaan
didapatkan 13 orang memiliki pembesaran kelenjar berdiameter ≥ 2cm, 12 orang
memiliki pembesaran kelenjar yang multiple, 17 orang memiliki pembesaran
kelenjar dengan konsistensi kenyal, 16 orang memiliki pembesaran kelenjar tanpa
disertai adanya ulkus, dan 12 orang memiliki pembesaran kelenjar tanpa disertai
adanya nyeri.

14
2.4 PATOFISIOLOGI LIMFADENITIS

15
Gambar 1: Patofisiologi Limfadenitis
Kelenjar getah bening (KGB) adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh.
Tubuh kita memiliki kurang lebih sekitar 600 kelenjar getah bening, namun hanya
di daerah sub mandibular, ketiak atau lipat paha yang teraba normal pada orang
sehat. Terbungkus kapsul fibrosa yang berisi kumpulan sel-sel pembentuk
pertahanan tubuh dan merupakan tempat penyaringan antigen (protein asing) dari
pembuluh-pembuluh getah bening yang melewatinya. Pembuluh-pembuluh limfe
akan mengalir ke kelenjar getah bening sehingga dari lokasi kelenjar getah bening
akan diketahui aliran pembuluh limfe yang melewatinya. Oleh karena dilewati

16
oleh aliran pembuluh getah bening yang dapat membawa antigen dan memiliki sel
pertahanan tubuh maka apabila ada antigen yang menginfeksi maka kelenjar getah
bening dapat menghasilkan sel-sel pertahanan tubuh yang lebih banyak untuk
mengatasi antigen tersebut sehingga kelenjar getah bening membesar.
Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari penambahan sel-sel
pertahanan tubuh yang berasal dari kelenjar getah bening itu sendiri seperti
limfosit, sel plasma, monosit dan histiosit atau karena datangnya sel-sel
peradangan (neutrofil) untuk mengatasi infeksi di kelenjar getah bening
(limfadenitis), infiltrasi sel-sel ganas atau timbunan dari penyakit metabolite
macrophage (gaucher disease). Dengan mengetahui lokasi pembesaran kelenjar
getah bening maka kita dapat mengarahkan kepada lokasi kemungkinan terjadinya
infeksi atau penyebab pembesaran kelenjar getah bening. Benjolan, bisa berupa
tumor baik jinak atau ganas, bisa juga berupa pembesaran kelenjar getah bening.
Kelenjar ini ada banyak sekali di tubuh kita, antara lain di ujudaerah leher, ketiak,
dalam rongga dada dan perut, di sepanjang tulang belakang kiri dan kanan sampai
mata kaki. Kelenjar getah bening berfungsi sebagai penyaring bila ada infeksi
lokal yang disebabkan bakteri atau virus. Jadi, fungsinya justru sebagai benteng
pertahanan tubuh.
Jika tidak terjadi infeksi, kemungkinan adalah tumor. Apalagi bila
pembesaran kelenjar didaerah-daerah tersebut di atas, pertumbuhannya cepat dan
mudah membesar. Bila sudah sebesar biji nangka, misalnya, bila ditekan tidak
sakit, maka perlu diwaspadai. Jalan terbaik, adalah dilakukan biopsy di kelenjar
tersebut. Diperiksa jenis sel-nya untuk memastikan apakah sekedar infeksi atau
keganasan. Jika tumor dan ternyata ganas, pembesaran kelenjar akan cepat terjadi.
Dalam sebulan, misalnya sudah membesar dan tak terasa sakit saat ditekan. Beda
dengan yang disebabkan infeksi, umumnya tidak bertambah besar dan jika daerah
di sekitar benjolan ditekan,terasa sakit.
Peningkatan ukuran kelenjar getah bening disebabkan
1.      Multiplikasi sel-sel di dalam node, termasuk limfosit, sel plasma, monosit,
histiosit
2.      Infiltrasi sel dari luar nodus seperti sel ganas atau neutrofil
3.      Pengeringan infeksi (misalnya abses) ke kelenjar getah bening lokal.

