Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PNEUMOTORAKS
PEMBIMBING:
dr. Taufik, Sp. P
Penyusun:
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah yang Maha
Kuasa, atas segala nikmat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan referat yang berjudul Pneumotoraks dengan baik dan tepat
waktu.
Penulis menyadari referat ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput
dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya masukan, kritik
maupun saran yang membangun. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih yang
sebesar besarnya, semoga tugas ini dapat memberikan tambahan informasi bagi
kita semua.
Penulis
ii
PENGESAHAN REFERAT
Judul :
PNEUMOTHORAKS
030.13.130
Pembimbing
iii
DAFTAR ISI
Kata pengantar ................................................................................................ ii
Pengesahan referat ..........................................................................................iii
Daftar isi ..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 2
3.1 Anatomi .............................................................................. 2
3.2 Fisiologi .............................................................................. 4
3.3 Definisi ............................................................................... 4
3.4 Epidemiologi....................................................................... 5
3.5 Etiologi dan Klasifikasi ...................................................... 5
3.6 Patogenesis ......................................................................... 8
3.7 Gejala ................................................................................. 10
3.8 Diagnosis ........................................................................... 11
3.9 Diagnosis Banding ............................................................. 16
3.10 Tatalaksana ........................................................................ 16
3.11 Komplikasi ......................................................................... 18
3.12 Prognosis............................................................................ 18
BAB IV KESIMPULAN ........................................................................... 19
Daftar pustaka ................................................................................................ 20
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
Cairan ini bisa juga disertai dengan nanah (empiema) dan hal ini di
namakan dengan piopneumotoraks. Piopneumotoraks diakibatkan oleh infeksi,
yang mana infeksinya ini berasal dari mikroorganisme yang membentuk gas atau
dari robekan septik jaringan paru atau esofagus ke arah rongga pleura.
Kebanyakan adalah dari robekan abses subpleura dan sering membuat fistula
bronkopleura. Jenis kuman yang sering terdapat adalah Stafilokokus aureus,
Klebsiela, mikobakterium tuberkulosis dan lain-lain.(1,2)
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 ANATOMI
Paru paru terletak sedemikian rupa sehingga setiap paru terletak
disamping mediastinum. Oleh karena itu, masing masing paru paru satu sama
lain dipisahkan oleh jantung dan pembuluh pembuluh besar serta struktur lain
dalam mediatinum. Masing masing paru berbentuk konus dan diliputi oleh
pleura viceralis. Paru paru terbenam bebas dalam rongga pleuranya sendiri,
hanya diletakkan ke mediastinum oleh radix pulmonis.4
Paru paru kanan sedikit lebih besar dibanding paru paru kiri dan dibagi
oleh fissura oblique dan fisura horizontal menjadi 3 lobus, lobus superior, medius
dan inferior. Paru paru kiri dibagi fisura obliqua menjadi 2 lobus, lobus superior
dan inferior.4
Pleura merupakan membran serosa yang tersusun dari lapisan sel yang
embriogenik berasal dari jaringan selom intraembrional dan bersifat
memungkinkan organ yang diliputinya mampu berkembang, mengalami retraksi
atau deformasi sesuai dengan proses perkembangan anatomis dan fisiologis suatu
organisme. Pleura viseral membatasi permukaan luar parenkim paru termasuk
fisura interlobaris, sementara pleura parietal membatasi dinding dada yang
tersusun dari otot dada dan tulang iga, serta diafragma, mediastinum dan struktur
servikal. Pleura viseral dan parietal memiliki perbedaan inervasi dan
vaskularisasi. Pleura viseral diinervasi saraf-saraf otonom dan mendapat aliran
darah dari sirkulasi pulmoner, sementara pleura parietal diinervasi sarafsaraf
2
interkostalis dan nervus frenikus serta mendapat aliran darah sistemik. Pleura
viseral dan pleura parietal terpisah oleh rongga pleura yang mengandung sejumlah
tertentu cairan pleura5,6
3
3.2 Fisiologi
Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan normal
terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga paru-paru dengan
mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan antara paru-paru dan dinding
dada berada di bawah tekanan atmosfer. Paru-paru teregang dan berkembang pada waktu
bayi baru lahir
Paruparu mengapung dalam rongga dada dan dikelilingi lapisan tipis berisi cairan
pleura yang menjadi pelumas bagi gerakan paru-paru dalam rongga dada. Ketika
melakukan pengembangan dan berkontraksi maka paru-paru dapat bergeser secara bebas
karena terlumas dengan rata9.
