Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

KOLELITIASIS

Penyusun:

Maria Denta
102011101042

Pembimbing:

dr. Sugeng B.R., Sp. PD

SMF INTERNA RSD DR. SOEBANDI JEMBER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER
2015
Bab 1. Pendahuluan

Kolelitiasis atau batu empedu merupakan penyakit terdapatnya batu di


dalam vesica biliaris maupun saluran empedu akibat peningkatan kejenuhan
kolesterol di cairan empedu. Menurut penelitian di RSCM Jakarta 73 % pasien
menderita kolelitiasis batu pigmen akibat faktor infeksi empedu oleh kuman
gram negatif E. Coli.
Kolelitiasis lebih sering diderita oleh perempuan yang berusia lebih dari
40 tahun, dan juga dipengaruhi oleh kehamilan dan kesuburan karena pengaruh
hormon progesteron dan estrogen. Selain itu juga sering didapatkan pada orang
dengan obesitas karena lebih banyak mencerna dan mensintesis kolesterol ke
dalam cairan empedu. Gejala kolelitiasis yakni nyeri kolik abdomen yang timbul
tiba-tiba dan menetap lalu hilang perlahan, mual dan muntah, serta dapat terjadi
demam.
Penatalaksanaan kolelitiasis yakni melalui pengobatan dan operasi
pemecahan batu serta pengambilan batu menggunakan litotriptor, laparoskopi,
maupun endoskopi. Prognosis dari kolelitiasis yakni

Bab 2. Laporan Kasus


2.1 MRS 9 Desember 2014
1. Identitas Pasien
Nama
Umur

: Juhani
: 58 tahun

Jenis Kelamin
Pekerjaan
Alamat
Agama
Tanggal MRS
Tanggal Pemeriksaan
Nomor Rekam Medis
Ruang Rawat

: Perempuan
: Wiraswasta
: Krajan 2/2 Surokerto, Sukowono
: Islam
: 9 Desember 2014
: 11 Desember 2014
: 056659
: Anturium

2. Keluhan Utama
Nyeri perut
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri perut selama 4 hari di kanan atas. Ada mual dan muntah. BAB
terakhir kemarin, bisa kentut. BAK warna kemerahan seperti teh.
Tidak ada sesak, nyeri kepala, dan pusing berputar.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada hipertensi dan diabetes melitus.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada hipertensi dan diabetes melitus.
6. Riwayat Pengobatan
Tidak ada.
7. Anamnesis Sistem
Sistem serebrospinal

(-)

kejang, nyeri kepala, pusing berputar, dan

Sistem kardiovaskular

(-)

penurunan kesadaran.
dada berdebar dan nyeri dada.

Sistem pernapasan

(-)

sesak

napas,

batuk,

pilek,

retraksi

otot

pernapasan, ketertinggalan gerak dada.


Sistem gastrointestinal

(+)

nyeri

perut

kanan

atas,

mual,

muntah,

pembesaran perut, dan BAB (dbn).


(-)

diare, lendir, nafsu makan menurun, dan perut


kembung.

Sistem urogenital

(+)

BAK lancar, warna urin kemerahan seperti teh.

(-)

nyeri dan rasa panas saat berkemih, nanah dan


atau darah pada urin.

Sistem integumentum

(+)

selaput mata berwarna kuning, tahi lalat di


perut.

Sistem muskuloskeletal

(-)

pucat, luka dan atau jaringan parut.

(-)

pengecilan otot, kelainan tulang, dan bengkak

pada tangan dan kaki.


Kesan:
pasien nyeri perut kanan atas, mual, muntah, perut membesar, warna urin
kemerahan seperti teh, dan warna selaput mata kuning.

8. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
: cukup
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Frekuensi jantung
: 72 x/menit, teratur, kuat angkat (+)
Frekuensi napas
: 18 x/menit, teratur
Suhu tubuh
: 36,6 C (axilla)
Kepala dan leher
:
o Kepala:
anemia (-) pada konjungtiva okular dextra dan

sinistra
ikterik (+) pada sklera konjungtiva dextra dan
sinistra
cyanosis (-) pada mukosa

Leher:
dyspneu (-)
pembesaran nodul limfe (-)
pembesaran tiroid (-)
peningkatan JVP (-)
kaku kuduk (-)
deviasi trakea (-)
Thorax
:
o Cor:
Inspeksi
: ictus cordis tidak tampak
o

Palpasi
Perkusi

Auskultasi

o Pulmo :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: ictus cordis tidak teraba


: redup di ICS III parasternal dextra
sampai ICS IV midclavicula sinistra
: S1 S2 tunggal, teratur, suara
tambahan (-)
: simetris, retraksi - / : fremitus N / N
: sonor
: vesikuler + / +
rhonki - / wheezing - / -

Akral Hangat
Oedem

Abdomen
:
o Inspeksi
o Auskultasi
o Perkusi
o Palpasi

Extremitas

: dinding perut flat


: bising usus (+)
: timpani
: soepel, elastisitas kulit normal,
nyeri tekan (+) hipocondria dextra,
hepatomegali (+) 2 jari di bawah arcus
costae, konsistensi keras, batas tegas,
splenomegali (-)

Extremitas Atas
Dextra
Sinistra
(+)
(+)
(-)
(-)

Extremitas Bawah
Dextra
Sinistra
(+)
(+)
(-)
(-)

9. Pemeriksaan Penunjang
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Hematologi Lengkap (HL)
Hemoglobin
14,9
Leukosit
14,0
Hematokrit
42,7
Trombosit
274
Faal Hepar
Bilirubin direk
5,35
Bilirubin total
6,47
SGOT
50
SGPT
144
Albumin
4,1
Gula Darah
Glukosa sewaktu
98
Faal Ginjal
Kreatinin serum
1,1
BUN
12
Urea
25

Nilai normal

Kesan

12,0 16,0
4,5 11,0
36 46
150 450

Normal

Normal
Normal

0,2 0,4
< 1,2
10 31
9 - 36
3,4 4,8

Normal

< 200

Normal

0,5 1,1
6 20
26 43

Normal
Normal

10. Assesment
Kolik abdomen + ikterik + suspect kolelitiasis + suspect kolesistitis
11. Plan Therapy
Infus RL : D5 = 2 : 1 20 tpm
Injeksi Cefotaxim (1) 3 x 1 gr
Injeksi Ketorolac 3 x 30 mg
Injeksi Ranitidin 2 x 1
Ketoprofen supp II
2.2 Follow Up 10 Desember 2014
1. Keluhan Utama
Nyeri perut (+), mual (+), muntah (+) air tanpa ampas sebanyak 2 kali,
pusing berputar (+), BAB (-) 1 hari, kentut (+), BAK (+) dbn.
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Kesadaran
Tekanan darah
Frekuensi jantung

: lemah
: compos mentis
: 120/30 mmHg
: 60 x/menit, teratur, kuat angkat (+)

Frekuensi napas
: 17 x/menit, teratur
Suhu tubuh
: 36,0 C (axilla)
Kepala dan leher
:
o Kepala:
anemia (-) pada konjungtiva okular dextra dan

sinistra
ikterik (+) pada sklera konjungtiva dextra dan
sinistra
cyanosis (-) pada mukosa.

o Leher:
dyspneu (-)
pembesaran nodul limfe (-)
pembesaran tiroid (-)
peningkatan JVP (-)
kaku kuduk (-)
deviasi trakea (-).
Thorax
:
o Cor:
Inspeksi
: ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: ictus cordis tidak teraba
Perkusi
: redup di ICS III parasternal dextra
sampai ICS IV midclavicula sinistra
Auskultasi
: S1 S2 tunggal, teratur, suara
tambahan (-)
o Pulmo :
Inspeksi
: simetris, retraksi - / -,
Palpasi
: fremitus N / N,
Perkusi
: sonor
Auskultasi
: vesikuler + / +
rhonki - / wheezing - / -

Abdomen
:
o Inspeksi
o Auskultasi
o Perkusi
o Palpasi

: dinding perut flat


: bising usus (+) 5x/menit
: timpani
: soepel, elastisitas kulit normal,
nyeri tekan (+) hipocondria dextra,
hepatomegali (+) 3 jari di bawah arcus
costae, konsistensi keras, batas tegas,
splenomegali (-)

Akral Hangat
Oedem

Extremitas

Extremitas Atas
Dextra
Sinistra
(+)
(+)
(-)
(-)

