Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA PPOK

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik

DISUSUN OLEH :

REZA WAHYU HADI PERMANA

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1 NONREGULER

STIKES BUDI LUHUR CIMAHI

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ilmiah tentang asuhan keperawatan Gerontik.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu

kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu

dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar

kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang asuhan keperawatan

Gerontik ini, dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Cimahi, Januari 2020

Penyusun

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomik-fisiologik dan dapat
timbul pula penyakit-penyakit pada sistem pernafasan. Usia harapan hidup
lansia di Indonesia semakin meningkat karena pengaruh status kesehatan,
status gizi, tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan dan sosial ekonomi yang
semakin meningkat sehingga populasi lansia pun meningkat. Menurut
ilmu demografi Indonesia dalam masa transisi demografi yaitu perubahan
pola penduduk berusia muda ke usia tua. Infeksi saluran nafas bagian
bawah akut dan tuberkulosis paru menduduki 5 penyakit terbanyak yang
diderita oleh masyarakat. Belum banyak dijumpai laporan para ahli
tentang insidens PPOK orang tua usia lanjut.
Penyakit paru-paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan suatu
istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang
berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran
udara. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang ditandai
dengan sebutan PPOK adalah : Bronkhitis, Emifisema paru-paru dan
Asma bronkial. Perjalanan PPOK yang khas adalah panjang dimulai pada
usia 20-30 tahun dengan “batuk merokok” atau batuk pagi disertai
pembentukan sedikit sputum mukoid. Mungkin terdapat penurunan
toleransi terhadap kerja fisik, tetapi biasanya keadaan ini tidak diketahui
karena berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Akhirnya serangan
brokhitis akut makin sering timbul, terutama pada musim dingin dan
kemampuan kerja penderita berkurang, sehingga pada waktu mencapai
usia 50-60 an penderita mungkin harus mengurangi aktifitas. Penderita
dengan tipe emfisematosa yang mencolok, perjalanan penyakit tampaknya
tidak dalam jangka panjang, yaitu tanpa riwayat batuk produktif dan dalam
beberapa tahun timbul dispnea yang membuat penderita menjadi sangat
lemah. Bila timbul hiperkopnea, hipoksemia dan kor pulmonale, maka
prognosis adalah buruk dan kematian biasanya terjadi beberapa tahun
sesudah timbulnya penyakit.

B. TUJUAN
C. MANFAAT
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Penyakit paru obsruksi kronis (PPOK) adalah sekelompok penyakit paru
yang menghambat aliran udara pada pernapasan saat menarik napas atau
menghembuskan napas. Udara harus dapat masuk dan keluar dari paru-
paru untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Ketika aliran udara ke arah luar
paru-paru terhambat, udara akan terperangkap di dalam paru-paru. Hal ini
akan mempersulit paru- paru mendapatkan oksigen yang cukup bagi
bagian tubuh yang lainnya. Emfisema dan bronkitis kronis menyebabkan
proses inflamasi yang berlebihan dan pada akhirnya menimbulkan
kelainan di dalam struktur paru-paru, sehingga aliran udara terhambat
secara permanen(itulah sebabnya disebut “obstruktif kronis”).
Klasifikasi dari penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) yaitu:

