Anda di halaman 1dari 112

LAPORAN ILMIAH AKHIR

LITERATUR REVIEW: PENERAPAN TERAPI RELAKSASI OTOT


PROGRSIF TERHADAP MUAL MUNTAH POST KEMOTERAPI
PADA ANAK LEUKEMIA

PEMINATAN KEPERAWATAN ANAK

REFMAIZA FARZI, S.Kep


BP 1941312018

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2020

i
LAPORAN ILMIAH AKHIR

LITERATUR REVIEW: PENERAPAN TERAPI RELAKSASI OTOT


PROGRSIF TERHADAP MUAL MUNTAH POST KEMOTERAPI
PADA ANAK LEUKEMIA

PEMINATAN KEPERAWATAN ANAK

Untuk Memperoleh Gelar Ners (Ns)


Praktek Profesi Keperawatan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

Oleh:

REFMAIZA FARZI, S.Kep


BP 1941312018

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2020

ii
PERSETUJUAN KARYA ILMIAH AKHIR

Literature Review : Penerapan Relaksasi Otot Progresif Terhadap Mual

Muntah Post Kemoterapi Pada Anak Leukemia

Refmaiza Farzi, S.Kep


Bp.1941312018

Karya Ilmiah Akhir Ini Telah Disetujui


Tanggal September 2020

Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Hermalinda, M.Kep. Sp. Kep. An Ns. Deswita, M.Kep. Sp. Kep. An
NIP. 198211022014042001 NIP. 197512252002122002

Mengetahui:
Koordinator Program StudiProfesiNers
FakultasKeperawatan
UniversitasAndalas

Ns. Lili Fajria, S.Kep, M. Biomed


NIP. 197010131994032002

iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI

Literature Review : Penerapan Relaksasi Otot Progresif Terhadap Mual

Muntah Post Kemoterapi Pada Anak Leukemia

Refmaiza Farzi, S.Kep


1941312018

Karya lmiah Akhir Ini Telah Diuji Dan Dinilai Oleh Panitia Penguji
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Pada Tanggal September 2020

Panitia Penguji,

1. Ketua : Ns. Hermalinda, M.Kep. Sp. Kep. An (...........................)

2. Anggota : Ns. Deswita, M.Kep. Sp. Kep. An (...........................)

3. Anggota : Ns. Yanti Puspita Sari, S. Kep, M. (...........................)

4. Anggota : Ns. Lili Fajria, S. Kep, M. Biomed (...........................)

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan Rahmat dan Karunia kepada makhluk-Nya. Shalawat serta salam

dikirimkan kepada nabi Muhammmad SAW sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya ilmiah ini dengan judul“Literatur Review: Penerapan

Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Mual Muntah Post Kemoterapi

Pada Anak Leukemia”.

Karya ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Ners (Ns) pada Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.

Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Ibu Ns.

Hermalinda, M. Kep, Sp. Kep. An dan Ibu Ns. Deswita, M. Kep, Sp. Kep. An yang

telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran hingga penulis dapat

menyelesaikan karya ilmiah akhir ini. Selain itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Ibu Hema Malini, S.Kp., MN., Ph.D, selaku Dekan Fakultas

Keperawatan Universitas Andalas Padang.

2. Ibu Ns. Lili Fajria, M. Biomed selaku ketua bidang profesi keperawatan

yang telah menyetujui Literature Review ini.

3. Prof. Dr. Dr, Rizanda Machmud, M. Kes, FISPH, FISCM, selaku

pembimbing akademik Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.

4. Seluruh dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi

kebaikan perkembangan Literature Review ini.

v
5. Seluruh dosen Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang telah

memberikan berbagai ilmu pengetahuan kepada penulis.

6. Kepada Ayahanda tercinta (Abd. Gafar) dan Ibunda tersayang (Azimar),

kakakku (Rifna), abangku (Abizar), adikku (Radil) yang selalu

memberikan kekuatan doa, memberikan kasih sayang, mendidik,

memberikan hampir seluruh waktunya untuk suksesnya penyusunan

karya ilmiah akhir ini.

7. Kepada Kelompok O19 (Uni dewi, uni rini, kak syirli, nita, nilam,

shinta, silvi, humaira, dan berli) terima kasih selalu bersama, kompak,

saling melengkapi selama 13 bulan ini, akhirnya kita NERS.

8. Semua pihak yang telah meluangkan waktunya untuk membantu

peneliti dalam penyusunan karya ilmiah akhir ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam

karya ilmiah akhir ini. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik

dan saran dari berbagai pihak demi lebih baiknya skripsi ini. karya tulis ilmiah

ini. Akhir kata, penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat

bermanfaat untuk kita semua.

Padang, September 2020

Penulis

vi
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS
LAPORAN ILMIAH AKHIR, SEPTEMBER 2020

Nama : Refmaiza Farzi


BP : 1941312018

Literatur Review: Penerapan Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Mual


dan Muntah Pada Pasien Anak Post Kemoterapi

ABSTRAK

Pendahuluan: Leukemia merupakan suatu penyakit keganasan yang disebabkan


oleh abnormalitas gen pada sel hematopoetik. Salah satu pengobatan utama untuk
pasien kanker adalah kemoterapi. Efek samping yang terjadi pada kemoterapi
yaitu, mual dan muntah, terjadinya penurunan kulitas hidup anak, keletihan,
sariawan, diare, nafsu makan menurun, mengantuk, mulut kering dll. Mual,
muntah yang diakibat kemoterapi dapat dikurangi dengan efektifitas PMR
(Progressive Muscle Relaxation) yang merupakan suatu terapi relaksasi yang
diberikan kepada pasien dengan menegangkan otot-otot tertentu dan kemudian
relaksasi. Tujuan : mengidentifikasi pengaruh penerapan relaksasi otot progresif
terhadap mual muntah pada anak post kemoterapi. Metode: Pencarian artikel
jurnal dilakukan secara elektronik dengan menggunakan beberapa database, yaitu:
database Science Direct, Research Gate, dan Pubmed. Keyword yang digunakan
adalah “Progressive Muscle Relaxation, Nausea and vomitting, Cancer dan
Chemoterapy” sehingga didapatkan 5 artikel untuk di-review. Kriteria inklusi
meliputi efek penerapan Progressive Muscle Relaxation terhadap mual dan
muntah pasien kanker yang menggunakan metode randomized controlled trial,
clinical trial dan quasy experimental. Hasil: Dari 5 hasil penelitian menunjukan
Progressive Muscle Relaxation efektif dalam menurunkan mual dan muntah pada
pasien kanker ataupun pasien kanker yang mendapat pengobatan kemoterapi.
Kesimpulan: hasil dari jurnal didapat perbedaan metode, lama intervensi, durasi
serta teknik dalam melakukan relaksasi otot progresif. Saran : diharapkan
literature review ini dapat menjadi sumber data dan informasi bagi profesi
keperawatan, pelayanan kesehatan dan adanya penelitian lanjutan bagi peneliti
selanjutnya.

Kata kunci : Relaksasi otot progresif, mual dan muntah, kemoterapi,


kanker.
Daftar Pustaka : 30 (2011 – 2020)

vii
Faculty Of Nursing Andalas University
Final Scientific Report, September 2020

Name : Refmaiza Farzi


Register Number : 1941312018

Literature Review: The effect of progressive muscle relaxat on nausea and


vomitting of cancer for children post chemotherapy

ABSTRACT

Introduction: Leukemia is a malignant disease caused by gene abnormalities in


hematopoietic cells. One of the main treatments for cancer patients is
chemotherapy. Side effects that occur in chemotherapy are nausea and vomiting,
decreased quality of life for children, fatigue, mouth sores, diarrhea, decreased
appetite, drowsiness, dry mouth, etc. Nausea and vomiting caused by
chemotherapy can be reduced by the effectiveness of PMR (Progressive Muscle
Relaxation) which is a relaxation therapy given to patients by tensing certain
muscles and then relaxing. Objective: to identify the effect of progressive muscle
relaxation on nausea and vomiting in post chemotherapy children. Methods: The
search for journal articles was conducted electronically using several databases,
namely: Science Direct database, Research Gate, and Pubmed. The keywords
used were "Progressive Muscle Relaxation, Nausea and vomitting, Cancer and
Chemotherapy" so that we got 5 articles to be reviewed. The inclusion criteria
included the effect of the application of Progressive Muscle Relaxation on nausea
and vomiting of cancer patients using a randomized controlled trial, clinical trial
and quasy experimental method. Results: From 5 research results showed that
Progressive Muscle Relaxation was effective in reducing nausea and vomiting in
cancer patients or cancer patients receiving chemotherapy treatment. Conclusion:
the results from the journal show that there are differences in the method,
duration of intervention, duration and techniques in performing progressive
muscle relaxation. Suggestion: It is hoped that this literature review can be a
source of data and information for the nursing profession, health services and
further research for future researchers.

Keywords : Progressive Muscle Relaxation, nausea and vomitting,


chemotherapy, cancer
Bibliography : 30 (2011 - 2019)

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN................................................................... i


HALAMAN SAMPUL DALAM ................................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iv
ABSTRAK................................................................................................... v
ABSTRACT................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.. ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6
C. Tujuan .......................................................................................... 6
D. Manfaat ........................................................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Leukemia Limfoblastik Akut ................................ 8
1. Pengertian ................................................................................. 8
2. Etiologi ..................................................................................... 8
3. Manisfestasi Klinis ................................................................... 9
4. Patofisiologi ........................................................................... 10
5. Pemeriksaan Penunjang ........................................................... 12
6. Penatalaksanaan....................................................................... 13
B. Konsep Dasar Kemoterapi .......................................................... 16
1. Pengertian ............................................................................... 16
2. Efek samping kemoterapi ........................................................ 17
C. Konsep Dasar Mual dan Muntah ................................................ 19
1. Pengertian ............................................................................... 19
2. Faktor Penyebab ..................................................................... 20
3. Dampak .................................................................................. 21
4. Tipe mual dan muntah ............................................................. 22
5. Cara mengatasi........................................................................ 23
6. Alat ukur mual dan muntah ..................................................... 24
D. Relaksasi Otot Progresif ............................................................. 24
1. Definisi.................................................................................... 24
2. Manfaat ................................................................................... 26
3. Prinsip Kerja............................................................................ 27
4. Hal-hal yang disarankan dan diperhatikan dalam relaksasi otot
progresif ...................................................................................... 27
5. Prosedur Terapi Relaksasi Otot Progresif ................................. 28
E. Asuhan Keperawatan Teoritis ..................................................... 29
1. Pengkajian .............................................................................. 29
2. Diagnosa Keperawatan ............................................................ 32
3. Intervensi Keperawatan ........................................................... 34
4. Implementasi ......................................................................... 44

ix
5. Evaluasi ................................................................................. 44

BAB III LAPORAN KASUS


A. Pengkajian ................................................................................... 45
B. Analisa Data ................................................................................ 55
C. Diagnosa Keperawatan ................................................................. 56
D. Intervensi Keperawatan ................................................................ 56
E. Catatan Perkembangan ................................................................. 61

BAB IV LITERATUR REVIEW


A. Jenis Riview................................................................................. 72
B. Strategi Pencarian Literatur .......................................................... 72
C. Kriteria Inklusi dan Ekslusi .......................................................... 73
D. Seleksi Studi dan Ekstraksi Data .................................................. 73

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Kajian Literatur................................................................... 76
B. Pembahasan ................................................................................. 83
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 90
B. Saran ............................................................................................ 90

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 92

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. WOC Teori .................................................................................


Lampiran 2. Lembar Bimbingan Pembimbing 1 ..............................................
Lampiran 3. Lembar Bimbingan Pembimbing 2 ..............................................
Lampiran 4. Curriculum Vitae ........................................................................

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Gerakan Latihan .......................................................................... 28


Tabel 2.2 Laboratorium ............................................................................... 32
Tabel 2.3 Intervensi .................................................................................... 34
Tabel 3.1 Riwayat imunisasi ....................................................................... 46
Tabel 3.2 Pemeriksaan Laboratorium .......................................................... 51
Table 3.3 Kebutuhan sehari-hari ................................................................. 52
Tabel 3.4 Analisa Data Keperawatan........................................................... 54
Table 3.5 Rencana Asuhan Keperawatan Teoritis ........................................ 56
Tabel 3.6 Catatan Perkembangan ................................................................ 61
Table 5.1 Daftar Analisa Artikel progressive muscle relaxation .................. 77

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Genogram ................................................................................ 48


Gambar 4.1 Gambar Diagram Alur Review Jurnal ...................................... 75

xiii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit kanker merupakan salah satu yang menjadi penyebab

kematian utama di seruluh dunia (Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Kanker adalah suatu kondisi dimana sel-sel tubuh yang tumbuh tanpa

kendali dan dapat menyebar ke seluruh tubuh (World Health Organization,

2015). Tidak hanya menyerang orang dewasa, kanker juga menyerang

anak-anak. Terhitung sekitar 60,4% kasus leukemia dari total kejadian

kanker lainnya yang terjadi pada anak (Momayyezi et al., 2017).

Berdasarkan data di dunia, pada tahun 2018 angka kejadian

leukemia mencapai 60.300 kasus dan 24.370 kematian yang terjadi di

Amerika Serikat, yang mana sebanyak 10.500 kasus baru didiagnosis pada

usia 0-14 tahun (American Cancer Society, 2018). (American Cancer

Society, 2018).

Menurut Riskesdas tahun 2018, Indonesia berada pada urutan ke

delapan di Asia Tenggara dengan angka kejadian kanker 136.2/100.000

penduduk, sedangkan di Asia berada pada urutan ke 23. Prevalensi

tumor/kanker diindonesia menunjukkan adanya peningkatan dari 1,4 per

1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000 penduduk ditahun

2018.

Prevalesi kanker tertinggi di indonesia adalah provinsi

DIYogyakarta 4,86 per 1000 penduduk, diikuti oleh Sumatera Barat 2,47

per 1000 penduduk.

1
2

Di RSUP Dr. M. Djamil terjadi peningkatan kejadian LLA pada

anak dimana pada tahun 2015 sebanyak 250 pasien rawat inap, kemudian

di tahun 2016 meningkat sebanyak 405 pasien, pada tahun 2017 sebanyak

605 pasien dan tahun 2018 sekitar 500 orang anak yang menderita LLA

dirawat (Rekam Medis RSUP Dr. M. Djamil Padang dalam Skripsi Pratiwi,

2018).

Semua pasien leukemia membutuhkan pengobatan sesegera mungkin,

dan salah satu pengobatan utama adalah kemoterapi yang ditujukan pada

individu, faktor risiko dan sasaran pengobatan (Leukemia and Lymphoma

Society, 2016). Kemoterapi juga dapat meningkatkan kesehatan anak agar

menjadi lebih baik, sehingga dapat menyelesaikan masalah terhadap penyakit

dan pengobatan (Novrianda, Yetti, & Agustini, 2016).

Dampak dari kemoterapi pada anak dialami baik secara fisik maupun

psikologis dan dimanifestasikan berbeda oleh setiap anak. Penelitian dilakukan

oleh Miller, et al (2011) di Amerika Serikat kepada 39 anak berusia 9 sampai

17 tahun menunjukkan bahwa gejala fisik yang paling sering dialami oleh anak

adalah mual, fatigue, berkurangnya nafsu makan, nyeri, dan perasaan

mengantuk (Miller, Jacob, & Hockenberry, 2011). Dampak yang dialami anak

setelah menjalani treatment kemoterapi mampu mempengaruhi psikologis

anak seperti kualitas hidup, tumbuh kembang, emosional, kebiasaan, gangguan

tidur, cemas dan depresi ( Musarezaie & Khaledi, 2014).


3

Mual dan muntah efek dari kemoterapi adalah efek samping yang

paling umum dan menyulitkan yang dialami pasien kanker. Efek samping

ini dapat mengganggu kepatuhan terhadap pengobatan. Pasien terkadang

menunda kemoterapi dan berfikir untuk menunda pengobatan. Sementara

kemajuan signifikan telah dicapai dalam pengobatan kemoterapi yang

mengakibatkan muntah (Chemotherapy Induced Vomiting, CIV), mual

akibat kemoterapi (Chemotherapy Induced Nausea, CIN), mual dan

muntah antisipasi (Anticipation Nausea Vomiting, ANV), dan mual

muntah yang tertunda (Delayed Nausea Vomiting, DNV) tetap merupakan

tantangan besar untuk pasien kanker dan penyedia layanan kesehatan.

Mual antisipatif dilaporkan oleh 30% pasien yang mengalami mual selama

siklus kemoterapi sebelumnya. Muntah antisipatif dilaporkan sebesar 20%

yang mengalami muntah selama siklus pengobatan kemoterapi

sebelumnya. CINV yang partisipatif, akut, dan tertunda menyebabkan

kepatuhan kemoterapi yang buruk, gangguan fungsi, meningkatnya

kecemasan dan depresi, dan berkurangnya kualitas hidup (Quality Of

Life,QOL) pasien ( Mustian, M K, Darling,T V, et al, 2014).

Setelah itu diperkirakan 60% dari anak yang menjalani kemoterapi

mengalami mual muntah (Tyc et al., 2013). Penelitian yang lain juga

dilakukan pada 11 anak dengan hasil 100% melaporkan mual dan 36%

melaporkan muntah saat menjalani pengobatan kemoterapi (Williams,

Schmideskamp, Ridder, & Williams, 2010). Pemberian antiemetic dapat

digunakan untuk mengurangi gejala mual muntah yang muncul akibat

kemoterapi. Penelitian yang dilakukan oleh Lee, Dodd, Dibble & Abrams
4

(2010) melaporkan bahwa 29% pasien mengalami mual muntah akut dan

47% mengalami mual muntah lambat selama empat hari setelah mendapat

kemoterapi, m eskipun telah mendapatkan antiemetik regimen terbaru.

Selama ini pasien yang mengalami mual dan muntah akibat

kemoterapi dirumah sakit hanya diberi penanganan dengan terapi suportif

berupa pemberian antiemetik. Antiemetik adalah zat-zat yang dapat

mengatasi rasa mual dan muntah. Meskipun dapat mengatasi mual dan

muntah, antiemetik sama seperti obat-obatan lain yang berpotensi

menimbulkan efek samping. Efek samping umum yang biasa ditimbulkan

adalah mengantuk, mulut kering, gangguan pencernaan, konstipasi dll.

Data dari Grunberg (2014) menunjukkan sekitar 60% pasien yang

mendapatkan kemoterapi melaporkan mengalami mual akut dan 30%

mengalami muntah akut meskipun sudah menggunakan antiemetik

regimen terbaru.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia,

Nomor 299/MENKES/SK/VII/2013. Pengobatan komplementer atau

pendamping setelah pengobatan medis sangat dianjurkan. Tetapi perlu di

garis bawahi bahwa pengobatan pendamping yang diberikan harus dapat

dipertanggung jawabkan manfaat dan keamananya serta tidak

bertentangan dengan nilai nilai yang berlaku di masyarakat (Kemenkes,

2013).

