Pengertian Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses inflamasi sehingga didapatkan
pembuluh arteri yang kaku. Hal tersebut secara patofisiologi melibatkan lipid,
thrombosis, dinding vaskuler dan sel-sel imun. Umumnya aterosklerosis diawali
dengan disfungsi endotel dan inflamasi. Keadaan tersebut menyebabkan endotel
vaskular secara homeostasis mengeluarkan zat-zat yang dapat menyebabkan
penggumpalan (clotting) atau anti penggumpalan (anti clotting). Keluarnya zat-zat
tersebut disebabkan oleh karena faktor pelindung dari endotel yang telah rusak.
Pelindung tersebut adalah nitrogen monoksida (NO), bahan antiaterogenik yang
utama dihasilkan oleh endotel. (Adi, 2014)
2. Epidemiologi Aterosklerosis
Aterosklerosis adalah penyakit yang menjadi masalah kesehatan paling besar,
terutama untuk negara - negara yang sudah maju dan negara-negara yang sedang
menuju ke arah negara industri. Pada tahun 2020, aterosklerosis diramalkan sebagai
penyebab utama morbiditas dan mortalitas di masyarakat yang sedang berkembang
dikarenakan adanya suatu perubahan pola hidup yang tidak sehat (Rahman, 2012).
Hampir seluruh kematian yang ada di Amerika Serikat dan Eropa disebabkan oleh
penyakit vaskular. Sekitar dua pertiga kematian disebabkan oleh trombosis pada satu
atau lebih arteri koronaria. Satu pertiga lainnya disebabkan karena thrombosis pada
daerah lain seperti otak, hati, ginjal, saluran pencernaan, anggoota gerak dan lain
sebagainya (Guyton & Hall, 2012).
4. Patogenesis Aterosklerosis
Arterosklerosis merupakan sekumpulan kompleks yang melibatkan darah dan
kandungan materi didalamnya, endotel vaskular dan vasa vasorum. Daerah yang
sering terjadi yaitu di daerah aorta dan arteri koronaria. Prosesnya diawali dengan
perubahan kolestrol LDL yang mengalami oksidasi menjadi LDL yang teroksidasi
(Ox LDL). Kemudian hal tersebut akan semakin beresiko jika pada pembuluh darah
terdapat kemungkinan kerusakan dari nitrogen monoksida (NO) yang berfunsi untuk
melindungi dinding endotel pembuluh darah dari bahan-bahan yang beresiko
menempel dan membentuk trombus seperti Ox LDL, trombosit dan monosit yang
berubah menjadi makrofag. Jika terdapat kerusakan, maka endotel dapat menjadi aktif
dan mengalami gangguan fungsi kemudian dapat terjadi deendotelisasi dengan atau
tanpa disertai proses adesi trombosit. Berdasarkan ukuran dan konsentrasinya,
molekul plasma dan molekul lain lipoprotein bisa melakukan ekstravasasi melalui
endotel yang rusak dan masuk melalui ruang sub endotelial. Ox LDL yang tertahan
akan berubah menjadi bersifat sitotoksik, proinflamasi, khemotaktik dan
proaterogenik. Karena keadaan tersebut, endotel sulit untuk menghasilkan NO sebagai
pelindung serta fungsi dilatasi pun berkurang (Adi, 2014). NO yang berkurang juga
mengakibatkan keluarnya sel-sel adesi (Vascular Cell Adhesion Molecule-1,
Intercelular Adhesion Molecule-1, E selectin, P selectin) dan menangkap monosit dan
sel T. kemudian monosit tersebut melewati endotel memasuki lapisan intima dinding
pembuluh dan berdiferensiasi menjadi makrofag yang selanjutnya mencerna
tumpukan Ox LDL dan berubah menjadi sel busa (foam cell). Foam cell macrophage
kemudian menjadi satu pada pembuluh darah dan membentuk fatty streak yang
nampak. Jika dibiarkan terus menerus, fatty streak akan bertambah besar seiring
berjalannya waktu bersamaan dengan berproliferasinya jaringan ikat fibrosa dan
jaringan otot polos disekitarnya sehingga membentuk plak yang makin lama makin
membesar. Plak yang membesar menunjol kearah dalam lumen arteri sehingga
mengurangi aliran darah menyebabkan timbunan sejumlah besar jaringan ikat padat
dan arteri pun menjadi lebih kaku dan tidak lentur. Selanjutnya, garam kalsium
seringkali mengendap bersamaan dengan kolesterol dan lipid yang lain sehingga
menyebabkan arteri mengeras akibat kalsifikasi (Guyton & Hall, 2012).
