Anda di halaman 1dari 17

LABORATORIUM KEPANITERAAN REFERAT

KLINIK RADIOLOGI FEBRUARI 2022


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

AORTOSKLEROSIS

Oleh :
Iga Dwi Listya Juniary, S. Ked
K1B1 20 047

PEMBIMIBNG :
dr. Ruslan Duppa, M.Kes., Sp. Rad (K)

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : Iga Dwi Listya Juniary, S.Ked

NIM : K1B1 20 047

Program Studi : Profesi Dokter

Fakultas : Kedokteran

Judul Referat : Aortosklerosis

Telah menyelesaikan tugas referat dalam rangka kepanitraan klinik pada Bagian Ilmu
Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

Kendari, Februari 2022

Mengetahui,
Pembimbing

dr. Ruslan Duppa, M.Kes., Sp. Rad (K)


AORTOSKLEROSIS
Iga Dwi Listya Juniary, Ruslan Duppa
(Subdivisi Kardiovaskuler, Bagian Radiologi FK-UHO)

BAB I
PENDAHULUAN

Aorta merupakan pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri

jantung dan merupakan arteri konduksi yang mempunyai diameter terbesar. Sclerosis

merupakan pengerasan atau kekauan jaringan yang biasanya disebabkan oleh radang.

Aterosklerosis merupakan istilah untuk menggambarkan hubungan antara degenerasi

lemak dan kekakuan pembuluh.(1)

Aterosklerosis digambarkan sebagai pembuluh darah arteri yang kaku.

Aterosklerosis terjadi pada arteri termasuk aorta dan a. koronaria, femoralis, iliaka,

karotis intera, dan serebral. Merupakan suatu proses inflamasi kronis yang

patofisiologinya melibatkan lipid, thrombosis, dinding vaskuler dan sel-sel imun.(2)

Aterosklerosis dapat mengenai semua pembuluh darah sedang dan besar,

namun yang paling sering adalah aorta, pembuluh koroner, dan pembuluh darah otak,

sehingga infark miokard dan infark otak merupakan dua akibat utama proses ini.(2)

Aterosklerosis ditandai dengan terbentuknya ateroma, yaitu plak di tunika

intima yang ada pada lumen arteri sedang sampai besar. Plak tersebut mengandung

sel-sel inflamasi, sel otot polos, komponen jaringan ikat, dan lipid. Arteri yang paling

sering mengalami aterosklerosis adalah arteri coroner, aorta, dan arteri serebral.
Langkah pertama pembentukan aterosklerosis dimulai dari disfungsi endotel lumen

arteri yang dapat terjadi setelah terjadinya cedera endotel atau dari stimulus lain.(3)

Pemeriksaan Radiologi adalah pemeriksaan yang sangat tepat digunakan utk

mengetahui Anatomi dan Fisiologi dari suatu organ sehingga kelainan yang terlihat

dapat membantu menegakkan diagnosa.(4)


BAB II
INSIDENS DAN EPIDEMIOLOGI

Penyakit kardiovaskular yang disebabkan oleh aterosklerosis dinding arteri

dan trombosis merupakan penyebab utama kematian dini dan menyebabkan

keterbatasan selama bertahun-tahun di negara eropa dan juga meningkat di negara-

negara yang sedang berkembang. Berdasarkan laporan WHO pada tahun 2013,

ditemukan sekitar 7,4 juta orang meninggal akibat kardiovaskular pada tahun 2012.

Angka ini akan terus meningkat dan diprediksi oleh WHO akan mencapai 24,2 juta

jiwa di seluruh dunia, dimana 14,9 % pada laki-laki dan 13,1 % pada wanita.

Peningkatan terbesar dalam jumlah kematian akan terjadi di kawasan Asia Tenggara.
(5)

Penyakit kardiovaskular yang disebabkan oleh aterosklerosis meliputi

penyakit jantung iskemik atau penyakit arteri koroner, penyakit serebrovaskular, serta

penyakit aorta dan arteri. Penyakit kardiovaskular merupakan masalah kesehatan

terbesar di dunia. Diperkirakan 17,3 juta orang meninggal dunia per tahun karena

penyakit kardiovaskular, yang mewakili 31% dari semua kematian secara global.