Untuk itu perlu adanya terapi komplementer yang efektif dalam

membantu menurunkan gejala mual dan muntah akibat kemoterapi dan

tentunya yang tidak menimbulkan efek samping. Terapi komplementer


5

merupakan intervensi mandiri perawat dalam mengatasi keluhan pasien

yang dilakukan untuk mendukung pengobatan medis. Terapi

komplementer tersebut antara lain berupa teknik relaksasi, distraksi,

aromaterapi, guided imagery, hipnosis, akupresure dan akupuntur

(Apriyani, 2010).

Mual dan muntah akibat dari kemoterapi pada pasien kanker dapat

dikurangi dengan efektifitas PMR ( Progressive Muscle Relaxation) yang

merupakan merupakan suatu terapi relaksasi yang diberikan kepada pasien

dengan menegangkan otot-otot tertentu dan kemudian relaksasi. Tujuan

dari terapi ini adalah untuk menurunkan ketegangan otot, nyeri leher,

memanajemen stres, insomnia, mual muntah dll. Berdasarkan penelitian

dari Haryati dan Sitorus (2015) menunjukkan bahwa pasien kanker yang

menjalani kemoterapi yang diberi latihan PMR ( Progressive Muscle

Relaxation) memperlihatkan adanya peningkatan rata-rata status

fungsional dan dapat mengurangi mual, muntah dan ansietas pada pasien

kanker.

Berbagai teknik untuk mengurangi mual muntah yang telah banyak

diterapkan dalam tatanan pelayanan keperawatan. Namun, penggunaan

teknik relaksasi otot progresif di Indonesia masih belum optimal dan

belum adanya prosedur tertulis mengenai teknik relaksasi otot progresif

untuk mengurangi mual muntah yang ditetapkan sebagai standar

operasional prosedur rumah sakit. Namun dari berbagai jurnal dan artikel

yang ditemukan mengatakan bahwa teknik relaksasi otot progresif sangat

efektif terhadap penurunan mual muntah pada pasien kanker yang


6

menjalani kemoterapi (Prayoga, 2017).

Asuhan keperawatan pada An. P didapatkan anak mual dan muntah

yang dirasakan setelah kemoterapi dengan skor 17 yang artinya mual dan

muntah berat yang diukur dengan kusioner Rhodes Index of Nausea and

Vomitting Form 2, diagnosa keperawatan utama yang diangkat pada kasus

An. P adalah Mual dengan intervensi manajemen mual dan muntah serta

monitor nutrisi pada pasien.

Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan studi literatur dan

penulisan laporan ilmiah akhir dengan judul “Literatur Riview: Pengaruh

penerapan Intervensi Relaksasi Otot Progresif Terhadap Mual Muntah

Pasien Anak Leukemia Post Kemoterapi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

masalah karya ilmiah akhir ini adalah: “ Bagaimana literatur riview:

pengaruh intervensi relaksasi otot progresif terhadap mual muntah pasien

anak leukemia post kemoterapi?”

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi pengaruh intervensi relaksasi otot progresif

terhadap mual dan muntah pada anak leukemia yang menjalani

kemoterapi.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi metode, durasi, lama intervensi dan perlakuan dari

relaksasi otot progresif pada anak dengan kanker.


7

b. Mengidentifikasi pengaruh relaksasi otot progresif terhadap mual

dan muntah.

D. Manfaat

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai pengembangan kemampuan peneliti dan menambah

pengalaman dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya pengaruh

penerapan relaksasi otot progresif terhadap mual dan muntah pasien anak

leukemia post kemoterapi.

2. Bagi Rumah Sakit

Karya Ilmiah Akhir ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat

dijadikan acuan dalam memberikan asuhan keperawatan penerapan

relaksasi otot progresif terhadap mual dan muntah pasien anak leukemia

limfoblastik akut post kemoterapi.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Karya Ilmiah Akhir ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat

dijadikan sebagai bahan referensi mahasiswa dalam memberikan asuhan

keperawatan tentang penerapan relaksasi otot progresif terhadap mual

dan muntah pasien anak leukemia limfoblastik akut post kemoterapi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)

1. Defenisi Leukemia Limfoblastik Akut

Menurut Kyle dan Susan (2016) leukemia merupakan gangguan

pada sumsum tulang dimana elemen normal digantikan dengan sel darah

putih abnormal. Normalnya, sel limfoid tumbuh dan berkembang menjadi

limfosit dan sel mieloid tumbuh dan berkembang menjadi sel darah merah,

granulosit, monosit dan trombosit. Semua jenis leukemia, sel darah putih

yang abnormal mengambil alih sumsum yang normal, sel darah merah dan

trombosit juga terganggu. Sel leukemia dapat berprofelasi dan dilepaskan

ke dalam darah perifer yang menginvasi organ tubuh dan dapat

menyebabkan metastasis (Rosdahl & Mary 2015). LLA merupakan bentuk

kanker paling umum terjadi pada anak. 85 % kasus LLA terjadi pada anak

antara usia 2 dan 10 tahun (Kyle & Susan, 2016). Sebagian besar leukemia

yang terjadi pada masa kanak-kanak adalah LLA dan sekitar 25% kanker

ini terjadi pada anak berusia kurang dari 15 tahun, dengan insiden yang

paling tinggi terjadi pada usia antara 2dan 4 tahun (Axton & Terry, 2014).

2) Etiologi Leukemia Limfoblastik Akut

Penyebab leukemia anak tidak diketahui dan kemungkinan

bersifat multifaktoral, menurut Kyle dan Susan (2016) faktor genetik dan

abnormalitas kromosom dapat berperan dalam perkembangan LLA dan

faktor yang menyebabkan keganasan pada anak-anak diantaranya faktor

8
9

genetik dan faktor lingkungan. Leukemia limfoblastik akut terjadi karena

adanya perubahan yang abnormal pada progenitor sel limfosit sel B dan sel

T, kebanyakan kasus disebabkan oleh adanya abnormalitas dari sel limfosit

B. Faktor genetik mempunyai peranan penting dalam proses terjadinya

leukemia limfoblastik akut. Paparan terhadap radiasi dapat meningkatkan

kejadian LLA karena bisa menimbulkan gangguan terhadap sel-sel darah

merah yang berada di sumsum tulang (Roganovic, 2014).

3) Manifestasi Klinis Leukemia Limfoblastik Akut

Anak dengan LLA sebanyak 66% mempunyai gejala dan tanda

penyakitnya kurang dari 4 minggu pada waktu diagnosis. Gejala petama

biasanya non-spesifik meliputi anoreksia, iritable, dan letargi. Kegagalan

sumsum tulang yang progresif sehingga timbul anemia, perdarahan

(trombositopenia), dan demam (neutropenia, keganasan) (Nelson, 2014).

Menurut Roganovic (2014) gejala yang dialami penderita LLA

berupa anemia (pucat, lemah, takikardi, dispneu), trombositopenia (petekie,

purpura, perdarahan dari membran mukosa, mudah lebam), anoreksia,

nyeri punggung dan sendi. Sedangkan menurut (Tomlinson, D., & Kline,

2015) sebanyak 10% kasus menyebar ke sistem saraf pusat, gejala yang

ditimbukan berupa sakit kepala, prestas sekolah yang menurun, kelemahan,

mual, muntah, penglihatan kabur, kejang dan kesulitan menjaga

keseimbangan. Gejala tersering dapat terjadi adalah rasa lelah, panas tanpa

infeksi, purpura, nyeri tulang dan sendi dan macam-macam infrksi,

penurunan berat badan dan sering ditemukan suatu massa abnormal. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan splenomegali (86%), hepatomegali


10

limfadenopati, nyeri tekan tulang dada, ekimosis dan perdarahan retina

(Zahroh, 2019).

4) Patofisiologi

Kanker darah merupakan gangguan pada sistem hematopoitik

terkait dengan sumsum tulang serta pembuluh limfe ditandai dengan tidak

terkendalinya proliferasi dari leukemia dan prosedurnya. Pada sel pertama

menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum tulang,

limfosit di dalam limfe node) dan menyebar ke organ hematopoetik dan

berlanjut ke organ yang lebih besar (splenomegaly, hepatomegali).

Proliferasi dari satu jenis sel yang sering mengganggu produksi normal sel

hematopoetik dan mengarah pada pengembangan/ pembelahan sel dengan

cepat ke sitopenias (penurunan jumlah). Pembelahan dari sel darah putih

mengakibatkan menurunnya immunocompetence dengan meningkatnya

kemungkinan terjadinya infeksi (Long, 2014).

Jika penyebab leukemia adalah virus, maka virus tersebut akan

mudah masuk dalam tubuh manusia, jika struktur antigen virus sesuai

dengan struktur antigen manusia. Begitu juga sebaliknya, bila tidak sesuai

maka akan ditolak oleh tubuh. Stuktur antigen manusia terbentuk oleh

struktur antigen dari berbagai alat tubuh seperti kulit dan selaput lendir

yang terletak dipermukaan tubuh. Istilah HL–A (Human Leucocyte Lotus-

A) antigen terhadap jaringan telah ditetapkan (WHO). Sistem HL–A

individu ini diturunkan menurut hukum genetika, sehingga adanya peranan

faktor ras dan keluarga dalam etiologi leukemia tidak dapat diabaikan

(Ngastiyah, 2014).
11

Menurut Suriadi (2010), prosesnya adalah normalnya tulang

marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast. Adanya

proliferasi sel blast, produksi eritrosit serta platelet terganggu sehingga

akan menimbulkan anemia dan trombositopenia. Sistem retikuloendotelial

terpengaruh sehingga menyebabkan gangguan pada sistem pertahanan

tubuh dan mudah mengalami infeksi. Manifestasi akan tampak pada

gambaran gagalnya bone marrow, infiltrasi organ dan sistem saraf pusat.

Depresi sumsum tulang yang berdampak pada penurunan leukosit, eritrosit,

faktor pembekuan, peningkatan tekanan jaringan, dan adanya infiltrasi

pada ekstra medular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe,

nodus limfe, dan nyeri persendian.

Leukemia adalah penyakit kanker jaringan yang menghasilkan

imatur atau abnormal dalam jumlah berlebihan dan menyusup dalam

berbagai organ tubuh. Sel-sel leukemik menyusup ke dalam sumsum tulang

dan mengganti unsur-unsur sel yang normal. Akibatnya, timbul anemia dan

dihasilkan eritrosit dalam jumlah yang tidak mencukupi. Timbul

perdarahan akibat menurunnya jumlah trombosit yang bersirkulasi. Inflasi

juga terjadi karena berkurangnya jumlah leukosit. Penyusupan sel-sel

leukemik ke dalam semua organ vital menimbulkan hepatomegali,

splenomegali dan limfadenopati.

Timbulnya disfungsi sumsum tulang, menyebabkan turunnya

jumlah eritrosit, neutrofil dan trombosit. Sel-sel leukemik menyusupi

limfonodus, limfa, hati, tulang, dan SPP (Betz, 2002). Dari semua tipe

leukimia, sel yang beproliferasi dapat menekan produksi dan elemen di


12

darah yang menyusup sumsum tulang dengan berlomba-lomba untuk

menghilangkan sel normal yang berfungsi sebagai nutrisi untuk

metabolisme. Tanda dan gejala dari leukimia merupakan hasil dari infiltrasi

sumsum tulang dengan 3 manifestasi diantaranya anemia dan penurunan

RBCs, infeksi dari neutropenia, serta pendarahan karena produksi platelet

yang menurun. Invasi sel leukimia yang berangsur- angsur pada sumsum

menimbulkan kelemahan pada tulang dan cenderung terjadi fraktur yang

akan menimbullkan nyeri.

Ginjal, hati, dan kelenjar limfe mengalami pembesaran dan

akhirnya fibrosis, leukimia juga berpengaruh pada SSP dimana terjadi

peningkatan tekanan intra kranial yang menyebabkan nyeri pada kepala,

letargi, papil edema, penurunan kesadaran dan kaku duduk (Wong, D.L.,

Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, 2009).

5) Pemeriksaan Penunjang Leukemia Limfoblastik Akut

a. Pemeriksaan sum-sum tulang (BMP/Bone Marrow Punction) :

ditemukan sel blast yang berlebihan serta peningkatan protein.

b. Pemeriksaan darah tepi: Pansitopenia (anemia, leukopenia dan

trombositopenia), peningkatan asam urat serum, peningkatan tembaga

(Cu) serum, penurunan kadar Zink (Zn), peningkatan leukosit dapat

terjadi (20.000 – 200.000/µl) tetapi dalam bentuk sel blast / sel

primitif.

c. Biopsi hati, limfa, ginjal dan tulang untuk mengkaji

keterlibatan/infiltrasi sel kanker ke organ tersebut.

d. Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum.


13

e. Sitogenik: 50–60% dari pasien dari pasien ALL mempunyai kelainan

berupa:

1) Kelainan jumlah kromosom, seperti diploid (2n), haploid (2n-a),

hipreploid (2n+a)

2) Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial delection)

Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara morfologis bukan

komponen kromosom normal dari bentuk yang sangat besar sampai yang

sangat kecil.

6) Penatalaksanaan

Penatalaksanaan LLA terbagi menjadi dua jenis yaitu penanganan

suportif dan kuratif. Penanganan suportif merupakan penanganan yang

mengobati penyakit penyerta leukemia dan komplikasinya, sedangkan

penanganan kuratif merupakan penanganan yang bertujuan untuk

menyembuhkan penyakit leukemia (Nafrialdi & Sulistia, 2003).

Kemoterapi merupakan penanganan kuratif pada pasien LLA yang

membutuhkan waktu lama hingga bertahun-tahun, dimana anak LLA harus

dilakukan terapi perawatan yang cukup panjang (2-3 tahun) (Faozi, 2013).

Kemoterapi merupakan penggunaan preparat antineoplastik atau

anti kanker sebagai upaya untuk membunuh sel-sel tumor dengan

mengganggu kimia agen khusus (antineoplastik/ anti kanker) digunakan

sebagai ancaman kanker (Linton, 2012). Menurut The Leukemia &

Lymphoma Society tahun 2013 tingkat keberlangsungan hidup anak yang

menderita kanker meningkat sebesar 7% setelah dilakukan kemoterapi.

Keuntungan dari kemoterapi adalah dapat mengobati kanker, menjaga dan


14

menahan sel kanker yang menyebar ke bagian tubuh yang lainnya dan

mengurangi gejala yang disebabkan oleh kanker (American Cancer

Society, 2017). Kemoterapi LLA dibagi menjadi beberapa tahap induksi

remisi, konsolidasi atau intensifikasi, profilaksis susunan saraf pusat (SSP)

dan pemeliharaan jangka panjang atau rumatan (maintenance) (Fianza P. I,

2009).

a. Terapi Induksi

Terapi ini dilakukan setelah ditegakkannya diagnosis dan berlangsung

selama 4-6 minggu sehingga menghasilkan remisi total atau remisi

kurang dari 5% sel-sel leukemia di dalam sum-sum tulang. Obat-obatan

yang utama yang dipakai untuk induksi pada LLA adalah kortikosteroid

(terutama prednison), vinkristin dan L-asparaginase, dengan atau tanpa

doksorubisin. Obat kortikosteroid apabila dikonsumsi terlalu lama dapat

mempengaruhi metabolisme lemak tubuh dan distribusinya, sehingga

menyebabkan pertambahan lemak di bagian-bagian tertentu tubuh

(Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., &

Schwartz, 2009).

b. Terapi Intensifikasi atau Konsolidasi

Setelah remisi total tercapai, dilaksanakan suatu periode terapi yang

intensif untuk menghilangkan sel-sel leukemia yang masih tersisa, terapi

ini diikuti oleh terapi intensifikasi lambat (delayed intensification) untuk

mencegah munculnya klon leukemik yang resisten. Penyuntikan

intratekal yang menyertai kemoterapi sistemik meliputi pemberian L-

asparaginase, metotreksat dosis tinggi atau sedang, sitarabin, vinkristin


15

dan merkaptopurin, selama periode beberapa bulan, adapun efek

sampingnya yaitu terjadi nya gangguan pada gastrointestinal seperrti

mual muntah, mukositis dan terjadinya penurunan nafsu makan

sehingga menyebabkan terjadinya penurunan berat badan penderita

(Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., &

Schwartz, 2009).

c. Terapi Rumatan (maintenance)

Terapi rumatan dimulai setelah terapi induksi dan terapi konsolidasi

selesai dan berhasil dengan baik untuk memelihara remisi dan

selanjutnya mengurangi jumlah sel leukemia. Regimen terapi obat

kombinasi yang meliputi pemberian merkaptopurin setiap hari,

metotreksat seminggu sekali,dan terapi intratekal secara periodik

(Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., &

Schwartz, 2009).

Pasien leukemia yang menjalani kemoterapi mengalami gejala

yang berbeda sepanjang perawatan di rumah sakit, serta kemoterapi juga

memiliki efek sekunder baik terhadap fisik maupun psikososial pasien

(Novrianda, Yetti and Agustini, 2016; Mohammed and Hassan, 2018).

Menurut studi literatur yang dilakukan (Erickson et al., 2013) terdapat

empat gejala yang paling umum yang dirasakan anak penderita kanker

yang mendapatkan kemoterapi yaitu kelelahan (fatigue), gangguan tidur,

nyeri, mual, gangguan mood, dan perubahan penampilan.

Efek samping yang muncul selain berdampak secara fisik, juga

berdampak secara psikologi anak (Wong, D.L., Hockenberry, M.,


16

Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, 2009). Efek samping secara

psikologi pada anak antara lain sulit menjaga perhatian, kehilangan

kepercayaan diri, sulit berpikir cepat, sulit mengingat, gangguan mood,

penurunan persepsi diri, depresi, serta perubahan perilaku (Stark &

House, 2010; Hockenberry etal, 2010; Wu et al, 2009).

B. Konsep Kemoterapi

1) Definisi

Kemoterapi (obat kanker) merupakan suatu senyawa yang dapat

menghambat pertumbuhan atau sel kanker. Antikanker umumnya bekerja

dengan cara membunuh sel kanker yang sedang berkembang. Dengan

begitu, sel kanker lebih rentan terhadap senyawa yang bersifat sitotoksik

tersebut karena sel kanker umumnya terus membelah dengan cepat

dibandingkan dengan sel yang normal. Antikanker biasanya ditujukan

untuk menghabat langsung system metabolisme esensial pada replikasi sel

kanker, antara lain penghambatan terhadap biosintesis purin dan pirimidin

yang merupakan senyawa penting untuk RNA dan DNA (Radji, 2017).

Kemoterapi merupakan penggunaan preparat antineoplastik atau

anti kanker sebagai upaya untuk membunuh sel-sel tumor dengan

mengganggu kimia agen khusus (antineoplastik/ anti kanker)

digunakan sebagai ancaman kanker (Linton, 2012). Kemoterapi juga

didefenisikan sebagai pengobatan kanker dengan menggunakan obat anti

kanker, prosesnya cenderung bersifat jangka panjang (Airley, 2009).

