Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan
2. Apa saja faktor risiko
3. Gejala patogenesis
4. Diagnosis
5. Upaya pencegahan
C. Tujuan
BAB II

Tinjauan Pustaka
A. Pengertian Aterosklerosis
Istilah aterosklerosis berasal dari bahasa Yunani terdiri dari dua kata yaitu
athero yang berarti pasta atau bubur dan sklerosis yang berarti pengerasan. Jadi dapat
disimpulkan aterosklerosis adalah suatu proses pengerasan pada pembuluh darah yang
ditandai oleh penimbunan sejumlah substansi berupa endapan lemak, kolesterol,
trombosit, sel makrofag, leukosit, kalsium dan produk sampah seluler lainnya yang
terbentuk di dalam lapisan tunika intima hingga tunika media, yang disebut
sebagai plak ateroma.Plak tersebut berwarna kuning karena mengandung lipid dan
kolestrol.

Aterosklerosis merupakan suatu proses inflamasi sehingga didapatkan


pembuluh arteri yang kaku. Hal tersebut secara patofisiologi melibatkan lipid,
thrombosis, dinding vaskuler dan sel-sel imun. Umumnya aterosklerosis diawali
dengan disfungsi endotel dan inflamasi. Keadaan tersebut menyebabkan endotel
vaskular secara homeostasis mengeluarkan zat-zat yang dapat menyebabkan
penggumpalan (clotting) atau anti penggumpalan (anti clotting). Keluarnya zat-zat
tersebut disebabkan oleh karena faktor pelindung dari endotel yang telah rusak.
Pelindung tersebut adalah nitrogen monoksida (NO), bahan antiaterogenik yang
utama dihasilkan oleh endotel (Adi, 2014).
Banyak bukti yang mengatakan bahwa aterosklerosis merupakan suatu proses
inflamasi kronis dan senyawa inflamasi seperti CRP dapat digunakan sebagai
pengukur resiko kardiovaskular secara global (Tarkun, 2004). Abou-Raya (2004)
mengatakan bahwa aterosklerosis merupakan sebuah proses inflamasi aktif dan
diperantarai oleh sistem imun yang dimana proses inflamasi sistemik dan mekanisme
sistem imun ( antibodi yang beredar, kompleks imun, dan produk yang dihasilkan
oleh aktifasi sistem imun) memainkan peran dalam mempercepat proses patologi.
Lesi aterosklerotik adalah bentukan asimetris penebalan lapisan paling dalam
dari pembuluh darah arter. Yang terdiri dari sel-sel, elemen jaringan ikat dan
debris. Faktor inflamasi yang berasal dari darah dan sel-sel imun merupakan bagian
penting dari pembentukan atheroma, sisanya merupakan kerja dari sel endothelial
vaskuler dan sel otot polos (Hansson, 2005). Ateroma dimulai dengan
pembentukan fatty streak, yaitu akumulasi sel-sel lemak yang berada dibawah
endotelium. Sebagian besar dari sel-sel yang membentuk fatty streak sebagian
besar adalah makrofag dan sel. Ada pada orang dengan usia muda, tidak
mempunyai gejala dan mungkin akan berubah menjadi ateroma atau akhirnya
menghilang dengan sendirinya. Di tengah dari ateroma, sel busa dan lemak
esktraseluler membentuk wilayah ini yang dikelilingi oleh lapisan yang terbuat dari
sel-sel otot polos dan matriks kaya kolagen (Hansson, 2005). Sel T, makrofag dan sel
mast menginfiltrasi lesi dan terutama banyak terdapat di percabangan arteri dimana
ateroma tumbuh. Banyak tanda-tanda aktivasi sel-sel imun dan produksi dari sitokin
inflamasi (Hansson,2005).

