- ANISA SAFITRI(2113201006)
- MILA ELFITA DEZA 2113201035
- NESA TRIYULITA 2113201002
- ORIEN TIARA PUTRI (2113201032)
- LENI MARLINA (2113201024)
- RAHUL MAIYASAQ (1913201106)
DOSEN PEMBIMBING :
YULIA ,M.KES
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
Kami juga mengucapkan terimakasih banyak kepada dosen pengampu yang mengajar
pada mata kuliah ini. Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah Ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati,
ditandai oleh keterbatasan aliran udara persisten, bersifat progresif, dan disertai dengan respons
inflamasi kronik pada saluran napas paru akibat gas atau partikel berbahaya. Eksaserbasi dan
merupakan proses inflamasi paru kronik, termasuk bronkitis kronis dengan fibrosis disertai
obstruksi saluran napas kecil, dan emfisema dengan pelebaran rongga udara disertai destruksi
parenkim paru, penurunan elastisitas paru, dan obstruksi saluran napas kecil (Suradi et al., 2015).
PPOK adalah sekelompok penyakit paru menahun yang berlangsung lama dan disertai dengan
peningkatan resistensi terhadap aliran udara(Padila, 2012). PPOK adalah penyakit yang umum,
dapat dicegah dan diobati yang ditandai dengan gejala pernapasan persisten dan keterbatasan
aliran udara yang disebabkan oleh saluran napas dan / atau kelainan alveolar yang biasanya
disebabkan oleh paparan terhadap partikel atau gas yang berbahaya (GOLD, 2020).
Merokok merupakan penyebab utama terjadinya PPOK dengan risiko 30 kali lebih besar
dibandingkan dengan yang bukan perokok. Kematian akibat PPOK terkait dengan usia mulai
merokok, jumlah rokok yang dihisap, dan status merokok yang terakhir saat PPOK mulai
penyakit jantung, kanker dan penyakit serebrovaskular. Merokok merupakan faktor risiko
1
terpenting penyebab PPOK disamping faktor risiko lainnya. Faktor yang berperanan dalam
60-70%),
pertambahan penduduk,
industrialisasi,
polusi udara.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Penyakit paru obstruktif kronis atau PPOK adalah penyakit pernapasan yang menyebabkan
seseorang sulit bernapas karena tersumbatnya saluran udara di paru-paru. PPOK merupakan
penyakit progresif, artinya penyakit ini akan semakin memburuk seiring berjalannya waktu.Pada
tahun 2012, lebih dari tiga juta orang yang meninggal akibat PPOK. Angka itu setara dengan 6
persen jumlah kematian di seluruh dunia pada tahun itu. Dikutip dari badan kesehatan dunia,
WHO, PPOK sendiri terdiri atas dua jenis utama, yaitu bronkitis dan emfisema.
Beberapa orang bisa hanya memiliki salah satunya, sedangkan yang lainnya memiliki
keduanya. Dua jenis penyakit paru obstruktif kronis yang terjadi, yaitu:
Bronkitis kronis
Bronkitis kronis adalah peradangan dinding saluran bronkus (cabang tenggorok) yang terjadi
menahun. Penyakit ini menyebabkan dinding pada saluran bronkus di paru-paru menjadi merah,
bengkak, dan dipenuhi lendir. Lendir inilah yang kemudian menyumbat saluran napad dan
Emfisema
membuat Anda semakin sesak napas. Rusaknya kantung udara, akan membuat jumlah alveolus
dalam paru-paru Anda semakin sedikit.Akibatnya, oksigen akan kesulitan untuk masuk dan
karbon dioksida juga sulit keluar. Kondisi ini juga menjadi penyebab membuang napas menjadi
3
lebih sulit.Selama proses pernapasan, terdapat bagian-bagian utama paru yang ikut bekerja, yaitu
saluran bronkus (cabang tenggorok atau disebut juga saluran udara), alveolus (kantung-kantung
udara), dan trakea (batang tenggorok).Saat menarik napas, udara bergerak dari batang tenggorok
melewati bronkus untuk kemudian menuju ke alveolus. Dari alveolus, oksigen bergerak masuk
Etiologi penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah inflamasi kronik pada saluran
napas. Inflamasi ini dapat terjadi akibat paparan asap rokok, polusi udara, ataupun defisiensi
alfa-1 antitripsin.