Penyakit kardiovaskular juga menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Pada

tahun 2013, prevalensi penyakit gagal jantung di Indonesia sebesar 0,3%, prevalensi

jantung coroner sebesar 1,5%, dan prevalensi stroke sebesar 12,1%. Penyakit

kardiovaskular merupakan kelompok gangguan yang meliputi penyakit jantung,

penyakit pembuluh darah, dan penyakit pembuluh darah otak.(6)


BAB III
ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI

Aterosklerosis adalah penyakit inflamasi kronis yang diawali dengan injury

pada endotelium, yaitu lapisan sel yang membentuk barisan pembuluh darah. Cedera

endothelial dapat berbentuk gaya mekanis, seperti tekanan darah tinggi yang dapat

terjadi pada bifurkasi pembuluh darah; kondisi metabolik, seperti diabetes mellitus,

yang memproduksi bahan-bahan yang secara langsung mencederai endothelium; atau

agen dari lingkungan, seperti asap rokok atau agen infeksius, yang juga merusak

fungsi sel endothelial. Cedera ini lalu mengakumulasi kolesterol lipoprotein

berdensitas rendah (LDL) pada dinding pembuluh darah dan membentuk suatu garis

berlemak.(1)

Pembentukan garis lemak yang merupakan akumulasi lipid ini terjadi pada

lapisan intimal arteri. Retensi lipid merupakan langkah awal dalam pathogenesis

aterosklerosis yang kemudian diikuti oleh inflamasi kronik pada area dinding arteri

yang mengalami pembentukan garis-garis lemak dan kemudian membentuk jaringan

fibrous. Garis-garis lemak berevlolusi membentuk ateroma yang terdiri atas tiga

komponen, yaitu sel inflamasi, sel otot halus, komponen fibrous jaringan ikat dan

komponen lemak lipid. Aterosklerosis memiliki perkembangan yang progresif yaitu

pembentukan garis lemak selama 11-12 tahun dan pembentukan ateroma 15-30 tahun.
(1)
Aterosklerosis merupakan suatu kelainan yang terdiri atas pembentukan

fibrolipid lokal di dalam bentuk plak-plak yang menonjol atau penebalan yang disebut

ateroma yang terdapat di dalam tunika intima dan pada bagian dalam tunika media,

ateroma kemudian berkembang, dan dapat mengalami berbagai komplikasi termasuk

kalsifikasi, perdarahan, ulserasi dan trombosis.(7)

Aterosklerosis terjadi pada arteri termasuk aorta dan a. koronaria, femoralis,

iliaka, karotis intera, dan serebral. Penyempitan yang diakibatkan oleh aterosklerosis

pada arteri koronaria dapat bersifat fokal dan cenderung terjadi pada percabangan

arteria, penyempitan tidak mengganggu aliran darah kecuali bila telah melebihi 70%

dari lumen arteria.(7)

Terdapat berbagai hipotesis tentang patogenesis terjadinya aterosklerosis

antara lain

1. Disfungsi Endotel

Dalam arteri yang sehat, strukur sel endotel tersusun secara rapat dan

berfungsi membatasi masuknya molekul besar dari sirkulasi ke ruang subendotel.

Disfungsi endotel dapat disebabkan stres fisik. Stres fisik pada sel endotel terjadi

antara lain bila ada gangguan pada hidrodinamik sirkulasi darah seperti hipertensi.