B. Epidemiologi Atherosklerosis
Di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir di 8 rumah sakit umum pusat di
Indonesia didapatkan data bahwa prevelensi penyakit jantung koroner telah
menggeser penyakit jantung reumatik sebagai penyakit jantung yang paling
banyak ditemukan. Hal tersebut juga terlihat di negara-negara Asia Tenggaraserta
Afrika, Di Singapura dan Malaysia, kematian penyakit jantung koroner meningkat
dari yang tadinya tidak bermakna menjadi sekurangnya 10% dari semua kematian
(Madiyono, Rahayuningsih & Sukardi, 2011).
Aterosklerosis adalah penyakit yang menjadi masalah kesehatan paling besar,
terutama untuk negara - negara yang sudah maju dan negara-negara yang sedang
menuju ke arah negara industry. Pada tahun 2020, aterosklerosis diramalkan sebagai
penyebab utama morbiditas dan mortalitas di masyarakat yang sedang berkembang
dikarenakan adanya suatu perubahan pola hidup yang tidak sehat, Hampir
seluruh kematian yang ada di Amerika Serikat dan Eropa disebabkan oleh
penyakit vascular Sekitar dua pertiga kematian disebabkan oleh trombosis pada
satu atau lebih arteri koronaria. Satu pertiga lainnya disebabkan karena thrombosis
pada daerah lain seperti otak, hati, ginjal, saluran pencernaan, anggoota gerak
dan lain sebagainya (Guyton & Hall, 2012).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh DR. dr Ratna Djuwita Hatma, MPH
dari departemen epidemiologi FKM-UI didapatkan bahwa seseorangyang tinggal
di daerah urban rata-rata kadar kolesterol (212.24 mg/dl) secara signifikan lebih
tinggi dari pada mereka yang tinggal di daerah rural (204.71mg/dl) (Hatma, 2012).
Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2004 menunjukkan di antara
penduduk Indonesia umur ≥15 tahun, prevalensi sakit jantung berdasarkan
informasi pernah didiagnosis sakit jantung oleh tenaga kesehatan selama hidupnya
sebesar 1,3% dan yang pernah diobati sebesar 0,9%.Pengalaman sakit jantung
(angina pectoris) menurut gejala dilaporkan oleh 1 per 1000 penduduk umur ≥15
tahun di mana 93% di antaranya tidak tercakup oleh sistem pelayanan kesehatan
(Delima, 2009).

C. Faktor Risiko Aterosklorosis


Pada dasarnya, aterosklerosis adalah penimbunan lipid di dalam tunika intima
pembuluh darah. Penyebab yang pasti belum diketahui namun ada sejumlah
faktor resiko yang memungkinkan terjadinya aterosklerosis.
1. Faktor resiko major
a. Hiperkolesterolemia
Hiperkolesterolemia adalah kondisi berbahaya yang ditandai dengan
tingginya kadar kolesterol dalam darah. Bila tidak ditangani, kolesterol dapat
menumpuk serta mempersempit pembuluh darah. Akibatnya, penderita berisiko
terserang penyakit jantung koroner.
Tidak semua kolesterol meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung.
Kolesterol yang dibawa oleh LDL (disebut juga kolesterol jahat) menyebabkan
meningkatnya resiko; kolesterol yang dibawa oleh HDL (disebut juga
kolesterol baik) menyebabkan menurunnya resiko dan menguntungkan.
Idealnya, kadar kolesterol LDL tidak boleh lebih dari 130 mg/dL dan kadar
kolesterol HDL tidak boleh kurang dari 40 mg/dL. Kadar HDL harus
meliputi lebih dari 25 % dari kadar kolesterol total (LIPI, 2009). Adapun
beberapa penyebab hiperlipidemia menjadi faktor resiko pertama pada kejadian
aterosklerosis:
a) Pada pembuluh darah, terdapat bercak yang mengandung kolesterol dan
ester kolesterol. Hal ini terbukti berasal dari kolesterol darah
b) Diet yang mengandung banyak kolesterol seperti lemak hewan, kuning telur,
dan butter meningkatkan kolesterol plasma.
c) Resiko terkena penyakit jantung koroner makin meningkat pada keadaan
dimana kolesterol plasma makin tinggi (Lumongga, 2007).
b. Hipertensi
Hipertensi dikenal juga sebagai penyakit darah tinggi. Hal ini terjadi
jika tekanan sistolnya antara 140-200 mmHg dan distolnya antara 50-110
mmHg. Terdapat penyakit lain yang merupakan kebalikan dari hipertensi,
yaitu hipotensi. Hipotensi terjadi jika tekanan darah rendah yaitu tekanan
sistol dibawah 100mmHg. Pada penelitian membuktikan bahwa peningkatan
tekanan sistole maupun diatole merangsang pembentukan aterosklerosis. Hal
ini akan meningkatkan resiko aterosklerosis seiring dengan peningkatan
derajad dari hipertensi. Pada individu yang lebih tua, resiko ini akan
bertambah parah dikarenakan kekakuan dari ppembuluh darah pada
individu diatas usia 45 tahun (Lumongga, 2007).
c. Merokok
Mengisap rokok dengan kadar nikotin rendah tidak menurunkan risiko ini,
namun risiko ini secara bermakna akan berkurang apabila berhenti
merokok samasekali. Penyebab yang mungkin adalah nikotin yang
menyebabkan terangsangnya sistem saraf simpatis, oksigen yang
digantikan dalam molekul Hb dengan karbon monoksida, peningkatan
daya lekat trombosit dan peningkatan permeabilitas endotel yang
dirangsang oleh unsur pokok yang ada dalam rokok (Sibernagl, 2011).
d. Diabetes Militus
Diabetes militus dapan menjadi penyebab terjadinya PJK. Hal ini
akibat dari peningkatan kadar lemak sehingga meningkatkan faktor resiko
terjadinya aterosklerosis (Lumongga, 2007).
Gejala-gejala yang biasa tampak pada penderita diabetes militus adalah
sebagai berikut:
a) Adanya perasaan haus yang terus-menerus
b) Sering buang air kecil dan jumlah yang banyak
c) Timbulnya rasa letih yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
d) Timbulnya rasa gatal dan peradangan kulit menahun.
e. Inflamasi
Inflamasi berkaitan erat dengan aterogenesis melalui aktivasi dan
proliferasi makrofag, sel endotel, dan sel otot polos pembuluh darah. Pada
individu yang sehat, makrofag tersebar di semua jaringan. Inflamasi
umumnya berawal dari cedera endotel yang diakibatkan oleh suatu
mekanisme Vaskular Cell Adhesi Molekul 1 (VCAM-1) sehingga terdapat
banyak di dinding endotel yang cedera atau rusak. Dengan adanya
VCAM-1, maka monosit akan menempel di VCAM-1 kemudian masuk ke
sela endotel yang rusak. Saat itu monosit mengaktifkan sitokin dan
berubah menjadi makrofag (Peter, 2002).
Makrofag berfungsi sebagai pertahanan di wilayah yang rusak
dengan berpindah melalui jaringan. Setelah berpindah, makrofag
akanmenelan dan membunuh patogen. Makrofag dirancang untuk menangkap
patogen karena permukaan mereka yang tidak teratur dengan reseptor
yang secara khusus mendeteksi, mengikat, dan menginternalisasi target
tersebut. Makrofag dilapisi dengan reseptor untuk menangkap dan
mencerna sel-sel mati dan berbagai macam puing-puing seluler yang
mereka temukan di sekitar mereka. Relevan dengan
aterosklerosis,makrofag memiliki reseptor khusus untuk mengidentifikasi
dan dimodifikasi (teroksidasi, asetat) partikel lipoprotein. (Cho, 2007).