17
2.5 PATOGENESIS LIMFADENITIS
a.      Kelenjar getah bening
Kelenjar getah bening (KGB) adalah agregat nodular jaringan limfoid
yang terletak sepanjang jalur limfe di seluruh tubuh. Sel dendritik membawa
antigen mikroba dari epitel dan mengantarkannya ke kelenjar getah bening yang
akhirnya dikonsentrasikan di KGB. Dalam KGB ditemukan peningkatan limfosit
berupa nodus tempat proliferasi limfosit sebagai respons terhadap antigen.

b.      System limfatik-resirkulasi limfosit


Sirkulasi darah ada dibawah tekanan dan komponennya (plasma) masuk
dinding kapiler yang tipis ke jaringan sekitar. Cairan ini disebut cairan interstisial
yang membasahi semua jaringan dan sel. Bila cairan ini tidak dikembalikan ke
sirkulasi dapat terjadi edema, pembengkakan progresif yang dapat mengancam
nyawa. Hal itu tidak terjadi oleh karena cairan dikembalikan ke darah melalui
dinding venul. Jadi system tersebut menampung cairan yang dari pembuluh darah
dan masuk ke dalam jaringan dan mengembalikannya ke pembuluh darah.
Sel limfosit, SD, makrofag dan sel lainnya juga dapat masuk melalui
dinding tipis sel endotel yang longgar dari pembuluh limfe primer dan masuk ke
dalam arus limfe. Antigen asing yang masuk ke dalam jaringan akan ditangkap
oleh sel system imun dan dibawa ke berbagai jaringan limfoid regional yang
teroganisasi seperti KGB. Jadi system limfatik juga berperan sebagai alat transport
limfosit dan antigen dari jaringan ikat ke jaringan limfoid yang teroganisasi,
tempat limfosit diaktifkan.1
Keuntungan dari resirkulasi limfosit ialah bahwa sewaktu terjadi infeksi
non-spesifik, banyak limfosit akan terpajan dengan antigen/kuman. Keuntungan
lain dari resirkulasi limfosit ialah bahwa bila ada organ limfoid misalnya limfa
yang deficit limfosit karena infeksi, radiasi atau trauma. Limfosit dari jaringan
limfoid lainnya melalui sirkulasi akan dapat dikerahkan kedalam organ limfoid
tersebut dengan mudah.
Sel T naïf (Sel matang yang belum terpajan dengan antigen dan belum
berdiferensiasi) cenderung meninggalkan sirkulasi darah dan menuju kelenjar

18
getah bening dalam daerah sel T. SD/APC dari berbagai bagian tubuh yang
membawa antigen juga berimigrasi dan masuk ke dalam kelenjar getah bening dan
mempresentasikan antigen ke sel T. sel T yang diaktifkan SD/APC tersebut keluar
dari kelenjar limfoid dan melalui aliran darah bergerak ke tempat infeksi dan
bekerja sebagai sel efektor. Tidak seperti leukosit, limfosit terus menerus di
resirkulasikan melalui darah dan limfe ke berbagai organ limfoid.

1.      HEV-tempat ekstravasasi limfosit


Beberapa tempat di endotel vascular dalam venul poskapilar berbagai organ
limfoid terdiri atas sel khusus, gemuk dan tinggi yang disebut HEV. Sel-selnya
berlainan sekali dengan sel endotel yang gepeng yang membatasi kapiler lainnya.
Setiap organ limfoid sekunder, kecuali limpa mengandung HEV.1
HEV mengekspresikan sejumlah besar molekul adhesi. Seperti sel endotel
vascular lainnya, HEV mengekspresikan CAM family selektin (selektin E dan P),
family musin (GlyCAM-1 dan CD34) dan superfamily immunoglobulin (ICAM-
1, ICAM-2. ICAM-3, VCAM-1 dan MAdCAM-1) beberapa molekul adhesi
disebut adresin vascular, oleh karena berperan dalam mengarahkan ekstravasasi
berbagai populasi limfosit dalam resirkulasi ke organ limfoid khusus.1

