“KOLELITIASIS”
Oleh :
Pembimbing:
Dr. Santyo Wibowo, Sp.B
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada waktunya.
Laporan kasus yang berjudul “Erupsi Acneiformis” ini disusun dalam rangka
mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/SMF Ilmu KesehatanKulit dan
Kelamin RSUD Praya.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
pada usia rata rata 40-50 tahun (Wibowo et al., 2010).Kolelitiasi khususnya
kolelitiasiskolesterol lebih sering terjadi pada wanita yang telah mengalami
kehamilan lebih dari sekali (Multiple pregnancy).Hal ini diduga akibat tingginya
kadarprogesteronpada saat kehamilan (Heuman, 2017).Tatalaksana kolelitiasis
dapat dibagi menjadi 2, yaitu bedah dan non bedah. Terapi non bedah dapat
berupa lisis batu yaitu disolusi batudengan sediaan garam empedu kolelitolitik,
ESWL(extracorporealshock wave lithotripsy)dan pengeluaran secara endoskopik.
Sedangkan terapi bedah dapat berupa laparoskopi kolesistektomi, open
kolesistektomi, dan eksplorasi saluran koledokus (Wibowo et al., 2010).
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Embriologi1
Saluran empedu dan hati berasal dari penonjolan pada daerah ventral usus
bercabang.
Anatomi2
diproduksi terus menerus oleh hati dan disimpan dan dipekatkan dalam
Jaringan hati normal, ketika dibelah terlihat pola lobulus hati berbentuk
posterior caput pankreas. Di sisi kiri dari bagian duodenum yang menurun,
5
ampula terbuka ke duodenum melalui papilla duodenum mayor. Otot
karenanya,
empedu untuk
Gambar 2.1. Aliran darah dan empedu di hati. (A) Saluran empedu
ekstrahepatik, kandung empedu, dan saluran pankreas ditunjukkan. (B)
6
Duktus empedu dan duktus pankreas memasuki ampula
hepatopankreatik, yang membuka ke bagian desenden duodenum2.
Karena hati dan kantong empedu harus ditarik kembali secara superior
MCL.
7
• Leher : menyempit, ujung meruncing, berlawanan dengan fundus
Fisiologi1
Sekresi cairan empedu diatur oleh sekresi empedu oleh hati, kontraksi
8
makan, empedu akan dialirkan dengan kontraksi kandung empedu dan
organ kecil yang terletak tepat di bawah hati. Kantung empedu memegang cairan
Amerika Serikat, 6% pria dan 9% wanita memiliki batu empedu, yang sebagian
besar tidak menunjukkan gejala. Pada pasien dengan batu empedu asimptomatik
komplikasi adalah 1% hingga 2% per tahun. Batu empedu ini dapat berkembang
Etiologi
1) Supersaturasi kolesterol
oleh hati. Tetapi jika hati memproduksi lebih banyak kolesterol daripada
9
menghasilkan lumpur kandung empedu. Seiring waktu, kristal dapat
2) Kelebihan bilirubin
Bilirubin, pigmen kuning yang berasal dari pemecahan sel darah merah,
Jika kandung empedu tidak kosong secara efektif, empedu dapat menjadi
berbeda. Tiga jenis yang faktor risiko yang unik. Beberapa faktor risiko untuk
wanita, kehamilan, genetika, nutrisi paling umum adalah batu empedu kolesterol,
batu empedu pigmen hitam, dan batu empedu pigmen coklat. Sembilan puluh
Setiap batu memiliki serangkaian parenteral total, penurunan berat badan yang
Sekitar 2% dari semua batu empedu adalah batu pigmen hitam dan coklat.
Ini dapat ditemukan pada individu dengan pergantian hemoglobin tinggi. Pigmen
sebagian besar terdiri dari bilirubin. Pasien dengan sirosis, penyakit ileum, anemia
10
sel sabit, dan fibrosis kistik berisiko terkena batu pigmen hitam. Pigmen coklat
terutama ditemukan pada populasi Asia Tenggara dan tidak umum di Amerika
Serikat. Faktor risiko untuk batu pigmen coklat adalah stasis intraductal dan
Patofisiologi10
atau sebagai garam empedu. Kolesterol menjadi larut dalam air oleh karena
kapasitas untuk melarutkan empedu (supersaturasi), kolesterol tidak bisa lagi larut
mempromosikan nukleus, kristal kolesterol agar terjebak oleh mukus yang berasal
batu. Pembentukan batu pigmen lebih mudah apabila terdapat bilirubin tak
terkonjugasi dalam saluran empedu, seperti yang terjadi pada anemia hemolitik
dan infeksi saluran empedu. Endapan terutama berupa garam kalsium bilirubin
Faktor Risiko10
11
Usia dan jenis kelamin
Amerika Serikat, mereka yang memiliki batu empedu di usia kurang dari
40 tahun kurang dari 5% sampai 6%, berbeda dengan mereka yang lebih
tua dari 80 tahun yang mencapai 25% sampai 30% dari populasi.