2. Faktor resiko minor


a. Obesitas
Obesitas memicu terjadinya inflamasi tingkat rendah. Stress
oksidative juga ikut berperan penting dalam obesitas terkait dengan
terjadinya efek metabolik yang merugikan. Hal tersebut menyebabkan
terjadinya disregulasi adiponektin dan inflamasi sehingga terjadinya
disfungsi endotel yang berpengaruh dalam fase awal aterosklerosis.
Pembentukan aterosklerosis berhubungan dengan profil lipid dalam darah
dimana keadaan lemak darah yang dapat ditinjau dari kandungan total
kolesterol dan LDL dalam darah yang tinggi. Hal tersebut akan memicu
awal terbentuknya aterosklerosis (Imam, 2005).
b. Stress emosional
Stress berhubungan dengan aliran darah lokal yaitu aliran darah
relatif lambat tetapi mengalami oksilasi cepat yang dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan dan berlanjut pada disfungsi endotel yang merupakan
cikal bakal aterosklerosis. Mudah rupturnya plak dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti : plak yang eksentrik non kalsifikasi, tipisnya
fibrous cap, luasnya plak, jumlah sel radang yang berinfiltrasi,
neovaskularisasi, dan hemodinamik lokal (Fukumoto et al, 2008).
c. Kurangnya gerak fisik
Aktivitas fisik terutama aerobik atau gerak badan isotonic (berlari,
jalan kaki, senam aerobik low impact dll), akan meningkatkan aliran darah
yangbersifat gelombang yang mendorong peningkatan produksi nitrit
oksida(NO) serta merangsang pembentukan dan pelepasan endothelial
derive. Selain itu olahraga juga dapat merangsang pelebaran pembulu
darah sehingga aliran darah menjadi lebih lancar. Hal tersebut akan
berbanding terbalik jika olahraga yang dilakukan kurang (Ekawati, 2010).
d. Asam urat meningkat (Hiperuricemia)
Asam urat adalah hasil akhir dari metabolisme purin. Hal tersebut
diperantarai oleh Xantin sebagai prekursor langsung dari asam urat yang
diubah menjadi asam urat oleh reaksi enzimatis yang melibatkan xantin
oksidase. Peningkatan kadar asam urat berpengaruh dengan
terjadinyadisfungsi endotel, anti proliferatif, stress oksidatif yang tinggi,
pembentukan radikal bebas dan pembentukan trombus, yang kesemuanya itu
mengakibatkan proses aterosklerosis. Disfungsi endotel adalahmekanisme
utama dimana hiperurisemia dapat meningkatkan kejadian aterosklerosis.
Pasien dengan kadar asam urat yang persisten tinggi pada darah memiliki
angka kejadian yang lebih tinggi untuk penanda disfungsi endotel,
albuminuria dan endotelin plasma (Pramanik et al., 2015)