a. Bronkitis kronis
Bronkitis akut adalah radang mendadak pada bronkus yang biasanya
mengenai trakea dan laring, sehingga sering disebut juga dengan
laringotrakeobronkitis. Radang ini dapat timbul sebagai kelainan jalan
napas tersendiri atau sebagai bagian dari penyakit sistemik, misalnya
morbili, pertusis, difteri, dan tipus abdominalis. Istilah bronkitis kronis
menunjukan kelainan pada bronkus yang sifatnya
menahun(berlangsung lama) dan disebabkan berabagai faktor, baik
yang berasal dari luar bronkus maupun dari bronkus itu sendiri.
Bronkitis kronis merupakan keadaan yang berkaitan dengan produksi
mukus trakeobronkial yang berlebihan, sehingga cukup untuk
menimbulkan batuk dan ekspektorasi sedikitnya 3 bulan dalam setahun
dan paling sedikit 2 tahun secara berturut-turut.
b. Emfisema Paru
Menurut WHO, emfisema merupakan gangguan pengembangan paru
yang ditandai dengan pelebaran ruang di dalam paru-paru disertai
destruktif jaringan. Sesuai dengan definisi tersebut, jika ditemukan
kelainan berupa pelebaran ruang udara(alveolus) tanpa disertai adanya
destruktif jaringan maka keadaan ini sebenarnya tidak termasuk
emfisema, melainkan hanya sebagai overinflation. Sebagai salah satu
bentuk penyakit paru obstruktif menahun, emfisema merupakan
pelebaran asinus yang abnormal, permanen, dan disertai destruktif
dinding alveoli paru. Obstruktif pada emfisema lebih disebabkan oleh
perubahan jaringan daripada produksi mukus, seperti yang terjadi pada
asma bronkitis kronis.
c. Asma bronkial
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai
ciri bronkospasme periodik(kontraksi spasme pasa saluran napas)
terutama pada percabangan trakeonronkial yang dapat diakibatkan oleh
berbagai stimulus seperti oleh faktor biokemial, endokrin, infeksi,
otonomik, dan psikologi. Asma didefinisakn sebagai suatu penyakit
inflamasi kronis di saluran pernapasan, dimana terdapat banyak sel-sel
induk, eosinofil, T-limfosit, neutrofil, dan sel-sel epitel. Pada individu
rentan, inflamasi ini menyebabkan episode wheezing, sulit bernapas,
dada sesak, dan batuk secara berulang, khususnya pada malam hari dan
di pagi hari.
B. Etiologi
 Etiologi penyakit ini yang sering ditemukan meliputi:
a. Kebiasaan merokok
merokok
Hampir semua perokok menyadari bahwa merokok merupakan
kebiasaan yang salah. Namun sebagaian besar perokok tidak
mampu menghilangkan kebiasaan ini. Resiko mengalami serangan
jantung 2 kali lebih besar bagi prokok berat atau yang merokok 20
batang atau lebih dalam sehari. Bahkan, resiko menghadapi
kematian mendadak 5 kali lebih besar dari pada orang yang tidak
merokok sama sekali. Namun bagi mereka yang dapat berhenti
merokok sama sekali, resiko ini dapat berkurang hampir sama yang
tidak merokok. Sejumlah kecil nikotin dalam rokok adalah racun
bagi tubuh. Nikotin yang terserap dalam setiap hisapan rokok
memang tidak mematikan, tetapi tetap membahayakan jantung.
Terjadi pengerasan pembuluh nadi serta mengacaukan irama
jantung.
b. Infeksi saluran napas atas yang kambuh atau kronis
ISPA
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Penyebab penyakit ini
dapat berupa bakteri, virus dan berbagai mikroba lain. Gejala utama
dapat berupa batuk dan demam, kalau berat, dapat disertai sesak napas
dan nyeri dada. Penanganan penyakit ini dapat dilakukan dengan
istirahat, pengobatan simtomatis sesuai gejala atau pengobatan kausal
untuk mengatasi penyebab, peningkatan daya tahan tubuh dan
pencegahan penularan kepada orang sekitar, antara lain dengan
menutup mulut ketika batuk, tidak meludah sembarang. Faktor
berkumpulnya banyak orang misalnya di tempat pengungsian tempat
korban banjir, juga berperan dalam penularan ISPA.
c. Polusi udara
Emisi kendaraan bermontor
Selama ini orang banyak menduga bahwa andil terbesar dari
pencemaran udara kota berasal dari industri. Jarang di sadari, bahwa
justru yang mempunyai andil sangat besar adalah gas dan partikel yang
di emifisikan ( dikeluarkan ) oleh kendaraan bermontor. Padahal
kendaraan bermontor jumlahnya semakin bertambah besar.
Di kota-kota besar, konstrikbusi gas buang kendaraan bermontor
sebagai sumber pencemaran udara mencapai 60 – 70%. Padahal,
konstribusi gas buah dari cerobong asap industri hanya berpisah 10-
15%, sedangkan sisannya dari sumber pembakaran lain, misalnya dari
rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan, dll
Sebenarnya banyak polutan udara yang perlu di waspadai, tetapi
WHO ( word helalth organization) menetapkan beberapa jenis polutan
yang di anggap serius. Polutan udara yang berbahaya bagi kesehatan
manusia, hewan, serta mudah merusak harta benda adalah partikulat
yang mengandung partikel ( asap dan jelaga ), hidrokarbon, sulfur di
oksida, dan nitrogen oksida. Kesemuanya di emisikan oleh kendaraan
bermontor.
Tingkatan keparahan penyakit PPOK :