2.2.1 Di Dunia
Pada tahun 2019, WHO menempatkan PPOK di peringkat ke-3 sebagai penyebab
kematian paling sering di seluruh dunia, terutama di negara berkembang. Di Asia Tenggara
diperkirakan prevalensi PPOK sebesar 6,3% dengan prevalensi tertinggi ada di negara
Vietnam (6,7%). Tahun 2020, Global initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
memperkirakan secara epidemiologi di tahun 2060 angka prevalensi PPOK akan terus
PPOK diperkirakan terjadi lebih banyak pada laki-laki (11,8%) dibandingkan wanita
(8,5%). Di Amerika Serikat, prevalensi emfisema dilaporkan sebesar 18 kasus per 1000 orang
dan bronkitis kronis sekitar 34 kasus per 1000 orang. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
menyebut Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan penyebab kematian ketiga
terbanyak di dunia. Sebanyak 3,23 juta kematian di tahun 2019 dengan merokok sebagai
penyebab utamanya. Total kematian akibat PPOK diproyeksikan akan meningkat > 30% pada
4
10 tahun mendatang. Peningkatan secara drastis pada dua dekade diharapkan di negara-negara
Asia dan Afrika karena peningkatan pemakaian tembakau15. WHO menyebutkan PPOK
2,75 juta orang atau setara dengan 4,8%16. Di wilayah Eropa angka kematian PPOK sekitar <
20/100.000 penduduk (Yunani, Swedia, Islandia, Norwegia) samapi > 80/100.000 penduduk
penduduk.Di negaranegara berkembang kematian akibat PPOK juga meningkat, hal ini
merokok menyebabkan kematian sebesar 12% dan diperkirakan akan meningkat menjadi 30%
2.2.2 Di Indonesia
Di Indonesia berdasarkan data riset kesehatan dasar 2013 prevalensi ppok mencapai 3,7%
atau sekitar 9,2 juta jiwa yang mengalami PPOK.Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2018 melaporkan bahwa orang yang merokok setiap hari mencakup 24,3% penduduk usia di
atas 10 tahun. Dalam Riskesdas ini, diperkirakan bahwa prevalensi PPOK di Indonesia
sebanyak 3,7%. Riset Kesehatan Dasar mencatat bahwa penderita PPOK di Indonesia tahun
2013-2018 menduduki 3,7 %, di jawa barat mencapai 11 % dan prevalensi PPOK yang
tinggal di provinsi Banten dan DKI Jakarta dengan jumlah 6,3%. Prevalensi penderita PPOK
berdasarkan usia yang mengalami peningkatan setiap bertambah usia. Usia 25-34 tahun 1,6
%, usia 35-44 tahun 2,4%, usia 45-54 tahun 3,9%, usia 55-64 tahun 5,6%, usia 65-74 tahun
8,6 % dan uisa 75+ tahun 9,4% (Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI, 2013). Dinas Kesehatan Jakarta 2019 menyebutkan jumlah
5
Diperkirakan pada tahun 2030 PPOK akan menjadi penyebab ke-3 kematian di seluruh dunia
setelah penyakit jantung dan stroke. Prevalensi PPOK di Indonesia tahun 2013 tertinggi di
Provinsi Nusa Tenggara Timur (10‰) sedangkan Provinsi Aceh tercatat kedalam sepuluh
besar (4,3‰).
Propinsi Sumatera Barat berada pada urutan ke-23 berdasarkan jumlah penderita PPOK
kunjungan di RSUP DR. M.DjamilPadang dan Rumah Sakit berdasarkan survei awal
6
penelitian didapatkan jumlah Khusus Paru Sumatera Barat memiliki jumlah penderita PPOK
cukup banyak, kunjungan pasien PPOK rawat jalan di Poliklinik Paru non infeksi RSUP Dr
M jamil Padang pada bulan Juli hingga November 2015 sebanyak 226 dari 943 kunjungan,
sedangkan jumlah kunjungan PPOK di Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera Barat sebanyak
2.284 pada tahun 2014 dan kunjungan tersebut menempati kunjungan ke-2 terbanyak setelah
Berdasarkan data yang didapat dari Instalasi Rekam Medis RSUP Dr. M. Djamil Padang
di Instalasi Rawat Inap Non Bedah (Penyakit Paru) terjadi peningkatan kasus PPOK yang
dirawat inap dari 111 pada tahun 2010 menjadi 150 pada tahun 2011. Pada tahun 2013 terjadi
penurunan kasus PPOK yang dirawat inap menjadi 116 kasus, pada tahun 2015 kejadian
PPOK meningkat menjadi 143 kasus dan pada tahun 2016 didapatkan jumlah kasus PPOK
pada 1 Januari sampai 31 Desember 2016 sebanyak 127 orang. Data terakhir pada bulan
Desember 2016 jumlah penderita PPOK sebanyak 11 orang ( Rekam Medik RSUP Dr. M.
