Anda di halaman 1dari 24

Referat

ILEUS OBSTRUKSI

Oleh:

Maria Margaretha Erro

18014101061

Masa KKM 18 - 31 Mei 2020

Supervisor Pembimbing

Dr. Cherry S. Lawalata, Sp. Rad

BAGIAN/SMF RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

SAM RATULANGI

MANADO

2020
LEMBAR PENGESAHAN

Referat dengan Judul :

ILEUS OBSTRUKSI

Telah dikoreksi, dan disetujui pada tanggal 24 - Mei -2020 untuk memenuhi syarat tugas
Kepaniteraan Klinik Madya di bagian RADIOLOGI FK UNSRAT Manado

Mengetahui,

Supervisor Pembimbing

Dr. Cherry S. Lawalata, Sp. Rad


BAB I

PENDAHULUAN

Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut yang
segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Gangguan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi
lumen usus yang disebut ileus obstruktif atau oleh gangguan peristaltik yang selanjutnya disebut sebagai
ileus paralitik.

Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai dan
merupakan 60% - 70% dari seluruh kasus gawat abdomen. Gawat perut dapat disebabkan oleh kelainan di
dalam abdomen berupa inflamasi, dan penyulitnya, ileus obstruktif, iskemik, dan perdarahan. Sebagian
kelainan dapat disebabkan oleh cedera langsung atau tidak langsung yang mengakibatkan perforasi
saluran cerna atau perdarahan. Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus
(Davidson, 2006). Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita ileus setiap tahunnya
(Jeekel, 2003). Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang
dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004 menurut Bank data Departemen Kesehatan
Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

I. ANATOMI USUS
A. USUS HALUS

Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang membentang dari pilorus sampai
katup ileosekal. Pada orang hidup panjang usus halus sekitar 12 kaki (22 kaki pada kadaver akibat
relaksasi). Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah abdomen. Ujung proksimalnya bergaris tengah
sekitar 3,8 cm, tetapi semakin ke bawah lambat laun garis tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar
2,5 cm. Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum, dan ileum.

 Duodenum

Duodenum panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari pilorus sampai kepada jejenum. Pemisahan
duodenum dan jejenum ditandai oleh ligamentum treitz, suatu pita muskulofibrosa yang berorigo pada
krus dekstra diafragma dekat hiatus esofagus dan berinsersio pada perbatasan duodenum dan jejenum.
Ligamentum ini berperan sebagai ligamentum suspensorium (penggantung).

 Jejenum dan Ileum

Kira-kira duaperlima dari sisa usus halus adalah jejenum, dan tiga perlima terminalnya adalah ileum.
Jejenum terletak di regio abdominalis media sebelah kiri, sedangkan ileum cenderung terletak di regio
abdominalis bawah kanan. Jejunum mulai pada junctura duodenojejunalis dan ileum berakhir pada
junctura ileocaecalis.

Lekukan-lekukan jejenum dan ileum melekat pada dinding posterior abdomen dengan perantaraan
lipatan peritoneum yang berbentuk kipas yang dikenal sebagai messenterium usus halus. Pangkal lipatan
yang pendek melanjutkan diri sebagai peritoneum parietal pada dinding posterior abdomen sepanjang
garis berjalan ke bawah dan ke kenan dari kiri vertebra lumbalis kedua ke daerah articulatio sacroiliaca
kanan. Akar mesenterium memungkinkan keluar dan masuknya cabang-cabang arteri vena mesenterica
superior antara kedua lapisan peritoneum yang membentuk mesenterium.
Pada usus halus, arteri mesenterika superior dicabangkan dari aorta tepat di bawah arteri seliaka.
Arteri ini mendarahi seluruh usus halus kecuali duodenum yang sebagian atas duodenum adalah arteri
pancreaticoduodenalis superior, suatu cabang arteri gastroduodenalis. Sedangkan bagian bawah
duodenum diperdarahi oleh arteri pancreaticoduodenalis inferior, suatu cabang arteri mesenterica
superior. Pembuluhpembuluh darah yang memperdarahi jejenum dan ileum ini beranastomosis satu sama
lain untuk membentuk serangkaian arkade. Bagian ileum yang terbawah juga diperdarahi oleh arteri
ileocolica. Darah dikembalikan lewat vena messenterika superior yang menyatu dengan vena lienalis
membentuk vena porta.

Saraf-saraf duodenum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (vagus) dari pleksus mesentericus
superior dan pleksus coeliacus. Sedangkan saraf untuk jejenum dan ileum berasal dari saraf simpatis dan
parasimpatis (nervus vagus) dari pleksus mesentericus superior. Rangsangan parasimpatis merangasang
aktivitas sekresi dan pergerakan, sedangkan rangsangan simpatis menghambat pergerakan usus. Serabut-
serabut sensorik sistem simpatis menghantarkan nyeri, sedangkan serabut-serabut parasimpatis mengatur
refleks usus. Suplai saraf intrinsik, yang menimbulkan fungsi motorik, berjalan melalui pleksus Auerbach
yang terletak dalam lapisan muskularis, dan pleksus Meissner di lapisan submukosa.

