Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN KEGAWAT DARURATAN

PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS (PPOK)

A. PENGERTIAN
Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) adalah sekelompok penyakit paru
yang menghambat aliran udara pada pernapasan saat menarik napas atau
menghembuskan napas. Udara harus dapat masuk dan keluar dari paru-paru untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. Ketika aliran udara ke arah luar paru-paru terhambat,
udara akan terperangkap di dalam paru-paru. Hal ini akan mempersulit paru- paru
mendapatkan oksigen yang cukup bagi bagian tubuh yang lainnya. Emfisema dan
bronkitis kronis menyebabkan proses inflamasi yang berlebihan dan pada akhirnya
menimbulkan kelainan di dalam struktur paru-paru, sehingga aliran udara terhambat
secara permanen(itulah sebabnya disebut “obstruktif kronis”).
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Chronic Obstruktif Pulmonary
Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi
terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang
membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD adalah asma bronkial, bronkitis
kronis, dan emfisema paru-paru. Sering juga penyakit ini disebut dengan Chronic
Airflow Limitation (CAL) dan Chronic Obstructive Lung Disease (COLD).

B. KLASIFIKASI DARI PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)


1. Bronkitis kronis
Bronkitis akut adalah radang mendadak pada bronkus yang biasanya mengenai
trakea dan laring, sehingga sering disebut juga dengan laringotrakeobronkitis.
Radang ini dapat timbul sebagai kelainan jalan napas tersendiri atau sebagai
bagian dari penyakit sistemik, misalnya morbili, pertusis, difteri, dan tipus
abdominalis. Istilah bronkitis kronis menunjukan kelainan pada bronkus yang
sifatnya menahun(berlangsung lama) dan disebabkan berabagai faktor, baik yang
berasal dari luar bronkus maupun dari bronkus itu sendiri. Bronkitis kronis
merupakan keadaan yang berkaitan dengan produksi mukus trakeobronkial yang

1
berlebihan, sehingga cukup untuk menimbulkan batuk dan ekspektorasi sedikitnya
3 bulan dalam setahun dan paling sedikit 2 tahun secara berturut-turut.
2. Emfisema Paru
Menurut WHO, emfisema merupakan gangguan pengembangan paru yang
ditandai dengan pelebaran ruang di dalam paru-paru disertai destruktif jaringan.
Sesuai dengan definisi tersebut, jika ditemukan kelainan berupa pelebaran ruang
udara(alveolus) tanpa disertai adanya destruktif jaringan maka keadaan ini
sebenarnya tidak termasuk emfisema, melainkan hanya sebagai overinflation.
Sebagai salah satu bentuk penyakit paru obstruktif menahun, emfisema
merupakan pelebaran asinus yang abnormal, permanen, dan disertai destruktif
dinding alveoli paru. Obstruktif pada emfisema lebih disebabkan oleh perubahan
jaringan daripada produksi mukus, seperti yang terjadi pada asma bronkitis kronis.
3. Asma bronkial
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai ciri
bronkospasme periodik(kontraksi spasme pasa saluran napas) terutama pada
percabangan trakeonronkial yang dapat diakibatkan oleh berbagai stimulus seperti
oleh faktor biokemial, endokrin, infeksi, otonomik, dan psikologi. Asma
didefinisakn sebagai suatu penyakit inflamasi kronis di saluran pernapasan,
dimana terdapat banyak sel-sel induk, eosinofil, T-limfosit, neutrofil, dan sel-sel
epitel. Pada individu rentan, inflamasi ini menyebabkan episode wheezing, sulit
bernapas, dada sesak, dan batuk secara berulang, khususnya pada malam hari dan
di pagi hari.