Prevalensi pada wanita dari segala usia adalah sekitar dua kali lebih tinggi
daripada pria.
Herediter
Lingkungan
Kelainan didapat
12
Setiap kondisi yang menyebabkan motilitas kandung empedu berkurang
badan yang cepat, dan cedera korda spinalis. Pada kebanyakan kasus,
Morfologi10
Batu kolesterol terjadi secara khusus di kandung empedu dan 50% sampai 100%
pucat; dengan peningkatan proporsi kalsium karbonat, fosfat, dan bilirubin yang
memberikan warna putih keabu-abuan hingga hitam, bentuknya oval dan padat.
dapat terbentuk secara tunggal, tetapi paling sering terbentuk beberapa batu,
mungkin memiliki cukup kalsium karbonat untuk menjadi radiopak. Batu pigmen
dapat terbentuk di mana saja dalam saluran empedu dan diklasifikasikan menjadi
batu hitam dan coklat. Secara umum, batu pigmen hitam ditemukan pada kandung
empedu yang steril, sedangkan batu coklat ditemukan pada saluran intrahepatik
yang tak terkonjugasi dan sedikit garam kalsium unsur lainnya berupa,
glikoprotein musin, dan kolesterol. Batu hitam biasanya berukuran kecil, rapuh
bila disentuh. dan jumlahnya banyak. Batu coklat cenderung tunggal atau sedikit
dihasilkan dari adanya retensi garam asam lemak yang dilepaskan oleh fosfolipase
bakteri pada lesitin empedu. Oleh karena mengandungi kalsium karbonat dan
13
fosfat, maka 50% sampai 75% batu hitam tampak radiopak. Batu coklat, yang
14
diambil dari pasien yang memiliki prostesis katup mitral mekanik, menyebabkan
hemolisis intravaskular kronik10.
Gejala Klinis
bilier (episode intermiten nyeri perut konstan, tajam, kuadran kanan atas (RUQ)
yang sering dikaitkan dengan mual dan muntah), temuan pemeriksaan fisik
normal, dan hasil tes laboratorium normal. Mungkin disertai dengan diaforesis,
mual, dan muntah. Kolik bilier biasanya disebabkan oleh kandung empedu yang
mengakibatkan rasa sakit yang dikenal sebagai kolik bilier. Saat kantong empedu
mengendur, batu-batu itu sering jatuh kembali ke kantong empedu, dan rasa
Rasa sakit biasanya dimulai dalam satu jam setelah makan berlemak dan sering
digambarkan sebagai intens dan kusam, dan dapat berlangsung dari 1 hingga 5
jam. Namun, hubungan dengan makanan tidak universal, dan pada sebagian besar
15
Pemeriksaan fisik menyeluruh berguna untuk membedakan nyeri bilier
Kolesistitis akut terjadi ketika batu persisten berkontak denga saluran kistik
menyebabkan kantong empedu menjadi buncit dan meradang. Pasien juga dapat
mengalami demam, nyeri di kuadran kanan atas dan nyeri tekan di atas kantong
empedu (ini dikenal sebagai tanda Murphy). Ketika demam, takikardia persisten,
dari hati ke usus. Tekanan meningkat yang mengakibatkan peningkatan enzim hati
dan penyakit kuning. Cholangitis dipicu oleh kolonisasi bakteri dan pertumbuhan
berlebih pada empedu statis di atas batu saluran yang menghalangi. Ini
menghasilkan radang bernanah hati dan pohon empedu. Trias Charcot terdiri dari
nyeri RUQ yang parah dengan demam dan penyakit kuning dan klasik untuk
Pemeriksaan Penunjang
bahwa sensitivitasnya adalah 84% dan spesifisitasnya 99%, lebih baik daripada
modalitas lainnya. Beberapa studi dalam literatur telah menunjukkan bahwa USG
di tempat perawatan oleh dokter adalah akurat dan dapat diandalkan dalam
16
mendiagnosis atau mengecualikan penyakit empedu. Batu empedu pada USG
bayangan akustik distal. Sludge di kantong empedu juga dapat terlihat, dengan
kandung empedu anterior (lebih dari 3 mm), adanya cairan pericholecystic atau
tanda sonografi Murphy yang positif. Selain itu, pengukuran common bile duct
Penatalaksanaan
Manajemen batu empedu dapat dibagi menjadi dua kategori: batu empedu
