Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Pada Bagian/SMF Kardiologi Fakultas Kedokteran Unsyiah/
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Disusun oleh:
Pembimbing:
dr. Sri Murdiati, Sp.JP(K)-FIHA
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, kasih
sayang dan karunia kepada Penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan kasus
yang berjudul “Subclavian Steal Syndrome”. Laporan kasus ini disusun sebagai
salah satu tugas menjalani kepaniteraan klinik senior pada Bagian/SMF
Kardiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/ RSUD dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Subclavian Steal Syndrome (SSS) kumpulan dari tanda dan gejala yang
ditimbulkan akibat terbaliknya arah aliran darah pada arteri vertebralis karena
adanya stenosis atau oklusi ipsilateral pada arteri subklavia di proksimal dari
percabangan dengan arteri vertebralis atau stenosis dari arteri inominata (arteri
brakhiosefalika).6
Subclavian steal syndrome (SSS) dapat terjadi jika terdapat penyempitan
atau penyumbatan bagian proksimal Arteri Subclavia. Penyempitan atau
penyumbatan tersebut menyebabkan terjadinya gangguan aliran darah bahkan
tidak bisa mengalir ke arteri aksilaris, sehingga arteri brakialis yang mengurusi
ekstremitas superior mengalami gangguan. Sebagai kompensasinya maka
sebagian darah untuk sistem vertebrobasiler (arteri vertebralis ipsilateral)
mengalami aliran balik (retrogade) untuk memasok daerah wilayah distal dari
arteri Subclavia yang tersumbat atau menyempit tersebut.6
Subclavian steal syndrome sering kali tidak bergejala, karena vaskularisasi
di kepala, leher, dan bahu yang banyak kolateralnya.Sindrom ini sering
asimtomatik dan ditemukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan
ultrasonografi atau angiografi untuk indikasi medis lain. Bisa juga ditemukan
karena besarnya perbedaan pulsasi atau tekanan darah diantara kedua lengan.7
2
Gambar skematis dari sirkulasi terjadinya subklavia steal syndrom dan
adaptasi aliran darah sebagai respons terhadap stenosis subklavia proksimal.
3
2.2. ETIOLOGI
Etiologi paling umum dari subklavia steal sindrom adalah aterosklerosis
dimana terlepasnya thrombus yang menyumpat pembuluh darah sehingga aliran
darah tersumbat. Subklavia steal sindrom lebih sering terlihat di sisi kiri, karena
topografi arteri tersebut, yang menyebabkan peningkatan turbulensi aliran darah,
sehingga menyebabkan mempercepat proses aterosklerosis.7 obstruksi pada daerah
proksimal dari arteri subclavia (Bisa kiri maupun kanan) dan unilateral, sangat
jarang kasus bilateral.8
2.3. EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini relatif tidak umum, dilaporkan terjadi sekitar 6% pasien dengan
gejala.3
4
pasien, tercatat 1.114 (17%) menunjukkan bukti artériographie sebesar 30% atau
lebih dari oklusi atau stenosis arteri subklavia atau innominate (brakiocephalic).3
2.4. PATOFISIOLOGI
Subklavia steal sindrom koroner adalah jenis lain dari subklavia steal
sindrom, terjadi pada pasien yang telah menjalani operasi cangkok bypass arteri
koroner menggunakan graft internal mammary artery (IMA). Ini didefinisikan
sebagai pembalikan aliran dalam IMA yang sebelumnya dibuat, yang mengarah
5
ke iskemia miokard, karena adanya stenosis arteri subklavia proksimal dengan
asal IMA ipsilateral.8
2.5. DIAGNOSIS
Anamnesis:
Nyeri ekstremitas atas sering dikeluhkan ketika banyaknya gerak badan
yang dilakukan, akibat penurunan perfusi pada ekstremitas atas sehingga cabang
distal arteri subklavia berperan sebagai kolateral untuk mempertahankan perfusi
ekstremitas atas dan karena terjadi peningkatan kebuthan aliran darah ke otak
berkurang dan bias timbul gejala iskemia serebral.13
Gejala asimtomatik bisa terjadi pada pasien dengan aliran kolaterak
intracranial yang adekuat. Sebanyak 80% pasien simtomatik memiliki lesi serebral
pada pembuluh intrakranial atau ekstrakranial.7
Evaluasi Klinis:7,14
a. Tekanan darah >140/90 mmHg
b. Presinkop – sinkop
c. Vertigo akibat berkurangnya aliran darah ke otak
d. Perbedaan tekanan darah ekstremitas atas pada sisi yang mengalami stenosis
atau oklusi >20 mmHg dibandingkan sisi yang normal
e. Nadi lemah hingga tidak teraba pada sisi yang sakit
f. Penurunan kekuatan tangan pada sisi yang mengalami sakit
g. Nyeri ekstremitas atas atau pada sisi yang sakit
h. Ataksia
i. Disartria
Pemeriksaan Penunjang:7,8,15
a. Pemeriksaan darah: dislipidemia dan diabetes mellitus
b. Ultrasound Sonography: aliran retrograde (terbalik) pada arteri veterbralis,
penurunan kecepatan aliran arteri vetrebralis, bentuk gelombang bifasik
pada arteri vertebralis, distal arteri subklavia menggambarkan gelombang
monofasik
6
c. CT-Scan dengan kontras: terlihat jelas penggambaran stenosis atau oklusi
arteri subklavia, lesi intrakranial atau ekstrakranial pada vascular serebral
dapat diidentifikasi, tidak dapat menggambarkan arah aliran arteri
vertebralis.