Efek agen antineoplastik pada sel normal digambarkan sebagai efek

samping terapi. Ini adalah sel-sel yang memiliki tingkat motilitas yang
17

cepat, seperti sumsum tulang, mukosa gastrointestinal, gonad dan

folikel rambut, yang paling rentan terhadap efek samping. Selain itu,

beberapa obat kemoterapi mungkin memiliki efek langsung pada organ

dalam tubuh dan menyebabkan toksisitas dari waktu ke waktu. Sejalan

dengan kerusakan seluler / jaringan yang meluas yang berakibat pada

efek samping spesifik situs, anak yang menjalani kemoterapi juga dapat

mengalami efek umum (Gibson, F. & Soanes, 2008).

2) Efek Samping Kemoterapi

a. Mual dan muntah

Mual dan muntah yang terjadi sesaat setelah pemberian beberapa

obat kemoterapi dan yang disebabkan oleh terapi radiasi kranium atau

abdomen dapat menjadi persoalan yang berat. Mual muntah yang terjadi

pada anak menjadi persoalan utama bagi orang tua karena anak

mengalami penurunan selera makan atau anoreksia (Wong et al, 2009).

Respon mual muntah akibat kemoterapi setiap pasien berbeda. Mual dan

muntah akibat kemoterapi terdiri atas 4 pola, yaitu antisipatori (kondisi

yang terjadi sebelum kemoterapi diberikan), akut (terjadi selama 24-48

jam setelah kemoterapi diberikan), delayed (terjadi setelah 48 jam

pertama setelah pemberian kemoterapi), dan breakthrough (mual muntah

terjadi ketika pasien sudah mengkonsumsi obat anti mual muntah

sebelumnya) (Newton et al, 2009)


18

b. Kelelahan

Kelelahan dari kemoterapi dapat terjadi kelelahan ringan hingga

kelelahan yang berat (Institute, 2007) . Kelemahan yang dikeranakan

efek dari kemoterapi tidak akan hilang hanya dengan istirahat atau tidur

tetapi tetap dirasakan pasien selama/setelah pengobatan dan akan tetap

dirasakan pasien selama beberapa tahun setelah pengobatan selesai

(Gibson, F. & Soanes, 2008).

c. Stomatitis

Stomatitis merupakan inflamasi yang terjadi di membran mukosa pada

seluruh saluran gastrointestinal dan dispesifikkan berdasarkan lokasi

terjadinya mukositis. Stomatitis terjadi selama 5-7 hari paska

pemberian kemoterapi. Agen kemoterapi adalah agen autitumor

antimetabolit (Wong et al, 2009).

d. Perubahan kulit

Perubahan kulit yang terjadi akibat kemoterapi antara lain gatal, kering,

kemerahan, ruam, mengelupas dan sensitif terhadap sinar matahari.

Biasanya masalah kulit pada pasien salah satunya disebabkan oleh

pemberian cytarabine dosis tinggi (Gibson, F. & Soanes, 2008).

e. Efek samping secara psikologis

Efek samping yang muncul selain berdampak secara fisik, juga

berdampak secara psikologi anak(Wong et al, 2009). Efek samping

secara psikologi pada anak antara lain sulit menjaga perhatian,

kehilangan kepercayaan diri, sulit berpikir cepat, sulit mengingat,

gangguan mood, penurunan persepsi diri, depresi, serta perubahan


19

perilaku (Stark & House, 2010; Hockenberry et al, 2010; Wu et al,

2009). Sesaat setelah terapi steroid dimulai, anak akan merasakan

sejumlah perubahan mood dengan perasaan lebih sehat, euphoria,

depresi dan sensitif (irirabilitas). Jika orang tua atau keluarga tidak

menyadari bahwa perubahan ini ditimbulkan oleh obat, orang tua atau

keluarga mungkin tidak terlalu memperhatikannya. Oleh karena itu,

perlunya orang tua diingatkan mengenai kemungkinan reaksi ini,

mendorong orang tua untuk samasama mendiskusikan perubahan

perilaku bersama dengan anak mereka (Wong et al, 2009). Serta

Keluarga berperan sebagai sumber utama kekuatan dan dukugan kepada

anak (Bowden V.R & Greenberg, 2014).

C. Konsep Mual Dan Muntah

1. Definisi Mual dan Muntah Post Kemoterapi

Mual dan muntah merupakan efek samping serius dari terapi kanker

yang mempengaruhi kebanyakan pasien yang menjalani kemoterapi. Terapi

radiasi ke otak, saluran gastrointestinal, atau hati juga menyebabkan mual

dan muntah. Mual adalah perasaan tidak enak di bagian belakang

tenggorokan dan perut yang mungkin datang dan masuk dalam gelombang.

Bisa terjadi sebelum muntah. Sedangkan muntah adalah membuang isi

perut melalui mulut. Meskipun perawatan untuk mual dan muntah telah

membaik, mual dan muntah masih merupakan efek samping serius dari

terapi kanker karena hal ini menyebabkan pasien terdesak dan dapat

menyebabkan masalah kesehatan lainnya. Penderita mungkin mengalami

mual lebih dari muntah (Hanish, J, 2016).


20

Mual dikontrol oleh bagian sistem saraf otonom yang

mengendalikan fungsi tubuh tidak disengaja (seperti pernapasan atau

pencernaan). Muntah adalah refleks yang dikendalikan sebagian oleh pusat

muntah di otak. Muntah bisa dipicu oleh bau, rasa, kegelisahan, nyeri,

gerak, atau perubahan pada tubuh akibat peradangan, aliran darah yang

buruk, atau iritasi pada perut (Hanish J, 2016).

Menurut Garret, et al (2003) dalam Apriany mual dan muntah

merupakan efek dari kemoterapi yang paling mengakibatkan stres berat.

Agen kemoterapi menstimulasi sel enterochromaffin pada saluran

pencernaan untuk melepaskan Serotonin dengan memicu reseptor

Serotonin. Aktivasi reseptor memicu aktifnya jalur aferen vagal yang

mengaktifkan pusat muntah dan menyebabkan respon muntah.

2. Faktor Penyebab Mual Muntah Pada Pasien Kanker Post Kemoterapi

Menurut Hanish, J (2016) banyak faktor yang meningkatkan risiko

mual dan muntah dengan kemoterapi. Mual dan muntah dengan

kemoterapi lebih mungkin terjadi jika pasien:

1) Diobati dengan obat kemoterapi tertentu

2) Pernah mengalami mual dan muntah yang parah atau sering setelah

menjalani perawatan kemoterapi

3) Perempuan

4) Di bawah usia 50 tahun

5) Menderita atau muntah dengan kehamilan sebelumnya

6) Memiliki ketidakseimbangan cairan dan / atau elektrolit (dehidrasi,

terlalu banyak kalsium dalam darah, atau terlalu banyak cairan di


21

jaringan tubuh)

7) Memiliki tumor di saluran gastrointestinal, hati, atau otak

8) Mengalami sembelit

9) Menerima obat tertentu, seperti opioid (obat sakit)

10) Memiliki infeksi, termasuk infeksi dalam darah

11) Mengalami penyakit ginjal

Pada beberapa pasien, setelah mereka memiliki beberapa cara

pengobatan, mual dan muntah mungkin terjadi sebelum sesi pengobatan.

Ini disebut antisipasi mual dan muntah. Hal ini disebabkan oleh pemicu,

seperti bau di ruang terapi. Misalnya, seseorang yang memulai kemoterapi

dan mencium bau alkohol pada saat bersamaan mungkin akan mengalami

mual dan muntah saat mencium bau alkohol. Semakin banyak sesi

kemoterapi yang dimiliki pasien, semakin besar kemungkinan mual dan

muntah antisipasi akan terjadi.

3. Dampak Mual Muntah

Pencegahan dan pengendalian mual muntah sangat penting untuk

dilakukan pada penderita kanker post kemoterapi, sehingga para penderita

kanker bisa terus berobat dan melakukan aktivitas keseharian. Mual dan

muntah yang tidak terkontrol bisa menyebabkan hal berikut:

1) Perubahan kimia dalam tubuh.

2) Perubahan mental.

3) Kehilangan selera makan.

4) Malnutrisi.

5) Dehidrasi.
22

6) Patah tulang.

7) Membuka kembali luka bedah. (Hanish J, 2016)

4. Tipe Mual dan Muntah

Berbagai jenis mual dan muntah disebabkan oleh kemoterapi, terapi

radiasi, dan kondisi lainnya. Mual dan muntah dapat terjadi sebelum, selama,

atau setelah perawatan. Jenis mual dan muntah meliputi:

1. Akut

Mual dan muntah yang terjadi dalam waktu 24 jam setelah perawatan

dimulai.

2. Tertunda

3. Mual dan muntah yang terjadi lebih dari 24 jam setelah kemoterapi. Ini

juga disebut mual dan muntah terlambat.

4. Antisipatif

Mual dan muntah yang terjadi sebelum pengobatan kemoterapi dimulai.

Jika pasien mengalami mual dan muntah setelah menjalani sesi

kemoterapi sebelumnya, mual dan muntah sebelum kemoterapi. Ini

biasanya dimulai setelah perawatan ketiga atau keempat. Bau,

pemandangan, dan suara ruang perawatan mungkin mengingatkan pasien

pada masa-masa sebelumnya dan dapat memicu mual dan muntah

sebelum sesi kemoterapi dimulai.

5. Breakthrough

Mual dan muntah yang terjadi dalam 5 hari setelah mendapat

pengobatan antinausea (Anti mual). Obat atau dosis yang berbeda


23

diperlukan untuk mencegah lebih banyak mual dan muntah.

6. Refractory

Mual dan muntah yang tidak merespon obat.

7. Kronis

Mual dan muntah yang berlangsung selama beberapa waktu setelah

perawatan berakhir.

5. Cara Mengatasi Mual Dan Muntah

Menurut Harrish, J (2016), antisipasi mual dan muntah secara dini,

bila gejala mual antisipatif dan muntah didiagnosis dini, pengobatan lebih

cenderung bekerja. Psikolog dan profesional kesehatan mental lainnya

dengan pelatihan khusus seringkali dapat membantu pasien dengan mual

dan muntah antisipatif. Jenis perawatan berikut dapat digunakan:

1) Relaksasi otot.

2) Hipnoterapi.

3) Perilaku mengubah metode.

4) Biofeedback.

5) Pengalihan (seperti bermain video game).

Pada anak-anak, mual dan muntah akut biasanya diobati dengan obat-

obatan dan metode lainnya. Obat-obatan dapat diberikan sebelum setiap

perawatan untuk mencegah mual dan muntah. Setelah kemoterapi, obat

dapat diberikan untuk mencegah muntah yang tertunda. Pasien yang

diberi kemoterapi beberapa hari berturut- turut mungkin memerlukan

perawatan untuk mual dan muntah akut dan tertunda. Beberapa obat

hanya bertahan dalam waktu singkat di tubuh dan perlu diberikan lebih
24

sering. Yang lain bertahan lama dan kurang diberi. Perawatan non-obat

dapat membantu meringankan mual dan muntah, dan dapat membantu

obat anti mual bekerja lebih baik pada anak-anak. Perawatan ini meliputi,

akupunktur, akupresur, terapi, musik, latihan relaksasi otot, kelompok

pendukung anak dan keluarga, game realitas virtual.

6. Alat Ukur Mual Dan Muntah

Menurut Rhodes dan McDaniel (2001) dalam Apriany (2010), ada

beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur mual dan

muntah. Instrumen tersebut yaitu Duke Descriptive Scale (DSS), Visual

Analog Scale (VAS), Rhodess Index of nausea Vomiting and Retching

(INVR), Morrow Assessment of Nausea and Emesis (MANE) dan

Functional Living Index Emesis (FLIE), yang telah teruji validitas dan

realibilitasnya. Masing-masing instrument tersebut memiliki kekurangan

dan kelebihan masing-masing. Instrument tersebut umumnya digunakan

untuk mengukur mual muntah pada orang dewasa dan dapat pula pada

anak usia sekolah dan remaja. Sedangkan instrument yang biasa

digunakan untuk usia anak adalah Rhodess Index of nausea Vomiting

and Retching (INVR). Intrumen ini terdiri dari 8 pertanyaan, dimana

akan diisi oleh responden dengan 5 respon Skala Likert 0-4.

D. Relaksasi Otot Progresif

1) Definisi

Relaksasi dapat di artikan sebagai teknik yang dilakukan untuk

mengatasi stres dimana akan terjadi peningkatan aliran darah sehingga


25

perasaan cemas dan khawatir akan berkurang (Abbasi et al,. 2018).

Relaksasi merupakan proses merilekskan otot-otot yang mengalami

ketegangan atau mengendorkan otot-otot tubuh dan pikiran agar tercapai

kondisi yang nyaman atau berada pada gelombang otak alfa-teta (Yunus,

2014).

Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan

dan stress yang memberikan individu kontrol diri ketika tidak merasa

nyaman, stress fisik dan emosi (Edelman dan Mandle, 1994 dalam Potter

dan Perry, 2009). Sedangkan menurut Alim (2011) menyatakan relaksasi

adalah salah satu teknik dalam terapi prilaku untuk mengurangi ketegangan

dan kecemasan sehingga efek yang akan dirasakan adalah perasaan tenang.

Relaksasi otot progresif telah menjadi salah satu teknik terapeutik yang

penting dalam perawatan yang modern. Metode ini diperkenalkan oleh

Edmund Jacobson pada tahun 1938 (Conrad dan Roth, 2010). Relaksasi

otot progresif adalah salah satu teknik untuk mengurangi ketegangan otot

dengan proses yang simpel dan sistematis dalam menegangkan sekelompok

otot kemudian merilekskannya kembali. Ketika otot tubuh merasa tegang,

kita akan merasakan ketidaknyamanan, seperti sakit pada leher, punggung

belakang, serta ketegangan pada otot wajahpun akan berdampak pada sakit

kepala. Jika ketegangan otot ini dibiarkan maka akan mengganggu tidur

seseorang (Marks, 2011). Relaksasi otot progresif merupakan kombinasi

latihan pernafasan yang terkontrol dengan rangkaian kontraksi serta

relaksasi pada kelompok otot. Kegiatan ini menciptakan sensasi dalam

melepaskan ketidaknyamanan dan stress (Potter dan Perry, 2009)


26

2) Manfaat

Synder dan Lynquist (2014) mengatakan PMR dapat digunakan

sebagai terapi dalam managemen stress, kecemasan dan nyeri pada

gangguan fisik seperti pasien asma, hipertensi, COPD (chronic obstructive

pulmonary diseases), pasien dengan gangguan jiwa (psychiatric), pasien

dengan pemulihan memori/ingatan, pasien kanker, postoperative, sakit

kepala, pasien mual muntah, HIV, penyakit herpes dan pasien yang akan

mendapat prosedur medik tertentu.

3) Prinsip Kerja Relaksasi Otot Progresif

Dalam melakukan relaksasi otot progresif, hal yang penting dikenali

adalah tegangan otot. Ketika otot berkontraksi /tegang maka ransangan akan

disampaikan ke otak melalui jalur saraf aferent. Tension merupakan

kontraksi dari serat otot rangka yang menghasilkan sensasi tegangan.

Relaksasi adalah pemanjangan dari serat-serat otot tersebut yang

menghilangkan sensasi ketegangan. Setelah memahami dalam

mengidentifikasi sensasi tegang, kemudian dilanjutkan dengan merasakan

relaks. Ini merupakan sebuah prosedur umum untuk mengidentifikasi

lokalisasi ketegangan, relaksasi dan merasakan perbedaan antara keadaan

tegang (tension) dan relaksasi yang akan diterapkan pada semua kelompok

otot utama. Dengan demikian, dalam relaksasi otot progresif diajarkan

untuk mengendalikan otot – otot rangka sehingga memungkinkan setiap

bagian merasakan sensasi tegang dan relaks secara sistematis (Mc Guigan

dan Lehrer, 2011).


27

4) Hal-Hal Yang Disarankan Dan Diperhatikan Dalam Latihan Relaksasi Otot

Progresif

a. Selalu latihan di tempat yang tenang, sendirian, tanpa atau

menggunakan audio untuk membantu konsentrasi pada kelompok otot.

b. Melepaskan sepatu dan pakaian yang tebal.

c. Hindari makan, merokok dan minum, yang terbaik melakukan latihan

sebelum makan.

d. Tidak boleh latihan setelah minum minuman keras.

a. Latihan dilakukan dengan posisi duduk, tetapi dapat juga dengan posisi

tidur.

b. Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri

sendiri.

c. Latihan membutuhkan waktu 15 sampai 20 menit (Hayden, 2008).

5) Prosedur Terapi Relaksasi Otot Progresif

a. Memperkenalkan diri

b. Menjelaskan tujuan dilakukannya terapi relaksasi otot progresif.

c. Meminta persetujuan pasien untuk menjadi responden dengan

menandatangani informed consent.

d. Klien diberi penjelasan terlebih dahulu dan mengatur posisi klien

dengan posisi duduk dan rilek.


28

e. Meminta klien untuk memejamkan mataperlahan-lahan dan konsentrasi

pada latihan.

f. Meminta klien untuk menirukan gerakan yang ditampilkan.

Berikut ini gerakan-gerakan latihan :

Tabel 2.1

Gerakan 1
Menggenggam tangan kanan sambil membuat kepalan yang
semakin kuat, sambil merasakan ketegangan, kemudian
kepalan dilepaskan dan rasakan rileks selama 10 detik.
Kemudian dilanjutkan dengan tangan kiri.
Gerakan 2 Menekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan
tangan sehingga otot-otot di tangan bagian belakang dan
lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-
langit.
Gerakan 3 Menggenggam kedua tangan menjadi kepalan kemudian
membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot-otot
biceps akan menjadi tegang.

Gerakan 4 Mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan


bahu akan dibawa hingga menyentuh kedua telinga. Fokus
perhatian gerakan ini adalah kontras ketegangan yang
terjadi di bahu, punggung atas dan leher
Gerakan 5 Mengerutkan dahi dan alis sampai otot-ototnya terasa dan
kulitnya keriput.