Tingkat Nilai FEV1 dan gejala


0 Memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis, produksi sputum dan
Beresiko dispnea.
Ada paparan terhadap faktor resiko (rokok, polusi),spirometri
normal.
I FEV1/FVC < 70%, FEV1≥ 80%, dan umumnya, tapi tidak selalu
Ringan ada gejala batuk kronis dan produksi sputum. Pada tahap ini,
pasien biasanya bahkan belum berasa paru-parunya bermasalah.
II FEV1/FVC < 70%, 50% < FEV1 < 80%, gejalamya biasanya
Sedang mulai progresif/memburuk, dengan nafas pendek-pendek.
III FEV1/FVC < 70%, 30% < FEV1 < 50%. Terjadi eksaserbasi
Berat berulang yang mulai mempengaruhi kualitas hidup pasien. Pada
tahap ini pasien mulai mencari pengobatan karena mulai dirasakan
sesak nafas atau serangan penyakit.
IV FEV1/FVC < 70%, FVE1 < 30% atau < 50% plus kegagalan
Sangat berat respirasi kronis. Pasien bisa digolongkan masuk tahap IV jika
walaupun FEV1 > 30%, tapi pasien mengalami kegagalan
pernafaasan atau gagal jantung kanan/cor pulmonary. Pada tahap
ini, kualitas hidup sangat terganggu dan serangan mungkin
mengancam jiwa.
C. Komplikasi
1. Hipoksemia
Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nialai Pa02 < 55 mmHg,
dengan nilai saturasi oksigen < 85%. Pada awalnya klien akan
mengalmi perubahan mood, penurunan konsentrasi, dan menjadi
pelupa. Pada tahap lajut akan timbul sianosis
2. Asidosis Respiratori
Rimbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2(hiperkapnea). Tanda yang
muncul antara lain nyeri kepala,fatigue,letargi,dizzines,dan takipnea.
3. Infeksi Respirator
Infeksi pernapasan akut disebabkan karena peningkatan produksi
mukus dan rangsangan otot polos bronkial serta edema mukosa.
Terbatasnya aliran udara akan menyebabkan peningkatan kerja napas
dan timbulnya dispnea.
4. Gagal Jantung
Terutama kor pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru),
harus diobservasi terutama pada klien dengan dispnea berat.
Komplikasi ini sering kali berhubungan dengan bronkitis kronis, tetapi
klien dengan emfisema berat juga dapat mengalami masalah ini.
5. Kardiak Disritmia
Timbul karena hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat atau
asidosis respirator
6. Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asma
bronkial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan,
dan sering kali tidak berespons terhadap terapi yang biasa diberikan.
Penggunan otot bantu pernapasan dan distensi vena leher sering kali
terlihat pada klien dengan asma.

D. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala PPOK dapat mencakup:
1. Penurunan kemampuan melakukan aktivitas fisik atau pekerjaan yang
cukup berat dan keadaan ini terjadi Karena penurunan cadangan paru
2. Batuk produktif akibat stimulasi reflex batuk oleh mucus
3. Dispenea pada aktivitas fisik ringan
4. Infeksi saluran nafas yang sering terjadi
5. Hipoksemia intermiten atau kontinu
6. Hasil tes faal paru yang menunjukkan kelainan yang nyata
7. Deformitas toraks
E. Patofisiologi
Faktor – faktor resiko yang telah disebutkan diatas akan mendatangkan
proses inflamasi bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada dinding
bronkiolus terminal.Akibat dari kerusakan yang timbul akan terjadi
obstruksi bronkus kecil atau bronkiolus terminal, yang mengalami
penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi.Udara yang pada saat
inspirasi mudah masuk ke dalam alveoli, saat ekspirasi banyak yang
terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara atau air
trapping. Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak nafas
dengan segala akibat – akibatnya.Adanya obstruksi dini saat awal ekspirasi
akan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan
fase ekspirasi.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk penderita PPOK usia lanjut, sebagai berikut :
1. Meniadakan faktor etiologik atau presipifasi
2. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
3. Memberantas infeksi dengan antimikrobia. Apabila tidak ada infeksi
anti mikrobia tidak perlu diberikan.
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator
( Aminophillin dan Adrenalin ).
5. Pengobatan simtomatik ( lihat tanda dan gejala yang muncul )
- Batuk produktif beri obat mukolitik / ekspektoran
- Sesak nafas beri posisi yang nyaman (fowler) , beri O2
- Dehidrasi beri minum yang cukup bila perlu pasang infuse
6. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
7. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan, O2 harus diberikan
dengan aliran lambat : 1-2 liter/menit.
8. Mengatur posisi dan pola bernafas untuk mengurangi jumlah udara
yang terperangkap.
9. Memberi pengajaran mengenai tehnik-tehnik relaksasi dan cara-cara
untuk menyimpan energy
10. Tindakan “Rehabilitasi”
- Fisioterapi, terutama ditujukan untuk membantu pengeluaran sekret
bronku
- Latihan pernafasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan
pernafasan yang paling efektif baginya.
- Latihan, dengan beban olah raga tertentu, dengan tujuan untuk
memulihkan kesegaran jasmaninya.
- Vocational Suidance : Usaha yang dilakukan terhadap penderita agar
sedapat-dapat kembali mampu mengerjakan pekerjaan semula.
Pengelolaan Psikososial : terutama ditujukan untuk penyesuaian diri
penderita dengan penyakit yang dideritanya.