1) Statin. Memiliki efek utama yaitu menurunkan kadar kolesterol darah. Namun
statin juga memiliki efek anti oksidan sistemik yang kuat, anti inflamasi dan
anti proliferatif. Hal tersebut menjadikan statin menjadi obat yang dapat
mengurangi kejadian kardiovaskular.
2) Angiotensine Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) dan Angiotensin Receptor
Bloker (ARB). Memiliki mekanisme kerja anti-oksidan, anti-inflamasi dan
anti-proliferatif yang bekerja secara langsung.
3) Aspirin. Bekerja dengan menurunkan aktifitas trombosit. Selain itu dapat juga
menurunkan aktifitas mediator inflamasi (misalnya:CRP, TNF, IL-6 dan I-
CAM) dan menghambat proliferasi sel otot polos vaskular.
4) Agonist Peroxisome Proliferator Activated Receptor-ɣ (Agonist PPAR- ɣ).
Bekerja dengan menurunkan IL-4, IL-5 dan IL-13 serta menurunkan ekspresi
gen proinflamatori.
5) Suplemen anti-oksidan. Diyakini pemakaiannya dapat menurunkan radikal
bebas yang ada di dalam tubuh. Namun antioksidan yang ada selama ini
dosisnya masih kecil sehingga manfaatnya belum jelas (Adi, 2014).
http://eprints.umm.ac.id/41284/3/jiptummpp-gdl-fakihnadhi-47034-3-babii.pdf
Retnaningsih. Dkk.. 2008. Potensi Fraksi Aktif Antioksidan, Antikolesterol Kacang Koro
(Mucuna Pruriens L.) Dalam Pencegahan Aterosklerosis. Universitas Katholik
Soegijapranata.
Setiap sel dalam tubuh menjalankan proses metabolisme yang akan menghasilkan radikal
bebas dan ditandai dengan pembentukan reactive oxygen species (ROS). Radikal bebas dapat
terbentuk karena dipicu oleh adanya stresor, yaitu sinar ultraviolet, radiasi, serta aktivitas
fisik. Radikal bebas dapat memicu terbentuknya stres oksidatif.1 Stres oksidatif adalah
ketidakseimbangan antara radikal bebas dengan antioksidan, di mana jumlah radikal bebas
lebih besar dibandingkan dengan antioksidan. Stres oksidatif berhubungan erat dengan proses
inflamasi sistemik, proliferasi sel endotel, apoptosis, serta vasokonstriksi. Stres oksidatif
memiliki peran dalam terjadinya berbagai penyakit khususnya penyakit degeneratif seperti
kanker, diabetes melitus, aterosklerosis yang merupakan penyebab penyakit jantung koroner
ataupun gagal jantung.
Mekanisme terbentuknya aterosklerosis dapat dilihat dari berbagai teori yaitu teori disfungsi
endotel, teori infiltrasi lipid, teori trombogenik, teori inflamasi, serta teori radikal bebas. Pada
teori infiltrasi lipid aterosklerosis terjadi akibat peningkatan infiltrasi lipid dan protein plasma
darah,sedangkan teori trombogenik terjadi akibat episode berulang thrombosis mural
sehingga mengakibatkan pembentukan bercak yang menongol. Teori radikal bebas
menjelaskan adanya peroksidasi lipid mengakibatkan kerusakan jaringan.
Berawi, Khairun Nisa dan Theodora Agverianti. 2017. Efek Aktivitas Fisik pada Proses
Pembentukan Radikal Bebas sebagai Faktor Risiko Aterosklerosis. Majority. Vol. 6. No
2.
Antioksidan Pencegah Aterosklerosis
Akan tetapi teori lain mengenai faktor risiko ini berkembang sehingga aterosklerosis juga
dapat terjadi melalui proses inflamasi kronik dan stres oksidatif. Pada dinding pembuluh
darah arteri, terdapat sel endotel yang melepaskan nitric oxide dan bersifat antara lain
mengatur kelenturan pembuluh darah, menjaga komposisi otot tetap seimbang, serta
mencegah pembekuan darah sehingga tidak terjadi inflamasi dan stres oksidatif.