Tingkat Nilai FEV1 dan gejala


0 Memiliki satu atau lebih gejala batuk kronis, produksi sputum dan
Beresiko dispnea.
Ada paparan terhadap faktor resiko (rokok, polusi),spirometri
normal.
I FEV1/FVC < 70%, FEV1≥ 80%, dan umumnya, tapi tidak selalu
Ringan ada gejala batuk kronis dan produksi sputum. Pada tahap ini, pasien
biasanya bahkan belum berasa paru-parunya bermasalah.
II FEV1/FVC < 70%, 50% < FEV1 < 80%, gejalamya biasanya mulai
Sedang progresif/memburuk, dengan nafas pendek-pendek.
III FEV1/FVC < 70%, 30% < FEV1 < 50%. Terjadi eksaserbasi

2
Berat berulang yang mulai mempengaruhi kualitas hidup pasien. Pada
tahap ini pasien mulai mencari pengobatan karena mulai dirasakan
sesak nafas atau serangan penyakit.
IV FEV1/FVC < 70%, FVE1 < 30% atau < 50% plus kegagalan
Sangat berat respirasi kronis. Pasien bisa digolongkan masuk tahap IV jika
walaupun FEV1 > 30%, tapi pasien mengalami kegagalan
pernafaasan atau gagal jantung kanan/cor pulmonary. Pada tahap
ini, kualitas hidup sangat terganggu dan serangan mungkin
mengancam jiwa.

C. ETIOLOGI
Etiologi penyakit ini yang sering ditemukan meliputi:
1. Kebiasaan merokok
Hampir semua perokok menyadari bahwa merokok merupakan kebiasaan
yang salah. Namun sebagaian besar perokok tidak mampu menghilangkan
kebiasaan ini. Resiko mengalami serangan jantung 2 kali lebih besar bagi prokok
berat atau yang merokok 20 batang atau lebih dalam sehari. Bahkan, resiko
menghadapi kematian mendadak 5 kali lebih besar dari pada orang yang tidak
merokok sama sekali. Namun bagi mereka yang dapat berhenti merokok sama
sekali, resiko ini dapat berkurang hampir sama yang tidak merokok. Sejumlah
kecil nikotin dalam rokok adalah racun bagi tubuh. Nikotin yang terserap dalam
setiap hisapan rokok memang tidak mematikan, tetapi tetap membahayakan
jantung. Terjadi pengerasan pembuluh nadi serta mengacaukan irama jantung.
2. Infeksi saluran napas atas yang kambuh atau kronis
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Penyebab penyakit ini dapat berupa
bakteri, virus dan berbagai mikroba lain. Gejala utama dapat berupa batuk dan
demam, kalau berat, dapat disertai sesak napas dan nyeri dada. Penanganan
penyakit ini dapat dilakukan dengan istirahat, pengobatan simtomatis sesuai
gejala atau pengobatan kausal untuk mengatasi penyebab, peningkatan daya tahan
tubuh dan pencegahan penularan kepada orang sekitar, antara lain dengan
menutup mulut ketika batuk, tidak meludah sembarang. Faktor berkumpulnya
banyak orang misalnya di tempat pengungsian tempat korban banjir, juga
berperan dalam penularan ISPA.