d. MRI dengan kontras: terlihat jelas penggambaran stenosis atau oklusi arteri
subklavia, lesi intracranial atau ekstrakranial pada vascular serebral dapat
diidentifikasi, dapat menggambarkan arah aliran arteri vertebralis, pengisian
terlambat pada arteri vertebralis.
2.6. TATALAKSANA
Banyak pasien tidak memerlukan intervensi apa pun karena bersifat
asimptomatik atau gejala ringan dan tidak menimbulkan kecatatan spesifik,
membaik seiring waktu.7
Stenosis arteri subklavia adalah penanda penyakit aterosklerotik pada
banyak pasien dan karenanya menunjukkan risiko kejadian kardiovaskular yang
merugikan pada pasien tersebut. Pasien-pasien ini mendapat manfaat dari tindakan
pencegahan sekunder, termasuk kontrol tekanan darah, pengobatan dislipidemia,
penghentian merokok, kontrol glikemik pada diabetes mellitus, dan perubahan
gaya hidup.
Operasi Bypass bedah terbuka adalah salah satu pilihan untuk pasien
bergejala. Pilihan paling umum untuk koreksi bedah adalah revaskularisasi ekstra-
anatomi (mis., Transposisi karotis, bypass karotis-subklavia).7
Untuk pasien dengan stenosis atau oklusi proksimal total, intervensi
endovaskular dapat menjadi pertimbangan. Sekitar 10% pasien dapat mengalami
stenosis rekuren kurang dari 70%. Pasien semacam itu dapat memperoleh manfaat
dari angioplasti ulang. Sekitar 5% dari pasien tersebut mungkin memerlukan
pembedahan.15
Terapi antiplatelet dan antikoagulasi oral dapat dicoba pada pasien dengan
adanya risiko bedah atau dengan anatomi yang tidak menguntungkan untuk
intervensi bedah. Namun, efektivitas opsi ini belum diteliti.8
7
2.7. PROGNOSIS
Sindrom mencuri subklavia adalah kondisi yang relatif aman. Karena
merupakan tanda proses aterosklerosis, ini dapat menunjukkan risiko untuk
kejadian di masa depan seperti iskemia miokard atau stroke. Oleh karena itu,
tindakan pencegahan sekunder pada pasien dapat membantu dalam prognosis
yang baik. Pasien simtomatik yang menjalani intervensi bedah dengan angioplasti
dan stenting atau bypass bedah terbuka, juga memiliki prognosis yang baik.
Sebagian besar pasien (lebih dari 95%) mengalami resolusi gejala iskemik
berkelanjutan dan tidak memerlukan intervensi ulang pada pembuluh terkait.15
8
BAB III
KESIMPULAN
9
DAFTAR PUSTAKA
10
syndrome: neurotological manifestations. Acta Otorhinolaryngol Ital.
2007;27(1):33–7.
13. Schardey HM, Meyer G, Rau HG, Gradl G, Jauch KW, Lauterjung L.
Subclavian carotid transposition: An analysis of a clinical series and a
review of the literature. Eur J Vasc Endovasc Surg. 1996;12(4):431–6.
14. Clark CE, Taylor RS, Shore AC, Ukoumunne OC, Campbell JL.
Association of a difference in systolic blood pressure between arms with
vascular disease and mortality: A systematic review and meta-analysis.
Lancet [Internet]. 2012;379(9819):905–14. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/S0140-6736(11)61710-8
15. De Vries JPPM, Jager LC, Van Den Berg JC, Overtoom TTC, Ackerstaff
RGA, Van De Pavoordt EDWM, et al. Durability of percutaneous
transluminal angioplasty for obstructive lesions of proximal subclavian
artery: Long-term results. J Vasc Surg. 2005;41(1):19–23.
11