Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PPOK (PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS)

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 6 :

- ANISA SAFITRI(2113201006)
- MILA ELFITA DEZA 2113201035
- NESA TRIYULITA 2113201002
- ORIEN TIARA PUTRI (2113201032)
- LENI MARLINA (2113201024)
- RAHUL MAIYASAQ (1913201106)

DOSEN PEMBIMBING :

YULIA ,M.KES

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga

makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih

terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik

pikiran maupun materinya.

Kami juga mengucapkan terimakasih banyak kepada dosen pengampu yang mengajar

pada mata kuliah ini. Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan

dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa

pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah Ini.

Padang, Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................................. ii

Bab I Pendahuluan .............................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1

Bab II Pembahasan ............................................................................................................. 3

2.1. Etiologi Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) ...................................................... 3

2.2. Distribusi dan Frekuensi PPOK ................................................................................... 4

2.3. Determinan PPOK ....................................................................................................... 7

Bab III Penutup ................................................................................................................... 9

3.1. Kesimpulan .................................................................................................................. 9

3.2. Saran ............................................................................................................................ 9

Daftar Pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati,

ditandai oleh keterbatasan aliran udara persisten, bersifat progresif, dan disertai dengan respons

inflamasi kronik pada saluran napas paru akibat gas atau partikel berbahaya. Eksaserbasi dan

komorbid berkontribusi terhadap perburukan penyakit. Penyakit paru obstruktif kronik

merupakan proses inflamasi paru kronik, termasuk bronkitis kronis dengan fibrosis disertai

obstruksi saluran napas kecil, dan emfisema dengan pelebaran rongga udara disertai destruksi

parenkim paru, penurunan elastisitas paru, dan obstruksi saluran napas kecil (Suradi et al., 2015).

PPOK adalah sekelompok penyakit paru menahun yang berlangsung lama dan disertai dengan

peningkatan resistensi terhadap aliran udara(Padila, 2012). PPOK adalah penyakit yang umum,

dapat dicegah dan diobati yang ditandai dengan gejala pernapasan persisten dan keterbatasan

aliran udara yang disebabkan oleh saluran napas dan / atau kelainan alveolar yang biasanya

disebabkan oleh paparan terhadap partikel atau gas yang berbahaya (GOLD, 2020).

Merokok merupakan penyebab utama terjadinya PPOK dengan risiko 30 kali lebih besar

dibandingkan dengan yang bukan perokok. Kematian akibat PPOK terkait dengan usia mulai

merokok, jumlah rokok yang dihisap, dan status merokok yang terakhir saat PPOK mulai

berkembang(Ikawati, 2016). Kebiasaanmerokok pada masyarakat Indonesia menjadi ancaman

penyebab utama penyakit paru obstruktif kronik.

Di Amerika, sebagai penyebab kematian PPOK menempati peringkat keempat setelah

penyakit jantung, kanker dan penyakit serebrovaskular. Merokok merupakan faktor risiko

1
terpenting penyebab PPOK disamping faktor risiko lainnya. Faktor yang berperanan dalam

peningkatan penyakit tersebut antara lain:

 kebiasaan merokok yang masih tinggi (laki-laki di atas 15 tahun

60-70%),

 pertambahan penduduk,

 meningkatnya usia rata-rata penduduk,

 industrialisasi,

 polusi udara.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Etiologi PPOK ( Penyakit Paru Obstruksi Kronik)

Penyakit paru obstruktif kronis atau PPOK adalah penyakit pernapasan yang menyebabkan

seseorang sulit bernapas karena tersumbatnya saluran udara di paru-paru. PPOK merupakan

penyakit progresif, artinya penyakit ini akan semakin memburuk seiring berjalannya waktu.Pada

tahun 2012, lebih dari tiga juta orang yang meninggal akibat PPOK. Angka itu setara dengan 6

persen jumlah kematian di seluruh dunia pada tahun itu. Dikutip dari badan kesehatan dunia,

WHO, PPOK sendiri terdiri atas dua jenis utama, yaitu bronkitis dan emfisema.