BAB III

TINJAUAN KASUS
Asuhan Keperawatan pada klien PPOK

Study kasus

Tn.R, 68 thn, dating ke IGD dengan keluhan pusing, sesk napas dan batuk
riwayat penyakit sekrang: 1 bulan terakhir tiap pagi batuk-batuk sampai dahak
keluar semua. Sesak napas bila menaiki tangga. 2 hari terakhir, pasien mengeluh
demam, batuk, pilek, pusing, dan sesak napas. Berdasarkan anamnesia dan
pemeriksaan spirometri dan foto thoraks, diagnose yang di tegakkan klinis/ dokter
adalah PPOK st III.

Terapi yang diberikan:

Oksigen, setelah stabil, terapi yang di berikan adalah: codein 10 mg po 3x1 dan
seretide MDI tiap 6 jam tanda-tanda vital saat pasien MRS: suhu 38,5 oC, TD
140/90 mmHg, Nadi 100/menit,RR 25x/menit

A. Pengkajian
I. Identitas pasien
Nama = Tn. R
Umur = 60 th
II. Riwaya penyakit sekarang
Keluhan utama = pusing, sesak nafas, batuk
Riwayat penyakit sekarang = 1 bulan terakhir tiap pagi batuk-batuk sampai
dahak keluar semua, sesak nafas bila menaiki tangga
III. Riwayat penyakit dahulu
2 hari terakhir pasien mengeluh demam, batuk pilek, pusing ,sesak nafas
IV. Pemeriksaan fisik
TTV=
T= 38,5 °C
P= 100 x/m
RR= 25 x/m
BP= 140/90 mmHg
V. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan spirometri dan foto thorax (+) PPOK ST III
VI. Terapi yang di dapat
Oksigen, setelah stabil, terapi yang diberikan codein 10 mg po 3x1 dan
seretide MDI tiap 6 jam

PENGKAJIAN FUNGSIONAL KLIEN

1. KATZ Index
KATZ indeks klien termasuk dalam kategori A: mandiri dalam makan,
kontinensia (BAK, BAB) mengguanakan pakaian, pergi ketoilet,
berpindah, dan mandi.
2. Barthel Indeks

NO KRITERIA DENGAN MADIR KETERANGA


. BANTUA I N
N
1. Makan 5 10 Frekuensi : 3x/hr.
Jumlah : 1 porsi
Jenis : nasi, lauk
pauk, dan sayur.
2. Minum 5 10 Frekuensi : 7
gelas/ hari.
Jumlah : ±1500
cc/hr.
Jenis : air putih.
3. Berpindah dari kursi 5-10 15
roda ke tempat tidur,
sebaliknya
4. Personal toilet 0 5 Frekuensi :
(mencuci muka,
menyisir rambut,
gosok gigi)
5. Keluar masuk toilet 5 10
(membuka pakaian,
menyeka tubuh,
menyiram)
6. Mandi 5 15 Frekuensi : 4x/hr
7. Jalan di permukaan 0 5
datar
8. Naik turun tangga 5 10
9. Mengenakan pakaian 5 10
10. Control bowel (BAB) 5 10 Frekuensi : 1x/hr.
Konsistensi :
berwarna kuning
kecoklatan dan
lembek.
11. Control bladder 5 10 Frekuensi 5-
(BAK) 6x/hari.
Warna : kuning,
terkadang putih.
12. Olahraga/latihan 5 10 Frekuensi :4-
5x/minggu.
Jenis :senam atau
jalan-jalan.
13. Rekreasi/pemanfaata 5 10 Jenis :
n waktu luang Frekuensi :
Score Total
Keterangan :
a. 130 : Mandiri
b. 60-125 : ketergantungan sebagian
c. 55 : ketergantungan total