Gerakan 6 Menutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan


ketegangan di sekitar mata dan otot-otot yang
mengendalikan gerakan mata.
Gerakan 7 Mengatupkan rahang yang diikuti dengan menggigit gigi-
gigi sehingga ketegangan dirasakan di sekitar otot-otot
rahang.
Gerakan 8 Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan
dirasakan ketegangan di sekitar mulut
Gerakan 9 Meletakkan kepala sehingga dapat beristirahat, kemudian
diminta untuk menekankan kepala pada permukaan
bantalan kursi sedemikian rupa sehingga responden dapat
merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan
29

punggung atas.
Gerakan 10 Menekuk kepala ke dada. Sehingga dapat merasakan
ketegangan di daerah leher bagian muka
Gerakan 11 Mengangkat tubuh dari sandaran kursi, kemudian
punggung dilengkungkan, lalu busungkan dada. Kondisi
tegang dipertahankan selama 10 detik, kemudian rileks.
Pada saat rileks, letakkan tubuh kembali ke kursi, sambil
membiarkan otot-otot menjadi lemas
Gerakan 12 Menarik nafas panjang. Posisi ini ditahan selama beberapa
saat, sambil merasakan ketegangan di bagian dada
kemudian turun ke perut. Pada saat ketegangan dilepas,
responden dapat bernafas normal dengan lega.
Gerakan 13 Menarik kuat-kuat perut ke dalam, kemudian menahannya
sampai perut menjadi kencang dan keras. Setelah 10 detik
dilepaskan bebas, kemudian diulang kembali seperti
gerakan awal untuk perut ini
Gerakan 14 Meluruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa
tegang
Gerakan 15 Setelah gerakan 14 dilanjutkan dengan mengunci lutut
sedemikian sehingga ketegangan pindah ke otot-otot betis
Setelah menyelesaikan semua gerakan, rileks dengan menghitung dari hitungan 5

sampai 1 perlahan, nafas dalam dan berkata buka mata, dan berkata Rileks atau

OK.

E. Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Pengkajian

a. Identitas klien
b. Hasil wawancara dengan keluarga/pasien didapatkan data:
- Ibu mengatakan anaknya pucat dan lesu mudah lelah
- Ibu mengatakan anaknya demam, mimisan gusi mudah berdarah
- Ibu mengatakan anaknya bintik-bintik merah pada permukaan kulit
- Ibu mengatakan anaknya mengeluhkan nyeri pada sendi-sendi seperti
lutu, siku.
- Ibu mengatakan anaknya sulit menelan
30

- Ibu mengatakan perut anaknya tampak besar


- Ibu mengatakan nafsu makan anaknya menrun
- Ibu mengatakan anak nya mual dan muntah pusing dan tidak nyaman
pada perut
c. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan dahulu
1) Kemoterapi
2) Down syndrome
3) Terpapar oleh elektromagnetik field
4) Bekerja dengan bahan-bahan kimia tertentu
5) Anemia fanconi
- Riwayat kesehatan sekarang
1) Demam atau berkeringat pada malam hari
2) Fatigue malaise
3) Sakit kepala
4) Nyeri pada tulang atau pun sendi
5) Hepatosplenomegali
6) Pembengkakan pada nodus limpe terutama pada leher dan ketiak
7) Penrurnan berat badan
8) Anemia
9) Petekie
10) Hipertrofi gusi
11) Pegal-pegal
- Riwayat kesehatan dahulu
Saudara kandung ( kembar monozigot/identik) menderita leukemia
- Riwayat keluarga
Adanya anggota keluarga dengan gangguan hematologis, adanya faktor

herediter misal kembar monozigot dan adanya riwayat kanker di

keluarga.
31

d. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan Umum: terlihat lemah

2) Kesadaran: composmentis kooperatif selama belum terjadi

komplikasi.

3) Tanda-Tanda Vital:

Tekanan darah : dalam batas normal, bisa terjadi penurunan pada

kondisi anemia berat.

Nadi : dalam batas normal,, bisa meningkat pada kondisi nyeri

Suhu : meningkat jika terjadi infeksi

RR : Dispneu, takhipneu

4) Pemeriksaan Kepala Leher

Mata : konjungtiva biasanya anemis, tidak ada ikterik dan edema

palpebral, terjadi gangguan penglihatan akibat infiltrasi ke SSP.

Hidung : bisa terjadi cuping hidung pada kondisi sesak nafas.

Rongga mulut : terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau

bakteri), perdarahan gusi.

Leher : Bisa terjadi pembesaran kelenjer getah bening

5) Pemeriksaan Integumen

Adanya ulserasi ptechie, ekimosis, tekanan turgor menurun jika

terjadi dehidrasi dan kulit pucat.

6) Pemeriksaan Dada dan Thorax

 Inspeksi bentuk thorax, adanya retraksi intercostae.

 Auskultasi suara nafas, adakah ronchi (terjadi penumpukan

secret akibat infeksi di paru), bunyi jantung I, II, dan III jika ada
32

 Palpasi denyut apex (ictus cordis) biasanya teraba

 Perkusi untuk menentukan batas jantung dan batas paru.

7) Pemeriksaan Abdomen

 Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran, terdapat

bayangan vena, auskultasi peristaltic usus, palpasi nyeri tekan

bila ada pembesaran hepar dan limpa.

 Perkusi tanda asites bila ada.

8) Pemeriksaan Ekstremitas

Akral biasanya teraba dingin, sianosis, CRT kembali lambat (>3

detik), dikaji juga kemungkinan adanya edema.

e. Pemeriksaan laboratorium

Tabel 2.2

No. Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Nilai normal


1. Hemoglobin < 10 gr/100ml Pria 13,5-18,0 g/dl
Wanita 12-16 g/dl
2. Complete blood cell (CBC) >10.000/mm3 10.000/mm3

3. Leukosit > 50.000/mm3 50.000/mm3


(5000-10.000 ul)
4. PT/PTT >12-15 detik 12-15 detik
(memenjang) 50000/mm
5. Trombosit < 50000/mm (150.000-400.000/ul, 300-
800/100lap)
6. Retikulosit < 0,5- 1,5%(rendah ) 0,5- 1,5%
7. LDH >80-240 U/I 80-240 U/I

2. Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan berhubungan dengan penyakit :

a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

penurunan konsentrasi hemoglobin.


33

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang

berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek

samping kemoterapi dan atau stomatitis.

c. Nyeri yang berhubungan dengan agen cedera biologis.

d. Hipertermia berhubungan dengan penyakit.

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia

f. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan

tubuh.

g. Resiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.

Masalah keperawatan dengan pasien kemoterapi :

a. Kelemahan/keletihan berhubungan dengan malnutrisi, kurang tidur,

stressor, peningkatan kelelahan fisik

b. Nyeri yang berhubungan dengan agen cedera biologis.

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang

berhubungan dengan anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping

kemoterapi dan atau stomatitis.

d. Resiko cidera berhubungan dengan gangguan psikomotor, gangguan

sensasi, disfungsi autoimun

e. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan

tubuh.
34

3. Intervensi Keperawatan

Tabel 2.3

NO Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1 Ketidakefektifan Circulation status Peripheral sensation
perfusi jaringan Tissue perfusion : management
perifer cerebral  Monitor adanya daerah
Definisi: tertentu yang hanya
Penurunan sirkulasi Kriteria hasil : peka terhadap
darah pada level a. Tekanan systole dan panas/dingin/tajam/tum
kapiler yang dapat dyastole dalam pul
mengganggu rentang yang  Monitor adanya
metabolism tubuh diharapkan peretase
b. Tidak ada tanda-  Instruksi keluarga
tanda orstatik untuk mengobservasi
hipertensi kulit jika ada lesi atau
c. Tidak ada tanda- laserasi
tanda peningkatan  Gunakan sarung tangan
tekanan intrakranial ( untuk proteksi
tidak lebih dari 15  Batasi gerakan pada
mmmHg) kepala, leher dan
punggung
 Monitor kemempuan
BAB
 Kolaborasi pemberian
analgetik
 Monitor adanya
tromboplebitis
 Diskusi mengenai
penyebab perubahan
sensasi

2 Hipertermi  Thermoregulation Fever treatment


Monitor suhu sesering
Definisi : naiknya Kriteria Hasil : mungkin
suhu tubuh Suhu tubuh dalam Monitor IWL
melebihi rentang rentang normal Monitor warna dan
normal Nadi dan RR dalam suhu kulit
rentang normal Monitor tekanan
Tidak ada perubahan darah, nadi dan RR
warna kulit dan tidak Monitor penurunan
ada pusing, merasa tingkat kesadaran
nyaman Monitor WBC, Hb,
dan Hct
Monitor intake dan
35

output
Berik obat
Selimutkan klien
Berik cairan melalui
intravena
Kompres klien pada
lipatan paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi
udara

Temperature regulation
Monitor suhu
Monitor Tekanan
darah, nadi dan
pernafasan
Monitor suhu kulit
dan warna
Monitor dari tanda-
tanda hipertermi serta
hipotermi
Tingkatkan nutrisi
dan intake cairan
Selimuti pasien untuk
menjaga kehangatan
tubuh
Diskusikan
pentingnya pengaturan
suhu serta kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan
Beritahu tentang
indikasi terjadinya
penanganan emergency
dan keletihan
Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
Beri anti piretik jika
perlu

Vital sign Monitoring


 Monitor Tekanan
darah, suhu, nadi dan
pernafasan
 Catat jika ada fluktuasi
tekanan darah
 Monitor Vital Sign saat
36

pasien berbaring, duduk,


dan berdiri
 Auskultasi Tekanan
Darah pada kedua lengan
lalu bandingkan
 Monitor Tekanan
darah, nadi, pernafasan,
sebelum, selama, dan
setelah beraktivitas
 Monitor kualitas nadi
 Monitor irama
pernapasan frekuensi dan
 Monitor suara paru-
paru
 Monitor pola
pernapasan yang
abnormal
 Monitor suhu,
kelembaban kulit serta
warna
 Monitoring sianosis
perifer
 Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
 Identifikasi penyebab
dari perubahan VS
3 Ketidakseimbang Nutritional Status : Nutrition Management
an nutrisi : food and Fluid Intake Kaji adanya alergi
kurang dari Kriteria Hasil : makanan
kebutuhan tubuh Adanya peningkatan Kolaborasi dengan
berat badan ahli gizi untuk
Definisi : Intake Berat badan ideal menentukan jumlah
nutrisi tidak cukup sesuai dengan tinggi kalori dan nutrisi yang
untuk keperluan badan dibutuhkan pasien.
metabolisme tubuh. Mampu Anjurkan pasien
mengidentifikasi untuk meningkatkan
kebutuhan nutrisi intake Fe
Tidak ada tanda Anjurkan pasien
malnutrisi untuk meningkatkan
Tidak terjadi protein dan vitamin C
penurunan berat badan Berikan substansi
terlalu yang berarti gula
Yakinkan diet yang
37

dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Berikan makanan
yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
Monitor jumlah
nutrisi serta kandungan
kalori
Berik informasi
tentang kebutuhan nutrisi

Nutrition Monitoring
BB dalam batas
normal
Monitoring adanya
penurunan berat badan
Monitoring tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
Monitor interaksi
anak atau orangtua
selama makan
Monitor lingkungan
selama klien makan
Jadwalkan
pengobatan atau
tindakan tidak selama
jam makan
Monitor kulit serta
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
Monitor mual dan
muntah
Monitor kadar
albumin, total protein,
Hemoglobin, dan kadar
Hematokrit
Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
Monitor konjungtiva
Monitor intake
nuntrisi dan kalori
Catat adanya edema,
38

hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet

4 Nyeri Akut Pain Level, Pain Management


Pain control, Lakukan pengkajian
Definisi : Comfort level nyeri secara
Pengalaman Dengan Kriteria Hasil komprehensif
sensori yang tidak : Observasi reaksi
menyenangkan Mampu mengontrol nonverbal
berkaitan dengan nyeri Gunakan teknik
kerusakan jaringan Melaporkan nyeri komunikasi terapeutik
aktual atau berkurang untuk mengetahui
potensial atau yang Mampu mengenali pengalaman nyeri klien
digambarkan nyeri Kaji kultur yang
sebagai kerusakan. Menyatakan rasa mempengaruhi respon
International nyaman setelah nyeri nyeri
association for berkurang Evaluasi pengalaman
study of pain : Tanda – tanda vital nyeri masa lampau
awitan yang tiba- dalam batas normal Evaluasi bersama
tiba atau lambat pasien dan tim kesehatan
dengan intensitas lain tentang
ringan hingga berat ketidakefektifan kontrol
dengan berakhirnya nyeri masa lampau
dapat diantisipasi Bantu pasien dan
atau diprediksi dan keluarga untuk mencari
dengan durasi dan menemukan
kurang dari 3 dukungan
bulan. Kontrol lingkungan
yang mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
Kurangi faktor
presipitasi nyeri
Ajarkan teknik non
farmakologi
Berik analgetik untuk
mengurangi intensitas
nyeri
Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
39

Analgesic
Administration
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dari
dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
pasien
Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian
dan dosis optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
Monitor VS sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Berikan analgesik
tepat waktu terutama saat
nyeri hebat
Evaluasi efek
samping dari pemberian
analgesik
4 Resiko infeksi NOC : NIC :
Immune Status Infection Control
Definisi : resiko Knowledge : (Kontrol infeksi)
terjadinya Infection control Bersihkan lingkungan
peningkatan Risk control setelah dipakai pasien
organisme patogen Kriteria Hasil : lain
Klien bebas dari Pertahankan teknik
tanda dan gejala infeksi isolasi
Mendeskripsikan Batasi pengunjung bila
proses penularan perlu
penyakit, faktor yang Instruksikan pada
mempengaruhi pengunjung untuk
penularan serta mencuci tangan saat
penatalaksanaannya berkunjung dan setelah
Menunjukkan berkunjung
kemampuan untuk meninggalkan pasien
mencegah timbulnya Gunakan sabun
infeksi antimikrobia untuk cuci
Jumlah leukosit tangan
DBN Cuci tangan setiap
Menunjukkan sebelum dan sesudah
40

perilaku hidup yang tindakan kperawtan


sehat Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan alat
Ganti letak IV perifer
dan line central dan
dressing sesuai dengan
petunjuk umum
Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
Tingktkan intake
nutrisi
Berikan terapi
antibiotik bila perlu

Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
Monitor hitung
granulosit, WBC
Monitor kerentanan
terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
Pertahankan teknik
isolasi k/p
Berikan perawatan
kuliat pada area epidema
Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
Dorong masukan
cairan
41

Dorong istirahat
Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan cara
menghindari infeksi
5 Intoleransi NOC : NIC :
aktivitas Energy conservation Energy Management
Self Care : ADLs Observasi adanya
Definisi : Kriteria Hasil : pembatasan klien dalam
Ketidakcukupan Berpartisipasi dalam melakukan aktivitas
energu secara aktivitas fisik tanpa Dorong anal untuk
fisiologis maupun disertai peningkatan mengungkapkan
psikologis untuk tekanan darah, nadi dan perasaan terhadap
meneruskan atau RR keterbatasan
menyelesaikan Mampu melakukan Kaji adanya factor
aktifitas yang aktivitas sehari hari yang menyebabkan
diminta atau (ADLs) secara mandiri kelelahan
aktifitas sehari hari. Monitor nutrisi dan
sumber energi
tangadekuat
Monitor pasien akan
adanya kelelahan fisik
dan emosi secara
berlebihan
Monitor respon
kardivaskuler terhadap
aktivitas
Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien

Activity Therapy
Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi
Medik
dalammerencanakan
progran terapi yang tepat.
Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten
yangsesuai dengan
42

kemampuan fisik,
psikologi dan social
Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
Bantu untuk
mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi
roda, krek
Bantu untu
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
Monitor respon fisik,
emoi, social dan spiritual

6 Kelemahan/keletih NOC : NIC :


an - Endurance Energy management
Definisi : keletihan - Concertration - Observasi adanyan
terus menerus dan - Energy pembatasan klien
penurunan concervation dalam melakukan
kapasitas kerja - Nutritional status : aktifitas
fisik dan mental energy - Dorong anak untuk
pada tingkat yang Kriteria Hasil : mengungkapkan
lazim - Memverbalisasikan perasaan terhadap
peningkatan energi keterbatasan
untuk merasa lebih - Kaji adanya faktor
baik yang menyebabkan
- Menjelaskan kelelahan
penggunaan energi - Monitor nutrisi dan
untuk mengatasai sumber energi yang
kelelahan adekuat
- Kecemasan - Monitor klien akan
43

menurun adanya kelelahan fisik


- Glukosa darah dan emosi secara
adekuat berlebihan
- Kualitas hidup - Monitor respon
meningkat kardiovaskuler
- Istirahat cukup terhadap aktifitas
- Memepertahan - Monitor pola
kemampuan untuk tidur/istirahat klien
berkonsentrasi - Dukung klien dan
keluarga untuk
mengungkapkan
perasaan berhubungan
dengan perubahan
hidup yang
disebabkan keletihan
- Bantu aktifitas sehari-
hari sesuai dengan
kebutuhan
7 Resiko cidera NOC NIC
- Risk Control Enviroment
Definisi : rentan Mangement
mengalami cidera Kriteria Hasil : (Manajemen
fisik akibat kondisi - Klien terbebas dari Lingkungan)
lingkungan yang cidera - Sediakan lingkungan
berinteraksi dengan - Klien mampu yang aman untuk
sumber adaptif dan menjelaskan klien
sumber defensif cara/metode untuk - Identifikasi kebutuhan
individu yang mencegah keamanan klien sesuai
dapat mengganggu injury/cidera dengan kondisi fisik
kesehatan - Klien mampu dan fungsi kognitif
menjelaskan faktor klien dan riwayat
resiko dari penyakit terdahulu
lingkungan klien
/prilaku personal - Menghindari
- Mempunyai gaya lingkungan yang
hidup untuk berbahaya(misalnya
mencegah injury memindahkan
- Manggunakan perabotan)
fasilitas kesehatan - Memasang side rail
yang ada tempat tidur
- Mampu - Menyediakan temat
mengamati tidur yang nyaman
perubahan status dan bersih
kesehatan - Menempatkan saklar
lampu ditempat yang
mudah dijangkau
klien
- Membatasi
44

pengunjung
- Menganjurkan
keluarga untuk
menemani klien
- Mengontrol
lingkungan dari
kebisingan
- Memindahkan
barang-barang yang
dapat membahayakan
- Berikan penjelasan
pada klien dan
keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
penyakit

4. Implementasi

Implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan keadaan dan

kebutuhan pasien yang meliputi tindakan mandiri keperawatan dan

tindakan kolaboratif. Semua implementasi yang telah dilakukan harus di

dokumentasikan dalam catatan keperawatan pasien.

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan dinilai berdasarkan respon pasien yaitu S

(data subjektif) yaitu yang dikatakan oleh pasien, O (data objektif) yaitu

data yang didapatkan perawat berdasarkan observasi, pemeriksaan fisik

maupun pemeriksaan penunjang, A (analisa) kesimpulan pencapaian

tujuan berdasarkan kriteria hasil yang sudah ditetapkan sebelumnya dan P

(planning) rencana selanjutnya berdasarkan hasil evaluasi yang telah

dilakukan.
45

BAB III

TINJAUAN KASUS

Tanggal : 29-09-2019
Pengkajian
Tanggal klien : 29-09-2019 No. RM : 91.04.95
masuk

A. Pengkajian
1. Data Identitas
Nama : An. P Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak
TL / Usia : 26-10-2010 / 9 th 11/12 bln BB/TB : 30 kg/128 cm
Pendidikan : SD Anak Ke- : 1
Anak
Nama Ibu : Ny.S
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SD
Alamat : Sungai Pua Agam
Dx. Medis : Leukemia limpoblastik
akut (ALL)

2. Keluhan Utama
Pasien masuk ke RSUP Dr. M.Djamil Padang pada tanggal 29 September
2019 dengan keluhan anak mual disertai muntah sejak 2 hari yang lalu setelah
kemoterapi, demam, lemas dan pucat.

3. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran


1. Prenatal
Ibu kontrol kehamilan ke bidan, selama hamil ibu tidak pernah sakit
terpapar sinar radioaktif .
46

2. Intranatal
Pasien anak pertama, ibu mengatakan An P lahir secara spontan ditolong
oleh dokter di RS, kehamilan cukup bulan dengan BBL 2700 gr dan
panjang badan 48 cm saat lahir An P menangis spontan.
3. Postnatal
Ibu mengatakan umur kehamilan An. P cukup bulan, An. P menyusu
hanya sampai usia 3 bulan karena ASI ibu sedikit. Kemudian ibu
memberikan susu formula, dan mendapat nasi tim dari umur 6 bulan.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
1. Penyakit yang diderita sebelumnya
An P telah dikenal menderita ALL sejak bulan Maret 2015. Sebelum
dikenal menderita ALL, pasien sering demam, flu dan batuk, terlihat pucat
dan sering mengalami lebam-lebam dikulit tanpa ada trauma.
2. Pernah di Rawat di RS
An P sering dirawat di RS karena penyakit ALL yang diderita nya sejak
bulan Maret 2015. An. P juga habis melakukan kemoterapi pada tgl 27
september di RS M. Djamil padang.
3. Obat- obatan yang pernah digunakan
An P mengkomsumsi obat obat yang diberikan dari RS : VCR 1 mg,
dexametason 2-2-1 tab, kotrimoksasol
4. Alergi
An P tidak alergi terhadap makanan dan obat-obatan
5. Kecelakaan
An P tidak pernah mengalami kecelakaan
6. Riwayat Imunisasi
Imunisasi dasar An P lengkap
Tabel 3.1 Riwayat imunisasi klien lengkap
Jenis imunisasi I II III IV
BCG 0 bulan
DPT 2 bulan 3 bulan 4 bulan
Polio 0 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan
Hepatitis B 2 bulan 4 bulan 6 bulan
Campak 9 bulan
47

5. Riwayat Kesehatan Saat Ini


Pada saat pengkajian klien mengalami mual disertai muntah dalam jumlah
yang banyak, produksi air liur banyak, klien sering menelan ludah karena
takut muntah, sebelum dibawa ke rumah sakit, klien muntah bisa 4-6 kali
dalam sehari, namun sejak tadi pagi klien muntah klien sudah 4 kali, dengan
konsistensi cair, berwarna hijau terkadang hanya muntahan liur/air. Selama
klien mual serta muntah klien merasa tidak nafsu untuk makan, klien kadang
hanya menghabiskan diet dari rumah sakit ¼ nya saja, Ibu klien juga
mengatakan selama mual dan muntah klien juga demam sudah 2 hari, pada
saat dilakukan pengecekan tanda-tanda vital, suhu An. P 380C, tekanan darah
100/60 mmHg, Nadi 100x/i serta pernafasan klien 22x/i. Klien juga
mengeluhkan kakinya terasa sakit dan pegal-pegal pada sendi dan diminta
dipijit-pijit sama ibunya. ibunya mengatakan klien sering merasakan pegal-
pegal seperti ini, ibu klien juga mengatakan klien susah tidur dimalam hari
karena merasa tidak nyaman dengan nyeri dan pegal-pegal disendi, klien
tampak gelisah dan wajah klien tampak tegang, skala nyeri 4 diukur
menggunakan numeric rating scale, klien juga sering merasa lelah ketika
beraktivitas dan semua aktivitas klien dibantu oleh keluarga. Pada saat ini
klien tampak lemas dan pucat, klien hanya tampak bersandar di bantal dengan
wajah lesu. Ibu klien juga mengatakan ada bintik merah dipaha kanan atas
anak yang terlihat sejak 5 hari yang lalu. Bintik merah pada paha anak terlihat
tidak terlalu banyak, hanya pada seperempat paha atas anak yang muncul
pada satu tempat, dengan ukuran seperti gigitan nyamuk.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita kelainan hematologi/darah.
48

7. Genogram

Gambar 3.1

Keterangan :

: laki-laki

: perempuan

: pasien

: seru

8. Riwayat Tumbuh Kembang


1. Kemandirian dan bergaul
Sebelum sakit An P mampu bermain bersama anak sebayanya dan An P
bisa melakukan aktivitas sendiri seperti makan. Saat sakit semua
kebutuhannya dibantu oleh ibunya dan aktivitas bermain juga teratur
karena mudah lelah.
2. Motorik Kasar
Perkembangan motorik kasar anak normal sesuai usia anak.
3. Motorik Halus
Perkembangan motorik halus anak normal.
4. Kognitif dan Bahasa
Perkembangan bahasa anak normal sesuai dengan usia, anak
menggunakan bahasa minang dan terkadang bahasa indonesia.
49

5. Psikososial
Sejak sakit An. P sering murung dan cenderung pemarah, biasanya
sebelum sakit klien sabar menunggu bila ada keinginan terhadap sesuatu
tetapi sejak sakit semua keinginan harus cepat dipenuhi.
6. Lain-lain

9. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh klien
An.P diasuh oleh ibunya
2. Hubungan dengan anggota keluarga
Hubungan anak P dengan orang tua dan saudara-saudaranya yang lain baik
3. Hubungan dengan teman sebaya
Klien bisa bermain dengan baik dengan teman sebayanya.
4. Pembawaan secara umum
An. P tampak normal, ( pertumbuhan dan perkembangan normal)
5. Lingkungan Rumah
Tipe rumah semi permanen dengan cukup ventilasi dan cukup cahaya,
sumber air minum air sumur, pembuangan sampah rumah tangga
dikumpulkan dan diambil oleh truk pembuangan sampah .

10. Pemeriksaan Fisik


1. Keadaan umum : sedang, kesadaran compos mentis.
TD 100/60 mmHg, HR 100x/menit, suhu 38ºc, RR
22x/i
2. TB / BB : 128 cm/ 30 kg
3. Kepala
Rambut : rambut bersih, warna hitam, rambut halus, rambut sedikit rontok
4. Mata : simestris kiri kanan, konjungtiva anemis, skelera tidak ikterik
5. Telinga : simestris kiri kanan, tidak ada perdarahan dari telinga
6. Hidung : simetris kiri dan kanan, tidak ada polip, tidak ada sekret,
tidak ada pernafasan cuping hidung
7. Mulut : Kebersihan: Bersih Warna Bibir: Pucat Kelembapan: kering
50

a. Lidah : bersih
b. Gigi : ada caries
8. Leher
a. Kelenjer Getah Bening : tidak teraba pembesaran kelenjar getah
bening
b. Kelenjer Tiroid: tidak ada pembesaran kel tyroid
9. Jantung
a. Inspeks : ictus cordis tidak terlihat
b. Palpasi : ictus cordis teraba 3 jari line midklavikula sinistra
RIC V
c. Auskultasi : bunyi jantung teratur
10. Paru-paru
a. Inspeksi : simestris kiri kanan, tidak ada tarikan dinding dada
b. Palpasi : fremitus/getarannya kiri dan kanan sama
c. Perkusi : sonor
d. Auskultasi : vesikuler, tidak ada ronchi, tidak ada whezing
11. Perut
a. Inspeksi : tidak ada pembesaran abdomen (tidak membuncit)
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba pembesaran hepar
c. Perkusi : tympani
d. Auskultasi : bising usus terdengar (12x/i)
12. Punggung : tidak ada benjolan, tidak ada kelainan pada punggung
13. Ekstremitas :
a. Atas : tidak ada oedema, tidak ada clubbing finger , tidak ada sianosis,
b. Bawah : tidak ada oedema, nyeri pada kaki dan sendi, purpura ada.
c. Kekuatan otot : untuk ekstremitas atas dan bawah, anak dapatmmelawan
hambatan yang ringan. Klien dibantu keluarga dalam
beraktivitas.

4 4
4 4
51

14. Genitalia : tidak ada pembesaran testis dan skrotum


15. Kulit : Warna: pucat, ptekie tidak ada, Tugor: baik, kemerahan pada
paha kanan atas, Elastisitas: elastis kembali seperti semula
cepat
10. Pemeriksaan Tumbuh Kembang
Satus Gizi:
BB : 30 Kg
TB : 128 cm
IMT = Berat Badan / (Tinggi Badan x Tinggi Badan) = 30 / (1,3 x 1,3)
IMT =30/1,6 = 18,75

11. Pemeriksaan Psikososial


Anak sering murung sejak sakit dan anak cenderung pemarah, setiap
permintaan harus cepat dipenuhi.

12. Pemeriksaan Spiritual


Anak bisa mengerjakan ibadah sholat dan sering berdoa meminta
kesembuhan pada sang pencipta.

13. Pemeriksaan Penunjang


Tabel 3.2 Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Interprestsi
Hb 6,2 g/dl 10,2-15,2 Turun
Leukosit 2,950 /mm3 5.000-10.000 Turun
Ht 19 % 34-48 Turun
Tc 95.000/ mm3 150.000-450.000 Turun
eritrosit 2,06/mm3 4,5 - 5,5 Turun
Retikulosit 0,6% 0,5-1,5 Normal
APTT 25,1 detik 20,1-27,1 Normal
PT 10,7 detik 8,9- 12,1 Normal
INR 1,02 < 1,2 Turun
SGOT 50 U/L < 38 Naik
SGPT 49 U/L < 41 Naik
Natrium 130 mmol/L 136- 145 Turun
Kalium 4,2 mmol/L 3,5- 5,1 Normal
Klorida 97 mmol/L 97-111 Normal
Ureum darah 22 mg/dL 10-50 Normal
Kreatinin 0,7 mg/dL 0,8-1,3 Turun
52

Gula Darah Sewaktu 111 mg/dL <200 Normal


Hitung Jenis:
Basofil 0% 0-2 Normal
Eosinofil 3% 1-4 Turun
Neutrofil batang 6% 0,0-5,0 Naik
Neutrofil segmen 25 % 29,0-65,0 Turun
Limfosit 69 % 29-65 Naik
Monosit 3% 2-11 Normal

Hasil BMP : gambaran sum-sum tulang sesuai dengan leukemia limpo blast
Akut tipe L1

14. Kebutuhan Dasar Sehari-Hari


Tabel 3.3
Jenis
No Di Rumah/Sebelum Sakit Di Rumah sakit
Kebutuhan
1 Makan 3x sehari makanan biasa, an P 3X sehari, makanan biasa, tidak
suka makan sayur habis yang diberikan dari RS, ada
penurunan nafsu makan
2 Minum 5-6 gelas perhari ± 1000 ml air 5-6 gelas perhari ± 1000 ml air
putih + susu putih + susu
3 Tidur 10-12 jam perhari 8-10 jam perhari, anak susah tidur
karenya pegal-pegal sendi dan
sering terbangun karena terkejut
dengan bunyi disekelilingnya
4 Mandi 2X sehari dibantu oleh orang 1 kali sehari dibantu oleh orang
tua tua
5 Eliminasi Bab 1 kali sehari, konsentensi Bab 1 kali sehari/ dua hari,
lembek tidak ada perdarahan konsentensi lembek tidak ada
BAK 4-5 sehari perdarahan
BAK 5-6 sehari warnah jernih
6 Bermain Bermain bersama saudara Tidak ada bermain karena nyeri
perempuannya jarang keluar pada kaki dan keletihan
rumah

15. Ringkasan Riwayat Keperawatan


Klien masuk RS pada tanggal 29-9-2019 dengan keluhan mual dan muntah,
deman dan anak tampak pucat dan badannya lemah. Klien (9 th 11 bln)
sekolah dasar dan beralamat di Sungai Aua Agam, nama ibu kandung Ny. S
dan pekerjaan IRT. Pada saat pengkajian klien mengalami mual disertai
muntah dalam jumlah yang banyak, produksi air liur banyak, klien sering
53

menelan ludah karena takut muntah, sebelum dibawa ke rumah sakit, klien
muntah bisa 4-6 kali dalam sehari, namun sejak tadi pagi klien muntah klien
sudah 4 kali, dengan konsistensi cair, berwarna hijau terkadang hanya
muntahan liur/air. Selama klien mual serta muntah klien merasa tidak nafsu
untuk makan, klien kadang hanya menghabiskan diet dari rumah sakit ¼ nya
saja, Ibu klien juga mengatakan selama mual dan muntah klien juga demam
sejak 1 hari yang lalu, pada saat dilakukan pengecekan tanda-tanda vital,
suhu An. P 380C, tekanan darah 100/60 mmHg, Nadi 100x/i serta pernafasan
klien 22x/i. Klien juga mengeluhkan kakinya terasa sakit dan pegal-pegal
pada sendi dan diminta dipijit-pijit sama ibunya. ibunya mengatakan klien
sering merasakan pegal-pegal seperti ini, skala nyeri 4, ibu klien juga
mengatakan klien susah tidur dimalam hari karena merasa tidak nyaman
dengan nyeri dan pegal-pegal disendi, lien tampak gelisah dan wajah klien
tampak tegang, klien juga sering merasa lelah ketika beraktivitas dan semua
aktivitas klien dibantu oleh keluarga. Pada saat ini klien tampak lemas dan
pucat, klien hanya tampak bersandar di bantal dengan wajah lesu. Ibu klien
juga mengatakan ada bercak merah/kemerahan dipaha kanan atas anak yang
terlihat sejak 5 hari yang lalu. Bintik merah pada paha anak terlihat tidak
terlalu banyak, hanya pada seperempat paha atas anak yang muncul pada satu
tempat, dengan ukuran seperti gigitan nyamuk.
Pada hasil pemeriksaan laboratorium trombosit klien menurun (9500/ mm³)
dan leukosit 2,950 /mm3. Kesadaran : CM, tekanan darah 100/60 mmhg.
Status gizi baik / normal. BB klien saat ini 30 kg dan TB 128 cm.
Terapi / Pengobatan klien :
 Transfusi PRC - 2x100 cc - 1x150 cc
 MB TKTP 1500 kkal
 MTX IT 12mg
 VCR 1mg (IV)
 Dexa 2 mg tab (oral)
 PCT tablet
 Ondansentron
 IVFD Nacl 0,9%
54

B. Analisa Data
Tabel 3.4
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 Ds : LLA Mual
- Klien mengatakan mual
- Klien mengatakan muntah Kemoterapi
- Klien mengatakan tidak
nafsu makan sel
- Klien mengatakan banyak enterochromaffin
air ludah melepaskan
- Klien mengatakan sering Serotonin dengan
menelan ludah karena memicu reseptor
takut muntah Serotonin
Do :
- Diit tidak habis Mual dan muntah
- Klien tampak pucat
2 Ds : LLA Hipertermia
- Ibu mengatakan anak demam
- Ibu mengatakan anak lemah Proliferasi sel darah
- Ibu mengatakan anak putih
pucat
Hematopiosis,
Do: eritrosit, neutrofil
- Badan anak terasa hangat dan trombosit
- Klien tampak lemas dan
pucat Neutropenia
- membran mukosa tampak
pucat Penurunan daya
- Hb 6,2 gr/dl tahan tubuh
- Leukosit 2,950 /mm3
- Suhu 380C Demam
- Nadi 100x/i

3 Ds : LLA Resiko perdarahan


- Ibu klien mengatakan ada
bercak merah/ kemerahan Proliferasi sel darah
pada paha atas anak. putih
Do:
- Ada pupura pada paha Hematopiosis,
atas eritrosit, neutrofil
- Trombosit 9.5000/mm3 dan trombosii
- Hb 6,2 gr/dl
- Membrane tampak pucat Trombositopenia

Perdarahan

Resiko perdarahan
55

4 Ds : LLA Nyeri akut


- Klien mengatakan kaki
terasa sakit Proliferasi sel darah
- sendi kadang terasa pegal- putih imatur
pegal
- keluarga mengatakan An. Akumulasi
P sering meminta untuk limfoblas didalam
memijit mijit kakinya. sumsum tulang
-
Do : Menekan
- Klien tampak memegangi periosteom
kakinya
- Klien tampak meringis Menekan saraf
- Skala nyeri 4 disekitar tulang

Respon inflamasi

Mangaktifkan
bradikini, sitokinin

Nyeri

5 Ds : LLA Intoleransi
- Klien mengeluhkan sering aktitivitas
merasa lelah Proliferasi sel darah
- Klien mengatakan mudah putih
lelah bila beraktivitas
- Keluarga mengatakan Hemoglobin
aktivitas klien dibantu oleh
keluarga Sirkulasi 02 dalam
darah

Do: Kelelahan
- Klien tampak lelah,
konjungtiva anemis Intoleransi aktifitas
- Klien tampak berhati-hati
bila bergerak
- Kekuatan otot : 4
- Nadi 100x/i

C. Diagnosa Keperawatan

1. Mual berhubungan dengan program pengobatan


2. Hipertermia berhubungan dengan penyakit
3. Resiko perdarahan berhubungan dengan koagulasi inheren
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fisik tidak bugar
56

C. Intervensi Keperawatan
Tabel 3.5

NO DIAGNOSA NOC NIC


KEPERAWATAN
1 Mual berhubungan Setelah dilakukan asuhan Manajemen mual
dengan program keperawatan diharapkan - Lakukan penilaian lengkap
pengobatan : terhadap mual, termasuk
Nafsu makan frekuensi, durasi, tingkat
nafsu makan pasien keparahan, dan faktor-faktor
dipertahankan pada (4) pencetus dengan
sedikit terganggu dan menggunakan alat
ditingkatkan pada (pengkajian) seperti self care
(5)tidak terganggu. journal, visual analog scale,
Dengan indikator : timbangan analog visual,
- Hasrat/keinginan untuk duke descriptive scale, dan
makan (4) Rhodes index of nausea and
- Intake makanan (4) vomiting (INV)
- Intake nutrisi (4) - Observasi tanda-tanda
- Intake cairan (4) nonverbal dari
- Rangsangan untuk ketidaknyamanan
makan (4) - Dapatkan riwayat lengkap
perawatan sebelumnya
Kontrol mual dan - Ajari teknik nonfarmakologi
muntah untuk mengatasi mual
Mengontrol mual dan dengan cara relaksasi otot
muntah dipertahan pada progresif
(4) sering ditunjukkan - Dorong pola makan dengan
dan ditingkatkan pada porsi sedikit makanan yang
(5) secara konsisten menarik bagi pasien yang
ditunjukkan mual
Dengan indikator : - Tingkatkan istirhat dan tidur
- Menggunakan yang cukup untuk
langkah-langkah memfasilitasi pengurangan
pencegahan (4) mual
- Melaporkan mual dan - Monitor asupan makanan
muntah yang terkontrol terhadap kandungan gizi dan
(4) kalori
- Monitor efek dari
manajemen mual secara
keseluruhan
Manajemen muntah
- Kaji emesis terkait dengan
warna, konsisitensi, akan
adanya darah, waktu dan
sejauh mana akan kekuatan
emesis
- Ukur atau perkirakan emesis
- Sarankan membawa kantong
plastik untuk menampung
muntah
57