mengharuskan pasien untuk dikonseling mengenai gejala kolik bilier dan kapan
harus mencari perhatian medis. Kolelitiasis tanpa komplikasi dapat diobati dengan
analgesia oral atau parenteral di unit gawat darurat atau pusat perawatan darurat
juga harus ditawari saran diet untuk mengurangi kemungkinan episode berulang
dan dirujuk ke ahli bedah umum untuk kolesistektomi laparoskopi elektif. Pasien
dengan gejala dan pemeriksaan yang konsisten dengan kolesistitis akut akan
17
memerlukan rawat inap, konsultasi bedah dan antibiotik intravena. Pasien dengan
ke rumah sakit, konsultasi gastrointestinal (GI) dan ERCP atau MRCP. Pasien
dengan kolangitis asenden akut biasanya tampak buruk dan septik. Mereka sering
juga memerlukan resusitasi agresif dan perawatan tingkat ICU selain intervensi
18
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI PASIEN
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 71 tahun
Alamat : Bima
Suku : Mbojo
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Tanggal Pemeriksaan : 20 November 2019
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Nyeri perut
B. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut sejak 1 bulan
yang lalu. Nyeri perut sudah di rasakan 1 tahun yang lalu dan
memberat 1 bulan terakhir. Sebelumnya nyeri perut bisa di tahan
oleh pasien dengan meminum obat yang di jual bebas. Namun 1
bulan terakhir pasien tidak bisa menahan nyeri perutnya walaupun
sudah meminum obat biasa. Karakteristik nyeri yang di rasakan
hilang timbul di ulu hati. Kencing sama eek, mual (-) muntah (-)
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan keluhan yang di rasakan pertama kali, riwayat
oprasi batu ginjal 26 tahun yang lalu, dan 1 tahun yang lalu pasien
pernah mengeluhkan adanya benjolan di payudara.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien menyangkal adanya keluhan serupa di keluarga. Riwayat
Hipertensi, Diabetes Militus, Asma, Batuk lama, penyakit kuning
juga di sangkal.
19
E. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi makanan dan
obat-obatan.
F. Riwayat Sosial
Pasien merupakan ibu rumah tangga yang memiliki anak 5.
Pekerjaan pasien hanya bermain dengan cucu karena sudah berusia
lanjut. Pasien menyangkal pernah mengkonsumi rokok dan
alkohol.
III. PEMERIKSAAN
A. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Kompos mentis
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Laju Nadi : 84 kali per menit
Laju Napas : 20 kali per menit
Suhu : 36,5oC
Kepala
Inspeksi: Normocephali, rambut normal
Palpasi: Massa (-), nyeri tekan (-), cepalhematome (-)
20
Thoraks
Inspeksi: Pergerakan dinding dada simetris (+/+), Retraksi (-/-), massa (-),
pelebaran sela iga (-), fossa supraclavicula dan infraclavicula :
cekung, simetris kiri dan kanan,
Palpasi: Pengembangan dinding dada simetris (+/+), krepitasi (-), iktus kordis
teraba pada ICS5 linea midclavicula line sinistra, massa (-)
Perkusi: Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi Cor: S1 S2 tunggal regular, murmur (-), gallop(-)
: Pulmo: vesikuler (+/+), rhonki halus/kasar(-/-), wheezing (-/-),
stridor (-/-)
Abdomen
Inspeksi: Scopoid (+), distensi (-), ascites (-), massa (-), hernia umbilikalis (-),
jejas (-)
Palpasi: Nyeri tekan (+), turgor kulit normal, massa (-), hepar lien dan ren
tidak teraba, nyeri tekan mac burney (-), rovsing sign (-), psoas sign
(-), obturator sign (-),
+ + -
- - -
- - -
Perkusi: Timpani seluruh lapang abdomen
Auskultasi Bising usus (+) 8 x/menit
:
Ekstremitas
Atas: Akral hangat (+/+), edema (-/-), deformitas (-/-), sianosis (-/-),
CRT <2s,
Bawah: Akral hangat (+/+), edema (-/-), deformitas (-/-), sianosis (-/-),