Stres fisik ini terutama lebih mudah terjadi pada daerah percabangan arteri.(2)

Disfungsi endotel juga dapat disebabkan iritasi oleh zat kimia yang terdapat di

dalam darah seperti zat-zat yang terdapat di dalam asap rokok, peningkatan kadar

kolesterol yang tinggi di dalam darah, peningkatan kadar gula darah pada

penyakit diabetes, serta infeksi mikroorganisme yang menyebabkan kerusakan


sel-sel endotel pembuluh darah. Ketika stres fisik dan kimia mengganggu

homeostasis normal sel endotel, sel endotel akan teraktivasi, diwujudkan dengan

terjadi peningkatan permeabilitas sel endotel, pelepasan sitokin inflamasi,

peningkatan produksi molekul adhesi permukaan yang akan menarik leukosit,

perubahan pelepasan zat vasoaktif (prostasiklin dan NO), dan gangguan fungsi

antitrombotik yang normal. Semua efek yang tidak diinginkan dari disfungsi

endotel ini merupakan dasar untuk proses berikutnya dalam perkembangan

aterosklerosis.(2)

2. Masukkan lipoprotein dan modifikasi

Disfungsi endotel menyebabkan terjadi peningkatan permeabilitas pada

lapisan intima, mengakibatkan LDL dapat masuk ke dalam ruang subendotel. Hal

ini semakin dipermudah bila terdapat peningkatan kadar LDL yang tinggi di

dalam darah. LDL akan menumpuk di ruang subendotel dan berikatan dengan

komponen matriks ekstraseluler yang disebut proteoglikan. Ikatan ini membuat

LDL terperangkap di dalam dinding pembuluh darah. LDL akan mengalami

modifikasi secara kimia, yaitu akan teroksidasi di dalam ruang subendotel.(2)

3. Migrasi leukosit

LDL yang teroksidasi akan merangsang sel endotel mengeluarkan Monocyte

Chemotactic Protein-1 (MCP-1). Protein ini akan menarik monosit yang beredar

di dalam darah untuk bermigrasi ke dalam lapisan intima. Protein ini juga

merangsang monosit untuk berdiferensiasi menjadi makrofag di dalam lapisan

intima. (2)
4. Terbentuknya sel busa (foam cell)

Setelah masuk ke dalam lapisa intima, monosit akan berdifferensiasi menjadi

makrofag. Sel makrofag akan menghasilkan sitokin diantaranya yaitu Tumor

Necrosis Factor Alpha (TNF-a), yang akan mengaktivasi produksi molekul

adhesi (VCAM-1, ICAM-1, E-selectin) oleh sel endotel. Terbentuknya Molekul

adhesi ini memudahkan monosit untuk menempel lebih banyak pada dinding

pembuluh darah, sehingga monosit akan bertambah banyak masuk ruang sub

endotel. Selanjutnya monosit yang telah berdiferensiasi menjadi makrofag melalui

reseptor scavenger akan memakan LDL yang telah mengalami modifikasi dalam

jumlah yang banyak membentuk sel busa.(2)

5. Migrasi otot polos

Sel Busa memproduksi Platelet-Derived Growth Factor (PDGF) yang dapat

merangsang sel-sel otot polos di tunika media berpindah ke tunika intima. PDGF

juga merangsang pertumbuhan sel-sel otot polos di dalam lapisan intima. Sel busa

juga meghasilkan faktor pertumbuhan dan citokine seperti TNF-a, IL-1, fibroblast

growth factor, dan transforming growth factor ß (TGF-ß) yang akan merangsang

proliferasi sel-sel otot polos di tunika intima.(5)

6. Kalsifikasi

Pada tahap lanjut penyaki, kalsium dapat mengendap pada plak yang

menempel di lumen pembuluh darah. Pembuluh darah yang terkena menjadi keras

dan tidak mengembang. Hipertensi menyebabkan remodeling, disfungsi endotel,

fibrosis, dan kalsifikasi, yang menyebabkan perubahan vaskular yang signifikan.