Jika sel endotel mengalami kerusakan, maka nitric oxide berkurang, sistem keseimbangan
dinding pembuluh darah akan terganggu dan terjadi penebalan otot dinding pembuluh darah
sehingga makrofag,trombosit ,LDL kolesterol yang teroksidasi akan membentuk suatu
kompleks yang disebut fatty streak.“Jika proses ini terjadi terus-menerus terjadi akan
terbentuk plak aterosklerosis. Endotel sendiri merupakan sel yang menentukan panjang-
pendeknya usia seseorang,”ungkap Dr dr Joko Maryono SpPD SpJP FiHA FASE, dalam
acara Pengaruh Suplementasi Multi Vitamin-Mineral Terhadap Status Antioksidan, pada
Senin (12/7) lalu.
Jika inflamasi dan stres oksidatif dapat dicegah, maka proses pembentukan aterosklerosis
secara teori inflamasi dan stres oksidatif tentunya dapat dicegah. Sayangnya, sebagian dari
masyarakat yang hidup di daerah perkotaan tidak dapat mengelak dari stres oksidatif atau
paparan radikal bebas. Namun,hal ini dapat ditangkal dengan kehadiran antioksidan.
Antioksidan sendiri merupakan suatu enzim yang dapat memperlambat, mencegah, atau
menangkal interaksi oksidan dengan target molekulnya. Antioksidan terdiri atas dua macam,
yaitu antioksidan yang dihasilkan oleh tubuh terdiri atas Superoxide dismutase (SOD),
katalase, dan glutathione peroxidase(Gpx). Ada pula antioksidan yang didapatkan dari luar
tubuh, yaitu vitamin E,vitamin C,vitamin A,karotenoid, dan betakaroten.
Namun yang paling penting adalah antioksidan yang dihasilkan oleh tubuh kita sendiri, yaitu
SOD. SOD adalah enzim yang berfungsi memperbaiki sel dan mengurangi kerusakan sel
yang ditimbulkan oleh seperoksida, yaitu radikal bebas yang terdapat dalam tubuh. SOD
terdapat di bagian luar dan dalam sel serta sebagai senyawa yang dapat menghasilkan kulit
yang sehat. SOD bekerja dengan cara melindungi sel dan jaringan dari kerusakan oksidatif
yang disebabkan oleh radikal bebas oksigen, seperti anion superoksida, radikal hidroksil,dan
hidrogen peroksida. Enzim SOD berfungsi sebagai katalisator reaksi dismutasi dan anion
superoksida menjadi hidrogen peroksida.
“Sebenarnya enzim ini sudah ada dalam tubuh, tetapi memerlukan batuan zat gizi seperti CU,
Mn, dan Zn, agar bisa bekerja optimal,”kata Joko. Kolesterol tinggi,tekanan darah tinggi,
merokok,, menyebabkan gangguan inflamasi (peradangan) dan stres oksidasi sehingga tubuh
akan mengeluarkan superoxide(O2-) yang akan mengikat nitric oxide. Padahal nitric
oxidemempunyai peranan penting dalam pembuluh darah sehingga jumlah nitric oxide
menjadi menurun.
SOD berperan dalam melawan radikal bebas superoxide dan mengubah molekul jahat
menjadi tidak jahat atau tidak reaktif sehingga keadaan menjadi seimbang. SOD sebagai
enzim yang dihasilkan oleh tubuh, dikeluarkan pertama kali oleh tubuh untuk menangkal
radikal bebas.
Proses inflamasi dan penuaan menyebabkan jumlah SOD dalam tubuh akan menurun.
Padahal, radikal bebas akan terus diproduksi,baik dari luar maupun dalam tubuh. SOD dari
luar dapat meningkatkan jumlah SOD dalam tubuh. Dalam kesempatan tersebut,pengajar
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB, Dr Rimbawan memaparkan
hasil riset mengenai pengaruh suplementasi multivitamin mineral terhadap status antioksidan.
Penelitian ini melibatkan 150 orang karyawati yang bekerja di sebuah pabrik garmen di
Bogor.
Sumber : http://www.seputar-indonesia.com