3
Penyakit kulit juga hampir selalu di alami, terutama yang sering tergenang
banjir. Penyakit ini bisa berupa infeksi, alergi, atau bentuki lain. Pada musim
banjir, maka masala utamanya adalah kebersihan yang tidak terjaga baik. Seperti
ISPA, maka faktor berkumpulnya banyak orang berperan dalam penularan infeksi
kulit. Penyakit saluran cerna lain, adalah demam tifoid, yang juga terkait dengan
faktor kebersihan makanan. Upaya untuk mengatasi tentu saja dengan menjaga
kebersihan diri dan lingkungan
3. Polusi udara (Emisi kendaraan bermotor)
Selama ini orang banyak menduga bahwa andil terbesar dari pencemaran
udara kota berasal dari industri. Jarang di sadari, bahwa justru yang mempunyai
andil sangat besar adalah gas dan partikel yang di emifisikan ( dikeluarkan ) oleh
kendaraan bermontor. Padahal kendaraan bermontor jumlahnya semakin
bertambah besar.
Di kota-kota besar, konstrikbusi gas buang kendaraan bermontor sebagai
sumber pencemaran udara mencapai 60 – 70%. Padahal, konstribusi gas buah dari
cerobong asap industri hanya berpisah 10-15%, sedangkan sisannya dari sumber
pembakaran lain, misalnya dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran
hutan, dll.
Sebenarnya banyak polutan udara yang perlu di waspadai, tetapi WHO (
word helalth organization) menetapkan beberapa jenis polutan yang di anggap
serius. Polutan udara yang berbahaya bagi kesehatan manusia, hewan, serta
mudah merusak harta benda adalah partikulat yang mengandung partikel ( asap
dan jelaga ), hidrokarbon, sulfur di oksida, dan nitrogen oksida. Kesemuanya di
emisikan oleh kendaraan bermontor.
WHO memperkirakan bahwa 70% penduduk kota di dunia pernah
menghirup udara kotor akibat emisi kendaraan bermontor, se3dangkan 10%
sisannya menghirup udara yang bersifat” marjinal”. Akibat menghirup udara yang
tidak bersih ini lebih fatal pada bayi dan anak-anak. Demikian pula pada orang
dewasa yang beresiko tinggi, misalnya wanita hamil, usia lanjut, serta orang yang
telah memiliki riwayat penyakit paru dan saluran pernapasan menaun. Celakanya,
para penderita maupun kelurganya tidak menyadari bahwa berbagai akibat negatif
tersebut berasal dari pencemaran udara akibat emisi kendaraan bermontor
semakin memperhatinkan.

4
D. KOMPLIKASI
1. Hipoksemia
Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nialai Pa02 < 55 mmHg,
dengan nilai saturasi oksigen < 85%. Pada awalnya klien akan mengalmi
perubahan mood, penurunan konsentrasi, dan menjadi pelupa. Pada tahap lajut
akan timbul sianosis
2. Asidosis Respiratori
Rimbul akibat dari peningkatan nilai PaCO2(hiperkapnea). Tanda yang
muncul antara lain nyeri kepala,fatigue,letargi,dizzines,dan takipnea.
3. Infeksi Respirator
Infeksi pernapasan akut disebabkan karena peningkatan produksi mukus
dan rangsangan otot polos bronkial serta edema mukosa. Terbatasnya aliran udara
akan menyebabkan peningkatan kerja napas dan timbulnya dispnea.
4. Gagal Jantung
Terutama kor pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru), harus
diobservasi terutama pada klien dengan dispnea berat. Komplikasi ini sering kali
berhubungan dengan bronkitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga
dapat mengalami masalah ini.
5. Kardiak Disritmia
Timbul karena hipoksemia, penyakit jantung lain, efek obat atau asidosis
respirator.
6. Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asma bronkial.
Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan, dan sering kali tidak
berespons terhadap terapi yang biasa diberikan. Penggunan otot bantu pernapasan
dan distensi vena leher sering kali terlihat pada klien dengan asma.

5
E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala PPOK dapat mencakup:
1. Penurunan kemampuan melakukan aktivitas fisik atau pekerjaan yang cukup berat
dan keadaan ini terjadi Karena penurunan cadangan paru
2. Batuk produktif akibat stimulasi reflex batuk oleh mucus
3. Dispenea pada aktivitas fisik ringan
4. Infeksi saluran nafas yang sering terjadi
5. Hipoksemia intermiten atau kontinu
6. Hasil tes faal paru yang menunjukkan kelainan yang nyata
7. Deformitas toraks