- Pertimbangkan frekuensi
dan durasi muntah dengan
menggunakan skala seperti
duke descriptive scale dan
rhodes index of nausea and
vomiting (INV) form 2
- Dapatkan riwayat makanan
seperti makanan yang
disukai
- Identifikasi faktor-faktor
yang menyebabkan muntah
- Posisikan untuk mencegah
aspirasi
- Lakukan membersihkan
mulut untuk membersihkan
mulut dan hidung
- Monitor keseimbangan
cairan dan elektrolit
- Dorong untuk istirahat
- Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologi untuk
mengelola muntah dengan
cara relaksasi otot progresif
Monitor nutrisi
- Intruksikan pasien mengenai
kebutuhan nutrisi
- Ciptakan lingkungan yang
optimal pada saat
mengkonsumsi makan
- Lakukan atau bantu pasien
terkait dengan perawatan
mulut sebelum makan
- Anjurkan pasien untuk
duduk pada posisi tegak
dikursi, jika memungkinkan
- Pastikan makanan yang
disajikan dengan cara yang
menarik dan pada suhu yang
paling cocok untuk
dikonsumsi secara optimal
- Monitor kalori dan asupan
makanan
- Monitor kecendrungan
terjadi kenaikan atau
penurunan berat badan
2 Hipertermia Setelah dilakukan asuhan Fever treatment
berhubungan dengan keperawatan diharapkan  Monitor suhu sesering
penyakit : mungkin
Termoregulasi  Monitor IWL
Dipertahankan pada  Monitor warna dan suhu
(4)ringan dan kulit
dtingkatkan pada(5)  Monitor tekanan darah,
58

tidak ada nadi dan RR


Indikator :  Monitor WBC, Hb, dan
- Peningkatan suhu kulit Hct
(4)  Monitor intake dan
- hipertermia (4) output
- perubahan warna  Berikan anti piretik
kulit(4)  Selimuti pasien
Tanda-Tanda Vital  Berikan cairan intravena
- suhu tubuh (4)  Kompres pasien pada
- tekanan nadi (4) lipat paha dan aksila
- tekanan darah sistolik  Berikan pengobatan
(4) untuk mencegah
- tekanan darah terjadinya menggigil
diastolik (4)
Vital sign Monitoring
 Monitor tekanan darah,
nadi, suhu dan
pernafasan
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor Vital Sign saat
pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
 Auskultasi Tekanan
darah pada kedua lengan
dan bandingkan
 Monitor Tekanan darah,
nadi, pernafasan,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
 Monitor kualitas nadi
 Monitor irama
pernapasan dan frekuensi
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
3 Resiko perdarahan Setelah dilakukan asuhan Pencegahan perdarahan
berhubungan dengan keperawatan diharapkan - Pantau perdarahan pasien
penurunan koagulasi : - Monitor kadar HB dan HT
inheren Keparahan kehilangan sebelum dan sesudah
darah kehilangan darah
Dipertahankan pada (4) - Pantau adanya tanda dan
ringan dan ditingkatkan gejala perdarahan persinten(
ke (5) tidak ada minsal periksa semua darah
Indikator : terang atau darah semat)
- Penurunan hemoglobin - Pantau studi koagulasi,
(4) termasuk protrombin time(
- Penurunan hematokrit pt), wktu trombolpastin
(4) parsial (ppt), fibrinogen,
degradasi/produk split, dan
jumlah trombosit
- Berikan produk darah (
minsalnya trombosit dan
59

plasama baku segar


- Intruksi pasien dan keluarga
dengan tanda-perdarahan
4 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Pain Management
berhubungan dengan keperawatan diharapkan - Lakukan pengkajian nyeri
agen cidera biologis : secara komprehensif
Kontrol nyeri termasuk lokasi,
Dipertahankan pada (4) karakteristik, durasi,
sering menunjukkan dan frekuensi, kualitas dan faktor
ditingkatkan ke (5) presipitasi
secara konsisten - Observasi reaksi nonverbal
menunjukkan dari ketidaknyamanan
Indikator : - Gunakan teknik komunikasi
- Mengenali kapan nyeri terapeutik untuk mengetahui
terjadi (4) pengalaman nyeri pasien
- Menggunakan - Kontrol lingkungan yang
tindakan pengurangan dapat mempengaruhi nyeri
tanpa analgesik(4) - Kurangi faktor presipitasi
- Melaporkan perubahan nyeri
terhadap gejala nyeri - Pilih dan lakukan
(4) penanganan nyeri
- Melaporkan nyeri (farmakologi, non
terkontrol(4) farmakologi dan inter
personal)
Tingkat nyeri - Kaji tipe dan sumber nyeri
Dipertahankan pada (4) untuk menentukan intervensi
ringan dan ditingkatkan - Ajarkan teknik non
pada (5) tidak ada farmakologi
Indikator : - Berikan analgetik untuk
Nyeri yang dilaporkan mengurangi nyeri
(5) - Tingkatkan istirahat
Ekspresi nyeri wajah (5) - Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
- Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
Analgesic Administration
- Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
- Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi
- Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
- Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
- Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
60

analgesik pertama kali


- Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
- Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
5 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan asuhan Manajemen energy
berhubungan dengan keperawatan maka - Bantu pasien dalam
fisik tidak bugar diharapkan : memilih aktivitas
Toleransi terhadap - Rencanakan aktivitas
aktifitas untuk periode dimana
Dipertahankan pada (4) pasien mempunyai energy
sedikit terganggu dan paling banyak
ditingkatkan ke (5) tidak - Dorong verbilitasi
terganggu perasaan keterbatasan
Indikator : - Tentukan penyebab
- Kecepatan berjalan (5) kelelahan
- Kekuatan tubuh bagian - Monitor pola tidur dan
atas(5) jumlah jam tidur
- Kekuatan tubuh bagian - Monitor intake out put
bawah(5) - Monitor lokasi nyeri
- Kemudahan dalam selama aktivitas
melakukan aktivitas - Batasi stimulus lingkungan
hidup harian(5) - Batasi pengunjung
Konservasi energi - Gunaka Rom aktif dan
Dipertahankan pada (4) ROM pasif untuk
sering menunjukkan dan mengurangi ketegangan
ditingkatkan ke (5) otot.
secara konsisten
menunjukkan
Indikator :
- Menyeimbangkan
aktivitas dan istirahat
(5)
- Menyadari keterbatan
energi (5)
- Mempertahankan
intake nutrisi (5)
- Melaporkan kekuatan
yang cukup untuk
beraktifitas (5)
61

D. CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : An. P

Diagnosa Medis : Leukemia Limfoblastik Akut

Ruang Rawat : Ruang Inap Anak Kronik RSUP. Dr. M. Djamil Padang

Tanggal : 29 September 2019 jam 15.00 WIB

Tabel 3. 6

No Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi


1 Mual berhubungan dengan - Melakukan penilaian terhadap mual dan muntah S:
program pengobatan menggunakan kusioner INRV (didapatkan hasil 15) - Klien mengatakan mual masih ada
- Mengajari teknik nonfarmakologi untuk mengatasi mual - Klien mengatakan masih muntah 3 kali
dan muntah (relaksasi otot progresif) pada pukul 13.00 - Klien mengatakan tidak nafsu makan
WIB
- Meningkatkan istirahat dan tidur yang cukup O:
- Mengukur atau perkirakan emesis (200 cc) - Keinginan untuk makan cukup terganggu
- Menyarankan membawa kantong plastik untuk (3)
menampung muntah - Intake makanan pada pasien (3)cukup
- Megidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan muntah - Intake nutrisi (3)cukup
(keluarga mengatakan anak habis kemoterapi 2 hari yang - Rangsangan untuk makan (3)
lalu) - Menggunakan langkah pencegahan (2)
- Memposisikan untuk mencegah aspirasi (semi fowler) jarang
- Memonitor keseimbangan cairan dan elektrolit (intake : - Melaporkan mual dan muntah terkontrol
2500, output : 2000) (2)jarang
- Menciptakan lingkungan yang nyaman saat anak makan
62

dengan tidak memberikan pengobatan atau tindakan A: masalah belum teratasi


selama anak makan
- Memonitor kecendrungan terjadi kenaikan atau P : intervensi dilanjutkan
penurunan berat badan (BB : 30 kg, tidak ada penurunan) - Manajemen mual dan muntah
- Melakukan penilaian terhadap mual
dan muntah
- Mengajari teknik nonfarmakologi
untuk mengatasi mual dan muntah
- Monitor keseimbangan cairan dan
elektrolit
2 Hipertermia berhubungan - Memonitor suhu setiap 4 jam (pukul 09.00 wib 380C, S:
dengan penyakit pukul 13.00 wib 37.4 0C, pukul 17.00 wib 36,8 0C) - Ibu klien mengatakan badannya
- Memonitor warna dan suhu kulit (bibir kering dan anaknya sudah tidak panas lagi
pucat, badan terasa hangat) O:
- Memonitor tekanan darah, nadi dan RR - Peningkatan suhu kulit (4)sedikit
(TD : 100/60 mmHg, N : 100x/i, S : 380C, RR : 22x/i) terganggu
- Monitor intake dan output elektrolit (intake : 2500, - Hipertermia (5)tidak terganggu
output : 2000) - Perubahan warna kulit (4)sedikit
- Memberikan obat paracetamol terganggu
- Memberikan cairan intravena (IVFD Nacl 0,9%) - Suhu tubuh (4) ringan
- Mengompres pasien pada dahi - Tekanan nadi (4)ringan
- Menganjurkan ibu untuk meningkatkan intake cairan - Tekanan darah sitolik dan diastolik
anak dengan sering memberi air minum (4)ringan
A:
- masalah teratasi

P: intervensi dihentikan
Resiko perdarahan - Memantau perdarahan pasien S:
3 berhubungan dengan - Memantau kadar hb dan ht sebelum dan sesudah - Keluarga mengatakan bintik merah
koagulasi inheren kehilangan darah (Hb : 6,2 g/dl, Ht : 19%) dipaha masih ada
- Mematau adanya tanda dan gejala perdarahan persinten( - Klien mengatakan masih lemah
63

minsal periksa semua darah terang atau darah semat) : 0 :


tidak ada perdarahan persisten - Penurunan haemoglobin (2) cukup berat
- Memantau studi koagulasi, termasuk protrombin time( - Penurunan hematokrit (2) cukup berat
pt), wktu trombolpastin parsial (ppt), fibrinogen,
degradasi/produk split, dan jumlah trombosit (tombosit : A : Masalah belum teratasi
95.000/ mm3)
- Menganjurkan pasien dan keluarga pada tanda- P : intervensi dilanjutkan :
perdarahan dan tindakan yang tepat( memberitahu - Mengawasi tanda-tanda pendarahan
perawat jika terjadi perdarahan) - Menjelaskan pada keluarga agar
mengawasi tanda-tanda pendarahan
pada anak
- Memantau Hb, Ht dan memantau status
koagulasi pasien
Nyeri akut berhubungan - Mengobservasi nyeri secara komprehensif termasuk S:
dengan agen cidera biologis lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan - klien mengatakan nyeri kali dan
faktor presipitasi pegal-pegal dikaki masih terasa
4 P: o:
Q : nyeri pegal-pegal - mengenali kapan nyeri terjadi (3)
R : nyeri kepala/ pegal di sendi-sendi kaki kadang
S : skala 4 - menggunakan tindakan pengurangan
T : sering tanpa analgesik (3) kadang
- Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan - melaporkan perubahan terhadap skala
- Menggunakan teknik komunikasi terapeutik untuk nyeri (2) kadang
mengetahui pengalaman nyeri pasien - nyeri dilaporkan (3)sedang
- Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi - ekspresi wajah (3)sedang
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan A : masalah belum teratasi
kebisingan
- Mengurangi faktor presipitasi nyeri P : intervensi dilanjutkan
- Penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan - manajemen nyeri
inter personal) - mengobservasi nyeri
- Mengajarkan tentang teknik non farmakologi - penaganan nyeri dengan farmakologi dan
64

(relaksasai nafas dalam) nonfarmakologi


- Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri
(paracetamol 500 mg)
- Menganjurkan Tingkatkan istirahat
- Mengecek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
frekuensi
Intoleransi aktivitas - Mengindentifikasi aktivitas harian yang biasa dan S:
berhubungan dengan tidak bisa dilakukan oleh klien - Ibu klien mengatakan anaknya mudah
kelemahan fisik - Menganjurkan klien untuk melakukan aktivitas lelah bila beraktivitas
secara bertahap - Anak mengatakan masih terasa lemas
5 - Menganjurkan pasien untuk mengungkapkan O:
aktivitas yang menimbulkan kelelahan - Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat
- Menjelaskan pada klien dan keluarga untuk istirahat (3)
bila kelelahan - Menyadari keterbatan energi (3)
- Memonitor pola tidur dan jumlah jam tidur klien (7 - Mempertahankan intake nutrisi (3)
jam) - Melaporkan kekuatan yang cukup untuk
- Memonitor pemasukan intake nutrisi dan kalori beraktifitas (3)
(intake : 2500, outout : 2000) A:
- Membantu klien dalam beraktivitas - Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
- manajemen nutrisi
Nama Klien : An. P

Diagnosa Medis : Leukemia Limfoblastik Akut

Ruang Rawat : Ruang Inap Anak Kronik RSUP. Dr. M. Djamil Padang

Tanggal : 30 September 2019 jam 15.00 WIB

No Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi


1 Mual berhubungan dengan - Melakukan penilaian lengkap terhadap mual dan S:
pengobata muntah - Klien mengatakan mual sudah mulai berkurang
- Mengajari teknik nonfarmakologi untuk mengatasi - Klien mengatakan masih muntah
mual dan muntah (relaksasi otot progresif) - Klien mengatakannafsu makan sudah mulai ada
- Meningkatkan istirahat dan tidur yang cukup O:
- Mengukur atau perkirakan emesis (120 cc) - Keinginan untuk makan cukup terganggu (3)
- Memonitor keseimbangan cairan dan elektrolit - Intake makanan pada pasien (3)cukup
(intake : 2500, output : 2000) - Intake nutrisi (3)cukup
- Menciptakan lingkungan yang optimal pada saat - Rangsangan untuk makan (3)
mengkonsumsi makan - Menggunakan langkah pencegahan (3) jarang
- Memastikan makanan yang disajikan dengan cara - Melaporkan mual dan muntah terkontrol
yang menarik dan pada suhu yang paling cocok (3)jarang
untuk dikonsumsi secara optimal
- Memonitor kecendrungan terjadi kenaikan atau A: masalah belum teratasi
penurunan berat badan (BB : 30 kg, tidak ada
penurunan) P : intervensi dilanjutkan
- Manajemen mual dan muntah
- Melakukan penilaian terhadap mual dan
muntah
- Mengajari teknik nonfarmakologi untuk
mengatasi mual dan muntah
- Monitor keseimbangan cairan dan
elektrolit
Resiko perdarahan - Memantau perdarahan pasien S:
berhubungan dengan - Memantau kadar hb dan ht sebelum dan sesudah - Keluarga mengatakan bercak merah dipaha
koagulasi inheren kehilangan darah (Hb : 6,2 g/dl, Ht : 19%) masih ada
- Mematau adanya tanda dan gejala perdarahan - Klien mengatakan masih lemah
2 persinten( minsal periksa semua darah terang atau
darah semat) : tidak ada perdarahan persinten 0:
- Memantau studi koagulasi, termasuk protrombin - Penurunan haemoglobin (2) cukup berat
time( pt), wktu trombolpastin parsial (ppt), - Penurunan hematokrit (2) cukup berat
fibrinogen, degradasi/produk split, dan jumlah
trombosit (tombosit : 95.000/ mm3) A : Masalah belum teratasi
Menganjurkan pasien dan keluarga pada tanda-
perdarahan dan tindakan yang tepat( memberitahu P : intervensi dilanjutkan :
perawat jika terjadi perdarahan) - Mengawasi tanda-tanda pendarahan
- Menjelaskan pada keluarga agar mengawasi
tanda-tanda pendarahan pada anak
- Memantau Hb, Ht dan memantau status
koagulasi pasien
Nyeri akut berhubungan - Mengobservasi nyeri secara komprehensif S:
dengan agen cidera biologis termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, - pegal-pegal dikaki masi terasa
kualitas dan faktor presipitasi o:
P: - mengenali kapan nyeri terjadi (4) kadang
Q : nyeri pegal-pegal - menggunakan tindakan pengurangan tanpa
R : nyeri/pegal dikaki analgesik (4) kadang
S : skala 2 - melaporkan perubahan terhadap skala
3 T : sering nyeri (3) kadang
- Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi - nyeri dilaporkan (3)sedang
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan - ekspresi wajah (3)sedang
kebisingan
- Penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi A : masalah belum teratasi
dan inter personal)
- Mengajarkan tentang teknik non farmakologi P : intervensi dilanjutkan
(relaksasai nafas dalam) - manajemen nyeri
- Menganjurkan Tingkatkan istirahat - mengobservasi nyeri
- penaganan nyeri dengan farmakologi dan
nonfarmakologi
Intoleransi aktivitas - Menganjurkan klien untuk melakukan aktivitas S:
berhubungan dengan fisik secara bertahap - Ibu klien mengatakan anaknya mudah
tidak bugar - Memonitor pola tidur dan jumlah jam tidur klien lelah bila beraktivitas
(7 jam) O:
- Memonitor pemasukan intake nutrisi dan kalori - Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat (3)
(intake : 2500, outout : 2000) - Menyadari keterbatan energi (3)
- Membantu klien dalam beraktivitas - Mempertahankan intake nutrisi (3)
- Melaporkan kekuatan yang cukup untuk
beraktifitas (3)
4 A:
- Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
manajemen nutrisi
Nama Klien : An. P

Diagnosa Medis : Leukemia Limfoblastik Akut

Ruang Rawat : Ruang Inap Anak Kronik RSUP. Dr. M. Djamil Padang

Tanggal : 1 Oktober 2019 jam 15.00 WIB

No Diagnosa keperawatan implementasi evaluasi


1 Mual berhubungan dengan - Melakukan penilaian lengkap terhadap mual dan muntah S:
pengobatan - Mengajari teknik nonfarmakologi untuk mengatasi mual - Klien mengatakan mual sudah
dan muntah (relaksasi otot progresif) mulai berkurang
- Meningkatkan istirahat dan tidur yang cukup - Klien mengatakan masih
- Mengukur atau perkirakan emesis (50 cc) muntah 1 kali
- Memonitor keseimbangan cairan dan elektrolit (intake : - Klien mengatakan nafsu
2700, output : 2500) makan sudah ada
- Menciptakan lingkungan yang optimal pada saat O:
mengkonsumsi makan - Keinginan untuk makan
- Memastikan makanan yang disajikan dengan cara yang sedikit terganggu (4)
menarik dan pada suhu yang paling cocok untuk - Intake makanan pada pasien
dikonsumsi secara optimal (3)cukup
- Memonitor kecendrungan terjadi kenaikan atau - Intake nutrisi (3)cukup
penurunan berat badan (BB : 30 kg, tidak ada - Rangsangan untuk makan (4)
penurunan) - Menggunakan langkah
pencegahan (4)
- Melaporkan mual dan muntah
terkontrol (4)

A: masalah belum teratasi


P : intervensi dilanjutkan
- Manajemen mual dan
muntah
- Melakukan penilaian
terhadap mual dan
muntah
- Mengajari teknik
nonfarmakologi untuk
mengatasi mual dan
muntah
- Monitor keseimbangan
cairan dan elektrolit
2 Resiko perdarahan berhubungan - Memantau perdarahan pasien S:
dengan koagulasi inheren - Memantau kadar hb dan ht sebelum dan sesudah - Keluarga mengatakan
kehilangan darah (Hb : 7,8 g/dl, Ht : 22%) bercak merah dipaha masih
- Mematau adanya tanda dan gejala perdarahan persinten( ada
minsal periksa semua darah terang atau darah semat) : - Klien mengatakan masih
tidak ada perdarahan persinten lemah
- Memantau studi koagulasi, termasuk protrombin time( 0:
pt), wktu trombolpastin parsial (ppt), fibrinogen, - Penurunan haemoglobin (2)
degradasi/produk split, dan jumlah trombosit (tombosit : cukup berat
95.000/ mm3) Penurunan hematokrit (2)
- Menganjurkan pasien dan keluarga pada tanda- cukup berat
perdarahan dan tindakan yang tepat( memberitahu A : Masalah belum teratasi
perawat jika terjadi perdarahan)
P : intervensi dilanjutkan :
- Mengawasi tanda-tanda
pendarahan
- Menjelaskan pada keluarga
agar mengawasi tanda-
tanda pendarahan pada
anak
- Memantau Hb, Ht dan
memantau status koagulasi
pasien.