Extremitas Bawah
Dextra
Sinistra
(+)
(+)
(-)
(-)

3. Pemeriksaan Penunjang
Jenis Pemeriksaan
Serologi Imunologi
Anti HCV kualitatif
Hbs Ag kualitatif

Hasil

Nilai normal

Kesan

(-)
(-)

(-)
(-) indeks < 0,13
(+) indeks > 0,13

Normal
Normal

4. Assesment
Kolik abdomen + ikterik + suspect kolelitiasis + suspect kolesistitis
5. Plan Therapy
Infus RL : D5 = 2 : 1 20 tpm
Injeksi Cefotaxim (2) 3 x 1 gr
Injeksi Ketorolac 3 x 30 mg
Injeksi Ranitidin 2 x 1
Injeksi Buscopan 2 x 1
P/O Urdahex 3 x 1
Rencana pemeriksaan USG Abdomen

2.3 Follow Up 11 Desember 2014


1. Keluhan Utama
Nyeri perut berkurang, tidak bisa makan, mual (+), muntah (+) air tanpa
ampas sebanyak 2 kali, pusing berputar (+), BAB (+) dbn, kentut (+),
BAK (+) dbn.
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
: lemah
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 100/80 mmHg
Frekuensi jantung
: 88 x/menit, teratur, kuat angkat (+)
Frekuensi napas
: 20 x/menit, teratur
Suhu tubuh
: 36,8 C (axilla)
Kepala dan leher
:
o Kepala:
anemia (-) pada konjungtiva okular dextra dan

sinistra
ikterik (+) pada sklera konjungtiva dextra dan
sinistra
cyanosis (-) pada mukosa.

o Leher:
dyspneu (-)
pembesaran nodul limfe (-)
pembesaran tiroid (-)
peningkatan JVP (-)
kaku kuduk (-)
deviasi trakea (-).
Thorax
:
o Cor:
Inspeksi
: ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: ictus cordis tidak teraba
Perkusi
: redup di ICS III parasternal dextra
sampai ICS IV midclavicula sinistra
8

Auskultasi

o Pulmo :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

: S1 S2 tunggal, teratur, suara


tambahan (-)
: simetris, retraksi - / -,
: fremitus N / N,
: sonor
: vesikuler + / +
rhonki - / wheezing - / -

Akral Hangat
Oedem

Abdomen
:
o Inspeksi
o Auskultasi
o Perkusi
o Palpasi

Extremitas

: dinding perut flat


: bising usus (+)
: timpani
: soepel, elastisitas kulit normal,
nyeri tekan (+) hipocondria dextra,
hepatomegali (+) 2 jari di bawah arcus
costae, konsistensi keras, batas tegas,
splenomegali (-)

Extremitas Atas
Dextra
Sinistra
(+)
(+)
(-)
(-)

Extremitas Bawah
Dextra
Sinistra
(+)
(+)
(-)
(-)

3. Pemeriksaan Penunjang
USG Abdomen

10

Kesan:
Kolelitiasis dengan kolesistitis,
Myom uteri dengan diameter 10 cm
4. Assesment
Kolik abdomen + ikterik + kolelitiasis + kolesistitis + myom uteri

11

5. Plan Therapy
Infus RL : D5 = 2 : 1 20 tpm
Injeksi Cefotaxim (3) 3 x 1 gr
Injeksi Ketorolac 3 x 30 mg
Injeksi Ranitidin 2 x 1
Injeksi Buscopan 2 x 1
P/O Urdahex 3 x 1
2.4 Resume
Perempuan usia 58 tahun datang dengan keluhan nyeri perut selama 4 hari
di kanan atas, ada mual dan muntah. BAB terakhir kemarin, bisa kentut, BAK
warna kemerahan seperti teh. Keadaan umum cukup, kesadaran compos mentis,
tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 72 x/menit, frekuensi napas 18 x/menit, suhu
tubuh 36,6 C (axilla). Pasien ikterik, keadaan cor dan pulmo baik dalam batas
normal. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan hipocondria dextra
dan hepatomegali 2 jari di bawah arcus costae dengan konsistensi keras dan
batas tegas. Extremitas atas dan bawah hangat dan tidak ada oedem.
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan leukosit, bilirubin
direk, bilirubin total, SGOT, dan SGPT, sementara terjadi penurunan urea. Pada
pemeriksaan USG abdomen didapatkan kolelitiasis dengan kolesistitis serta
myom uteri dengan diameter 10 cm. Assesment pasien ini adalah kolik abdomen
dengan ikterik, kolelitiasis dan kolesistitis, serta myom uteri. Penatalaksaan
pasien ini adalah:
Infus RL : D5 = 2 : 1 20 tpm