2.        Homing atau trafficking


Pada keadaan normal terjadi lintas arus limfosit aktif terus menerus melalui
kelenjar getah bening, tetapi bila ada antigen masuk, arus limfosit dalam kelenjar
getah bening akan berhenti sementara. Sel yang antigen spesifik akan ditahan
dalam kelenjar getah bening. Dalam menghadapi antigen tersebut, kelenjar dapat
membengkak seperti yang sering ditemukan pada infeksi. Hal tersebut merupakan
hal yang esensial untuk respons imun yang efektif terhadap antigen asing.
Limfosit cenderung berimigrasi ke tempat-tempat yang selektif. Homing
mukosa adalah kembalinya sel limfoid reaktif imunologis ke asalnya di folikel
mukosa. Hal tersebut terjadi melalui ikatan antara molekul adhesi dan kemokin,
reseptor yang mengarahkan berbagai populasi limfosit ke jaringan limfoid khusus
atau inflamasi yang disebut dengan reseptor homing. L-selektin atau CD62L
adalah molekul pada permukaan limfosit yang berperan pada homing limfosit.

19
Adresin mukosa adalah salah satu adresin yang mengikat integrin pada sel T yang
memilih homing di saluran cerna. Reseptor pada permukaan limfosit tersebut akan
memberikan arah dan tujuan kembali ke plak peyer. Limfosit yang awalnya
disensitasi oleh antigen di plak peyer akan diaktifkan dan memproduksi sel
memori yang akan berimigrasi kembali ke tempat yang semula mensensitasinya.

2.6 KLASIFIKASI LIMFADENITIS


Sebagian besar kasus merupakan respon jinak terhadap infeksi lokal atau
sistemik. Sebagian besar anak dengan limfadenitis menunjukkan kecil, teraba
serviks, ketiak, dan kelenjar getah bening inguinal. Kurang umum adalah
pembesaran suboksipital atau postaurikular node. Supraklavikula, epitrochlear,
dan poplitea kelenjar getah bening teraba jarang terjadi, seperti yang diperbesar
node mediastinum dan perut.
Limfadenitis dapat mempengaruhi node tunggal atau sekelompok node
(adenopati daerah) dan dapat unilateral atau bilateral. Onset dan perjalanan
limfadenitis mungkin akut, subakut, atau kronis.
jenis lymphadenitis:
1.      Lymphadenitis disebabkan oleh virus:

Infectious mononucleosis lymphadenitis

Cytomegalovirus (CMV) lymphadenitis

Herpes simplex virus lymphadenitis

Varicella-herpes zoster lymphadenitis

Vaccinia lymphadenitis

Measles lymphadenitis

Human immunodeficiency virus (HIV) lymphadnitis, with and without salivary


gland invovlvement

Human immunodeficiency virus (HIV) lymphadnitis of salivary gland


invovlvement

2.      Lymphadenitis disebabkan oleh bakteri:

Non-specific acterial lymphadenitis (common, non-specific species)

20
Cat-scratch lymphadenitis (Afipia felis)

Bacillary angiomatosis of lymph nodes (Bartonella henselae and B. quintana)

Lymphogranuloma venereum lymphadenitis (Chlamydia trachomatis)

Syphilitic lymphadenitis (Trapenosoma pallidum)

Lymphadenitis of Whipple disease

3.      Lymphadenitis disebabkan oleh mycobacteria:

Mycobacterium tuberculosis lymphadenitis (TB)

Atypical mycobacterial lymphadenitis

Mycobacterium avium-intracellulare lymphadenitis

Mycobacterium leprae lymphadenitis

Miscellaneous mycobacterial lymphadenitis

4.      Lymphadenitis disebabkan oleh jamur

Cryptococcus lymphadenitis

Histoplasma lymphadenitis

Coccidioidomycosis lymphadenitis

Pneumocystis lymphadenitis

5.    Lymphadenitis disebabkan oleh protozoa

Toxoplasma lymphadenitis

Leishmania lymphadenitis

Filaria lymphadenitis

6.      Others

Malaioplakia (most common in the mesenteric lymph nodes)