Proses terjadinya pernapasan terbagi 2 yaitu :
1. Inspirasi (menarik napas)
2. Ekspirasi (menghembus napas)
Inspirasi adalah proses yang aktif, proses ini terjadi bila tekanan intra pulmonal
(intra alveol) lebih rendah dari tekanan udara luar. Pada tekanan biasa, tekanan ini
berkisar antara -1 mmHg sampai dengan -3 mmHg. Pada inspirasi dalam tekanan intra
alveoli dapat mencapai -30 mmHg. Menurunnya tekanan intra pulmonal pada waktu
inspirasi disebabkan oleh mengembangnya rongga toraks akibat kontraksi otot-otot
inspirasi. Ekspirasi adalah proses yang pasif, proses ini berlangsung bila tekanan intra
pulmonal lebih tinggi dari pada tekanan udara luar sehingga udara bergerak keluar paru.
Meningkatnya tekanan di dalam rongga paru terjadi bila volume rongga paru mengecil
akibat proses penguncupan yang disebabkan oleh daya elastis jaringan paru. Universitas
Sumatera Utara Penguncupan paru terjadi bila otot-otot inspirasi mulai relaksasi. Pada
proses ekspirasi biasa tekanan intra alveoli berkisar antara + 1 mmHg sampai dengan +3
mmHg10
3.3 DEFINISI
Pneumotoraks adalah kumpulan dari udara atau gas dalam rongga pleura
yang terletak di antara parenkim paru dan dinding dada. Adanya udara di dalam
rongga pleura akan merubah tekanan intrapleura yang normalnya adalah negatif
sehingga akan menyebabkan paru-paru kolaps11
4
3.4 Epidemiologi
5
sehingga udara dari luar dapat masuk ke ruang pleura. Pneumotoraks spontan
biasanya terjadi tanpa adanya trauma. Biasanya disebabkan karena adanya kista-
kista kecil yang pecah.
Pneumotoraks Spontan
Pneumotoraks Traumatik
Pneumotoraks tipe ini juga dapat diklasifikasikan lagi ke dalam dua jenis,
yaitu :
6
Pneumotoraks traumatik iatrogenik, yaitu pneumotoraks yang terjadi
akibat komplikasi dari tindakan medis. Pneumotoraks jenis inipun masih
dibedakan menjadi dua, yaitu :
o Pneumotoraks traumatik iatrogenik aksidental
Adalah suatu pneumotoraks yang terjadi akibat tindakan medis karena
kesalahan atau komplikasi dari tindakan tersebut, misalnya pada
parasentesis dada, biopsi pleura. Pengambilan sampel biopsi dari
jaringan paru-paru, memasukkan kateter vena sentral pada salah satu
pembuluh darah dada dapat menyebabkan cedera pada paru-paru dan
menyebabkan pneumotoraks
Pneumotoraks traumatik iatrogenik artifisial (deliberate)
Adalah suatu pneumotoraks yang sengaja dilakukan dengan cara
mengisikan udara ke dalam rongga pleura. Biasanya tindakan ini
dilakukan untuk tujuan pengobatan, misalnya pada pengobatan
tuberkulosis sebelum era antibiotik, maupun untuk menilai permukaan
paru.
7
adalah pneumotoraks yang disertai peningkatan tekanan intra toraks yang
semakin lama semakin bertambah atau progresif. Pada tension
pneumotoraks ditemukan mekanisme ventil atau udara dapat masuk
dengan mudah melalui trakea, bronkus serta percabangannya dan
selanjutnya terus menuju pleura melalui fistel yang terbuka. Waktu
ekspirasi, udara di dalam rongga pleura tidak dapat keluar 3. Akibatnya
tekanan di dalam rongga pleura makin lama makin tinggi dan melebihi
tekanan atmosfer. Udara yang terkumpul dalam rongga pleura ini dapat
menekan paru sehingga sering menimbulkan gagal napas14,15.
3. Open pneumothorax
terjadi karena luka terbuka yang cukup besar pada toraks sehingga udara
dapat keluar dan masuk rongga intra toraks dengan mudah. Tekanan intra
toraks akan sama dengan tekanan udara luar. Dikenal juga sebagai
sucking-wound
.
3.6 PATOGENESIS
8
intrapleura dan intraalveolus sekarang seimbang dengan tekanan atmosfer,
sehingga gradien tekanan transmural tidak lagi ada, baik di dinding dada maupun
dinding paru. Tanpa adanya gaya yang meregangkan paru, paru akan kolaps dan
menyebabkan keadaan yang disebut sebagai atelektasis.
9
Karena adanya luka terbuka, atau oleh pecahnya dinding paru-paru, kuman dapat
terhisap dan berkoloni di dalam pleura hingga terjadi infeksi pleuritis. Jenis
kuman penyebab radang yang terbanyak adalah F. nechrophorum, Corinebacteriu
spp., dan Streptococcus spp. Oleh radang akan terbentuk exudet yang bersifat
mukopurulent, purulrnt atau serosanguineus yang disertai pembentukan jonjot-
jonjot fibrin
10
udara dari luar dapat memasuki rongga pleura. Biasanya disebabkan karena
adanya tulang iga yang fraktur dan menusuk paru17
3.8 DIAGNOSIS
11
Pada pemeriksaan fisik toraks ditemukan:
1. Inspeksi :
dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit
pada waktu respirasi, bagian yang sakit gerakannnya tertinggal
trakea dan jantung terdorong ke sisi yang sehat.
