SEPSIS
Oleh:
Rurin Ayurinika Putri
G99142081
G99142082
Pembimbing
HALAMAN PENGESAHAN
Referat Ilmu Penyakit Dalam dengan judul:
SEPSIS
Oleh :
Rurin Ayurinika Putri
G99142081
G99142082
Pembimbing,
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Sepsis adalah suatu sindroma klinik yang terjadi oleh karena adanya respon
tubuh yang berlebihan terhadap rangsangan produk mikroorganisme, ditandai
dengan panas, takikardia, takipnea, hipotensi dan disfungsi organ berhubungan
dengan gangguan sirkulasi darah (Dellinger et al, 2012). Menurut Guntur dalam
PAPDI 2009, sepsis adalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS)
dengan dugaan infeksi. Berikut ini adalah derajat sepsis menurut perjalanan
penyakitnya:
a. Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), ditandai dengan 2
gejala sebagai berikut:
utama
adalah
implementasi
dari
suatu
sistem
tingkatan
peradangan karena semua tanda respon sepsis adalah perluasan dari peradangan
biasa (Leksana, 2006).
Ketika jaringan terinfeksi, terjadi stimulasi perlepasan mediator-mediator
inflamasi termasuk diantaranya sitokin. Sitokin terbagi dalam proinflamasi dan
antiinflamasi. Sitokin yang termasuk proinflamasi seperti TNF, IL-1,interferon
yang bekerja membantu sel untuk menghancurkan mikroorganisme yang
menyebabkan infeksi. Sedangkan sitokin antiinflamasi yaitu IL-1-reseptor
antagonis (IL-1ra), IL-4, IL-10 yang bertugas untuk memodulasi, koordinasi atau
represi terhadap respon yang berlebihan. Keseimbangan dari kedua respon ini
bertujuan untuk melindungi dan memperbaiki jaringan yang rusak dan terjadi
proses penyembuhan. Namun ketika keseimbangan ini hilang maka respon
proinflamasi akan meluas menjadi respon sistemik. Respon sistemik ini meliputi
kerusakan endothelial, disfungsi mikrovaskuler dan kerusakan jaringan akibat
gangguan oksigenasi dan kerusakan organ akibat gangguan sirkulasi. Sedangkan
konskuensi
dari
kelebihan
respon
antiinflamasi
adalah
alergi
dan
immunosupressan. Kedua proses ini dapat mengganggu satu sama lain sehingga
menciptakan kondisi ketidak harmonisan imunologi yang merusak (Leksana,
2006).
bila dihasilkan melebihi batas kemampuan proteksi antioksidan seluler, maka dia
akan menyerang isi sel itu sendiri sehingga menambah kerusakan jaringan dan
bisa menjadi disfungsi organ multipel yang meliputi disfungsi neurologi,
kardiovaskuler, respirasi, hati, ginjal dan hematologi (Guntur, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
abdomen
nosokomial:
imipenem-silastatin
dengan
sepsis
diberikan
farmakoprofilaksis
untuk
mencegah
insulin. Dalam protocol, target gula darah adalah 180 mg/dL dengan
target atas 110 mg/dL.
(Dellinger et al, 2012 dan Guntur, 2012).
F.
PENCEGAHAN
1. Hindari trauma pada permukaan mukosa yang biasanya dihuni Gramnegatif
2. Gunakan trimethoprim-sulfametokszol secara profilaktik pada pasien
leukemia
3. Gunakan nitrit perak topical, sulfadiazine perak, atau sulfamilon secara
profilaktik pada luka bakar
4. Berikan polimiksin spray pada faring posterior untuk mencegah
pneumonia Gram-negatif nosocomial
5. Sterilisasi flora aerobik lambung dengan polimiksin dan gentamisin
dengan vankomisin dan nistatin efektif dalam mengurangi sepsis Gramnegatif pada pasien neutropenia.
6. Lingkungan yang protektif bagi pasien yang berisiko kurang berhasil
karena sebagian besar infeksi berasal dari endogen
7. Untuk mencegah sepsis strep Grup B pada neonatus, lakukan swab
vagina/rectum pada kehamilan 35-37 minggu. Jika positif untuk strep B,
berikan penisilin intrapartum pada ibu hamil untuk menurunkan infeksi
Grup B sebesar 78%.