Beberapa orang bisa hanya memiliki salah satunya, sedangkan yang lainnya memiliki

keduanya. Dua jenis penyakit paru obstruktif kronis yang terjadi, yaitu:

 Bronkitis kronis

Bronkitis kronis adalah peradangan dinding saluran bronkus (cabang tenggorok) yang terjadi

menahun. Penyakit ini menyebabkan dinding pada saluran bronkus di paru-paru menjadi merah,

bengkak, dan dipenuhi lendir. Lendir inilah yang kemudian menyumbat saluran napad dan

membuat bernapas menjadi lebih sulit.

 Emfisema

Emfisema secara bertahap merusak kantung udara (alveolus) di paru-paru sehingga

membuat Anda semakin sesak napas. Rusaknya kantung udara, akan membuat jumlah alveolus

dalam paru-paru Anda semakin sedikit.Akibatnya, oksigen akan kesulitan untuk masuk dan

karbon dioksida juga sulit keluar. Kondisi ini juga menjadi penyebab membuang napas menjadi

3
lebih sulit.Selama proses pernapasan, terdapat bagian-bagian utama paru yang ikut bekerja, yaitu

saluran bronkus (cabang tenggorok atau disebut juga saluran udara), alveolus (kantung-kantung

udara), dan trakea (batang tenggorok).Saat menarik napas, udara bergerak dari batang tenggorok

melewati bronkus untuk kemudian menuju ke alveolus. Dari alveolus, oksigen bergerak masuk

ke darah sementara karbon dioksida keluar dari darah.

Etiologi penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah inflamasi kronik pada saluran

napas. Inflamasi ini dapat terjadi akibat paparan asap rokok, polusi udara, ataupun defisiensi

alfa-1 antitripsin.

2.2 Distribusi dan Frekuensi

2.2.1 Di Dunia

Pada tahun 2019, WHO menempatkan PPOK di peringkat ke-3 sebagai penyebab

kematian paling sering di seluruh dunia, terutama di negara berkembang. Di Asia Tenggara

diperkirakan prevalensi PPOK sebesar 6,3% dengan prevalensi tertinggi ada di negara

Vietnam (6,7%). Tahun 2020, Global initiative for Chronic Obstructive Lung Disease

memperkirakan secara epidemiologi di tahun 2060 angka prevalensi PPOK akan terus

meningkat karena meningkatnya jumlah angka orang yang merokok.

PPOK diperkirakan terjadi lebih banyak pada laki-laki (11,8%) dibandingkan wanita

(8,5%). Di Amerika Serikat, prevalensi emfisema dilaporkan sebesar 18 kasus per 1000 orang

dan bronkitis kronis sekitar 34 kasus per 1000 orang. Badan Kesehatan Dunia (WHO)

menyebut Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan penyebab kematian ketiga

terbanyak di dunia. Sebanyak 3,23 juta kematian di tahun 2019 dengan merokok sebagai

penyebab utamanya. Total kematian akibat PPOK diproyeksikan akan meningkat > 30% pada

4
10 tahun mendatang. Peningkatan secara drastis pada dua dekade diharapkan di negara-negara

Asia dan Afrika karena peningkatan pemakaian tembakau15. WHO menyebutkan PPOK

merupakan penyebab kematian keempat didunia. Diperkirakan menyebabkan kematian pada

2,75 juta orang atau setara dengan 4,8%16. Di wilayah Eropa angka kematian PPOK sekitar <

20/100.000 penduduk (Yunani, Swedia, Islandia, Norwegia) samapi > 80/100.000 penduduk

(Ukraina, dan Romania).Sedangkan di Perancis angka kematian PPOK sebesar 40/100.000

penduduk.Di negaranegara berkembang kematian akibat PPOK juga meningkat, hal ini

dihubungkan dengan peningkatan jumlah masyarakat yang mengkonsumsi rokok. Di Cina

merokok menyebabkan kematian sebesar 12% dan diperkirakan akan meningkat menjadi 30%

pada tahun 2030.