2.7 MANIFESTASI KLINIS LIMFADENITIS

21
Kelenjar getah bening yang terserang biasanya akan membesar dan jika
diraba terasa lunak dan nyeri, selain itu gejala klinis yang timbul adalah demam,
nyeri tekan, dan tanda radang. Kulit di atasnya terlihat merah dan terasa hangat,
pembengkakan ini akan menyerupai daging tumbuh atau biasa disebut dengan
tumor. Dan untuk memastikan apakah gejala-gejala tersebut merujuk pada
penyakit limfadenitis maka perlu adanya pengangkatan jaringan
untuk pemeriksaan di bawah mikroskop.
Limfadenitis pada taraf parah disebut limfadenitis kronis. Limfadenitis ini
terjadi ketika penderita mengalami infeksi kronis, misal pada kondisi ketika
seseorang dengan faringitis kronis akan ditemukan pembesaran kelenjar getah
bening leher (limfadenitis). Pembesaran di sini ditandai oleh tanda radang yang
sangat minimal dan tidak nyeri. Pembesaran kronis yang spesifik dan masih
banyak di Indonesia adalah akibat tuberkulosa. Limfadenitis tuberkulosa ini
ditandai oleh pembesaran kelenjar getah bening, padat/keras, multiple dan dapat
berhubungan satu sama lain.
Limfadenitis tuberculosa pada kelenjar getah bening dapat menjadi besar
dan berhubungan sehingga leher penderita itu bias disebut seperti bull neck. Pada
keadaan seperti ini kadang-kadang sulit  dibedakan  dengan  limfoma  malignum.
Limfadenitis  tuberkulosa diagnosis  ditegakkan  dengan pemeriksaan
histopatologi, terutama yang tidak disertai oleh tuberkulosa paru.

2.8 ANAMNESIS LIMFADENITIS


a. Keluhan Utama :
Pembengkakan Kelenjer di bagian bawah Regio Supra Clavicula Dekstra.
Bengkaknya sebesar telur puyuh , lunak serta nyeri bila di tekan.
b. Keluhan penyerta dari limfadenitis ialah :
·      Adanya luka perih berdenyut biasanya muncul pada daerah sellulitis
·      Anoreksia
·      Malaise
·      Menggigil dan demam 37,8° - 40°C.
·      Takikardia

22
·      Terdapat garis merah pada kulit mulai dari luka sampai ke limfonodi regional,
biasanya meluas dan lunak akibat keterlibatan limfatik.
·      Adakah batuk, nyeri tenggorokan dan ruam.
Penurunan berat badan, demam, keringat malam adalah gejala dari limfoma.
c. Riwayat penyakit
Adanya peradangan tonsil (amandel) sebelumnya mengarahkan kepada
infeksi oleh streptokokus. Adanya infeksi gigi dan gusi dapat mengarahkan
kepada infeksi bakteri anaerob. Transfusi darah sebelumnya dapat mengarahkan
kepada Citomegalovirus, Epstein Barr Virus atau HIV.
d. Riwayat Obat- Obatan
Riwayat obat-obatan: fenitoin dan isoniazid.
e. Riwayat pekerjaan dan perjalanan
Paparan terhadap infeksi / kontak sebelumnya kepada orang dengan
infeksi saluran nafas atas, faringitis oleh Streptococcus, atau tuberculosis turut
membantu mengarahkan penyebab limfadenitis. Riwayat perjalanan atau
pekerjaan, misalnya perjalanan ke daerah-daerah di Afrika dapat mengakibatkan
penyakit Tripanosomiasis, orang yang bekerja dalam hutan dapat terkena
Tularemia.

2.9 PEMERIKSAAN FISIK LIMFADENITIS


Pada pemeriksaan fisik limfadenitis harus dicatat ada tidaknya nyeri tekan,
kemerahan, hangat pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat
digerakkan, Apakah ada fluktuasi, konsistensi apakah keras atau kenyal. Pasien
tampak sakit ringan atau berat , demam, dan pada kulit adakah lesi misalnya
selulitis, abses, melanoma.
Periksa dimana kelenjer getah bening yang membesar : Misalnya di bagian
bawah Regio Supra Clavicula Dekstra, KGB di servikal, aksilaris, inguinal, dll.