Kalsifikasi vaskular adalah salah satu indikator terpenting kerusakan vaskular

terkait hipertensi. Peradangan, stres oksidatif, usia lanjut, dan sistem renin-

angiotensin merupakan faktor penting yang terlibat dalam perkembangan

kalsifikasi vaskular. Angiotensin-2, substrat sistem renin-angiotensin, berperan

aktif dalam pertumbuhan dan diferensiasi sel otot polos pembuluh darah.(8)

Sel otot polos pembuluh darah tersusun dari sel mesenkim seperti osteoblas.

Dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, sel otot polos pembuluh darah

diubah menjadi fenotipe osteoblas dan menghasilkan kalsium. Dengan demikian,

kalsifikasi vaskular dimulai dengan produksi kalsium di intima atau media.(9)


BAB IV
ANATOMI DAN FISIOLOGI

1. Anatomi Pembuluh Darah

Aorta adalah arteri terbesar di tubuh yang menerima curah jantung dari

ventrikel kiri dan memasok tubuh dengan darah beroksigen melalui sirkulasi

sistemik. Aorta dapat dibagi menjadi empat bagian, meliputi : aorta asenden,

arkus aorta, aorta torakalis (aorta descenden), aorta abdominalis, dan berakhir

setinggi vertebra lumbalis IV dengan bifurkasio menjadi arteri iliaca comunis

sinistra dan dekstra.(1)

Gambar 1. Anatomi Aorta (Dikutip dari kepustkaan 10).


Aorta ascendens mulai dari basis ventrikulus sinistra dan berjalan ke atas dan

depan sehingga terletak di belakang pertengahan kanan angulus sterni, tempat

pembuluh nadi ini melanjutkan diri menjadi arkus aorta. Aorta ascenden terletak

di dalam pericardium fibrosum dan terbungkus bersama dengan truncus

pulmonalis di dalam sarung pericardium serosum.(10)

Hanya arcus aorta yang berada di mediastinum superius. Struktur ini dimulai

saat aorta ascenden muncul dari cavitas pericardialis dan berjalan ke atas, ke

belakang, dan ke sisi kiri saat melewati mediastinum superius, berakhir di sisi kiri

vertebra torakalis IV/V. Membentang sampai setinggi garis pertengahan

manubrium sterni, arcus aorta mulanya berada di anterior dan akhirnya di sisi

lateral trachea. Cabang pertama arcus aorta adalah truncus brachicephalica,

merupakan cabang paling besar dari ketiga cabang arkus aorta. Cabang kedua

adalah arteria karotis communis sinistra. Cabang ketiga adalah arteri subklavia

sinistra, merupakan suplai utama untuk ekstremitas superior sinistra.(1)

Aorta descenden terletak di dalam mediastinum posterius dan mulai sebagai

lanjutan arcus aorta di sebelah kiri pinggir bawah corpus vertebra torakalis IV

(setinggi angulus sterni). Kemudian berjalan turun ke bawah di dalam

mediastinum posterius, miring ke depan dan medial untuk mencapai permukaan

anterior columna vertebralis. Setinggi vertebra torakalis XII pembuluh ini

berjalan di belakang diafragma (melalui hiatus aorticus) pada garis tengah dan

melanjutkan diri sebagai aorta abdominalis.(1)


Aorta abdominalis dimulai dari hiatus aorticus diafragma sebagai suatu

struktur garis tengah tubuh setinggi kira-kira tepi bawah vertebra torakalis XII.

Aorta ini turun ke bawah pada fascies anterior corpus vertebra lumbalis I-IV dan

berakhir tepat di kiri garis tengah tubuh pada tepi bawah vertebra lumbalis IV.(1)

Dinding arteri mengandung tiga lapisan konsentrik atau disebut dengan

tunika. Lapisan terdalam adalah tunika intima yang terdiri dari epitel selapis

gepeng atau endotel, dan jaringan ikat subendotel dibawahnya. Lapisan tengah

adalah tunika media, terutama terdiri dari serat oto polos dan otot polos ini

menghasilkan matriks ekstraselular. Lapisan terluar adalah tunika adventisia yang

terdiri dari serat jaringan ikat kolagen dan elastik, terutama kolagen tipe I.