2.2.2 Di Indonesia

Di Indonesia berdasarkan data riset kesehatan dasar 2013 prevalensi ppok mencapai 3,7%

atau sekitar 9,2 juta jiwa yang mengalami PPOK.Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun

2018 melaporkan bahwa orang yang merokok setiap hari mencakup 24,3% penduduk usia di

atas 10 tahun. Dalam Riskesdas ini, diperkirakan bahwa prevalensi PPOK di Indonesia

sebanyak 3,7%. Riset Kesehatan Dasar mencatat bahwa penderita PPOK di Indonesia tahun

2013-2018 menduduki 3,7 %, di jawa barat mencapai 11 % dan prevalensi PPOK yang

tinggal di provinsi Banten dan DKI Jakarta dengan jumlah 6,3%. Prevalensi penderita PPOK

berdasarkan usia yang mengalami peningkatan setiap bertambah usia. Usia 25-34 tahun 1,6

%, usia 35-44 tahun 2,4%, usia 45-54 tahun 3,9%, usia 55-64 tahun 5,6%, usia 65-74 tahun

8,6 % dan uisa 75+ tahun 9,4% (Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI, 2013). Dinas Kesehatan Jakarta 2019 menyebutkan jumlah

penderita kunjungan untuk melakukan pemeriksaan kelanjutan sejumlah 7.967 penderita.

5
Diperkirakan pada tahun 2030 PPOK akan menjadi penyebab ke-3 kematian di seluruh dunia

setelah penyakit jantung dan stroke. Prevalensi PPOK di Indonesia tahun 2013 tertinggi di

Provinsi Nusa Tenggara Timur (10‰) sedangkan Provinsi Aceh tercatat kedalam sepuluh

besar (4,3‰).

Frekuensi prnyakit paru obstruksi kronis di banda aceh

2.2.3 Di Sumatera Barat

Propinsi Sumatera Barat berada pada urutan ke-23 berdasarkan jumlah penderita PPOK

di Indonesia, dengan prevalensi sebesar 3,0% (Riskesdas, 2013). Berdasarkan jumlah

kunjungan di RSUP DR. M.DjamilPadang dan Rumah Sakit berdasarkan survei awal

6
penelitian didapatkan jumlah Khusus Paru Sumatera Barat memiliki jumlah penderita PPOK

cukup banyak, kunjungan pasien PPOK rawat jalan di Poliklinik Paru non infeksi RSUP Dr

M jamil Padang pada bulan Juli hingga November 2015 sebanyak 226 dari 943 kunjungan,

sedangkan jumlah kunjungan PPOK di Rumah Sakit Khusus Paru Sumatera Barat sebanyak

2.284 pada tahun 2014 dan kunjungan tersebut menempati kunjungan ke-2 terbanyak setelah

asma bronkial untuk penyakit paru non infeksi.

Berdasarkan data yang didapat dari Instalasi Rekam Medis RSUP Dr. M. Djamil Padang

di Instalasi Rawat Inap Non Bedah (Penyakit Paru) terjadi peningkatan kasus PPOK yang

dirawat inap dari 111 pada tahun 2010 menjadi 150 pada tahun 2011. Pada tahun 2013 terjadi

penurunan kasus PPOK yang dirawat inap menjadi 116 kasus, pada tahun 2015 kejadian

PPOK meningkat menjadi 143 kasus dan pada tahun 2016 didapatkan jumlah kasus PPOK

pada 1 Januari sampai 31 Desember 2016 sebanyak 127 orang. Data terakhir pada bulan

Desember 2016 jumlah penderita PPOK sebanyak 11 orang ( Rekam Medik RSUP Dr. M.

Djamil Padang) .

2.3 Determinan

Sejumlah faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengidap PPOK

meliputi:

 Rokok.

Pajanan asap rokok pada perokok aktif maupun pasif merupakan faktor utama penyebab

PPOK serta sejumlah penyakit pernapasan lainnya. Diperkirakan, sekitar satu dari empat

orang perokok aktif mengidap PPOK.

7
 Pajanan polusi udara,

Misalnya asap kendaraan bermotor, debu jalanan,gas buangan industri, briket batu bara, debu

vulkanik gunung meletus, asap kebakaran hutan, asap obat nyamuk bakar, asap kayu bakar, asap

kompor, polusi di tempat kerja (bahan kimia, debu/zat iritasi, dan gas beracun)Usia. PPOK akan

berkembang secara perlahan selama bertahun-tahun. Gejala penyakit umumnya muncul pada

pengidap yang berusia 35 hingga 40 tahun.

 Faktor keturunan.

Jika memiliki anggota keluarga yang mengidap PPOK, Anda juga memiliki risiko lebih

tinggi untuk terkena penyakit yang sama.