 Ukuran: Normal bila diameter 0,5 cm (pada lipat paha >1,5cm


dikatakan abnormal).

 Nyeri tekan: Umumnya diakibatkan peradangan atau proses


perdarahan.

23
 Konsistensi: Keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat
seperti karet mengarahkan kepada limfoma; lunak mengarahkan kepada
proses infeksi; fluktuatif mengarahkan telah terjadinya
abses/pernanahan.
 Penempelan: Beberapa Kelenjar Getah Bening yang menempel dan
bergerak bersamaan bila digerakkan. Dapat akibat tuberkulosis,
sarkoidosis keganasan.

Pembesaran KGB leher bagian posterior terdapat pada infeksi rubela dan
mononukleosis. Pada pembesaran KGB oleh infeksi virus, KGB umumnya
bilateral (dua sisi-kiri/kiri dan kanan), lunak dan dapat digerakkan. Bila ada
infeksi oleh bakteri, kelenjar biasanya nyeri pada penekanan, baik satu sisi atau
dua sisi dan dapat fluktuatif dan dapat digerakkan. Adanya kemerahan dan suhu
lebih panas dari sekitarnya mengarahkan infeksi bakteri dan adanya fluktuatif
menandakan terjadinya abses.
Bila limfadenitis disebabkan keganasan, tanda-tanda peradangan tidak ada,
KGB keras dan tidak dapat digerakkan (terikat dengan jaringan di bawahnya).
Pada infeksi oleh mikobakterium pembesaran kelenjar berjalan mingguan-
bulanan, walaupun dapat mendadak, KGB menjadi fluktuatif dan kulit diatasnya
menjadi tipis, dan dapat pecah.
Adanya tenggorokan yang merah, bercak-bercak putih pada tonsil,
bintik-bintik merah pada langit-langit mengarahkan infeksi oleh bakteri
streptokokus. Pembengkakan pada jaringan lunak leher (bull neck) mengarahkan
kepada infeksi oleh bakteri difteri. Faringitis, ruam-ruam dan pembesaran limpa
mengarahkan kepada infeksi epstein barr virus. Adanya radang pada selaput mata
dan bercak koplik mengarahkan kepada campak.

2.10 PEMERIKSAAN PENUNJANG LIMFADENITIS

1. Hasil Laboratorium pada limfadenitis :

Lekositosis biasanya tanpa perubahan. Pada akhirnya, kultur darah


menjadi positif, umumnya spesies stafilokokus atau streptokokus. Pemeriksaan

24
kultur dan sensitivitas pada eksudat luka atau pus dapat membantu pengobatan
infeksi.

2. Pemeriksaan Mikrobiologi

Pemeriksaan mikrobiologi yang meliputi pemeriksaan mikroskopis dan


kultur. Spesimen untuk mikrobiologi dapat diperoleh dari sinus atau biopsi
aspirasi. Dengan pemeriksaan ini kita dapat memastikan adanya mikroorganisme
pada spesimen.
Kultur (contoh dikirim ke laboratorium dan diletakkan pada kultur
medium yang membiarkan mikroorganisme untuk berkembang) kemungkinan
diperlukan untuk memastikan diagnosa dan untuk mengidentifikasikan organisme
penyebab infeksi.
3.      Ultrasonografi (USG)
USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mengetahui
ukuran, bentuk, dan gambaran mikronodular. USG juga dapat dilakukan untuk
membedakan penyebab pembesaran kelenjar (infeksi, metastatik, lymphoma, atau
reaktif hiperplasia).
4.      Biopsi
Biopsi adalah pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh manusia
untuk  pemeriksaan patologis mikroskopik. Biopsi Aspirasi Jarum Halus (Fine
Needle Aspiration Biopsy/ FNAB), adalah prosedur biopsi yang
menggunakan jarum sangat tipis yang melekat pada jarum suntik untuk menarik
(aspirasi) sejumlah kecil jaringan dari lesi abnormal. Sampel jaringan ini
kemudian dilihat di bawah mikroskop.
Biopsi kebanyakan dlakukan untuk mengetahui adanya kanker. Bagian
apapun dari tubuh, seperti kulit, organ tubuh maupun benjolan dapat diperiksa.
Indikasi Fine Needle Aspiration Biopsy :
·         Pasien yang menjalani FNAB umumnya dideteksi memiliki massa jaringan
lunak di bawah permukaan kulit atau mukosa selama pemeriksaan klinis. Massa
leher dapat dideteksi dengan teknik ini. Karena massa yang dalam sulit dibiopsi,
FNAB dapat sangat membantu.