6
F. PATHWAY PPOK

Peningkata
n kerja otot
pernafasan

Nafsu makan Ketidakefektifan pola


ketidak nafas
seimbangan
nutrisi kurang

7
G. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata
Penyakit PPOK (Asma bronkial) terjadi dapat menyerang seagala usia tetapi
lebih sering di jumpai pada usia dini. Separuh kasus timbul sebelum usia 10
tahun dan sepertiga kasus lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun. Predisposisi
laki-laki dan perempuan di usia dini sebesar 2:1 yang kemudian sama pada
usia 30 tahun.
b. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan sama bronkial adalah
dispnea (bias sampai berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk, dan mengi
(pada beberapa kasus lebih banyak paroksismal).
 Riwayat kesehatan dahulu
Terdapat data yang menyatakan adanya faktor predisposisi timbulnya
penyakit ini, di antaranya adalah riwyat alergi dan riwayat penyakit
saluran napas bagian bawah ( rhinitis, urtikaria, dan eksim).
 Riwayat kesehatan keluarga
Klien dengan asma bronkial sering kali di dapatkan adanya riwayat
penyaakit keturunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak di temukan
adanya penyakit yang sama pada anggota keluarganya.
c. Pemeriksaan fisik
1. Objektif
a) Batuk produktif/nonproduktif
b) Respirasi terdengar kasar dan suara mengi (wheezing) pada kedua
fase respirasi semakin menonjol.
c) Dapat disertai batuk dengan sputum kental yang sulit di keluarka.
d) Bernapas dengan menggunakan otot-otot napas tambahan.
e) Sianosis, takikardi, gelisah, dan pulsus paradoksus.
f) Fase ekspirasi memanjang diseratai wheezing( di apeks dan hilus )
g) Penurunan berat badan secara bermakna.
2. Subjektif
Klien merasa sukar bernapas, sesak dan anoreksia
3. Psikososial

8
a) Cemas, takut, dan mudah tersinggung.
b) Kurangnya pengetahuan klien terhadap situasi penyakitnnya
c) Data tambahan (medical terapi)
 Bronkodilator
Tidak digunakan bronkodilator oral, tetapi dipakai secara
inhalasi atau parenteral. Jika sebelumnya telah digunakan obat
golongan simpatomimetik, maka sebaiknya diberikan
Aminophilin seacara parenteral, sebab mekanisme yang
berlainan, demikian pula sebaliknya, bila sebelmnya telah
digunakan obat golongan Teofilin oral, maka sebaiknya diberikan
obat golongan simpatomimetik secara aerosol atau parenteral.
Obat obatan bronkodilator golongan simpatomimetik bentuk
selektif terhadap adrenoreseptor ( orsiprendlin, salbutamol,
terbutalin, ispenturin, fenoterol) mempunyai sifat lebih efektif
dan masa kerja lebih lama serta efek samping kecil dibandingkan
dengan bentuk non selektif (adrenalin, Efedrin, Isoprendlin)
1) Obat-obat bronkodilator serta aerosol bekerja lebih cepat dan
efek samping sistemiknya lebih kecil. Baik digunakan untuk
sesak napas berat pada anak-anak dan dewasa. Mula-mula
deberikan dua sedotan dari Metered Aerosol Defire
(AfulpenMetered Aerosol). Jika menunjukkan perbaikan
dapat diulang setiap empat jam, jika tidak ada perbaikan
dalam 10-15 menit setelah pengobatan, maka berikan
Aminophilin intravena
2) Obat-obat bronkodilator simpatomimetik memberi efek
samping takikardi, penggunaan parenteral pada orang tua
harus hati-hati, berbahaya pada penyakit hipertensi,
kardiovaskuler, dan serebrovaskuler. Pada dewasa dicoba
dengan 0,3 ml larutan epinefrin 1 : 1000 secara subkutan.
Pada anak-anak 0,01 mg /KgBB subkutan (1 mg per mil)
dapat diulang setiap 30 menit untuk 2-3 kali sesuai
kebutuhan .
3) Pemberian Aminophilin secara intravena denagn dosis awal
5-6 mg/KgBB dewasa/ anak-anak, disuntikkan perlahan