Djamil Padang) .
2.3 Determinan
Sejumlah faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengidap PPOK
meliputi:
Rokok.
Pajanan asap rokok pada perokok aktif maupun pasif merupakan faktor utama penyebab
PPOK serta sejumlah penyakit pernapasan lainnya. Diperkirakan, sekitar satu dari empat
7
Pajanan polusi udara,
Misalnya asap kendaraan bermotor, debu jalanan,gas buangan industri, briket batu bara, debu
vulkanik gunung meletus, asap kebakaran hutan, asap obat nyamuk bakar, asap kayu bakar, asap
kompor, polusi di tempat kerja (bahan kimia, debu/zat iritasi, dan gas beracun)Usia. PPOK akan
berkembang secara perlahan selama bertahun-tahun. Gejala penyakit umumnya muncul pada
Faktor keturunan.
Jika memiliki anggota keluarga yang mengidap PPOK, Anda juga memiliki risiko lebih
Penyebab PPOK adalah penyumbatan atau kerusakan jaringan paru-paru. Jenikerusakan ini
biasanya terjadi saat Anda secara rutin menghirup iritan untuk jangka waktu lama. Iritan yang
1. Asap rokok (baik mereka yang merokok aktif ataupun perokok pasif)—merokok jangka
3. Debu Polusi dalam ruangan (seperti bahan bakar padat yang digunakan untuk memasak
dan pemanasan) ,Polusi luar ruangan ,Debu dan zat kimia okupasi (uap, iritan, dan asap)
selalu jauhi asap rokok.Menghindari paparan debu, asap, polusi, atau polutan lain, terutama
bila Anda bertempat tinggal atau bekerja di lingkungan dengan kualitas udara yang buruk.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gejala PPOK secara umum ada tiga yaitu, batuk, berdahak dan sesak napas khsususnya
saat beraktivitas.ATS telah membagi skala sesak napas dari tingkat 0, satu, dua, tiga dan empat,
yang menuju ke tingkat keparahan. Sedangkan klasifikasi PPOK terdiri dari ringan sedang dan
berat yang diukur berdasarkan pemeriksaan spirometri yang menghasilkan nilai VEP1 dibagi
dengan KVP yaitu besarnya ratio udara yang mampu dihisap dan dikeluarkan oleh paru-paru
manusia. Faktor risiko utama PPOK antara lain merokok, polutan indoor, outdoor dan polutan di
tempat kerja, selain itu ada juga faktor risiko lain yaitu genetik, gender, usia, konsumsi alkohol
Berdasarkan tingkat ekonomi ternyata PPOK menduduki peringkat lima dari 10 PTM
utama, sedangkan pada negara berkembang menduduki peringkat enam berasarkan data
Diperkirakan menyebabkan kematian pada 2,75 juta orang atau setara dengan 4,8%.
3.2 Saran
Keterbatasan aktivitas pada pasien PPOK merupakan keluhan utamanya yang akan
mempengaruhi kualitas hidupnya PPOK. Disarankan pasien melakukan terapi yang tujuan
utamanya adalah untuk mengurangi keluhan sesak napas atau gangguan fisik serta perbaikan
standar kualitas hidup penderita PPOK.Oleh sebab itu lebih peka lah menjaga kesehatan diri.
9
DAFTAR PUSTAKA
Anggriani. 2013 . Gambaran Peran Perawat Sebagai Care Giver Dalam Perawatan Pasien PPOK
Selama Dirawat Di Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga. tersedia di
Fatma Nur Aini, Mohammad Dokhi . 2019. DETERMINAN PREVALENSI PENYAKIT PARU
http://jurnal.fmipa.unmul.ac.id/index.php/SNMSA/article/view/531
Ghofar, Abdul. 2014. Hubungan Perilaku Merokok Dengan Kejadian Ppok Di Paviliun Cempaka
Yuwono. Arto, Soeroto & Suryadinata , Hendarsyah .2014. Penyakit Paru Obstruktif Kronik.
Divisi Respirologi dan Kritis Respirasi Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Dr Hasan Sadikin -
FK Unpad
10
Lampiran
11