25
·         Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk
dilaksanakan biopsi KGB.
·         Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang mengarahkan
kepada keganasan.
·         KGB yang menetap atau bertambah besar walau dengan pengobatan yang
adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum tepat.

5.      CT Scan
CT Scan adalah mesin x-ray yang menggunakan komputer untuk
mengambil gambar tubuh untuk mengetahui apa yang mungkin menyebabkan
limfadenitis. CT scan dapat digunakan untuk membantu pelaksanaan biopsi
aspirasi kelenjar limfe intratoraks dan intraabdominal. CT Scan dapat mendeteksi
pembesaran KGB servikalis dengan diameter 5 mm atau lebih.

2.11 PENATALAKSANAAN LIMFADENITIS


Penatalaksanaan yang spesifik pada Limfadenitis Tidak ada. Limfadenitis
dapat terjadi setelah terjadinya infeksi melalui kulit atau infeksi lainnya yang
disebabkan oleh bakteri seperti streptococcus atau staphylococcus. Terkadang
juga dapat disebabkan oleh infeksi seperti tuberculosis atau cat scratch disease
(Bartonella). Oleh karena itu, untuk mengatasi Limfadenitis adalah dengan
mengeliminasi penyebab utama infeksi yang menyebabkan Limfadenitis.
Limfadenitis biasanya ditangani dengan mengistirahatkan ekstremitas
yang bersangkutan dan pemberitan antibiotic, penderita limdafenitis mungkin
mengalami pernanahan sehingga memerlukan insisi dan penyaliran. Limfadenitis
spesifik, misalnya oleh jamur atau tuberculosis, biasanya memerlukan biopsi atau
biakan untuk menetapkan diagnosis.
Pengobatan sesuai gejala harus dilakukan untuk mencegah terjadinya
komplikasi. Pengobatan gejala harus dimulai segera seperti pemberian:
-            Analgesik (penghilang rasa sakit) untuk mengontrol nyeri
-            Antipiretik dapat diberikan untuk menurunkan demam
-            Antibiotik untuk mengobati setiap infeksi sedang sampai berat
-            Obat anti inflamasi untuk mengurangi peradangan

26
-            Kompres dingin untuk mengurangi peradangan dan nyeri
-            Operasi mungkin diperlukan untuk mengeringkan abses.
Hindari pemberian aspirin pada anak karena dapat meningkatkan risiko
sindrom Reye pada anak. Kasus limfadenitis mesenterika ringan, tanpa
komplikasi dan disebabkan oleh virus biasanya hilang dalam beberapa hari atau
minggu.
Tata laksana pembesaran kelenjar getah bening leher didasarkan kepada
penyebabnya. Banyak kasus dari pembesaran kelenjar getah bening leher sembuh
dengan sendirinya dan tidak membutuhkan pengobatan apa pun selain dari
observasi. Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi
untuk dilaksanakan biopsy kelenjar getah bening. Biopsy dilakukan bila terdapat
tanda dan gejala yang mengarahkan kepada keganasan, kelenjar getah bening
yang menetap atau bertambah besar dengan pengobatan yang tepat, atau diagnosis
belum dapat ditegakkan.
Secara umum pengobatan Limfadenitis yaitu :
A.    Pengobatan dilakukan dengan tuberkulositik.bila terjadi abses,perlu dilakukan
aspirasi dan bila tidak berhasil, sebaiknya dilakukan insisi serta pengangkatan
dinding abses dan kelenjar getah bening yang bersangkutan.
B.     Pembesaran kelenjar getah bening biasanya disebabkan oleh virus dan sembuh
sendiri, walaupun pembesaran kelenjar getah bening dapat berlangsung mingguan.
Pengobatan pada infeksi kelenjar getah bening oleh bakteri (limfadenitis) adalah
anti-biotic oral 10 hari dengan pemantauan dalam 2 hari pertama flucloxacillin
dosis : 25 mg/kgBB 4 kali sehari. Bila ada reaksi alergi terhadap antibiotic
golongan penicillin dapat diberikan cephalexin dengan dosis : 25 mg/kgBB(dosis
maksimal 500 mg) 3 kali sehari atau erythromycin 15 mg/kgBB (dosis
maksimal : 500 mg) 3 kali sehari.
C.     Bila penyebab limfadenopati adalah mycobacterium tuberculosis maka diberikan
obat anti tuberculosis selama 9-12 bulan. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia
(PDPI) mengklasifikasikan limfadenitis TB kedalam TB di luar paru dengan paduan
obat 2RHZE/10RH. British Thoracic Society Research Committee and
Compbell (BTSRCC) merekomendasikan pengobatan selama 9 bulan dalam
regimen 2RHE/7RH.