Interpretasi :

PENGKAJIAN STATUS MENTAL GERONTIK

1. SPSMQ (Short Potable Mental Status Questioner)


BENAR SALAH NO PERTANYAAN
01 Tanggal berapa hari ini? 24
02 Hari apa sekarang ini? Senin
03 Apa nama tempat ini? RS
04 Dimana alamat anda? Bandung
05 Berapa umur anda? 77 tahun
06 Kapan anda lahir? Tidak tahu karena orang
tua tidak memberi tahu.
07 Siapa presiden Indonesia sekarang? Jokowi
08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya? SBY
09 Siapa nama ibu anda? Ma romin
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3
dari setiap angka baru, semua secara menurun
17, 14, 11, 8, 5

Interpretasi Hasil :
a. Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
b. Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9-10 : kerusakan intelektual berat
2. MMSE (Mini Mental Status Exam)

NO ASPEK NILAI NILAI KRITERIA


KOGNITIF MAKS. KLIEN
1. Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :
 Tahun : 2019
 Musim : kemarau
 Tanggal :24
 Hari :senin
 Bulan :desember
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang berada?
 Negara :Indonesia
 Provinsi : Jawa Barat
 Kabupaten :bandung

2. Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 obyej (oleh


pemeriksa) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing
obyek. Kemudian tanyakan
kepada klien ketiga obyek
tadi (untuk disebutkan)
 Obyek 1: pulpen
 Obyek 2 :jam tangan
 Obyek 3 :buku
3. Perhatian dan 5 0 Minta klien untuk memulai
Kalkulasi dari angka 100 kemudian
dikurangi 7 sampai 5
kali/tingkat
 93 96
 86 80
 79 76
 72
 65
4. Mengingat 3 3 Meminta klien untuk
mengulangi ketiga obyek
pada no. 2 (registrasi). Bila
benar, 1 point untuk masing-
masing obyek
Pulpen, buku.
5. Bahasa 9 9 Tunjukkan pada klien suatu
benda dan tanyakan namanya
pada klien
 jam
 tas
Minta klien untuk mengulang
kata berikut : “taka da jika,
dan, atau, tetapi”. Bila benar,
nilai 1 point (ada, tetapi,
dan)
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri
dari 3 langkah :
 Ambil kertas di tangan
anda
 Lipat dua
 Taruh di lantai
Perintahkan pada klien untuk
hal berikut (bila aktivitas
sesuai perintah nilai 1 point)
 “angkat tangan kanan
anda”
Perintahkan pada klien untuk
menulis satu kalimat atau
menyalin gambar
 Menyalin gambar
 Menulis angka
TOTAL NILAI 25

Keterangan :
>23 : Aspek kognitif dari fungsi mental baik
18-22 : kerusakan aspek fungsi mental ringan
≤ 17 : terdapat kerusakan aspek fungsi mental berat
Interpretasi :