9
dalam 5-10 menit, untuk dosis penunjang dapat diberikan
sebanyak 0-9 mg/kgBB/jam secara intravena. Efek
sampingnya tekanan darah menurun bila tidak dilakukan
secara perlahan.
 Kortikosteroid
Jika pemberian obat-obat bronkodilator tidak menunjukkan
perbaikan, maka bisa dilanjutkan deagan pengobatan
kortikosteroid, 200 mg hidrokortison secara oral atau dengan
dosis 3-4 mg/KgBB intravena sebagai dosis permulaan dan dapat
diulang 2-4 jam secara parental sampai serangan akut
terkontrol,dengan diikuti pemberian 30-60 mg prednison atau
dengan dosis 1-2 mg/KgBB/hari secara oral dalam dosis terbagi,
kemudian dosis dikurangi secara bertahap.
 Pemberian oksigen
Oksigen dialirkan melalui kanul hidung dengan kecepatan 2-4
liter/menit, menggunakan air (humidifier) untuk memberiakan
pelembapan. Obat eksfektoran seperti gliserolguaiakolat juga
dapat digunakan untuk memperbaiki dehidrasi, oleh karena itu
intake cairan per oral infus harus cukup sesuai dengan prinsip.
 Beta Agonis
Beta agonis ( β–adrenergic agents) merupakan pengobatan awal
yang digunakan dalam penatalaksanaan penyakit asma,
dikarenakan obat ini berekrja dengan cara mendilatsikan otot
polos ( vasedilator). Andrenerigic agent juga meningkatkan
pergerakan siliari , menurunkan mediator kimia anafilaksis, dan
dapat meningkatan efek bronkodilatasi dari kortikosteroid.
Andrenergic yang sering digunakan antara lain epinefrin,
albuterol, metaproterenol, isoproterenol, isoetarin, dan terbutalin.
Biasanya diberikan secara parenteral atau inhalasi. Jalan inhalasi
merupakan salah satu pilihan dikarenakan dapat mempengaruhi
secara langsung dan mempunyai efek samping yang lebih kecil.

10
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan dengan Bronkospasme,
Peningkatan produksi secret (secret yang bertahan, kental), Menurunya
energi/fatigue
2. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan Kurangnya suplai oksigen
(obstruksi jalan napas oleh secret, bronkospasme, air trapping), Destruksi alveoli
3. Ketidakseimbangan nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan Dispnea, fatique, Efek samping pengobatan, Produksi sputum, Anoreksia,
nausea/vomiting.
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbagan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
5. Risiko tinggi penyebaran infeksi yang berhubungan dengan penyakit kronis

I. RENCANA KEPERAWATAN
Intervensi dan rasional pada penyakit ini didasarkan pada konsep Nursing Interventien
Classification (NIC) dan Nursing Outcome Classification (NOC).

Diagnosis Keperawatan Perencanaan


No. (NANDA) Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
1. Bersihan jalan nafas Status respirasi : a. Manajemen jalan Adanya perubahan
tidak efektif kepatenan jalan napas. fungsi respirasi dan
berhubungan dengan nafas dengan skala b. Penurunan penggunaan otot
 Bronkospasme. (1-5) setelah kecemasan tambahan
 Peningkatan diberikan c. Aspiration menandakan kondisi
produksi secret perawatan precautions. penyakit yang masih
(secret yang selama…hari, d. Fisioterapi dada. harus mendapatkan
bertahan, kental) dengan kriteria: e. Latih batuk efektif penanganan penuh.
 Menurunya  Tidak ada f. Terapi oksigen.
energi/fatigue demam g. Pemberian posisi. Ketidakmampuan
 Tidak ada h. Monitoring mengeluarkan
Ditandai dengan: cemas respirasi. mukus menjadikan