CRT <2s,
21
Elektrolit (22-09-2019)
Natrium (mmol/L) 139 135 – 145
Kalium (mmol/L) 5,1 3,4 – 5,4
Klorida (mmol/L) 110 95 – 108
Hemostasis (27-09-2019)
PT (detik) 15.0 11,5 – 15,5
APTT (detik) 31,6 28,0 – 38,0
Fungsi Ginjal (24-09-2019)
Ureum (mg/dL) 138 10 – 50
Kreatinin (mg/dL) 1,9 0,6 – 1,1
Fungsi Hati (24-09-2019)
SGOT (U/l) 105 0 – 40
SGPT (U/l) 57 0 – 41
B. Post Laparotomy
Jenis Pemeriksaan Tanggal Pemeriksaan Nilai Normal
Hematologi (27-09-2019)
Hemoglobin (g/dL) 9,8 12 – 16
Hematokrit (%) 29% 37 – 47
Eritrosit (juta/uL) 3,57 4,2 – 5,4
Leukosit (/uL) 38360 4.800 – 10.800
Trombosit (/uL) 339.000 150.000 – 450.000
Elektrolit (27-09-2019)
Natrium (mmol/L) 155 135 – 145
Kalium (mmol/L) 4,1 3,4 – 5,4
Clorida 125 95-108
Fungsi Hati (27-09-
2019)
Albumin 2,6 3,5-5,2
Diabetes (27-09-2019)
GDS 32 <160.0
22
IV. RESUME
Pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri pada epigastium dan
perut kanan atas. Pasien telah merasakan nyeri pada perut kanan atas
kurang lebih selama 1 bulan yang lalu, nyeri dirasakan hilang timbul.
Pasien sering memakan makanan yang berlemak seperti gorengan.
Pasien tidak merasakan adanya panas badan, buang air kecil normal
warnanya kekuningan dan buang air besar normal warnanya kuning
kecoklatan, tidak ada mual, tidak ada muntah, dan rasa sakit yang
pasien rasakan sampai mengganggu aktivitas. Pada pemeriksaan status
generalis, semua dalam batas normal. Pada pemeriksaan status lokalis
didapatkan nyeri tekan pada perut kanan atas dan nyeri ulu hati.
Sebelumnya pasien tidak pernah menderita keluhan seperti ini dan di
keluarga juga tidak pernah ada yang menderita keluhan seperti ini.
V. DIAGNOSIS
Diagnosis kerja
Kolelitiasis
Diagnosis Banding
Kolesistitis
Hepatitis
VI. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa:
VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad kosmetika : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
23
BAB IV
PEMBAHASAN
24
BAB V
KESIMPULAN
Etiologi penyakit ini masih belum jelas. Induksi obat yang diberikan
secara sistemik diakui sebagai faktor penyebab yang paling utama. Reaksi ini
terjadi melalui mekanisme non imunologis yang disebabkan karena toksisitas
obat, over dosis, interaksi antarobat dan perubahan dalam metabolisme. Erupsi
akneformis dapat timbul secara akut, subakut, dan kronis. Tempat terjadinya tidak
hanya terjadi di tempat predileksi akne saja, namun dapat terjadi di seluruh bagian
tubuh yang mempunyai folikel pilosebasea. Tempat tersering pada dada,
punggung bagian atas dan lengan. Gambaran klinis berupa papul yang
eritematous, pustul, monomorfik atau oligomorfik, biasanya tanpa komedo,
komedo dapat terjadi kemudian setelah sistem sebum ikut terganggu. Dapat
disertai demam, malese, dan umumnya tidak terasa gatal.
Umur penderita bervariasi, mulai dari remaja sampai orang tua dan pada
anamnesis ditemukan adanya riwayat pemakaian obat. Erupsi akneformis secara
klinis mempunyai karakteristik tersendiri seperti erupsi akneformis akibat steroid
(akne steroid), erupsi akneformis akibat paparan senyawa halogen (chloracne),
dan erupsi akneformis akibat antibiotik. Penghentian konsumsi obat-obat
penyebab dapat menghentikan bertambahnya erupsi dan secara perlahan
menghilangkan erupsi yang ada. Apabila penghentian pemakaian obat tidak bisa
dilakukan, maka pemberian obat-obatan yang digunakan untuk mengobati akne,
baik secara sistemik maupun topikal dapat memberikan hasil yang cukup baik.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
13. Parkin E, Stott M, Brockbank J, Galloway S, Welch I, Macdonald A.
2017 May;41(5):1234-1238.
27