PENGKAJIAN KESEIMBANGAN

N KRITERIA NILAI
O
A. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
 Bangun dari tempat tidur (dimasukkan analisis) dengan mata 1
terbuka
Tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan, akan
tetapi usila mendorong tubuhnya keatas dengan tangan atau
bergerak kebagian depan kursi terlebih dahulu, tidak stabil
pada saat berdiri pertama kali
 Duduk ke kursi (dimasukkan analisis) dengan mata terbuka 0
Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi
 Bangun dari tempat duduk ( dimasukkan analisis) dengan 0
mata tertutup
Tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan, akan
tetapi usila mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau
bergerak ke bagian depan kursi terlebih dahuli, tidak stabil
pada saat berdiri pertama kali
 Duduk ke kursi (dimasukkan analisis) dengan mata tertutup 0
Menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi
Ket : kursi harus yang keras tanpa lengan
 Menahan dorongan pada sternum (3 kali) dengan mata 0
terbuka
Klien menggerakkan kaki, memegang objek untuk dukungan,
kaki tidak menyentuh sisi-sisinya
 Menahan dorongan pada sternum (3 kali) dengan mata
0
tertutup
Klien menggerakkan kaki, memegang objek untuk dukungan,
kaki tidak menyentuh sisi-sisinya
 Perputaran leher (klien sambil berdiri) 0
Menggerakkan kaki, menggenggam objek untuk dukungan
kaki: keluhan vertigo, pusing atau keadaan tidak stabil
 Gerakkan menggapai sesuatu 0
Tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi
sepenuhnya sementara berdiri pada ujung jari-jari kaki, tidak
stabil memegang sesuatu untuk dukungan
 Membungkuk 0
Tidak mampu membungkuk untuk mengambil objek-objek
kecil (misalnya ballpoint) dari lantai, memegang objek untuk
bias berdiri lagi, dan memerlukan usaha-usaha yang keras
untuk bangun
B. Komponen gaya berjalan atau pergerakkan
 Minta klien berjalan ke tempat yang ditentukan 0
Ragu-ragu, tersandung, memegang objek untuk dukungan
 Ketinggian langkah kaki
0
Kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau
menyeret kaki), mengangkat kaki terlalu tinggi (> 5 cm)
 Kontinuitas langkah kaki 0
Setelah langkah-langkah awal menjadi tidak konsisten,
memulai mengangkat satu kaki sementara kaki yang lain
menyentuh lantai
 Kesimetrisan langkah 0
Langkah tidak simetris, terutama pada bagian yang sakit
 Penyimpangan jalur pada saat berjalan 0
Tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke
sisi
 Berbalik
Berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan,
bergoyang, memegang objek untuk dukungan
TOTAL NILAI 1

Interpretasi hasil
0-5 resiko jatuh rendah.
6-10 resiko jatuh sedang
11-15 resiko jatuh tinggi
B. Diagnosa
I. Analisis data

No Data Etiologi Problem


1. Ds : Klien mengatakan Peningkatan Bersihan jalan
pusing, sesak nafas, produksi sputum. napas tidak
batuk. efektif.

Do: 1 bulan terakhir tiap


pagi batuk- sampai
dahak keluar semua,
RR
25 x/menit.
2. Ds : 2 hari terakhir pasien Penyakit kronis Resiko tinggi
mengeluh demam, batuk, penyebaran infeksi
pilek, pusing, dan sesak
nafas.

Do : pemeriksaan
spirometri dan foto
thorax diagnosa
PPOK St III suhu :
38,5 °C, TD : 140/ 90
mmHg, nadi : 100
x/menit
3. Ds : pasien mengeluh Penyakit Hipertemia
demam
Do : suhu 38,50C , RR 25
x/menit , nadi 100
x/menit, TD 140/ 90
mmHg

4. Ds : sesak nafas bila Ketidakseimbangan Intoleransi


menaiki tangga. antara suplai dan aktivitas
Do : Nadi 100x/m, RR kebutuhan oksigen
25x/m,
5. Ds : 2 hari terakhir pasien Hiperventilasi Ketidakefektifan
mengeluh sesak nafas. pola nafas
Do : Nadi 100x/m, RR
25x/m,

Berdasarkan analisa data tersebut, dapat disimpulkan diagnosa keperawatan


diantaranya:

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum


2. Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi
3. Hipertermia b.d penyakit
4. Intoleransi aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
5. Resiko tinggi penyebaran inferksi b.d penyakit kronis.

C. Intervensi dan implementasi

No Diagnosa Intervensi Implementasi


1. Bersihan jalan napas tidak  Posisikan pasien  Memberikan posisi
efektif b.d peningkatan untuk fowler atau semi
produksi sputum memaksimalkan fowler
ventilasi.  Menghitung respirasi
Kriteria hasil :  Monitor respirasi setiap 3 jam sekali
 Secara verbal tidak ada dan status O2.  Memberikan obat
keluhan sesak  Kolaborasi dalam ipratropium
 tidak ada batuk dan pemberian bromida dg dosis
jumlah sputum normal pengobatan atas 20mcg 2 hirup 3-4
 jumlah pernafasan dalam indikasi. kali per hari.
batas normal sesuai usia bronkodilator  Mengajarkan klien
 Demonstrasikan menahan dada dan
atau bantu klien batuk efektif dalam
melakukan posisi tegak lurus.
latihan napas
dalam.