2. Palpasi
pada sisi yang sakit, ruang antar iga dapat normal atau melebar
Iktus jantung terdorong ke sisi toraks yang sehat.
Fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit.
3. Perkusi
Perkusi pada sisi sakit terdengar hipersonor sampai timpani dan
tidak menggetar
batas jantung bergeser ke arah toraks yang sehat, apabila tekanan
intrapleura tinggi
4. Auskultasi
Pada bagian yang sakit, suara nafas melemah sampai menghilang18
Rontgen Toraks
1. Menghitung rasio antara volume paru yang tersisa dengan volume hemitoraks,
dimana masing-masing volume paru dan hemitoraks diukur sebagai volume
kubus.19
12
Contoh :
93 729
______ ________
= = 50 %
103 1000
2. Menghitung rasio antara selisih luas hemitoraks dan luas paru yang kolaps
dengan luas hemitoraks.
(AxB) - (axb)
_______________ x 100 %
AxB
Pada hasil foto rontgen dapat kita temukan adanya gambaran hiperlusen
avaskular pada hemitoraks yang mengalami pneumotoraks. Hiperlusen avaskular
menunjukkan bagian yang mengalami pneumothoraks dan paru yang kolaps akan
memberikan gambaran radiopak. Untuk mengetahui batas paru kolaps dan
bagian yang mengalami pneumotoraks, dapat dilihat ada sebuah garis radioopak
yang disebut sebagai pleural white line. Garis ini berasal dari pleura viseralis.
13
bagian yang ditunjukkan dengan anak panah merupakan bagian paru yang
kolaps.
Deep sulcus sign (kiri) dan tension pneumotoraks kiri disertai deviasi
mediastinum kanan dan deep sulcus sign (kanan).
14
akhirnya mendorong mediastinum ke arah kontralateral dan menyebabkan
mediastinal shift.
Pneumotoraks kanan
CT SCAN
Computed tomography Scan dapat berguna pada situasi tertentu. Pada beberapa
penyakit seperti emfisema biasanya terdapat bleb atau lesi kistik. Kelainan
tersebut dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan CT Scan20
15
3.9 DIAGNOSIS BANDING
Pada pasien muda, tinggi, laki-laki, dan perokok jika setelah difoto
diketahui ada pneumotoraks maka diagnosis umumnya menjurus ke
pneumothoraks spontan primer. Pneumotoraks spontan sekunder kadang-kadang
sulit dibedakan dengan pneumotoraks yang terlokalisasi dari suatu bleb atau
bulla.20
3.10 PENATALAKSAAN
16
dilakukan melalui celah yang telah dibuat dengan bantuan insisi kulit di sela iga
ke-4 pada linea mid aksilaris atau pada linea aksilaris posterior. Selain itu dapat
pula melalui sela iga ke-2 di garis mid klavikula.
17
Torakoskopi
3.11 Komplikasi
1. Infeksi sekunder sehingga dapat menimbulkan pleuritis, empiema,
hidropneumotoraks.
2. Gangguan hemodinamika.
3. Pada pneumotoraks yang hebat, seluruh mediastinum dan jantung dapat
tergeser ke arah yang sehat dan mengakibatkan penurunan kardiak "
output " , sehingga dengan demikian dapat menimbulkan syok
kardiogenik.
4. Emfisema; dapat berupa emfisema kutis atau emfisema mediastinalis.
3.12 Prognosis
18
BAB IV
KESIMPULAN
Pneumotoraks adalah keadaan dimana rongga pleura terisi oleh gas atau
udara yang menyebabkan perubahan tekanan pada intrapleura sehingga paru akan
cenderung untuk kolaps dan menyebabkan sesak.
19
DAFTAR PUSTAKA
20
15. (Daley, M. Pneumothorax. July 2017 Available from: URL:
http://emedicine.medscape.com/article/424547-overview)
16. Hood Alsagaff, M. Jusuf Wibisono, Winariani, Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru
2010, LAB/SMF Ilmu Penyakit Paru dan Saluran Nafas FK UNAIR-RSUD
Dr. Soetomo, Surabaya, 2010
17. (Wolf SJ, Bebarta VS, Bonnett CJ, Pons PT, Cantrill SV. Blast Injuries.
Lancet. Agustus 2009;374:405-15)
18. Marx, John. 2010. Emergency medicine: Concepts and Clinical Practice 7th
edition. Philadelphia
19. Bowman, Jeffrey, Glenn. Pneumothorax, Tension and Traumatic. Updated:
2013 feb 2; cited 2017 July 25. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/827551
20. Buku IPD
21