3 Nyeri akut berhubungan dengan - Mengobservasi nyeri secara komprehensif termasuk S:


agen cidera biologis lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan - Keluarga mengatakan
faktor presipitasi bercak merah dipaha masih
P: ada
Q : pegal-pegal - Klien mengatakan masih
R : nyeri/pegal dikaki lemah
S : skala 2 0:
T : sering - Penurunan haemoglobin (2)
- Mengontrol suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan cukup berat
- Mengajarkan tentang teknik non farmakologi Penurunan hematokrit (2)
(relaksasai nafas dalam) cukup berat
- Menganjurkan Tingkatkan istirahat A : Masalah belum teratasi

P : intervensi dilanjutkan :
- Mengawasi tanda-tanda
pendarahan
- Menjelaskan pada keluarga
agar mengawasi tanda-
tanda pendarahan pada
anak
- Memantau Hb, Ht dan
memantau status koagulasi
pasien.
4 Intoleransi aktivitas berhubungan - Menganjurkan klien untuk melakukan aktivitas S:
dengan kelemahan fisik secara bertahap - Ibu klien mengatakan
- Memonitor pola tidur dan jumlah jam tidur klien (7- anaknya sudah mulai
8 jam) mengerjakan aktivitas
- Memonitor pemasukan intake nutrisi dan kalori ringan sendiri
(intake : 2700, outout : 2500) O:
- Membantu klien dalam beraktivitas - Menyeimbangkan aktivitas
dan istirahat (4)
- Menyadari keterbatasan
energi (4)
- Mempertahankan intake
nutrisi (3)
- Melaporkan kekuatan yang
cukup untuk beraktifitas (3)
A:
- Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
manajemen nutrisi
BAB IV
LITERATURE REVIEW

A. Jenis Review

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian sekunder yang berjenis Literature Review. Literature Review

merupakan metode dalam melaksanakan review artikel dengan standar,

kriteria, evaluasi terstruktur, dan pengkategorian dari evidence based yang

telah dihasilkan sebelumnya (Hariyati, 2010). Jenis review yang digunakan

yaitu tradisional review yang mana tradisional review merupakan tinjauan

pustaka yang selama ini umum dilakukan oleh peneliti. Paper- paper ilmiah

yang direview dipilih sendiri oleh peneliti sesuai topik penelitian. Adapun

metode pencarian artikel atau jurnal yang digunakan yaitu pencarian melalui

electronic database, Science Direct, Research Gate dan Pubmed. Peneliti

menuliskan kata kunci sesuai MeSH (Medical Subject Headding yaitu

“progressive muscle relaxation, cancer, chemotherapy, nausea and

vomitting”.

B. Strategi Pencarian Literature

Metode pencarian artikel atau jurnal yang digunakan yaitu pencarian

melalui electronic,databased, Science Direct, Research Gate dan Pubmed.

Peneliti menuliskan kata kunci sesuai MeSH (Medical Subject Headding) yaitu

kosa kata dari US National Library of Medicine yang digunakan untuk mencari

data di PubMed dan beberapa data base lain (CQUniversity Australia, 2020).

Jadi peneliti menggunakan kata kunci yaitu “progressive muscle relaxation,

cancer, chemotherapy, nausea and vomiting”. Penelitian ini dilakukan dengan

72
73

literature review dengan rentang waktu pengumpulan jurnal sampai tahap

penulisan hasil jurnal sampai dengan September 2020.

C. Kriteria Inklusi dan ekslusi

1. Kriteria inklusi

a. Artikel yang memiliki objek penelitian mengenai intervensi relaksasi

otot progresif dan pengaruhnya terhadap mual dan muntah pasien

kanker.

b. Tahun terbit artikel dalam rentang waktu 2016-2020.

c. Artikel penelitian menggunakan metode metode design randomized

controlled trials, quasi eksperimental dan clinical trial

d. Artikel dalam bentuk full text (dapat diakses secara penuh).

2. Kriteria eksklusi

a. Penelitian yang tidak membahas topik pengaruh intervensi relaksasi

otot progresif terhadap mual dan muntah pasien anak post

kemoterapi.

b. Tahun terbit artikel sebelum tahun 2016

c. Jurnal tidak dalam bentuk full text (tidak dapat diakses penuh)

D. Seleksi studi dan Ekstrasi data

Data diekstraksi dari setiap sudut yang sesuai dengan kriteria inklusi

dan ekslusi yang sudah di tetapkan. Alur ekstrasi data literatur review yang

peneliti lakukan meliputi :

1. Melakukan pencarian jurnal, artikel dengan memasukan kata kunci yang

sudah ditetapkan
74

2. Menseleksi jurnal, artikel sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang

telah di tetapkan.

3. Menganalisis jurnal Analisa Jurnal bertujuan untuk mendapatkan gambaran

dari hasil penelitian dan hipotesis yang sebelumnya telah dirumuskan dalam

tujuan penelitian, serta memperoleh kesimpulan secara umum dari

penelitian yang sudah dilakukan sebagi kontribusi dalam pengembangan

terhadap ilmu pengetahuan yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2012).


75

Bagan 4.1
Diagram Alur Review Jurnal

Pencarian menggunakan
keyword melalui electronic
database Science Direct,
Research Gate dan
Pubmed
N=2.500

Seleksi Jurnal 5 tahun


terakhir
N=508

Exclude ( n = 57 )
Seleksi Judul dan
Tidak sesuai topik ( n=
Duplikat N=66
10 ) Literatur review (
n = 9)
Book chapters, skripsi (
n = 7 ) Tidak ada
hubungan dengan mual
Identifikasi Abstrak
muntah, kanker ( n = 31)
N=9

Exclude ( n = 4 )
Penelitian non-
eksperimen / non
intervensi ( n = 2 )
Tujuan tidak sesuai (
Artikel akhir yang bisa n=2)
dianalisa sesuai dengan
rumusan masalah dan
tujuan N=5
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kajian Literature

Jumlah pencarian dengan memasukan kata kunci “progressive muscle

relaxation, cancer, chemotherapy, nausea and vomitting” melalui database

elektronik ditemukan sebanyak 2.500 artikel jurnal, diantaranya Science

Dierect 2.030 artikel dengan Research Gate 100 dan PubMed ditemukan

sebanyak 370 artikel. Setelah dilakukan seleksi artikel jurnal dalam rentang 5

tahun terakhir terekslusi sebanyak 508 artikel jurnal. Selanjutnya penulis

melakukan seleksi lebih lanjut terhadap judul dan duplikat jurnal dan

diekslusi sebanyak 442 artikel jurnal, sehingga sisa sebanyak 66 artikel

jurnal. Dari 66 artikel jurnal didapatkan hanya 9 artikel jurnal yang layak

dilakukan identifikasi abstrak dan 57 artikel jurnal lainnya diekslusi dengan

alasan tidak sesuai topik sebanyak 10 artikel jurnal, Literatur review

sebanyak 9 artikel jurnal, Book chapters, skripsi sebanyak 7 artikel jurnal dan

tidak ada hubungan dengan nyeri kanker terdapatt 31 artikel jurnal.

Selanjutnya 4 dari 9 artikel dikeluarkan dengan alasan Penelitian non-

eksperimen / non intervensi dan tujuan tidak sesuai. Sehingga didapatkan 5

artikel jurnal yang bisa penulis analisis lebih lanjut.

76
77

Tabel 5.1
Daftar Analisa Artikel Relaksasi Otot Progresif
No Peneliti, Tahun Judul Sampel Metode Intervensi Hasil Penelitian
Terbit Penelitian
1 Rana Saleh The Effect Of 66 orang Design Intervensi dilakukan Terapi relaksasi otot
Mohamed Amer, Appplying A anak penelitian selama 3 hari pada pasien progresif yang diberikan
Mohamed Mersal Progressive leukemia Clinical trial intervensi, teknik relaksasi pada anak-anak
Hamd, Rabab El- Muscle dan otot progresif ini kelompok intervensi
Sayed Hasan El- Relaxation menggunakan dilakukan selama 15-30 didapatkan lebih sedikit
Sayed (2020) Technique On kusioner menit. Sebelum dilakukan mengalami mual dan
Nausea And rhodes index intervensi, dilakukan muntah yang disebabkan
Vomiting of nausea and pengukan mual muntah oleh efek dari kemoterapi
Induced By vomiting form dan skala rileks pada selama 3 hari intervensi
Chemotherapy 2, behavioral pasein. Teknik ini dengan hasil p < 0,0001
Among relaxation self- dilakukan dengan 3
Leukemic rating scale tahapan yaitu tahap
Children persiapan, tahap
implementasi dan tahap
evaluasi. Dimana pada
tahap evaluasi dilakukan
pengukuran mual muntah
dan skala rileks dengan
menggunakan kusioner.
2 Nagwa Ramadan Effect Of 90 anak Design yang Intervensi dilakukan hasil menunjukkan
Esmail Magor, Progressive leukemia digunakan selama 2 hari pada pasien perbedaan rata-rata dari
Azza Mostafa Muscle dengan umur adalah quasi intervensi, teknik relaksasi mual total
78

Darwish, Ebtisam Relaxation 7-18 tahun experimental, otot progresif ini dan skor muntah antara
Mohamed El Technique kusioner dilakukan selama 15-30 anak-anak yang diteliti di
Sayed, Mohamed Versus rhodes index menit. Sedangkan pada antara
Ramadan El- Acupressure of nausea and teknik akupresure tiga kelompok diukur
Shanshory And On vomiting form dilakukan selama 3-5 dengan (Skala Indeks
Hanan Mohamed Chemotherapy 2, behavioral menit. Sebelum dan Rhodes) yang
Es Saadany ( Induced relaxation self- sesudah intervensi, mengamati bahwa
2016) Nausea And rating scale dilakukan pengukan mual antisipasi mual dan
Vomiting In muntah dan skala rileks muntah total
Leukemic pada pasien. Teknik dialami secara signifikan
Children relaksasi otot progresif dan lebih jarang pada anak-
akupresure dilkukan anak yang melakukan
dengan tahap orientasi, teknik relaksasi otot
kerja dan evaluasi. progresif dibandingkan
pada anak-anak dalam
grup akupresur dan
kontrol di mana (F =
9.123, P = 0.001) dengan
nilai rata-rata (0.87 +
1.28, 2.07 + 3.36 dan
3.39 + 4.04) di
Kelompok PMRT,
kelompok akupresur dan
kelompok kontrol
79

3 Andreas Guided 208 pasien Randomizad Intervensi imajinasi mual muntah terkait
Charalambous, Imagery And kanker yang control parallel terbimbing dan relaksasi kemoterapi
Margarita Progressive menjalani design trial otot progresif dilakukan dan pengalaman muntah-
Giannagopoulou, Muscle kemoterapi, with 2 groups pada pasien yang muntah, kejadian dan
Evaggelos Bozas, Relaxation As dibagi dan mengalami gejala, nyeri, kesusahan secara
Yiola Marcou, A Cluster Of menjadi 2 menggunakan kelelahan, mual, muntah, signifikan lebih rendah
Petros Kitsios, Symtoms kelompok, kusioner cemas dan depresi. pada intervensi
Lefkios Paikousis Management kelompok HRQoL untuk Intervensi ini dilakukan kelompok dibandingkan
( 2016) Intervention In intervensi kualitas hidup. selama 4 minggu, dengan kelompok kontrol
Patients dan intervensi yang dilakukan Temuan menunjukkan
Receiving kelompok termasuk latihan tidak ada perbedaan yang
Chemotherapy kontrol pernapasan 2 menit, diikuti signifikan secara statistik
: A oleh otot progresif 10 dalam pengukuran ini
Randomized menit antara kedua kelompok,
Control Trial latihan relaksasi dan sesi namun kelompok
imajinasi terbimbing perumpamaan terpandu
selama 15 menit. mengungkapkan secara
signifikan lebih positif
pengalaman dengan
kemoterapi (p = 0,0001).
4 Saba Karimi, Surveying the 52 pasien Design study Sebelum dilakukan Uji Wilcoxon
Behnam Reza effect of a self- dengan eksperimen, intervensi terlebih dahulu menunjukkan penurunan
Makhsosi, care education kanker Alat responden mengisi yang signifikan pada
Seyed Jalil program on pengumpulan kuesioner demografi dan
kolorektal tingkat keparahan mual
Seyedi-Andi, severity of data meliputi MANE oleh responden
Maryam Behzadi, nausea and yang pada kedua kelompok. pada kelompok
kuesioner
Yasaman emesis in menjalani Untuk setiap kelompok, eksperimen (p < 0,001);
demografi dan
80

Moghofeh, colorectal kemoterapi Morrow dirancang enam sesi sementara tidak ada
Kourosh cancer patients Assessment of pelatihan. Keenam sesi ini penurunan signifikan
Mohammadinasra under Mausea dan berlangsung dalam waktu yang diamati pada
badi, Emesis 2 bulan, dan durasi tiap
chemotherapy kelompok kontrol
Alireza Abdi, sesinya adalah 45–60
Pegah Ahmadi menit. sebelum dan sesudah
(2017) Pada sesi pertama, intervensi (p = 0,57)
memberikan informasi
kepada pasien tentang
penyakit mereka. Pada sesi
kedua, pasien diberikan
penjelasan tentang
penyebab mual dan
muntah serta pentingnya
mencegah atau
mengurangi timbulnya
masalah ini. Pada sesi
ketiga, menjelaskan
tentang pentingnya diet
tinggi kalori, proteinuria,
dan protein tinggi, serta
jenis diet sebelum dan
sesudah kemoterapi. Pada
sesi keempat, postur tubuh
yang tepat selama
kemoterapi diberikan
untuk mengurangi
keparahan mual dan
penggunaan es untuk
mengurangi keparahan
81

mual dan muntah pada


pasien dijelaskan. Sesi
kelima diberikan pelatihan
metode diversi. Pada sesi
keenam, relaksasi otot
progresif diajarkan kepada
pasien (dimana pasien
mulai berkontraksi dan
melepaskan ototnya dari
telapak kaki, dan kontraksi
berlangsung selama 10
detik) untuk mengurangi
keparahan mual dan
muntah, serta untuk
menciptakan relaksasi
mental untuk pelatihan
pasien yang kami berikan.
Setelah itu pasien mebisis
kusioner MANE untuk
evaluasi.
5 Bhawna Gupta, Effectiveness 100 pasien Design yang Sebelum dilakukan Terapi relaksasi otot
Amandeep Kaur Of Progressive kanker yang digunakan intervensi pada kelompok progresif yang diberikan
(2020) Muscle menerima adalah quasi eksperimen dilakukan pada kelompok
Relaxation penilaian terhadap skala
kemoterapi, experimental, eksperimen terdapat
Technique On mual muntah dan skala
Physical dibagi Alat ukur yang nyeri, setelah itu dilakukan pengaruh yang signifikan
Symptoms menjadi 2 digunakan intervensi selama 7 hari dibandingkan kelompok
Among Patient kelompok skala mual dengan durasi 30-35 kontrol dengan hasil p <
Receiving yaitu muntah dan menit. Pada tahap 0,0001
Chemotherapy kelompok skala nyeri evaluasi, dinilai kembalai
82

eksperimen skala mual muntah dan


dan skala nyeri pasien yang
kelompok telah diberi relaksasi otot
progresif. Sedangkan pada
kontrol
kelompok kontrol hanya
menerima pengobatan dari
rumah sakit saja
83

B. Pembahasan

1. Mengetahui metode penelitian dan Teknik dari relaksasi otot progresif

Berdasarkan hasil penelitian dari 5 artikel mengenai pengaruh

relaksasi otot progresif terhadap mual dan muntah pada pasien kanker

dtemukan semua penelitian menggunakan desain yang berbeda. Desain yang

gunakan oleh. Andeas Charalambous, et al.,(2016) adalah randomized

control trial (RCT). Penelitian Nagwa Ramadan, et al., (2016), Karimi

(2017) dan Gupta (2020), menggunakan design quasy

experimental,Sedangkan penelitian dari Rana Saleh (2020) menggunakan

design clinical trial.

Kelebihan dari penelitian ini RCT, quasi eksperimen dan clinical

trial adalah penelitian ini mampu membuktikan ataupun mencoba sesuatu

intevensi terbaru untuk didapatkan kesimpulan terkait kelayakan, efektif, dan

efisiensi dari suatu intervensi. Seperti pada beberapa penelitian Andreas

Charalambous, et al.,(2016), Rana Saleh et al., (2020), Nagwa Ramadan, et

al., (2016), Karimi (2017) dan Gupta (2020) dimana mereka membuktikan

bahwa relaksasi otot progresif mampu menurunkan mual dan muntah pasien

dalam artian memberi dampak positif.