(Guntur, 2014)
BAB III
PENUTUP
Sepsis adalah penyebab tersering perawatan pasien di unit perawatan
intensif. Sepsis dapat mengenai siapa saja namun paling rentan pada orang-orang
yang mengalami imunokompromis dengan penyakit kronik.Sepsis adalah sindrom
inflamasi sistemik yang sangat mengancam jiwa.Permulaan dari infeksi yang
berlanjut dengan SIRS lalu terjadilah sepsis yang apabila terlambat ditangani
dapat menjadi sepsis yang berat yang kemudian berakibat syok septik yang
menyebabkan komplikasi-komplikasi seperti disfungsi organ multipel yang
berakhir dengan kematian. Ketika seseorang mengalami infeksi, tubuh akan
kompensasi dengan mengeluarkan respon-respon infeksi seperti proinflamasi dan
antiinflamasi.
Keseimbangan faktor-faktor ini dalam melawan infeksi akan menciptakan
suatu proses perbaikan tubuh namun apabila terjadi ketidakseimbangan prosesproses ini dimana proses-proses ini akan saling mempengaruhi maka akan
menimbulkan ketidakharmonisan imunologi yang merusak tubuh sendiri. Etiologi
sepsis disebabkan oleh berbagai macam agen infeksi seperti bakteri, virus maupun
parasit. Agen infeksi yang paling sering menyebabkan sepsis berdasarkan
epidemiologi adalah bakteri gram negatif dan positif dimana mereka
menghasilkan toksin-toksin yang menyebabkan kerusakan sel tubuh terutama
pembuluh darah karena penyebaran mereka terutama hematogen.
Untuk mendiagnosis sepsis diperlukan pemeriksaan fisik maupun
laboratorium seperti darah lengkap, faktor-faktor pembekuan darah, konsentrasi
laktat dalam darah dan lain-lain. Penatalaksanaan penting dari sepsis ini adalah
perbaikan hemodinamik, pemberian antibiotik, focus infeksi harus diobati dan
terapi suportif seperti nutrisi, albumin dan lain-lain. Kegawatan yang paling
umum disebabkan sepsis adalah kerusakan multipel organ yang disebabkan karena
adanya kerusakan pembuluh darah akibat proses inflamasi-inflamasi sehingga
perfusi pembuluh darah terganggu yang berakibat organ-organ akan mengalami
kelainan fungsinya karena saluran nutrisi mereka terganggu oleh karena proses
infeksi. Kelainan multipel organ akibat sepsis dapat mengenai otak, paru, ginjal,
hati, jantung maupun darah yang dapat menyebabkan kematian.
Penatalaksanaan syok septik merupakan bagian dari penatalaksanaan sepsis
yang komprehensif, mencakup eliminasi patogen penyebab infeksi, eliminasi
sumber infeksi dengan tindakan drainase atau bedah bila diperlukan, terapi
antimikroba yang sesuai, resusitasi bila terjadi kegagalan organ atau renjatan,
vasopresor dan inotropik, terapi suportif terhadap kegagalan organ, gangguan
koagulasi dan terapi imunologi bila terjadi respons imun maladaptif pejamu
terhadap
infeksi.
Resusitasi
dilakukan
secara
intensif
dalam
jam
pertama,dimulai sejak pasien tiba unit gawat darurat. Tindakan mencakup airway:
a). breathing; b). circulation; c). oksigenisasi, terapi cairan (kristaloid dan/ atau
koloid),vasopresor/inotropik dan transfusi bila diperlukan.Pernantauan dengan
kateter vena sentral sebaiknya dilakukan untuk mencapai tekanan vena sentral
(CVP) 8-12 mmHg, tekanan arteri rata-rata (MAP)>65 mmHg dan produksi urin
>0,5 ml/kg/jam.
DAFTAR PUSTAKA
Dellinger, R. Phillip et al. 2012. Surviving Sepsis Campaign: International
Guidelines for Management of Severe Sepsis and Septic Shock. 20:580631.
Reinhardt K, Bloos K, Brunkhorst FM. 2005. Pathophysiology of sepsis and
multiple organ dysfunction. In: Fink MP, Abraham E, Vincent JL, eds.
Textbook of critical care. 15th ed. London: Elsevier Saunders Co. p: 124957
A.Guntur.H. Sepsis. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III . Edisi V.
Jakarta : Pusat Penerbit IPD FK UI. 2009;1840-43.
A.Guntur.H. Sepsis. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I . Edisi VI.
Jakarta : Pusat Penerbit IPD FK UI. 2014;692-699.
Leksana, Ery. 2006. SIRS, Sepsis, Keseimbangan Asam-Basa, Syok dan Terapi
cairan. Bagian Anestesi dan Terapi Intensif RSUP.dr.Kariadi. Semarang:
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
PB PAPDI. 2010. Panduan Tatalaksana Kegawatdaruratan di Bidang Ilmu
Penyakit
FKUI.123-5.