27
2.12 PENCEGAHAN LIMFADENITIS
Limfadenitis dapat terjadi setelah terjadinya infeksi melalui kulit atau infeksi
lainnya yang disebabkan oleh bakteri seperti streptococcus atau staphylococcus.
Terkadang juga dapat disebabkan oleh infeksi seperti tuberculosis atau cat scratch
disease (Bartonella). Kesehatan umum yang baik dan kebersihan sangat
membantu dalam pencegahan infeksi yang mendasari limfadenitis.

2.13 KOMPLIKASI LIMFADENITIS


1. Pembentukan abses
Abses adalah suatu penimbunan nanah, biasanya terjadi akibat suatu infeksi
bakteri. Jika bakteri menyusup ke dalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi
infeksi. Sebagian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi jaringan
dan sel-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan pertahanan tubuh
dalam melawan infeksi, bergerak ke dalam rongga tersebut dan setelah menelan
bakteri, sel darah putih akan mati. Sel darah putih yang mati inilah yang
membentuk nanah,yang mengisi rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini,
maka jaringan di sekitarnya akan terdorong. Jaringan pada akhirnya tumbuh di
sekeliling abses dan menjadi dinding pembatas abses; hal ini merupakan
mekanisme tubuh untuk mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut. Jika suatu
abses pecah di dalam, maka infeksi bisa menyebar di dalam tubuh maupun
dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses.1

2. Sepsis (septikemia atau keracunan darah)


Sepsis adalah kondisi medis yang berpotensi berbahaya atau mengancam
nyawa, yang ditemukan berhubungan dengan infeksi yang diketahui atau
dicurigai.

3. Fistula (terlihat dalam limfadenitis yang disebabkan oleh TBC)


Limfadenitis tuberkulosa ini ditandai oleh pembesaran kelenjar getah bening,
padat/keras, multiple dan dapat berkonglomerasi satu sama lain. Dapat pula sudah
terjadi perkijuan seluruh kelenjar, sehingga kelenjar itu melunak seperti abses

28
tetapi tidak nyeri. Apabila abses ini pecah ke kulit, lukanya sulit sembuh oleh
karena keluar secara terus menerus sehingga seperti fistula. Fistula merupakan
penyakit yang erat hubungannya dengan immune system / daya tahan tubuh setiap
individual.

2.14 PROGNOSIS LIMFADENITIS


Prognosis untuk pemulihan adalah baik jika segera diobati dengan
pengobatan yang tepat. Dalam kebanyakan kasus, infeksi dapat dikendalikan
dalam tiga atau empat hari. Namun, dalam beberapa kasus mungkin diperlukan
waktu beberapa minggu atau bulan untuk pembengkakan menghilang, panjang
pemulihan tergantung pada penyebab infeksi. Pengobatan yang tidak tuntas dapat
menyebabkan resistensi dan septikemia.
2.15 DIAGNOSIS BANDING LIMFADENITIS
berdasarkan penyebab timbulnya peradangan pada kelenjar getah bening
ada pada tabel di bawah ini ;
Gambar 3 : Diagnosa banding berdasarkan penyebab timbul limfadenitis
Diagnosis banding berdasarkan adanya benjolan :
1. Gondongan : pembesaran kelenjar parotitis akibat infeksi virus, sudut rahang
bawah dapat menghilang karena bengkak
2. Kista duktus tiroglosus : berada di garis tengah dan bergerak dengan menelan
3. Kista dermoid : benjolan di garis tengah dapat padat atau berisi cairan
4. Hemangioma : kelainan pembuluh darah sehingga timbul benjolan berisi jalinan
pembuluh darah, berwarna merah atau kebiruan.