 Klien mengeluh  RR normal i. Monitoring tanda timbulnya kongesti


vital. berlebih pada

11
sulit bernafas.  Irama nafas saluran pernapasan .
 Perubahan normal
kedalaman/juml  Pergerakan Posisi semi/ high
ah napas, sputum keluar fowler memberikan
penggunaan otot dari jalan nafas kesempatan paru-
bantu  Bebas dari paru berkembang
pernafasan. suara nafas secara maksimal
 Suara nafas tambahan. akibat diafragma
abnormal seperti turun ke bawah.
wheezing, Batuk efektif
ronchi, dan mempermudah
cracles. ekspektorasi mukus.
 Batuk
(presisten)denga Klien dalam kondisi
n/tanpa produksi sesak cenderung
sputum. untuk bernapas
melalui mulut yang
pada akhirnya jika
tidak ditindaklanjuti
akan mengakibatkan
stomatis.
2. Gangguan pertukaran Status respirasi a. Manajemen asam
gas yang berhubungan pertukaran gas basa tubuh Kelemahan, iritable,
dengan : dengan skala….(1- b. Manajemen jalan bingung dan
 Kurangnya suplai 5) setelah diberikan napas somnolen dapat
oksigen (obstruksi perawatan c. Latihan batuk merefleksikan
jalan napas oleh selama… hari efektif adanya
secret, dengan kriteria : d. Tingkatkan hipoksemia/penurun
bronkospasme, air  Status aktivitas an oksigenasi
trapping); mental e. Terapi oksigen serebral.
 Destruksi alveoli dalam batas f. Monitoring
Ditandai dengan normal respirasi
 Dyspnea  Bernapas g. Monitoring tanda Mencegah kelelahan

12
 Confusion,lemah; dengan vital dan mengurangi
 Tidak mampu mudah konsumsi oksigen
mengeluarkan  Tidak ada untuk memfasilitasi
secret; sinosis resolusi infeksi.
 Nilai ABGs  Pao paco
abnormal dalam batas Pemberian terapi
(hipoksia dan normal oksigen untuk
hiperkapnea)  Saturnasi O memelihara PaO2 di

 Perubahan tanda dalam atas 60 mmHg,

vital rentang oksigen yang

 Menurunya normal diberikan sesuai

toleransi terhadap dengan toleransi dari

aktivitas klien.

Untuk mengikuti
kemajuan proses
penyakit dan
memfasilitasi
perubahan dalam
terapi oksigen.

3 Ketidakseimbangan Status nutrisi; a. Manajemen


nutrisi : intake cairan dan cairan Meningkatkan
Kurang dari kebutuhan makanan gas b. Monitoring kenyamanan flora
tubuh yang dengan skala......(1- cairan normal mulut,
berhubungan dengan : 5) setelah diberikan c. Status diet sehingga akan
 Dispea, perawatan d. Manajemen meningkatkan
fatique selama…. Hari gangguan perasaan nafsu
 Efek dengan kriteria; makan makan.
samping  Asupan e. Manajemen
pengobatan makanan nutrisi Meningkatkan intake
 Produksi adekuat f. Kolaborasi makanan dan nutrisi

13
sputum dengan skala.. dengan ahli klien terutama kadar
 Anoreksia, (1-5) gizi untuk protein tinggi akan
nausea/vom  Intake cairan memberikan meningkatkan
iting. per oral terapi nutrisi mekanisme tubuh
Ditandai dengan adekuat, g. Konseling dalam proses
 Penurunan dengan skala nutrisi penyembuhan.
berat badan …(1-5) h. Kontroling
 Kehilangan  Intake cairan nutrisi Menentukan
masa otot, adekuat dilakukan kebutuhan nutrisi
tonus otot dengan untuk yang tepat bagi
jelek skala… (1-5) memenuhi diet klien.

 Dilaporkan pasien. Mengontrol

adanya Status nutrisi intake i. Terapi keefektifan tindakan

perubahan nutrien gas dengan menelan terutama dengan

sensasi rasa skala … (1-5) j. Monitoring kadar protein darah.

 Tidak setelah diberikan tanda vital

bernafsu perawatan k. Bantuan untuk Meningkatkan

untuk selama… peningkatan komposisi tubuh

makan, tidak  Intake kalori BB akan kebutuhan

tertarik adekuat,denga l. Manajemen vitamin dan nafsu

makan n skala.. (1-5) berat badan makan klien.