Injeksi Fetoprofen supp II

Injeksi Cefotaxim 3 x 1 gr
Injeksi Ketorolac 3 x 30 mg
Injeksi Ranitidin 2 x 1

Injeksi Buscopan 2 x 1
P/O Urdahex 3 x 1

Pasien MRS 3 hari kemudian melanjutkan pengobatan rawat jalan untuk


kolelitiasis, dan kontrol ke poli kandungan untuk myom uteri.
Bab 3. Dasar Teori
3.1 Definisi

12

Kolelitiasis adalah penyakit terdapatnya batu di dalam vesica biliaris


akibat berbagai faktor. Batu kolelitiasis terbagi atas batu kolesterol, batu pigmen,
atau batu campuran keduanya.
3.2 Epidemiologi
Di Asia prevalensi kolelitiasis sekitar 3 15 %, di Amerika sekitar 20 juta
orang dengan 70 % didominasi oleh batu kolesterol dan 30 % batu pigmen.
Menurut penelitian di RSCM Jakarta 73 % pasien menderita kolelitiasis batu
pigmen akibat faktor infeksi empedu oleh kuman gram negatif E. Coli.
3.3 Anatomi, Histologi, dan Fisiologi
Vesica biliaris berbentuk seperti buah pir di permukaan bawah hepar. Bagian
fundus vesica biliaris berbentuk bulat dan menonjol di bawah margo inferior
hepar. Bagian corpus berhubungan dengan facies visceralis hepar. Bagian collum
sebagai ductus cysticus dan bergabung dengan sisi kanan ductus hepatikus
komunis membentuk ductus choledochus. Ductus choledochus bersatu dengan
ductus pancreaticus membentuk ampula vateri. Bagian terminal kedua saluran
dan ampula dikelilingi serabut otot sirkular sfingter oddi.
Suplai darah oleh arteri cystica cabang arteri hepatica dextra, dan aliran
balik vena cystica menuju ke vena porta. Cairan limfe mengalir ke nodus cysticus
di dekat collum vesica biliaris lalu ke nodi hepatici sepanjang arteri hepatica
communis dan kemudian ke nodi coelici. Saraf simpatis dan parasimpatis
membentuk plexus coeliacus.
Dinding vesica biliaris terdiri atas mukosa yang terdiri dari epitel selapis
silindris dan jaringan ikat lamina propria di bawahnya yang mengadung jaringan
ikat longgar, beberapa jaringan limfoid difus, dan pembuluh darah venula dan
arteriol. Dalam keadaan tidak teregang, dinding vesica biliaris memiliki lipatan
mukosa yang menghilang saat vesica biliaris teregang oleh empedu. Di antara
lipatan mukosa terdapat kriptus yang mirip dengan kelenjar tubular.

15

Di bagian eksternal lamina propria terdapat berkas otot polos yang tidak
teratur serta terdapat serat elastik yang tersebar. Di sekeliling otot polos terdapat
jaringan ikat padat yang mengandung pembuluh darah besar vena dan arteri,
pembuluh limfe, dan saraf. Serosa melapisi seluruh permukaan vesica biliaris
yang menggantung bebas.

16

Vesica biliaris berfungsi untuk menyimpan 30 50 ml empedu. Limfe dan


pembuluh darah di dalam vesica biliaris mengabsorbsi air dan garam anorganik
sehingga empedu menjadi lebih pekat. Lemak di dalam duodenum menyebabkan
pengeluaran hormon kolesistokinin yang menimbulkan kontraksi vesica biliaris.
Pada saat yang sama sfingter oddi relaksasi sehingga empedu yang pekat dapat
17