Pembuluh limfe duodenum mengikuti arteri dan mengalirkan cairan limfe ke atas melalui nodi
limphatici pankreatikoduodenalis ke nodi limphatici gastroduodenalis dan kemudian ke nodi limphatici
soeliakus dan ke bawah melalui nodi limphatici pankreatikoduodenalis ke nodi limphatici mesenterikus
superior sekitar pangkal arteri mesenterica superior. Pembuluh limfe jejenum dan ileum berjalan melalui
banyak nodi limphatici mesenterikus dan akhirnya mencapai nodi limphatici mesenterikus superior, yang
terletak sekitar pangkal arteri mesenterikus superior.

B. USUS BESAR

Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki (sekitar 1,5 m) yang
terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus
kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus semakin kecil.

Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat katup ileocaecal dan
appendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati dekitar dua atau tiga inci pertama dari
usus besar. Katup ileocaecal mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum. Kolon dibagi lagi menjadi
kolon ascendens, transversum, descendens dan sigmoid. Kolon ascendens berjalan ke atas dari sekum ke
permukaan inferior lobus kanan hati, menduduki regio iliaca dan lumbalis kanan. Setelah mencapai hati,
kolon ascendens membelok ke kiri, membentuk fleksura koli dekstra (fleksura hepatik).
Kolon transversum menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari fleksura koli dekstra sampai
fleksura koli sinistra. Kolon transversum, waktu mencapai daerah limpa, membengkok ke bawah,
membentuk fleksura koli sinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi kolon descendens. Kolon
sigmoid mulai pada pintu atas panggul. Kolon sigmoid merupakan lanjutan kolon descendens. Ia
tergantung ke bawah dalam rongga pelvis dalam bentuk lengkungan. Kolon sigmoid bersatu dengan
rektum di depan sakrum. Rektum menduduki bagian posterior rongga pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan
oleh kolon sigmoid dan berjalan turun di depan sekum, meninggalkan pelvis dengan menembus dasar
pelvis. Di sini rektum melanjutkan diri sebagai anus dalam perineum.

Pada usus besar, arteri mesenterika superior memperdarahi belahan bagian kanan (sekum, kolon
ascendens, dan dua pertiga proksimal kolon transversum) dengan cabangnya yaitu a. ileokolika, a. kolika
dekstra, a. kolika media, serta a. pancreaticoduodenalis inferior dan arteria mesenterika inferior
memperdarahi bagian kiri (sepertiga distal kolon transversum, kolon descendens dan sigmoid, dan bagian
proksimal rektum) melalui a. kolika sinistra, a. sigmoidalis, a. hemoroidalis superior. Pembuluh limfe
sekum berjalan melewati banyak nodi limphatici mesenterikus dan akhirnya mencapai nodi limphatici
mesenterikus superior.

Pembuluh limfe untuk kolon mengalirkan cairan limfe ke kelenjar limfe yang terletak di sepanjang
perjalanan arteri vena kolika. Untuk kolon ascendens dan dua pertiga dari kolon transversum cairan
limfenya akan masuk ke nodi limphatici mesenterikus superior, sedangkan yang berasal dari sepertiga
distal kolon transversum dan kolon descendens akan masuk ke nodi limphatici mesenterikus inferior.
Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom dengan perkecualian sfingter eksterna yang
berada dibawah kontrol voluntar. Sekum, appendiks dan kolon ascendens dipersarafi oleh serabut saraf
simpatis dan parasimpatis nervus vagus dari pleksus saraf mesenterikus superior. Pada kolon transversum
dipersarafi oleh saraf simpatis nervus vagus dan saraf parasimpatis nervus pelvikus. Serabut simpatis
berjalan dari pleksus mesenterikus superior dan inferior. Serabut-serabut nervus vagus hanya
mempersarafi dua pertiga proksimal kolon transversum, sepertiga distal dipersarafi oleh saraf
parasimpatis nervus pelvikus. Sedangkan pada kolon descendens dipersarafi serabut-serabut simpatis dari
pleksus saraf mesenterikus inferior dan saraf parasimpatis nervus pelvikus. Perangsangan simpatis
menyebabkan penghambatan sekresi dan kontraksi, serta perangsangan sfingter rektum, sedangkan
perangsangan parasimpatis mempunyai efek berlawanan.
Gambar 1. Arteri mesenterika superior — mempercabangkan arteri pancreaticoduodenalis inferior,
intestinalis, ileocolica, colica dekstra.