2. Ketidak efektifan pola napas  Posisikan pasien  Memberikan posisi


b.d hiperventilasi. untuk fowler atau semi
memaksimalkan fowler
Kriteria hasil : ventilasi.  Menghitung
 Mampu batuk efektif.  Identifikasi pasien frekuensi nafas.
 Mampu bernafas perlunya  Memberikan terapi
dengan mudah. pemasangan alat ogsigenasi dengan
 Frekuensi pernafasan nafas buatan. menggunakan nasal
dalam rentang normal.  Monitor respirasi kanul.
 TTV dalam rentang dan status O2.
normal.

3. Hipertermia b.d penyakit.  Kompres pasien  Memberikan kompres


Kriteria hasil: pada lipat paha dan dengan handuk di
 Suhu tubuh aksila bagian lipat paha dan
rentang normal  Monitor suhu aksila
 Nadi dan RR sesering mungkin.  Menghitung suhu
dalam rentang  Monitor tekanan setiap 2 jam sekali
normal darah, nadi dan RR  Menghitung tekanan
 Tidak ada  Kolaborasi darah, nadi dan RR
pusing pemberian cairan setiap 2 jam sekali.
intravena.  Memberikan cairan
intravena sesuai
anjuran dokter.
4. Intoleransi aktivitas b.d.  Kolaborasi  Memberikan terapi
ketidakseimbangan antara dengan tenaga Oksigen dengan
suplay dan kebutuhan oksigen rehabilitasi medik kecepatan aliran 1
Kriteria hasil: dalam atau 2 ltr/mnt.
 Mampu mealkukan merencanakan  Melakukan
aktivitas sehari-hari progam terapi komunikasi
secara mandiri yang tepat. terapeutik.
 Tanda-tanda vital normal  Bantu pasien  Menghitung tanda
 Sirkulasi status baik untuk tanda vital 3 jam
 Status respirasi : mengembangkan sekali.
pertukaran gas dan motivasi diri dan  Menjelaskan perlunya
ventilasi adekuat penguatan. keseimbangan
 Monitor aktivitas dan istirahat.
perubahan tanda
tanda vital.
 Memberikan
edukasi untuk
memenuhi
kebutuhan secara
mandiri.
5. Resiko tinggi penyebaran  Ajarkan keluarga  Menjelaskan kepada
infeksi b.d Penyakit kronis. dan pasien tanda keluarga pasien tanda
dan gejala infeksi. dan gejala infeksi
Kriteria hasil :  Monitor tanda dan  Memberikan edukasi
 Klien bebas dari tanda gejala infeksi kepada pasien berseta
dan gejala infeksi. sistemik dan lokal keluarga tentang
 Tidak munculnya  Kolaborasi dengan penyakit infeksi.
tanda-tanda infeksi dokter pemberian  memberikan
sekunder. obat anti mikroba. antibiotik.
 Klien dapat  menghitung TTV
mendemonstrasikan setiap 3 jam sekali.
kegiatan untuk
menghindarkan infeksi.
D. Evaluasi