Dinding sebagian arteri muskular juga memperlihatkan dua pita serat elastik

bergelombang dan tipis yang disebut lamina elastika interna dan lamina elastika

ekstrna. Lamina elastika interna berada diantara tunika intima dan media,

sedangkan lamina elastika eksterna berada diantara tunika media dan adventisia.(8)

Sel-sel endotel pada tunika intima ini dihubungkan oleh serangkaian

kompleks persambungan dan juga dihubungkan dengan jaringan ikat bawahnya,

yaitu lamina basalis. Tunika media terdiri dari sel otot polos yang tampaknya

sebagai sel pembentuk jaringan ikat utama dinding arteri, menghasilkan kolagen,

serat elastik, dan proteoglikan. Sedangkan pada tunika adventisia,terdiri dari vasa

vasorum dan nervus.(8)


2. Fisiologi Pembuluh Darah

Fungsi aorta sama halnya seperti arteri besar. Arteri dikhususkan untuk 1)

berfungsi sebagai transit bagi darah dari jantung ke berbagai organ (karena jari-

jarinya besar, arteri tidak banyak menimbulkan resistensi terhadap aliran darah)

dan 2) berfungsi sebagai reservoir tekanan untuk menghasilkan gaya pendorong

bagi darah kerika jantung dalam keadaan relaksasi. Gaya pendorong bagi aliran

darah yang terus-menerus ke organ sewaktu relaksasi jantung ini dihasilkan oleh

sifat elastik dinding arteri. Jaringan ikat arteri mengandung dua jenis serat

jaringan ikat dalam jumlah banyak : kolagen, yang menghasilkan kekuatan

peregangan terhadap tekanan pendorong yang tinggi dari darah yang

disemprotkan oleh jantung dan serat elastin, yang memberi dinding arteri

elastisitas sehingga arteri berperilaku seperti balon. Elastisitas arteri

memungkinkan pembuluh ini mengembang secara temporer menampung

kelebihan volume darah yang disemprotkan oleh jantung. Ketika jantung melemas

dan berhenti memompa darah ke dalam arteri, dinding arteri yang teregang secara

pasif mengalami recoil. Recoil ini menimbulkan tekanan darah pada diastol.

Tekanan ini mendorong kelebihan darah yang terkandung dalam arteri ke dalam

pembuluh-pembuluh di hilir, memastikan aliran darah yang kontinu ke organ-

organ ketika jantung melemas dan tidak memompa darah ke dalam sistem.(9)
3. Anatomi Berdasarkan Gambaran Radiologi

a. X-Ray

Gambar 2. Radiografi Toraks proyeksi PA (Dikutip dari kepustakaan 10)

Gambar 3. Gambaran arkus aorta pada proyeksi PA Toraks (Dikutip dari

kepustakaan 11)
Pemeriksaan Radiologi adalah pemeriksaan yang sangat tepat digunakan utk

mengetahui Anatomi dan Fisiologi dari suatu organ sehingga kelainan yang terlihat

dapat membantu menegakkan diagnose.(4)

Rontgen Toraks adalah radiografi Dada yang menunjukan Jantung, Paru-paru,

Saluran Pernafasan, Pembuluh Darah. Rontgen Toraks juga dapat dapat menunjukan

tulang Belakang, termasuk tulang Payudara, tulang Rusuk, tulang Selangka, dan

bagian atas tulang Belakang. Rontgen Toraks merupakan tes pencitraan yang paling

umum digunakan untuk menemukan masalah didalam Dada.(4)

b. CT-Scan

Gambar 4. Gambaran aorta ascenden dan aorta descendens potongan axia

CT-scan. (Dikutip dari kepustakaan 10)


c. MRI

Gambar 5. Gambaran aorta pada pemeriksaan MRA contras (Dikutip dari

kepustakaan 12)

Gambar 5. Gambaran normal aorta abdominal pada pemeriksaan MRI.

(Dikutip dari kepustakaan 13)

Anda mungkin juga menyukai