Gambar 2. Arteri mesenterika inferior — mempercabangkan arteri colica sinistra, sigmoidea, dan
hemorrhoidalis superior.
II. HISTOLOGI
A. USUS HALUS
Dinding usus halus dibagi kedalam empat lapisan:
1. Tunika Serosa. Tunika serosa atau lapisan peritoneum, tak lengkap di atas duodenum, hampir
lengkap di dalam usus halus mesenterika, kekecualian pada sebagian kecil, tempat lembaran
visera dan mesenterika peritoneum bersatu pada tepi usus.
2. Tunika Muskularis. Dua selubung otot polos tak bergaris membentuk tunika muskularis usus
halus. Ia paling tebal di dalam duodenum dan berkurang tebalnya ke arah distal. Lapisan luarnya
stratum longitudinale dan lapisan dalamnya stratum sirkulare. Yang terakhir membentuk massa
dinding usus. Plexus myenterikus saraf (Auerbach) dan saluran limfe terletak diantara kedua
lapisan otot.
3. Tela Submukosa. Tela submukosa terdiri dari jaringan ikat longgar yang terletak di antara tunika
muskularis dan lapisan tipis lamina muskularis mukosa, yang terletak di bawah mukosa. Dalam
ruangan ini berjalan jalinan pembuluh darah halus dan pembuluh limfe. Di samping itu, di sini
ditemukan neuropleksus Meissner.
4. Tunika Mukosa. Tunika mukosa usus halus, kecuali pars superior duodenum, tersusun dalam
lipatan sirkular tumpang tindih yang berinterdigitasi secara transversa. Masingmasing lipatan ini
ditutup dengan tonjolan, villi. Usus halus ditandai oleh adanya tiga struktur yang sangat
menambah luas permukaan dan membantu fungsi absorbsi yang merupakan fungsi utamanya:
a) Lapisan mukosa dan submukosa membentuk lipatan-lipatan sirkular yang dinamakan
valvula koniventes (lipatan Kerckringi) yang menonjol ke dalam lumen sekitar 3 sampai
10 mm. Lipatan-lipatan ini nyata pada duodenum dan jejenum dan menghilang dekat
pertengahan ileum. Adanya lipatan-lipatan ini menyerupai bulu pada radiogram.
b) Villi merupakan tonjolan-tonjolan seperti jari-jari dari mukosa yang jumlahnya sekitar 4
atau 5 juta dan terdapat di sepanjang usus halus. Villi panjangnya 0,5 sampai 1 mm
(dapat dilihat dengan mata telanjang) dan menyebabkan gambaran mukosa menyerupai
beludru.
c) Mikrovilli merupakan tonjolan menyerupai jari-jari dengan panjang sekitar 1 μ pada
permukaan luar setiap villus. Mikrovilli terlihat dengan mikroskop elektron dan tampak
sebagai brush border pada mikroskop cahaya.

Bila lapisan permukaan usus halus ini rata, maka luas permukaannya hanyalah sekitar 2.000 cm².
Valvula koniventes, villi dan mikrovilli bersama-sama menambah luas permukaan absorpsi
sampai 2 juta cm², yaitu meningkat seribu kali lipat.
B. USUS BESAR
Usus besar memiliki empat lapisan morfologik seperti juga bagian usus lainnya. Akan
tetapi, ada beberapa gambaran yang khas pada usus besar saja. Lapisan otot longitudinal usus
besar tidak sempurna, tetapi terkumpul dalam tiga pita yang dinamakan taenia koli. Taenia
bersatu pada sigmoid distal, dengan demikian rektum mempunyai satu lapisan otot longitudinal
yang lengkap. Panjang taenia lebih pendek daripada usus, hal ini menyebabkan usus tertarik dan
berkerut membentuk kantong-kantong kecil peritoneum yang berisi lemak dan melekat di
sepanjang taenia. Lapisan mukosa usus besar jauh lebih tebal daripada lapisan mukosa usus halus
dan tidak mengandung villi atau rugae. Kriptus Lieberkūn (kelenjar intestinal) terletak lebih
dalam dan mempunyai lebih banyak sel goblet daripada usus halus.

III. FISIOLOGI USUS


A. USUS HALUS
Usus halus mempunyai dua fungsi utama : pencernaan dan absorbsi bahan-bahan nutrisi
dan air. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung dilanjutkan di dalam duodenum
terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein
menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim
dalam getah usus (sukus enterikus). Banyak di antara enzim-enzim ini terdapat pada brush border
villi dan mencernakan zat-zat makanan sambil diabsorbsi.
Isi usus digerakkan oleh peristalsis yang terdiri atas dua jenis gerakan, yaitu segmental
dan peristaltik yang diatur oleh sistem saraf autonom dan hormon. Pergerakan segmental usus
halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar, dan sekresi usus,
dan pergerakan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan
yang sesuai untuk absorbsi optimal dan suplai kontinyu isi lambung.
Gambar 3. Gerakan peristaltic