Penyebab PPOK adalah penyumbatan atau kerusakan jaringan paru-paru. Jenikerusakan ini

biasanya terjadi saat Anda secara rutin menghirup iritan untuk jangka waktu lama. Iritan yang

umum dapat meliputi:

1. Asap rokok (baik mereka yang merokok aktif ataupun perokok pasif)—merokok jangka

panjang merupakan penyebab dari 80 sampai 90 persen kasus PPOK

2. Asap, gas, uap, atau bahan kimia

3. Debu Polusi dalam ruangan (seperti bahan bakar padat yang digunakan untuk memasak

dan pemanasan) ,Polusi luar ruangan ,Debu dan zat kimia okupasi (uap, iritan, dan asap)

4. Infeksi pernapasan bawah yang sering terjadi selama masa kanak-kanak

Pencegahan Penyakit Paru Obstruktif Kronis: Menghentikan kebiasaan merokok dan

selalu jauhi asap rokok.Menghindari paparan debu, asap, polusi, atau polutan lain, terutama

bila Anda bertempat tinggal atau bekerja di lingkungan dengan kualitas udara yang buruk.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gejala PPOK secara umum ada tiga yaitu, batuk, berdahak dan sesak napas khsususnya

saat beraktivitas.ATS telah membagi skala sesak napas dari tingkat 0, satu, dua, tiga dan empat,

yang menuju ke tingkat keparahan. Sedangkan klasifikasi PPOK terdiri dari ringan sedang dan

berat yang diukur berdasarkan pemeriksaan spirometri yang menghasilkan nilai VEP1 dibagi

dengan KVP yaitu besarnya ratio udara yang mampu dihisap dan dikeluarkan oleh paru-paru

manusia. Faktor risiko utama PPOK antara lain merokok, polutan indoor, outdoor dan polutan di

tempat kerja, selain itu ada juga faktor risiko lain yaitu genetik, gender, usia, konsumsi alkohol

dan kurang aktivitas fisik.

Berdasarkan tingkat ekonomi ternyata PPOK menduduki peringkat lima dari 10 PTM

utama, sedangkan pada negara berkembang menduduki peringkat enam berasarkan data

morbiditas. WHO menyebutkan PPOK merupakan penyebab kematian keempat didunia.

Diperkirakan menyebabkan kematian pada 2,75 juta orang atau setara dengan 4,8%.

3.2 Saran

Keterbatasan aktivitas pada pasien PPOK merupakan keluhan utamanya yang akan

mempengaruhi kualitas hidupnya PPOK. Disarankan pasien melakukan terapi yang tujuan

utamanya adalah untuk mengurangi keluhan sesak napas atau gangguan fisik serta perbaikan

standar kualitas hidup penderita PPOK.Oleh sebab itu lebih peka lah menjaga kesehatan diri.

9
DAFTAR PUSTAKA

Anggriani. 2013 . Gambaran Peran Perawat Sebagai Care Giver Dalam Perawatan Pasien PPOK

Selama Dirawat Di Rumah Sakit Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga. tersedia di

http://repository.uksw.edu/bitstream.pdf. di akses pada tanggal 16 Januari 2017

Fatma Nur Aini, Mohammad Dokhi . 2019. DETERMINAN PREVALENSI PENYAKIT PARU

OBSTRUKTIF KRONIS DI INDONESIA DENGAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED

REGRESSION .Prosiding Seminar Nasional Matematika, Statistika, dan Aplikasinya 2019

Terbitan I, 5 Oktober 2019, Samarinda, Indonesia e-ISSN: 2657-232X.

http://jurnal.fmipa.unmul.ac.id/index.php/SNMSA/article/view/531

Ghofar, Abdul. 2014. Hubungan Perilaku Merokok Dengan Kejadian Ppok Di Paviliun Cempaka

Rsud Jombang . tersedia pada http://www.google.com/www.j urnal.unipdu.ac.id eduhealth di

akses pada tanggal 14 Januari 2017

Oemiati, Ratih. 2013. KAJIAN EPIDEMIOLOGIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF

KRONIK (PPOK). Media Litbangkes Vol. 23 No. 2, Juni 2013: 82-88

Yuwono. Arto, Soeroto & Suryadinata , Hendarsyah .2014. Penyakit Paru Obstruktif Kronik.

Divisi Respirologi dan Kritis Respirasi Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Dr Hasan Sadikin -

FK Unpad

10
Lampiran

11

Anda mungkin juga menyukai