menuju ke duodenum. Garam empedu berfungsi untuk mengemulsikan lemak di


usus dan membantu pencernaan dan absorbsi lemak.
3.4 Patofisiologi
Kolelitiasis berasal dari endapan satu atau lebih komponen empedu;
kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak, dan
fosfolipid. Mekanisme yang mencetuskan terjadinya kolelitiasis adalah
perubahan komposisi empedu, stasis empedu, dan infeksi vesica biliaris.
Perubahan komposisi empedu yakni karena hepar penderita kolelitiasis
kolesterol menyekresi empedu yang sangat jenuh dengan kolesterol lalu
mengendap dalam vesica biliaris untuk membentuk batu.
Stasis empedu disebabkan oleh gangguan kontraksi vesica biliaris,
spasme sfingter oddi, dan faktor hormon selama kehamilan. Stasis empedu
menyebabkan supersaturasi progresif, perubahan komposisi kimia, dan
pengendapan

komposisi

kimia

tersebut.

Infeksi

vesica

biliaris

menyebabkan resorbsi garam empedu berlebihan, perubahan rasio lesitin


serta sekresi garam kalsium.
Macam kolelitiasis berdasarkan komposisinya yakni batu pigmen,
batu kolesterol, dan batu campuran. Batu pigmen terdiri dari garam
kalsium dan salah satu dari bilirubinat, karbonat, fosfat, atau asam lemak
rantai panjang. Berukuran kecil, multipel, berwarna hitam jika terjadi
hemolisis kronis, berwarna coklat jika terjadi infeksi empedu kronis. Batu
kolesterol murni berukuran besar, soliter, struktur bulat atau oval,
berwarna kuning pucat dan sering mengandung kalsium dan pigmen. Batu
kolesterol campuran berjumlah majemuk dan berwarna coklat tua.
Pembentukan batu empedu membutuhkan waktu selama 8 tahun
untuk mencapai ukuran maksimum, dan setelah batu terbentuk,
membutuhkan waktu lebih lama lagi untuk menimbulkan gejala pada
pasien.
.

18

3.5 Faktor Risiko


1. Jenis kelamin
Insiden kolelitiasis pada perempuan lebih tinggi daripada pria karena
pada perempuan terdapat hormon progesteron dan estrogen yang dapat
mempengaruhi kolesterol di dalam empedu.
2. Usia
Kolelitiasis lebih sering terjadi pada orang berusia lebih dari 40 tahun
karena tubuh cenderung mengeluarkan lebih banyak kolesterol ke
dalam cairan tubuh.
3. Kehamilan atau kesuburan
Pada saat proses kehamilan serta penggunaan KB hormon atau pil
terdapat

pengaruh

meningkatkan

hormon

hiperekskresi

progesteron
kolesterol

dan

sehingga

estrogen

yang

meningkatkan

pembentukan kolelitiasis.
4. Kegemukan
Seseorang dengan obesitas lebih banyak mencerna dan mensintesis
kolesterol sehingga mengeluarkan lebih banyak kolesterol ke dalam
empedu.
5. Sindrom metabolik
Seseorang yang mengalami sindrom diabetes melitus umumnya
memiliki kadar asam lemak atau trigliserida yang tinggi sehingga
meningkatkan risiko kolelitiasis.
6. Faktor genetik
Kolelitiasis sering terjadi pada anggota keluarga yang memiliki
riwayat keluarga kolelitiasis.
7. Diet rendah serat
Pola makan rendah serat tapi tinggi lemak serta kolesterol dapat
meningkatkan risiko kolelitiasis.

3.6 Manifestasi Klinik


1. Dispepsia
2. Intoleransi terhadap makanan berlemak

19

3. Kolik bilier, nyeri hebat abdomen secara tiba-tiba dan menetap lalu
perlahan-lahan

menghilang,

di

daerah

epigastrium

dan

atau

hipocondria dextra, dan menyebar ke punggung tengah, interskapular,


atau skapula dextra atau bahu.
4. Mual dan muntah
5. Kolesistitis akut, nyeri menetap dan bertambah berat saat menarik
6.
7.
8.
9.

napas dalam dan saat rangsang peritoneum setempat


Kolangitis akut
Pankreatitis akibat migrasi kolelitiasis ke dalam ductus choledochus
Ikterik obstruktif sampai sirosis bilier akibat obstruksi saluran empedu
Demam atau menggigil akibat kolesistitis, kolangitis, atau pankreatitis