Kontraksi usus halus disebabkan oleh aktifitas otot polos usus halus yang terdiri dari 2 lapis yaitu
lapisan otot longitudinal dan lapisan otot sirkuler. Otot yang terutama berperan pada kontraksi segmentasi
untuk mencampur makanan adalah otot longitudinal. Bila bagian ini mengalami distensi oleh makanan,
dinding usus halus akan berkontraksi secara lokal. Tiap kontraksi ini melibatkan segmen usus halus
sekitar 1-4 cm. Pada saat satu segmen usus halus yang berkontraksi mengalami relaksasi, segmen lainnya
segera akan memulai kontraksi, demikian seterusnya. Bila usus halus berelaksasi, makanan akan kembali
ke posisinya semula. Gerakan ini berulang terus sehingga makanan akan bercampur dengan enzim
pencernaan dan mengadakan hubungan dengan mukosa usus halus dan selanjutnya terjadi absorbsi.
Kontraksi segmental berlangsung oleh karena adanya gelombang lambat yang merupakan basic
electricrhytm (BER) dari otot polos saluran cerna. Proses kontraksi segmentasi berlangsung 8 sampai 12
kali/menit pada duodenum dan sekitar 7 kali/menit pada ileum. Gerakan peristaltik pada usus halus
mendorong makanan menuju ke arah kolon dengan kecepatan 0,5 sampai 2 cm/detik, di mana pada
bagian proksimal lebih cepat daripada bagian distal. Gerakan peristaltik ini sangat lemah dan biasanya
menghilang setelah berlangsung sekitar 3 sampai 5 cm.

Absorbsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak dan protein (gula
sederhana, asam-asam lemak dan asam-asam amino) melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe
untuk digunakan oleh sel-sel tubuh. Selain itu air, elektrolit dan vitamin juga diabsorbsi. Absorbsi
berbagai zat berlangsung dengan mekanisme transport aktif dan pasif.

B. USUS BESAR
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi
usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorbsi air dan elektrolit, yang sudah
hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang
menampung massa feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung.
Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek serta
mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga keseimbangan air dan
elektrolit dan mencegah dehidrasi. Menerima 900-1500 ml/hari, semua kecuali 100200 ml
diabsorbsi, paling banyak di proksimal. Kapasitas sekitar 5 l/hari.
Gerakan retrograd dari kolon memperlambat transit materi dari kolon kanan,
meningkatkan absorbsi. Kontraksi segmental merupakan pola yang paling umum, mengisolasi
segmen pendek dari kolon, kontraksi ini menurun oleh antikolinergik, meningkat oleh makanan
dan kolinergik. Gerakan massa merupakan pola yang kurang umum, pendorong antegrad
melibatkan segmen panjang 0,5-1,0 cm/detik, 20-30 detik panjang, tekanan 100-200 mmHg, tiga
sampai empat kali sehari, terjadi dengan defekasi.

Gas kolon berasal dari udara yang ditelan, difusi dari darah, produksi intralumen. Nitrogen,
oksigen, karbon dioksida, hidrogen, metan. Bakteri membentuk hidrogen dan metan dari protein dan
karbohidrat yang tidak tercerna. Normalnya 600 ml/hari.

IV. IILEUS OBSTRUKTIF


A. DEFINISI

Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus di mana merupakan penyumbatan yang
sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus, yaitu oleh karena kelainan dalam lumen usus,
dinding usus atau luar usus yang menekan. Hambatan pada jalan isi usus akan menyebabkan isi usus
terhalang dan tertimbun di bagian proksimal dari sumbatan, sehingga pada daerah proksimal tersebut
akan terjadi distensi atau dilatasi usus. Dapat terjadi pada usus halus maupun usus besar.

Pada ileus obstruksi dapat dibedakan lagi menjadi obstruksi sederhana dan obstruksi strangulasi.
Obstruksi sederhana ialah obstruksi yang tidak disertai terjepitnya pembuluh darah.

Pada strangulasi ada pembuluh darah terjepit sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan
nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum berat yang disebabkan oleh toksin dari jaringan
gangren. Jadi strangulasi memperlihatkan kombinasi gejala obstruksi dan gejala sistemik akibat adanya
toksin dan sepsis. Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi, adhesi, dan volvulus mungkin
sekali disertai strangulasi, sedangkan obstruksi oleh tumor atau askaris adalah obstruksi sederhana yang
jarang menyebabkan strangulasi.

B. ETIOLOGI
Ekstraluminal Intrinsik Intraluminal
Adhesi Intususepsi Batu empedu
Hernia inkarserata Penyakit Crohn
Neoplasma Kongenital (volvulus)
Abses, hematoma Striktur

Ileus obstruktif dapat disebabkan oleh:


1. Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus obstruktif, sekitar 50-
70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal
sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi
berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya.
Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa
anakanak.
2. Hernia inkarserata eksternal (inguinal, femoral, umbilikal, insisional, atau parastomal)
merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus obstruktif, dan merupakan
penyebab tersering pada pasien yang tidak mempunyai riwayat operasi abdomen. Hernia
interna (paraduodenal, kecacatan mesentericus, dan hernia foramen Winslow) juga bisa
menyebabkan hernia.
3. Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen,
sedangkan tumor metastase atau tumor intraabdominal dapat menyebabkan obstruksi
melalui kompresi eksternal.
4. Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau penumpukan cairan.
5. Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap bagian usus yang
mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus mesentericus dapat
sebagai petunjuk awal adanya intususepsi.
6. Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi akut selama
masa infeksi atau karena striktur yang kronik.
7. Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital, seperti malrotasi usus.
Volvulus lebih sering sebagai penyebab obstruksi usus besar.
8. Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau hernia Littre.
9. Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong empedu
menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang
menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu yang besar
dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal
yang menyebabkan obstruksi.
10. Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi, terapi radiasi, atau
trauma operasi.
Gambar 4. Etiologi obstruksi usus