 Intake protein,
karbohidrat,
dan lemak
adekuat,
dengan skala
…(1-5)

Control berat badan


dengan skala … (1-
5) setelah diberikan
perawatan selama
… hari dengan

14
kriteria:
 Mampu
memelihara
intake kalori
secara optimal
(1-5)
(menunjukkan)
 Mampu
memelihara
keseimbangan
cairan (1-5)
(menunjukkan)

 Mampu
mengontrol
asupan makanan
secara adekuat
(1-5)
(menunjukkan)

No. Diagnosa Perencanaan


keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
(NANDA)
4. Intoleransi  Berpartisipasi  Kolaborasi Mengurangi stres dan
aktifitas b.d dalam aktivitas dengan tenaga stimulasi yang
ketidakseimbagan fisik tanpa rehabilitasi berlebihan,
antara suplai dan disertai medik dalam meningkatkan istirahat
kebutuhan peningkatan merencanaakan
oksigen. darah, nadi dan program terapi Klien mungkin merasa
RR. yang tepat nyaman dalam kepala

15
 Mampu  Bantu klien dalam keadaan evalasi,
melakukan untuk tidur di kursi atau
aktivitas sehari- mengidentifikas istiirahat pada meja
hari (ADLs) i aktivitas yang dengan bantuan bantal
secara mandiri. mampu
 Tanda-tanda dilakukan. Meminimalkan kelelahn
vital normal.  Bantu utuk dan menolong
 Energi memilih menyeimbangkan suplai
psikomotor. aktivitas yang oksigen dan kebutuhan.
 Level sesuai dengan
kelemahan. kemampuan
 Mampu fisik, sosial dan
berpindah: psikologi.
dengan atau  Bantu utuk
menggunakan mengidetifikasi
alat. dan
 Status mendapatkan
kardiopulmoari sumber yang
adekuat. diperlukan

 Sirkulasi status untuk aktivitas

baik. yang diinginkan

 Status respirasi:  Bantu klien

pertukara gas da untuk

vetilasi adekuat. mendapatkan


alat bantuan
aktivitas seperti
kursi roda, krek
 Bantu untuk
mengidentifikas
i aktivitas yang
disukai
 Bantu klien
membuat jadwal

16
latihan diwaktu
luang
 Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikas
i kekurangan
dalam
beraktivitas
 Sediakan
penguatan
positif bagi
yang aktif
beraktivitas
 Bantu pasien
untuk
mengembangka
n motivasi diri
dan penguatan
 Monitor respon
fisik,emosi,
sosial dan
spiritual.
5. Risiko tinggi  Tidak muncul  Monitor vital  Selama peride ini,
penyebaran tanda tanda sign, terutama potensial
infeksi yang b.d infeksi pada proses berkembang
penyakit kronis . sekunder. terapi. menjadi
 Klien dapat  Demonstrasikan komplikasi yang
mendemonstrasi teknik mencuci lebih fatal(
kan kegiatan yang benar. hipotensi / shock
untuk  Ubah posisi dan ).
menghindarkan berikan  Sangat efektif
infeksi. pulmonari toilet untuk

17
yang baik. mengurangi
 Batasi penyebaran
pengunjung atas infeksi .
indikasi.  Meningkatkan
 Lakukan isolasi ekspektorasi,
sesuai dengan membersihkan
kebutuhan dari infeksi.
individual.  Mengurangi
 Anjurkan untuk paparan dengan
istirahat secara organisme
adekuat patogen lain.
sebanding  Isolasi mungkin
dengan aktifitas, dapat mencegah
tingkatkan penyebaran atau
intake nutrisi memproteksi
secara adekuat. klien dari proses
infeksi lainya.
 Memvasilitasi
proses
pengembuhan
dan
meningkatkan
pertahanan tubuh
alami.

J. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Chest X- Ray : dapat menunjukkan hyperinflation paru, flattened diafragma,
peningkatan ruangan udara retrosternal, penurunan tanda vascular / bullae (
emfisema ), peningkatan suara bronkovaskular ( bronchitis ), normal ditemukan
saat periode remisi ( asma ).
2. Pemeriksaan fungsi paru : dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea,
menentukan abnormalitas fungsi tersebut apakah akibat obstruksi atau restriksi,

18
memperkirakan tingkat disfungsi, dan mengevaluasi efek dari terapi, misalnya
bronkodilator.
3. Total lung capacity (TLC ) : meningkat pada bronkitis berat dan biasanya pada
asma, namun menurun pada emfisema.
4. Kapasitas inspirasi : menurun pada emfisema.
5. FEV1/FVC : rasio tekanan volume ekspirasi ( FEV ) terhadap tekanan kapasitas
vital ( FVC ) menurun pada bronkitis dan asma.
6. Arterial blood gasses (ABGs) : menunjukan prose penyakit kronis, sering kali
PaO2 menurun dan PaCO2 normal atau meningkatkan ( bronkitis kronis dan
emfisema ), terapi sering kali menurun pada asma, Ph normal atau asidosis,
alkalosis respiratori ringan sekunder terhadap hiperventilasi ( emfisema sedang
atau asma).
7. Bronkogram : dapat menunjukkan dilatasi dari bronki saat inspirasi, kolabs
bronkial pada tekanan ekspirasi( emfisema ), pembesaran kelenjar mucus(
brokitis).
8. Darah lengkap : terjadi peningkatan hemoglobin ( emfisema berat) dan eosinophil
(asma).
9. Kimia darah : alpha 1-antitripsin kemungkinan kurang pada emfisema perimer.
10. Skutum kultur : untuk menentukan adanya infeksi dan mengidentifikasi pathogen,
sedangkan pemeriksaan sitologi digunakan untuk menentukan penyakit
keganasan/ elergi.
11. Electrokardiogram (ECG) : diviasi aksis kanan, glombang P tinggi ( asma berat),
atrial disritmia ( bronkitis), gelombang P pada leadsII, III, dan AVF panjang,
tinggi( pada bronkitis dan efisema) , dan aksis QRS vertical (emfisema).
12. Exercise ECG , stress test :membantu dalam mengkaji tingkat disfungsi
pernafasan, mengevaluasi keektifan obat bronkodilator, dan merencanakan/
evaluasi program.

19
K. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan utama adalah meningkatkan kualitas hidup, memperlambat
perkembangan proses penyakit, dan mengobati obstruksi saluran napas agar tidak
terjadi hipoksia.pendekatan terapi mencakup :
1. Pemberian terapi untuk meningkatkan ventilasi dan menurunkan kerja napas.
2. Mencegah dan mengobati infeksi.
3. Teknik terapi fisik untuk memperbaiki dan meningkatkan ventilasi paru.
4. Memelihara kondisi lingkungan yang memungkinkan untuk memfasilitasi
pernapasan yang adekuat.
5. Dukungan psikologis
6. Edukasi dan rehabilitasi klien.
7. Jenis obat yang diberikan :
a. Bronkodilators
b. Terapi aerosol
c. Terapi infeksi
d. Kortikostiroid
e. Oksigenasi

20
DAFTAR PUSTAKA

Kuwalak, Jennifer.P. 2011. PATOHFISIOLOGI, Jakarta : EGC


Somantri, Irwan. 2009.Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Syamsudin, Sesilia Andriani keban. 2013.Buku ajar Farmakotrapi gangguan saluran
pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Anies. 2015. penyakit berbasis lingkungan. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media
Herdman, T. Heather. 2012. diagnosis keperawatan. Jakarta : EGC
Huda Nurarif, Amin dan Hardi kusuma. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan
berdasarkan diagnosa medis dan Nanda Nic-Noc.Yogyakarta:mediaction

21

Anda mungkin juga menyukai