D. Gejala Patogenesis Aterosklerosis


Arterosklerosis merupakan sekumpulan kompleks yang melibatkan darah
dan kandungan materi didalamnya, endotel vaskular dan vasa vasorum. Daerah yang
sering terjadi yaitu di daerah aorta dan arteri koronaria. Prosesnya diawali dengan
perubahan kolestrol LDL yang mengalami oksidasi menjadi LDL yang
teroksidasi (Ox LDL). Kemudian hal tersebut akan semakin beresiko jika pada
pembuluh darah terdapat kemungkinan kerusakan dari nitrogen monoksida (NO)
yang berfunsi untuk melindungi dinding endotel pembuluh darah dari bahan-
bahan yang beresiko menempel dan membentuk trombus seperti Ox LDL,
trombosit dan monosit yang berubah menjadi makrofag.
Jika terdapat kerusakan, maka endotel dapat menjadi aktif dan mengalami
gangguan fungsi kemudian dapat terjadi deendotelisasi dengan atau tanpa disertai
proses adesi trombosit. Berdasarkan ukuran dan konsentrasinya, molekul plasma dan
molekul lain lipoprotein bisa melakukan ekstravasasi melalui endotel yang rusak dan
masuk melalui ruang sub endotelial.
Ox LDL yang tertahan akan berubah menjadi bersifat sitotoksik,
proinflamasi, khemotaktik dan proaterogenik. Karena keadaan tersebut, endotel
sulit untuk menghasilkan NO sebagai pelindung serta fungsi dilatasi pun berkurang
(Adi, 2014). NO yang berkurang juga mengakibatkan keluarnya sel-sel adesi
(Vascular Cell Adhesion Molecule-1, Intercelular Adhesion Molecule-1, E
selectin, P selectin) dan menangkap monosit dan sel T. kemudian monosit
tersebut melewati endotel memasuki lapisan intima dinding pembuluh dan
berdiferensiasi menjadi makrofag yang selanjutnya mencerna tumpukan Ox LDL
dan berubah menjadi sel busa (foam cell).
Foam cell macrophage kemudian menjadi satu pada pembuluh darah dan
membentuk fatty streak yang nampak. Jika dibiarkan terus menerus, fatty streak
akan bertambah besar seiring berjalannya waktu bersamaan dengan
berproliferasinya jaringan ikat fibrosa dan jaringan otot polos disekitarnya
sehingga membentuk plak yang makin lama makin membesar. Plak yang
membesar menunjol kearah dalam lumen arteri sehingga mengurangi aliran
darah menyebabkan timbunan sejumlah besar jaringan ikat padat dan arteri pun
menjadi lebih kaku dan tidak lentur.
Selanjutnya, garam kalsium seringkali mengendap bersamaan dengan
kolesterol dan lipid yang lain sehingga menyebabkan arteri mengeras akibat
kalsifikasi (Guyton & Hall, 2012). Dinding plak akan mengalami degenerasi sehingga
mudah sekali untuk robek. Pada robekan tersebut memungkinkan untuk trombosit
menempel pada permukaan tersebut sehingga dapat membentuk suatu bekuan
darah dansewaktu-waktu dapat menyumbat aliran darah sehingga aliran darah
dapat terhenti secara tiba-tiba (Guyton & Hall, 2012).

E. Pencegahan Aterosklerosis

Anda mungkin juga menyukai