C. PATOFISIOLOGI

Penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik yang bekerja atau
mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan penyempitan atau penyumbatan lumen usus. Hal
tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu. Sehingga terjadi pengumpulan isi lumen usus yang
berupa gas dan cairan pada bagian proksimal tempat penyumbatan yang menyebabkan pelebaran dinding
usus (distensi). Sumbatan usus dan distensi usus menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
intraluminal sehingga terjadi hipersekresi kelenjar pencernaan. Dengan demikian akumulasi cairan dan
gas semakin bertambah sehingga menyebabkan distensi usus sebelah proksimal sumbatan. Selain
hipersekresi meningkat, kemampuan absorbsi usus pun menurun, sehingga terjadi kehilangan volume
sistemik yang besar dan progresif. Hal ini dapat menyebabkan tejadinya syok hipovolemik.

Awalnya, peristaltik pada bagian proksimal usus meningkat sebagai kompensasi adanya
sumbatan atau hambatan. Bila obstruksi terus berlanjut dan terjadi peningkatan tekanan intraluminal,
maka bagian proksimal dari usus tidak akan berkontraksi dengan baik dan bising usus menjadi tidak
teratur dan hilang. Peningkatan tekanan intraluminal dan adanya distensi menyebabkan gangguan
vaskuler terutama stasis vena. Dinding usus menjadi udem dan terjadi translokasi bakteri ke pembuluh
darah. Produksi toksin yang disebabkan oleh adanya translokasi bakteri menyebabkan timbulnya gejala
sistemik. Efek lokal peregangan usus adalah iskemik akibat nekrosis disertai absorbsi toksin-toksin
bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik. Hal ini biasanya terjadi pada obstruksi usus
dengan strangulasi. Bahaya umum dari keadaan ini adalah sepsis.
Pada obstruksi mekanik sederhana, hambatan pasase muncul tanpa disertai gangguan vaskuler
dan neurologik. Makanan dan cairan yang tertelan, sekresi usus dan udara akan berkumpul dalam jumlah
yang banyak jika obstruksinya komplit. Bagian proksimal dari usus mengalami distensi dan bagian
distalnya kolaps. Fungsi sekresi dan absorbsi membran mukosa usus menurun dan dinding usus menjadi
edema dan kongesti. Distensi intestinal yang berat dengan sendirinya secara terus menerus dan progresif
akan mengacaukan peristaltik dan fungsi sekresi mukosa serta meningkatkan risiko terjadinya dehidrasi,
iskemik, nekrosis, perforasi, peritonitis dan kematian.

D. MANIFESTASI KLINIK

Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual, muntah, perut distensi dan
tidak bisa buang air besar (obstipasi). Mual muntah umumnya terjadi pada obstruksi letak tinggi. Bila
lokasi obstruksi di bagian distal maka gejala yang dominan adalah nyeri abdomen. Distensi abdomen
terjadi bila obstruksi terus berlanjut dan bagian proksimal usus menjadi sangat dilatasi.

Obstruksi pada usus halus menimbulkan gejala seperti nyeri perut sekitar umbilikus atau bagian
epigastrium. Pasien dengan obstruksi partial bisa mengalami diare. Kadang – kadang dilatasi dari usus
dapat diraba. Obstruksi pada kolon biasanya mempunyai gejala klinis yang lebih ringan dibanding
obstruksi pada usus halus. Umumnya gejala berupa konstipasi yang berakhir pada obstipasi dan distensi
abdomen. Muntah jarang terjadi.

Pada obstruksi bagian proksimal usus halus biasanya muncul gejala muntah yang terdiri dari
cairan jernih hijau atau kuning dan terlihat dini dalam perjalanan. Usus didekompresi dengan regurgitasi,
sehingga tak terlihat distensi. Jika obstruksi di distal di dalam usus halus atau kolon, maka muntah timbul
lambat dan setelah muncul distensi. Muntahannya kental dan berbau busuk (fekulen) sebagai hasil
pertumbuhan bakteri berlebihan sekunder terhadap stagnansi.

Nyeri perut bervariasi dan bersifat intermittent atau kolik dengan pola naik turun. Jika obstruksi
terletak di bagian tengah atau letak tinggi dari usus halus (jejenum dan ileum bagian proksimal) maka
nyeri bersifat konstan/menetap.
Gambar 5. Manifestasi klinis obstruksi usus halus

E. PEMERIKSAAN FISIK

Pada tahap awal, tanda vital normal. Seiring dengan kehilangan cairan dan elektrolit, maka akan
terjadi dehidrasi dengan manifestasi klinis takikardi dan hipotensi postural. Suhu tubuh biasanya normal
tetapi kadang – kadang dapat meningkat.