29
BAB III
KESIMPULAN
Limfadenitis adalah peradangan pada satu atau beberapa kelenjar getah
bening. Peradangan tersebut akan menimbulkan hiperplasia kelenjar getah bening
hingga terasa membesar secara klinik.
Pengobatan sesuai gejala harus dilakukan untuk mencegah terjadinya
komplikasi, Pengobatan gejala harus dimulai segera seperti pemberian:
-            Analgesik (penghilang rasa sakit) untuk mengontrol nyeri
-            Antipiretik dapat diberikan untuk menurunkan demam
-            Antibiotik untuk mengobati setiap infeksi sedang sampai berat
-            Obat anti inflamasi untuk mengurangi peradangan
-            Kompres dingin untuk mengurangi peradangan dan nyeri

Untuk mengidentifikasi mikroorganisme penyebab limfadenitis tersebut


maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang seperti biopsi dan kultur.
Penetalaksanaan yang sesuai untuk wanita tersebut adalah :
a.       Jika disebabkan oleh infeksi bakteri maka dengan pemberian atibiotik-biotic
oral 10 hari dengan pemantauan dalam 2 hari pertama flucloxacillin dosis : 25
mg/kgBB 4 kali sehari. Bila ada reaksi alergi terhadap antibiotic golongan
penicillin dapat diberikan cephalexin dengan dosis : 25 mg/kgBB(dosis maksimal
500 mg) 3 kali sehari atau erythromycin 15 mg/kgBB (dosis maksimal : 500 mg)
3 kali sehari.
b.      Bila disebabkan oleh virus maka cukup dengan istirahat dan diberikan vitamin
untuk meningkatakan imunitas tubuh.
c.       Bila penyebab limfadenopati adalah mycobacterium tuberculosis maka
diberikan obat anti tuberculosis selama 9-12 bulan. limfadenitis TB kedalam TB di
luar paru dengan paduan obat 2RHZE/10RH.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Baratawidjaja. G. K, Rengganis Iris. 2012. Imunologi Dasar, Jakarta,


Balai Penerbit FKUI
2. Gleadle, Jonathan. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik (2007).
Penerbit Erlangga, Jakarta, Hal: 86
3. Limfadenitis. Available at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16862/4/Chapter
%20II.pdf.
4. Ioachim HL, Ratech H.(2002). Ioachim's Lymph Node Pathology.
3rd edition, Lippincott Williams & Wilkins, from,
http://moon.ouhsc.edu/kfung/JTY1/HemeLearn/CapsuleSumary/Lymphad
enopathy-M.htm,
5. Limfadenitis. Available at: PDPI. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia 2006. Indah Offset Citra Grafika, 2006
6. M. Tierney, Jr., MD , Lawrence, McPhee, MD, Strphen, Papadakis, MD,
Maxine. Buku 2 Penyakit Dalam Diagnosis & Terapi Kedokteran. Penerbit
Salemba Medika , Jakarta.
7. Partridge E.(2012). Lymphadenitis. from
http://emedicine.medscape.com/article/960858-overview,26 mei 2013
8. R.Sjamsuhidajat, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah-Edisi 3. Jakarta: EGC.
Hal.465
9. Sambandan et al. Cervical Lymphadenopathy- A Review. Department of
Medicine, India.
10. Tierney, Lawrence M., et al. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Penyakit
Dalam Buku 2. Jakarta: Salemba Medika. 2003.

31

Anda mungkin juga menyukai