Dx Keperawatan Tgl/jam Tindakan TTD Catatan TTD


Peraw perkembang Peraw
at an at
Bersihan jalan 19  Memberikan S : klien
napas tidak Septemb posisi fowler mengatakan
efektif b.d er 2019 atau semi batuk secara
peningkatan fowler efektif
produksi sputum  Melakukan O: RR
suction 18x/menit
 Menghitung A: masalah
respirasi teratasi
setiap 3 jam P: intervensi
sekali dihentikan
Ketidak 19  Memberikan S : klien
efektifan pola septemb posisi fowler mengatakan
napas b.d er 2019 atau semi mampu
hiperventilasi. fowler batuk efektif
 Menghitung dan bernafas
frekuensi dengan
nafas. mudah.
 Memberikan O:
terapi RR
ogsigenasi 19x/mnt.
dengan N : 80x/
menggunakan mnt
nasal kanul. TD : 110/90
S : 37,5 C
A : masalah
teratasi
P: itervensi
dihentikan
Hipertermi b.d 2  Memberika S:klien
penyakit n kompres mengatakan
dengan demam
handuk di menurun
bagian O: hasil suhu
lipat paha 37oC , RR
dan aksila 20x/menit,
 Menghitun TD 120/90
g suhu mmHg
setiap 2 A: masalah
jam sekali teratasi
 Menghitun P : intervensi
g tekanan dihentikan
darah, nadi
dan RR
setiap 2
jam sekali
Intoleransi 19  Memberika S : klien
aktivitas b.d. septemb n terapi mampu
ketidakseimbang er 2019 Oksigen melakukan
an antara suplay dengan aktivitas
dan kebutuhan kecepatan secara
oksigen aliran 1 atau mandiri
2 ltr/mnt. O:
 Melakukan RR 19x/mnt.
komunikasi N : 80x/
terapeutik. mnt
 Menghitung TD : 110/90
tanda tanda S : 37,5 C
vital 3 jam A : masalah
sekali. teratasi
 Menjelaskan P : intervensi
perlunya dihentikan
keseimbang
an aktivitas
dan
istirahat.

Resiko tinggi 19  Menjelask S: klien


penyebaran septemb an mengatakan
infeksi b.d er 2019 kepada tidak
Penyakit kronis keluarga demam,pusin
pasien g, batuk.,
tanda dan sesak napas,
gejala pilek.
infeksi
 Memberik O : suhu
an 37ºC
edukasi TD
kepada 120/80mmH
pasien g
berseta A: masalah
keluarga teratasi
tentang P:
penyakit Intervensi
infeksi dihentikan
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Penyakit paru obsruksi kronis (PPOK) adalah sekelompok penyakit paru
yang menghambat aliran udara pada pernapasan saat menarik napas atau
menghembuskan napas. Udara harus dapat masuk dan keluar dari paru-
paru untuk memenuhi kebutuhan tubuh.PPOK terdiri dari kumpulan tiga
penyakit yaitu Bronkitis kronik, Emfisema paru dan Asma.
2. Faktor resiko dari PPOK adalah Merokok sigaret yang berlangsung lama,
Polusi udara, Infeksi paru berulang, Umur, Jenis kelamin, Ras, Defisiensi
alfa-1 antitripsin, Defisiensi anti oksidan
3. Manifestasi klinik PPOK adalah pada Lansia, antara lain : Batuk yang
sangat produktif, purulent, dan mudah memburuk oleh iritan-iritan
inhalen, Sesak nafas, Hipoksia dan hiperkapnea, Takipnea, Dispnea yang
menetap.
4. Penatalaksanaan pada penderita PPOK : Meniadakan faktor etiologi dan
presipitasi, Membersihkan sekresi Sputum, Memberantas infeksi,
Mengatasi Bronkospasme, Pengobatan Simtomatik, Penanganan terhadap
komplikasi yang timbul, Pengobatan oksigen, Tindakan ”Rehabilitasi”.
B. SARAN
1. Bagi Lansia
Anjurkan klien untuk tidak merokok,cukup istirahat, menghindari
allergen, mengurangi aktifitas, mendapatkan asupan gizi yang cukup.
2. Bagi Perawat
Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan
dengan baik terhadap penderita penyakit saluran pernapasan terutama
PPOK. Oleh karena itu, perawat juga harus mampu berperan sebagai
pendidik dalam hal ini melakukan penyuluhan ataupun memberikan
edukasi kepada pasien maupun keluarga pasien terutama mengenai
tanda-tanda, penanganan dan penceganhanya.
DAFTAR PUSTAKA

Kuwalak, Jennifer.P.2011.PATOHFISIOLOGI,Jakarta:EGC

Somantri,Irwan.2009.Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem


pernapasan.Jakarta:Salemba Medika

Syamsudin,Sesilia Andriani keban.2013.Buku ajar Farmakotrapi gangguan


saluran pernapasan.Jakarta:Salemba Medika

Anies.2015.penyakit berbasis lingkungan.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media


Herdman,T. Heather.2012.diagnosis keperawatan.Jakarta:EGC

Huda Nurarif,Amin dan Hardi kusuma.2015.Aplikasi asuhan keperawatan


berdasarkan diagnosa medis dan Nanda Nic-Noc.Yogyakarta:mediaction

Anda mungkin juga menyukai