Pada pemeriksaan abdomen didapatkan:

 Inspeksi
- Abdomen tampak distensi
- Dapat ditemukan Darm Contour (gambaran usus) dan Darm Steifung (gambaran gerakan usus)
- Benjolan pada regio inguinal, femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata - Pada
Intussusepsi dapat terlihat massa abdomen berbentuk sosis
- Bila ada bekas luka operasi sebelumnya dapat dicurigai adanya adhesi
 Auskultasi

Hiperperistaltik, berlanjut dengan Borborygmus (bunyi usus mengaum) menjadi bunyi metalik
(klinken) / metallic sound. Pada fase lanjut bising usus dan peristaltik melemah sampai hilang.

 Perkusi

Hipertimpani. Pada obstruksi usus dengan strangulasi dapat ditemukan ascites.


 Palpasi

Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia. Dan pada obstruksi usus dengan
strangulasi dapat ditemukan ascites.

Pada obstruksi usus dengan strangulasi didapatkan adanya rasa nyeri abdomen yang hebat dan
bersifat menetap makin lama makin hebat, demam, takikardi, hipotensi dan gejala dehidrasi yang berat.
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tampak distensi, didapatkan ascites dan peristaltik
meningkat (bunyi Borborigmi). Pada tahap lanjut di mana obstruksi terus berlanjut, peristaltik akan
melemah dan hilang. Adanya feces bercampur darah pada pemeriksaan rectal toucher dapat dicurigai
adanya keganasan dan intususepsi.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Laboratorium

Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan diagnosis, tetapi sangat membantu
memberikan penilaian berat ringannya dan membantu dalam resusitasi. Pada tahap awal, ditemukan hasil
laboratorium yang normal. Selanjutnya ditemukan adanya hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai
elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum amilase sering didapatkan. Leukositosis menunjukkan
adanya iskemik atau strangulasi, tetapi hanya terjadi pada 38% 50% obstruksi strangulasi dibandingkan
27% - 44% pada obstruksi non strangulata. Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi.
Selain itu dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan
alkalosis metabolik bila muntah berat, dan metabolik asidosis bila ada tanda – tanda shock, dehidrasi dan
ketosis.

 Radiologik
Pada foto posisi tegak akan tampak bayangan air fluid level yang banyak di beberapa tempat
(multiple air fluid level) yang tampak terdistribusi dalam susunan tangga (step ladder
appearance), sedangkan usus sebelah distal dari obstruksi akan tampak kosong. Jumlah loop dari
usus halus yang berdilatasi secara umum menunjukkan tingkat obstruksi. Bila jumlah loop sedikit
berarti obstruksi usus halus letaknya tinggi, sedangkan bila jumlah loop lebih banyak maka
obstruksi usus halus letaknya rendah. Semakin distal letak obstruksi, jumlah air fluid level akan
semakin banyak, dengan tinggi yang berbeda-beda sehingga berbentuk step ladder appearance.
Bayangan udara di dalam kolon biasanya terletak lebih ke perifer dan biasanya berbentuk huruf
“U” terbalik. Obstruksi kolon ditandai dengan dilatasi proksimal kolon. sampai ke tempat
obstruksi, dengan dekompresi dari kolon bagian distal. Kolon bagian proksimal sampai letak
obstruksi akan lebih banyak berisi cairan daripada feses. Usus halus bagian proksimal mungkin
berdilatasi, mungkin juga tidak. Dugaan tumor kolon dapat dibuat foto barium enema. Foto polos
abdomen mempunyai tingkat sensitivitas 66% pada obstruksi usus halus, sedangkan sensitivitas
84% pada obstruksi kolon. Foto thoraks PA diperlukan untuk mengetahui adanya udara bebas
yang terletak di bawah diafragma kanan yang menunjukkan adanya perforasi. CT scan kadang –
kadang digunakan untuk menegakkan diagnosa pada obstruksi usus halus untuk mengidentifikasi
pasien dengan obstruksi yang komplit dan pada obstruksi usus besar yang dicurigai adanya abses
maupun keganasan.

Gambar 7. Foto polos abdomen

G. DIAGNOSIS
Diagnosis ileus obstruktif tidak sulit, salah satu yang hampir selalu harus ditegakkan atas dasar klinik
dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, kepercayaan atas pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
radiologi harus dilihat sebagai konfirmasi dan bukan menunda mulainya terapi yang segera. Diagnosa
ileus obstruksi diperoleh dari:

1. Anamnesis

Pada anamnesis ileus obstruktif usus halus biasanya sering dapat ditemukan penyebabnya, misalnya
berupa adhesi dalam perut karena pernah dioperasi sebelumnya atau terdapat hernia. Pada ileus obstruksi
usus halus kolik dirasakan di sekitar umbilikus, sedangkan pada ileus obstruksi usus besar kolik dirasakan
di sekitar suprapubik. Muntah pada ileus obstruksi usus halus berwarna kehijauan dan pada ileus
obstruktif usus besar onset muntah lama.

2. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang mencakup kehilangan
turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen harus dilihat adanya distensi,
parut abdomen, hernia dan massa abdomen. Terkadang dapat dilihat gerakan peristaltik
usus yang bisa bekorelasi dengan mulainya nyeri kolik yang disertai mual dan muntah.
Penderita tampak gelisah dan menggeliat sewaktu serangan kolik.
b) Auskultasi
Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran episodik gemerincing
logam bernada tinggi dan gelora (rush’) diantara masa tenang. Tetapi setelah beberapa
hari dalam perjalanan penyakit dan usus di atas telah berdilatasi, maka aktivitas
peristaltik (sehingga juga bising usus) bisa tidak ada atau menurun parah. Tidak adanya
nyeri usus bisa juga ditemukan dalam ileus paralitikus atau ileus obstruksi strangulate
c) Perkusi

Pada ileus obstruktif didapatkan timpani di seluruh lapang abdomen.

d) Palpasi
Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneum apapun atau nyeri
tekan, yang mencakup ‘defance musculair’ involunter atau rebound dan pembengkakan
atau massa yang abnormal.

e) Rectal Toucher
- Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease
- Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma
- Feses yang mengeras : skibala
- Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi
- Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi
- Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis

3. Laboratorium
Leukositosis, biasanya terjadi bila terdapat strangulasi, tetapi hitung darah putih yang
normal tidak menyampingkan strangulasi. Peningkatan amilase serum kadang-kadang ditemukan
pada semua bentuk ileus obstruktif, khususnya jenis strangulasi.
4. Radiologi
Pemeriksaan sinar-X bisa sangat bermanfaat dalam mengkonfirmasi diagnosis ileus
obstruktif serta foto abdomen tegak dan berbaring harus yang pertama dibuat. Adanya gelung
usus terdistensi dengan batas udara-cairan dalam pola tangga pada film tegak sangat
menggambarkan ileus obstruksi sebagai diagnosis. Dalam ileus obstruktif usus besar dengan
katup ileocaecalis kompeten, maka distensi gas dalam kolon merupakan satu-satunya gambaran
penting. Penggunaan kontras dikontraindikasikan adanya perforasi-peritonitis. Barium enema
diindikasikan untuk invaginasi, dan endoskopi disarankan pada kecurigaan volvulus.

H. DIAGNOSIS BANDING
 Ileus paralitik

Merupakan suatu gawat abdomen berupa distensi abdomen karena usus tidak berkontraksi akibat
adanya gangguan motilitas di mana peristaltik usus dihambat sebagian akibat pengaruh toksin atau trauma
yang mempengaruhi kontrol otonom pergerakan usus. Manifestasi kliniknya berupa distensi perut, tidak
dapat flatus maupun defekasi dan dapat disertai muntah serta perut terasa kembung. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan distensi abdomen, bising usus menurun atau bahkan menghilang, tidak terdapat nyeri
tekan dan perkusi timpani di seluruh lapang abdomen. Pada pemeriksaan radiologi, foto polos abdomen
didapatkan gambaran dilatasi usus menyeluruh dari gaster sampai rektum dan herring bone appearance
(gambaran tulang ikan).

I. KOMPLIKASI
Strangulasi menjadi penyebab dari kebanyakan kasus kematian akibat obstruksi usus. Isi lumen usus
merupakan campuran bakteri yang mematikan, hasil-hasil produksi bakteri, jaringan nekrotik dan darah.
Usus yang mengalami strangulasi mungkin mengalami perforasi dan mengeluarkan materi tersebut ke
dalam rongga peritoneum. Tetapi meskipun usus tidak mengalami perforasi bakteri dapat melintasi usus
yang permeabel tersebut dan masuk ke dalam sirkulasi tubuh melalui cairan getah bening dan
mengakibatkan syok septik.

J. PENATALAKSANAAN
 Pre-operatif
Dasar pengobatan obstruksi usus meliputi :
a) Penggantian kehilangan cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus sampai pencapaian
tingkat normal hidrasi dan konsentrasi elektrolit bisa dipantau dengan mengamati
pengeluaran urin (melalui kateter), tanda vital, tekanan vena sentral dan pemeriksaan
laboratorium berurutan.
b) Dekompresi traktus gastrointestinal dengan sonde yang ditempatkan intralumen dengan
tujuan untuk dekompresi lambung sehingga memperkecil kesempatan aspirasi isi usus,
dan membatasi masuknya udara yang ditelan ke dalam saluran pencernaan, sehingga
mengurangi distensi usus yang bisa menyebabkan peningkatan tekanan intalumen.
c) Pemberian obat – obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis.
Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah.
 Operatif

Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah sepsis sekunder.
Operasi diawali dengan laparatomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan
hasil eksplorasi selama laparatomi. Jika obstruksinya berhubungan dengan suatu simple obstruksi
atau adhesi, maka tindakan lisis yang dianjurkan. Jika terjadi obstruksi stangulasi maka reseksi
intestinal sangat diperlukan.

Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi ileus.

i. Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana untuk
membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia inkarserata non-strangulasi, jepitan oleh
streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
ii. Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus yang
tersumbat, misalnya pada tumor intraluminal, Crohn disease, dan sebagainya.
iii. Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya pada Ca
stadium lanjut.
iv. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujungujung usus untuk
mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada carcinomacolon, invaginasi, strangulata,
dan sebagainya. Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif
bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya
pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan
reseksi usus dan anastomosis.
 Post-operatif

Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan elektrolit. Kita harus
mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori yang cukup. Perlu diingat bahwa pasca
bedah usus pasien masih dalam keadaan paralitik.

K. PROGNOSIS

Obstruksi usus halus yang tidak mengakibatkan strangulasi mempunyai angka kematian 5 %.
Kebanyakan pasien yang meninggal adalah pasien yang sudah lanjut usia. Obstruksi usus halus yang
mengalami strangulasi mempunyai angka kematian sekitar 8 % jika operasi dilakukan dalam jangka
waktu 36 jam sesudah timbulnya gejala-gejala, dan 25 % jika operasi diundurkan lebih dari 36 jam.

Pada obstruksi usus besar, biasanya angka kematian berkisar antara 15–30 %. Perforasi sekum
merupakan penyebab utama kematian yang masih dapat dihindarkan.
BAB III

KESIMPULAN

Ileus obstruktif adalah terjadinya kerusakan atau hilangnya pasase usus yang disebabkan oleh
sumbatan mekanik, yaitu oleh karena obstruksi dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang
menekan pada usus halus maupun usus besar.

Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual, muntah, perut distensi
dan tidak bisa buang air besar serta flatus. Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya demam, takikardi,
hipotensi dan gejala dehidrasi yang berat. Pada pemeriksaan abdomen yang terlihat adalah abdomen yang
distensi, terdapat Darm Contour dan Darm Steifung, pada auskultasi terdapat hiperperistaltik berlanjut
dengan Borborygmi (bunyi usus mengaum) menjadi bunyi metalik (klinken) atau metallic sound. Pada
fase lanjut, bising usus dan peristaltik melemah sampai hilang. Pada foto posisi tegak akan didapatkan
bayangan air fluid level yang banyak di beberapa tempat yang tampak terdistribusi dalam susunan tangga
(step ladder appearance), juga terlihat gambaran distensi. Dasar pengobatan ileus adalah koreksi
keseimbangan cairan dan elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi traktus
gastrointestinal, mengatasi peritonitis dan syok bila ada serta menghilangkan obstruksi untuk
memeperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal dengan cara operasi. Prognosis baik bila
diagnosis dan tindakan dilakukan dengan segera.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidayat R, De Jong Wim. Usus halus, apendiks, kolon, dan anorektum. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi 2. Jakarta: EGC; 2005. p. 623-31.

2. Yates K. Bowel obstruction. In: Cameron P, Jelinek G, Kelly AM, Murray L, Brown AFT, Heyworth
T, editors. Textbook of Adult Emergency Medicine. 2nd ed. New York: Churchill Livingstone; 2004 . p.
306-9.

3. Price SA, Wilson LM. Gangguan Usus Halus dan Usus Besar. Dalam: Wijaya, Caroline, editors.
Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 1. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2006. p. 437-59.

4. Sabiston DC. Kelainan Bedah Usus Halus. Dalam: Andrianto P, Oswari J, editors. Buku Ajar Bedah
Bagian 1. Jakarta: EGC; 1995. p. 544-59.

5. Geneser F. Histologi Usus Besar. Dalam: Gunawijaya AF, editor. Buku Teks Histologi Jilid 2. Jakarta:
Binarupa Aksara; 1994. 6. Anonymous. Ileus. September 13, 2008. Available from URL:
http://medlinux.blogspot.com/2007/09/ileus.html. Accessed July 11, 2011.

7. Mukherjee S. Ileus. December 28, 2009. Available from URL: http://www.emedicine.medscape.com.


Accessed July 11, 2011.
8. Ansari p. Intestinal Obstruction. 2007 September. Available from URL:
http://www.merck.com/mmpe/sec02/choll/chollh.html. Accessed July 13, 2011.

9. Anonym. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Lab/UPF Ilmu Bedah. Rumah Sakit Umum Daerah Dokter
Soetomo. Surabaya, 1994. 10. Evers BM. Small intestine. In: Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM,
Mttox KL,editors. Sabiston textbook of surgery. The biological basis of modern surgical practice. 17th ed.
Philadelphia: Elsevier Saunders; 2004. p. 1323-42. 11. Sjamsuhidayat R, De Jong Wim. Hambatan Pasase
Usus. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2005. p. 841-5.

Anda mungkin juga menyukai