3.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada kelainan laboratorik:
o kolelitiasis asimtomatik
o kolelitiasis di ductus cysticus
o kolelitiasis bukan di ductus choledochus
o tidak ada kolesistitis akut
Leukositosis:
kolelitiasis simtomatik
kolelisistitis akut
kolangitis
Gangguan faal hepar:
o peningkatan gama glutamil transferase atau fosfatase alkali,
transaminase serum, dan bilirubin total akibat kolelitiasis di
ductus choledochus tanpa infeksi
2. Pemeriksaan Radiologi
Foto polos abdomen
USG abdomen atau CT scan
ada batu di dalam vesica biliaris
ada tanda radang akut vesica biliaris: penebalan dan edem

dinding vesica biliaris


Kolesistografi
Foto rontgen dengan endoskopi retrograd di papila Vater

3.8 Penatalaksanaan
1. Paliatif

20

Menghindari makanan yang memiliki kandungan lemak tinggi


Beristirahat dengan cukup
2. Farmakologi
Oral bile salt (asam empedu oral) untuk melarutkan kolesterol
pada batu empedu campuran
3. Kolesistektomi untuk indikasi:
Kolelitiasis > 2 cm
Vesica biliaris yang tidak berfungsi dengan baik atau

mengalami kalsifikasi
Berisiko tinggi terjadi kanker vesica biliaris
Spinal cord injuries atau neuropati

mempengaruhi abdomen
Menderita anemia bulan sabit, sirosis hepatis, hipertensi portal,

sensoris

yang

kandidat transplantasi organ, diabetes dengan gejala minor, dan


anak-anak
4. Berdasarkan lokasi batu
di vesica biliaris
biasanya asimtomatik, penatalaksanaan konservatif.
di ductus cysticus
terjadi obstruksi yang menyebabkan iritasi kimiawi mukosa
vesica biliaris oleh cairan empedu yang tertinggal sehingga
terjadi kolesistitis akut. Diterapi secara konvensional atau

laparoskopi.
di ductus choledochus
batu harus dikeluarkan.
di ampulla Vateri
di saluran empedu intrahepatik
harus dilakukan operasi berulang karena sering kambuh dan
pasien sering menderita kerusakan hepar akibat ikterik
obstruktif yang lama, kolangitis, abses hepar multipel, dan

sepsis
5. Berdasarkan ukuran batu
Batu berukuran diameter lebih dari 1 cm harus dipecah menggunakan
Litotriptor mekanik, Litotriptor hidrolik, Litotriptor laser, Litotriptor

21

ultrasonic,

Litotriptor

piezoceramic,

atau

menggunakan

Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL).


Setelah batu pecah, lalu diekstraksi menggunakan basket Dormia.
Jika batu terlalu kecil untuk diekstraksi basket Dormia, digunakan
kateter balon.
6. Berdasarkan komposisi batu
Batu kolesterol mudah dipecah menggunakan ESWL.
7. Anatomi distal choledochus
Bagian distal choledochus sempit dan memanjang

sehingga

menyulitkan pengeluaran batu secara endoskopi.

Bab 4. Pembahasan
4.1 Faktor Risiko
Dasar Teori
Perempuan
Usia lebih dari 40 tahun
Kehamilan atau kesuburan
Obesitas
Sindrom metabolik
Faktor genetik
Diet rendah serat

Kasus pada Pasien


(+)
(+)
(-)
(+)
(-)
(-)
(-)

4.2 Gejala
Dasar Teori
Dispepsia
Intoleransi makanan berlemak
Kolik bilier
Kolesistitis akut
Kolangitis akut
Pankreatitis
Ikterik obstruktif
Demam atau menggigil

Kasus pada Pasien


(+)
(-)
(+)
(+)
(-)
(-)
(+)
(-)

22

4.3 Pemeriksaan Penunjang


Dasar Teori
Leukositosis
Gangguan faal hepar:
gama glutamil transferase
fosfatase alkali
transaminase serum
bilirubin total

Kasus pada Pasien


(+)
(-)
(-)
(-)
(+)
Bilirubin direk
SGOT
SGPT

USG abdomen

batu di dalam vesica biliaris


tanda radang akut vesica

(+)
(+)

biliaris:
penebalan dan edem dinding
vesica biliaris
Hasil lainnya

(+) myom uteri

4.4 Penatalaksanaan
Dasar Teori

Kasus pada Pasien

Paliatif:

Menghindari

memiliki kandungan lemak tinggi


Beristirahat dengan cukup

makanan

yang

(+)
(+) bedrest 3 hari

Farmakologi:
(+) Urdahex
Oral bile salt
Kolesistektomi
(-)
4.5 Rencana Diagnostik
1. Perlu anamnesis lebih lanjut mengenai:
Siklus kesuburan pasien jika masih haid atau sejak kapan pasien
mengalami menopause

23

Berat badan dan tinggi badan untuk mendapatkan hasil Body

Mass Index pasien


Kebiasaan pola makan pasien (sering mengkonsumsi makanan
berlemak atau gorengan atau yang berminyak, atau jarang

konsumsi sayuran dan serat harian pasien)


Pernah menderita sakit kuning atau tidak
Keluarga ada yang mengalami sakit dengan gejala yang sama atau

tidak
2. Perlu pemeriksaan fisik lebih lanjut mengenai:
Hasil positif atau negatif pada pemeriksaan Murphys Sign untuk
menegakkan diagnosis kolelitiasis dengan kolesistitis
3. Pemeriksaan penunjang:
Perlu dilakukan pemeriksaan gama glutamil transferase, fosfatase
alkali, dan transaminase serum
4.6 Rencana Terapi
1. Perlu litotripsi jika kolelitiasis > 1 cm
2. Perlu kolesistektomi jika kolelitiasis > 2 cm
4.7 Rencana Edukasi
1. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai penyakit
kolelitiasis yang dialami oleh pasien mulai dari penyebab penyakit,
gejala yang dialami oleh pasien, dan terapi yang dilakukan untuk
kesembuhan pasien
2. Menjelaskan terapi paliatif (diet) bagi pasien yakni menghindari
makanan berlemak, gorengan, atau berminyak. Serta pasien dianjurkan
untuk beristirahat di rumah (bedrest).
3. Menjelaskan kepada pasien supaya berolahraga untuk mengontrol
berat badan pasien ke dalam kondisi Body Mass Index normal
4.8 Rencana Monitoring
1. Monitoring lebih lanjut mengenai keadaan umum dan tanda vital
pasien
2. Monitoring lebih lanjut mengenai gejala yang dialami oleh pasien
apakah berkurang atau justru meningkat sehingga jika terjadi
peningkatan gejala pasien diharapkan segera kembali ke rumah sakit

24

3. Monitoring gaya hidup dan pola makan pasien untuk mencegah


penyakit bertambah berat
4.9 Prognosis
Prognosis pasien ini adalah dubia ad bonam karena tidak didapatkan
kolelitiasis yang harus diterapi dengan pembedahan kolesistektomi, sedangkan
untuk myom uteri pasien harus kontrol ke poli kandungan untuk menentukan
tindakan pengobatan selanjutnya.

Daftar Pustaka
Eroschenko, V P. Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional. Alih
bahasa, Brahm U. Pendit ; editor edisi bahasa Indonesia, Didiek
Dharmawan, Nella Yesdelita. Ed. 11. Jakarta: EGC, 2010.
Ginting, Setiamenda. 2011. A Description Characteristic Risk Factor of The
Kolelitiasis Disease in The Colombia Asia Medan Hospital. Jurnal Darma
Agung.
Hansen, J T., Koeppen, B M. Netters Atlas of Human Physiology.
Heuman, Douglas. Gallstones (Cholelithiasis). Medscape.
Junquiera, L C. Histologi Dasar Teks dan Atlas. Alih bahasa, Jan Tambayong ;
editor edisi bahasa Indonesia, Frans Dany. Ed. 10. Jakarta: EGC, 2007.
Nurman, A. Penatalaksanaan Batu Empedu. Jakarta: RS TNI AL dr. Mintohardjo.

25

Price, S A. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Alih bahasa,


Brahm U. Pendit ... [et al.] ; editor bahasa Indonesia, Huriawati Hartanto ...
[et al.]. Ed 6. Jakarta: EGC, 2005.
Snell, Richard. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Alih bahasa,
Liliana Sugiharto; editor edisi bahasa Indonesia, Huriawati Hartanto ... [et
al.]. Ed. 6. Jakarta: EGC, 2006.

26

Anda mungkin juga menyukai