Namun, kelemahan dari penelitian ekperimental ini adalah

penggunaan biaya besar, waktu yang lama, dan kontrol yang lama menjadi

tantangan pada penelitian ini, dimana kemungkinan terjadi efek-efek yang

tidak diinginkan dari penelitian cukup tinggi. Namun pada dasarnya

penelitian tentang intervensi relaksasi otot progresif terhadap mual muntah


84

pasien ini layak di pertimbangkan mengingat penelitian yang dilakukan oleh

Rana Saleh et al., (2020), Nagwa Ramadan, et al., (2016), Andeas

Charalambous, et al.,(2016), Karimi (2017) dan penelitian Karimi (2017)

telah memenuhi syarat dan kaidah-kaidah dalam penelitian ekperimental

serta telah di akui dibeberapa platform penerbit artikel penelitian.

Pemilihan sampel dalam penelitian umumnya menggunakan teknik

yang berbeda. Penelitian Rana Saleh et al., (2020) menggunakan teknik

random sampling yang dipilih secara acak sedangkan Nagwa Ramadan

(2016), Andreas Charalambous (2016), Karimi (2017) dan Gupta (2020)

dengan pusposive sampling yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan

eksklusi.

Perlakuan durasi dan lama intervensi dalam pemberian relaksasi

otot progresif pada setiap penelitian memiliki kriteria yang berbeda.

Berdasarkan 5 artikel yang diteliti ditemukan 2 artikel (Rana Saleh et al.,

(2020) memberikan relaksasi otot progresif dengan durasi 15-30 menit

dengan lama intervensi yaitu 3 hari. Pada Nagwa Ramadan, et al,. (2016)

juga memberikan relaksasi otot progresif dengan durasi 15-30 menit dengan

lama intervensi 2 hari. Sedangkan pada penelitian Andreas Charalambous

(2016) memberikan relaksasi otot progresif dengan durasi 10 menit dan lama

intervensi 2 minggu, Karimi (2017) menjelaskan durasi pemberian relaksasi

otot progresif 45-60 menit dengan lama intervensi itu 2 bulan dan Gupta

(2020) melakukan intervensi dengan durasi 30-35 menit dengan lama

intervensi 7 hari. Dari 5 literature diatas, terdapat 2 literature dengan


85

penerapan relaksasi otot progresif pada anak dengan usia 7-18 tahun yaitu

pada penelitian Rana Saleh (2020) dan Nagwa Ramadan (2016) dengan

menggunakan durasi yang sama yaitu 15-30 menit. Sedangkan untuk lama

intervensi berbeda antara setiap jurnal / artikel.

Pada penelitian Rana Saleh et al., (2020) dan Nagwa Ramadan, et

al,. (2016) teknik dalam melakukan relaksasi otot progresif ini sama, yaitu

sebelumnya peneliti melakukan pengukuran mual muntah menggunakan

kusioner Rhodes Index Of Nausea And Vomiting Form 2 sebelum dan

sesudah dilakukan intervensi untuk menilai mual muntah pada pasien,

setelah itu melakukan implementasi dengan mengajarkan terapi relaksasi

otot progresif dengan cara yang sama yaitu dengan mengelompokkan

menjadi 6 grup, yaitu dimulai dari kepala dan leher, kedua lengan, otot perut,

otot punggung, otot kaki kanan dan otot kaki kiri. Namun pada penelitian

Andreas Charalambous (2016) menggunakan kusioner HRQoL untuk

kualitas hidup sebelum dan sesudah intervensi dilakukan dan tidak dijalsakn

teknik cara pemberian dari relaksasi otot progresif tersebut. Pada penelitian

Karimi (2017) menggunakan kuesioner demografi dan MANE (Morrow

Assessment of Nausea and Emesis) pada sebelum intervensi dan kusioner

MANE sesudah intervensi. Intervensi relaksasi otot progresif diajarkan

kepada pasien (dimana pasien mulai berkontraksi dan melepaskan ototnya

dari telapak kaki, dan kontraksi berlangsung selama 10 detik) untuk

mengurangi keparahan mual dan muntah, serta untuk menciptakan relaksasi

mental untuk pelatihan pasien yang diberikan. Sedangkan pada peneliti


86

Gupta (2020) menggunakan alat ukur rating scale dan skala mual namun

tidak dijelaskan kusioner apa yang dipakai.

2. Menganalisis pengaruh Relaksasi Otot Progresif terhadap mual dan

muntah akibat kemoterapi

Ditinjau dari hasil penelitian, kelima artikel yang direview tentang

pengaruh relaksasi otot progresif terhadap mual dan muntah didapatkan hasil

bahwa latihan relaksasi otot progresif memang dapat memberikan pengaruh

yang positif terhadap mual dan muntah. Penelitian Rana Saleh (2020) dengan

melakukan intervensi pada 66 anak leukemia yang dibagi menjadi 2

kelompok, yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Pada penelitian

ini membuktikan bahwa 45,8% anak dari kelompok intevensi mengalami

muntah sebanyak 3-4 kali sebelum intervensi dan mneingkat menjadi 54,5%

yang tidak muntah setelah intervensi, sedangkan pada anak kelompok kontrol

42,4% yang mengalami muntah 1-2 kali, memburuk setelah pemberian

perawatan rutin menjadi 33,3% yang mengalami muntah dari 3-4 kali. Ada

perbedaan yang sangat signifikan secara statistik antara kelompok intervensi

dan kontrol pada p <0,001 dan 0,007 masing-masing, pada peneliti ditemukan

bahwa relaksasi otot progresif berpengaruh terhadap mual muntah pada nak

leukemia.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nagwa

Ramadan ( 2016) yang melakukan intervensi relaksasi otot progresif dan

akupresure pada 99 anak leukemia yang dibagi menjadi 2 kelompok juga yaitu

kelompok intervensi dan kelompok kontrol, pada dasarnya pemberian kedua


87

intervensi ini mempunyai tujuan yang sama untuk mengurangi mual muntah

anak tetapi hasil yang didapatkan setelah 2 hari melakukan intervensi yaitu

intervensi relaksasi otot progresif lebih berpengaruh terhadap mual muntah

anak dibandingkan intervensi akupresure, dimana hasil yang didapatkan ada

perbedaan yang signifikan secara statistik antara kelompok akupresur dan

kedua kelompok relaksasi otot progresif dan kelompok kontrol dimana (F =

11,337, P = 0,001). Mengenai mual dan muntah tertunda yang terjadi pada

hari pertama setelah pemberian kemoterapi, terlihat bahwa kelompok PMRT

dan kelompok akupresur memiliki nilai rata-rata yang lebih rendah (6,20 +

4,49; 4,40 + 5,47) masing-masing dibandingkan dengan (10,73 + 4,21) pada

kelompok kontrol. . Perbedaan yang signifikan secara statistik ditemukan

antara dua kelompok yang diteliti dan kelompok kontrol.

Pada penelitian yang dilakukan Andreas Charalambous ( 2016) juga

terjadi penurunan yang signifikan terhadap mual dan muntah dengan hasil (p

= 0,0001), pada penelitian Karimi (2017) menunjukkan penurunan yang

signifikan pada tingkat keparahan mual pada kelompok eksperimen dengan

nilai (p < 0,001) dan peneliti Gupta (2020) dalam penelitiannya didapatkan

pengaruh secara signifikan antara relaksasi otot progrsif dengan mual muntah

dengan nilai (p < 0,001).

Hal ini sesuai dengan penelitian Rahmawati (2011) dengan judul

efektifitas latihan relaksasi otot progresif dalam mengatasi mual dan muntah

pasien yang menjalani kemoterapi, hasil penelitiannya yaitu latihan relaksasi

otot progresif efektif dalam mengatasi mual muntah pasien yang menjalani
88

kemoterapi dan beberapa penelitian yang ada menunjukkan bahwa teknik

PMR memang dapat mengurangi efek samping yang timbul akibat kemoterapi

seperti mual, muntah, kecemasan, dan depresi, penurunan stres emosional,

rasa mual dan stimulasi fisik yang lebih sedikit (Pailak, 2013).

Dalam 5 artikel ini ada beberapa artikel yang memang sesuai dengan

teori dari relaksasi otot progresif, dimana pada latihan ini diperlukan waktu

sekitar 15-30 menit dengan langkah persiapan pasien dan lingkungan,

implementasi serta evaluasi yang dilakukan. Relaksasi otot progresif ini

melibatkan berbagai kelompok otot mulai dari kaki kearah atas atau kepala

kearah bawah. Pelaksanaan gerakan relaksasi otot progresif dalam teori ini

terdiri dari 15 gerakan seperti yang dikembangkan oleh Ramdhani & Putra

(2009).

Relaksasi otot progresif menurunkan mual dan muntah dan

menurunkan sesitifitas CTZ terhadap vomitting. Pada saat terjadinya mual dan

muntah maka aurosal simpatis seperti tekanan darah, nadi, spasme otot pada

saluran pencernaan akan meningkat, dengan relaksasi maka distress secara

umum akan menurun sehingga sensitifitas reseptor vomitting di CTZ juga

mengalami penurunan.

Beberapa ilmuan berspekulasi kalau relaksasi otot progresif

menstimulasi otak untuk melepaskan neurotransmiter, zat kimia yang terdapat

diotak. Zat itu adalah encephalin dan endhorphin yang berfungsi untuk

meningkatkan mood sehingga dapat merubah penerimaan individu terhadap

sakit atau gejala fisik lainnya. Relaksasi otot progresif salah satu teknik yang
89

dapat meningkatkan tingkat kesadaran yang lebih tinggi untuk menerima

sugesti yang posisitf dari klien, sehingga menstimulasi otak untuk

mengeluarkan hormon – hormon yang dapat meningkatkan mood atau

mengurangi rasa sakit termasuk mual muntah post kemoterapi (Fahri, 2015).

Dari hasil analisis tentang pengaruh relaksasi otot progresif terhadap

mual dan muntah, peneliti sependapat dengan ke 5 artikel yang direview dan

pendapat dari berbagai sumber bahwa teknik/latihan ini perlu dijadikan salah

satu intervensi yang sangat efektif dalam mengatasi mual dan muntah pada

anak leukemia yang menjalani kemoterapi.

Selain itu, bisa kita lihat juga bahwa semua jurnal yang direview

memang mengukur relaksasi otot progresif pada pasien anak masih sedikit,

hingga ini kemudian juga menjadi salah satu keterbatasan studi literatur

penulis karena akhirnya tidak semua dari jurnal yang di review bisa dinilai

apakah memang pengaruh relaksasi otot progresif terhadap mual muntah post

kemoterapi pada anak dengan leukemia. Terlepas dari banyaknya keterbatasan

dan kekurangan review ini, penulis berpendapat bahwa keberhasilan pada

penurunan intensitas mual muntah post kemoterapi pada mayoritas jurnal

penelitian, tidak bisa dilepaskan dari intervensi yang diberikan yaitu relaksasi

otot progresif, sehingga dapat ditarik disimpulkan bahwa relaksasi otot

progresif merupakan sebuah terapi yang diberikan untuk mengatasi

permasalahan tersebut.
90

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan Literatur Review mengenai pengaruh intervensi relaksasi otot

progresif terhadap mual muntah pasien kanker ini dapat dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Pada metode penelitian didapatkan bahwa semua literature menggunakan

metode eksperimental study dengan design penelitian randomized control

trial dan quasy experimental. Teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah random sampling dan purposive sampling.

2. Pada bagian terapi relaksasi otot progresif didapatkan bahwa dari 5 literature

2 diantaranya sama dalam perlakuan dan sedangkan 3 literatur lainnya

berbeda dalam perlakuan, durasi dan lama intervensinya.

3. Semua literatur yang ditemukan menyatakan bahwa relaksasi otot progresif

berpengaruh secara signifikan dalam mengurangi mual dan muntah yang

dialami pasien kanker yang menjalani kemoterapi dengan hasil p<0,001.

B. Saran

1. Bagi Profesi Keperawatan

Dengan adanya Literatur review ini, bisa memberikan tambahan

informasi ilmu keperawatan bagi profesi keperawatan mengenai adanya

pengaruh intervensi relaksasi otot progresif yang dilihat dari intensitas mual

muntah pada pasien kanker.


91

2. Bagi Pelayanan Keperawatan dan Kesehatan

Diharapkan dengan adanya Literatur Review ini bisa disajikan sebagai

sumber data dan informasi dalam penelitian yang sama bagi mahasiswa

keperawatan dan intervensi relaksasi otot progresif bisa dijadikan salah satu

alternatif intervensi yang digunakan di pelayanan kesehatan karena terbukti

efektif memberikan efek pada mual dan muntah yang dialami oleh pasien

anak post kemoterapi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dengan adanya Literatur Review ini ada penelitian lanjutan

yang dilakukan langsung oleh peneliti selanjutnya dengan mengadopsi

metode dan materi yang sesuai dan tepat yang bisa digunakan di Indonesia

dari jurnal yang telah direview.


DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society (2018) ‘Breast Cancer Facts & Figures 2017-2018’.

Availableat:https://www.cancer.org/content/dam/cancerorg/research/cancer-

facts-and-statistics/breastcancer-facts-andfigures/breast-cancer-facts-and-

figures-2017-2018.pdf

American Cancer Society. (2016). Leukemia: Acute Lymphocytic Overview.

American Cancer Society .

Andreas Charalambous, et al,. 2016 Guided Imagery And Progressive Muscle

Relaxation as a Cluster of Symptoms Management Intervention in Patients

Receiving Chemotherapy : A Randomized Control Trial. Cyprus Univercity

Technology

Apriany, D. (2010). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Mual Muntah Lambat Akibat

Kemoterapi Pada Anak Usia Sekolah Yang Menderita Kanker Di RSUP Dr.

Hasan Sadikin Bandung. Thesis, Universitas Indonesia, Depok.

Axton Sharon dan Terry Fugate. (2014). Rencana asuhan keperawatan pediatrik.

Edisi 3. Jakarta: EGC

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013).

Nursing Interventions Cassification (NIC). St. Louis: Elseiver.

Dorantes-Acosta, E. (2012). Quality Of Life In Mexican Children With Acute

Lymphoblastic Leukemia Affiliated With The Seguro Popular Insurance

Program. Boletin Medico Del Hospital Infantil de Mexico, 69(3), 242–254.

92
93

Haryati, Sitorus Ratna (2015). Pengaruh Latihan Progressive Muscle Relaxation

Terhadap Status Fungsional Dalam Konteks Asuhan Keperawatan Pasien

Kanker Dengan Kemoterapi Di Rs Dr Wahidin Sudirohusodo Makasar

Herfiana, Sepsi (2017). Dampak Fisiologis Kemoterapi Pada Anak Dengan Leukemia

Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi. Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang

Kemenkes Ri

Kyle T; Susan C, 2016, Buku Ajar Keperawatan Pediatri, Penerbit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta,Indonesia.

Linton, A. (2012). Introduction to medical-surgical nursing. St. Louis: Mosby.

Marcdante, dkk., 2014. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi Keenam.

Elsevier - Local. Jakarta

Mustian, K.M. 2014. Chemoterapy Incuded Nausea an Vometing. University School

of Medicine and Dentistry.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes

Classification (NOC) Measurement of Helath Outcomes. St. Louis: Elseiver.

Momayyezi, M., & et al. (2017). Sleep Quality and Disturbances in Children and

Adolescents with Cancers : A Cross-Sectional Study. Nursing Internasional

Journal, 6(52), 7529–7542.

Nagwa Ramadan, et al,. 2014. Effect of Progressive Muscle Relaxation Technique

Vercus Acupressure on Chemotherapy Induced Nausea and Vomitting In

Leukemic Children. Tanta Univercity. Egypt


94

National Cancer Institute. (2017). Side Effect of cancer treatment. USA: National

Cancer Institute at the National Institutes of Health

Ngastiyah. 2014. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Novitasari, R. W., Khoirunnisa, N., & Yudiyanta. (2015). Assessment Nyeri.

Kalbemed

Novrianda, D., Yetti, K., & Agustini, N. (2016). Faktor-Faktor Berhubungan dengan

Kualitas Hidup Anak Leukemia Limfositik Akut yang Menjalani

Kemoterapi. Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 4, 1–10.

Perry & potter (Jean Piaget). (2009). Fundamental Keperawatan, Edisi 7, terjemahan

(Ferderika, A): Salemba Medika: Jakarta.

Radji, M., 2017, Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan

Kedokteran, 107, 118, 201-207, 295, Jakarta, Buku Kedokteran EGC.

Rana Saleh, et al,. 2020. The Applying a Progressive Muscle Relaxation Technique

on Nausea and Vomiting Induced by Chemotherapy among Leukemic

Children. Mansoura Univercity. Egypt

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.

Roganovic, J.,2013. Acute Lymphoblastic Leukemia In Children, Leukemia,

[Online]AvailableAt

:Http://Www.Intechopen.Com/Books/Leukemia/AcuteLymphoblastic-

Leukemia-In Children.

Rovinda Dia Zelly (2012). Kelainan Hemostatis Pada Leukemia. Bagian Patologi

Fakultas Kedokteran UNAND


95

Suriadi. & Yuliani, R. (2010) Buku Pegangan Praktik Klinik: Asuhan Keperawatan

pada Anak. Edisi ke-2. Jakarta: CV. Sagung Seto

WHO.(2015). World Health Statistic 2015. World Health Organization.

Yuni, N. E. (2015). Kelainan Darah. Yogyakarta: Nuha Medika.


LAMPIRAN 1 : WOC

Faktor Resiko

Lingkungan : radiasi, obat (benzene) Infeksi (HTLV) Genetik (sindrom down, kembar monozigot)

Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)

Gangguan citra tubuh Rambut rontok Kulit Efek dari kemoterapi Kemoterapi Proliferasi patologis limfoblas disumsum

tulang Kekurang volume cairan

Manajemen tidak efektif Leukopeni Trombositopeni Mual, muntah, diare, sariawan Kekurangan volume cairan Mengganggu hemopoitik normal

Resiko relaps
Mual Pemenuhan nutrisi kurang dari
Prognosis penyakit yang buruk keb. tubuh
Trombopoitik
kecemasan

Leukopoitk Eritropoisis Trombositopenia

Myeloid Stem Cell Pembentukan eritrosis terganggu Gangguan pembekuan darah

Netropenia Penurunan HB
Resiko perdarahan
Penurunan daya tahan tubuh Suplai o2 ke jaringan menurun

Infeksi Metabolisme anaerob Infiltrasi ekstra


Resiko infeksi
Demam APT menurun Pembesaran limfa,liver, nodus limfe, tulang

Kelemahan fisik Nyeri tulang dan persendian


Hipertermi
Intoleransi Aktifitas Nyeri akut
Riwayat Hidup

Nama : Refmaiza Farzi

Tempat/tanggal lahir : Koto Muaro / 05 Mei 1995

Pekerjaan : Mahasiswa Fakultas Keperawatan Unand

Status : Belum Menikah

Nama Bapak : ABD. Gafar

Nama Ibu : Azimar, S. Pd

Riwayat pendidikan :

No Pendidikan Tahun Ajaran

1 SDN 02 Batang Gasan 2002-2007

2 SMPN 2 IV Koto Aur Malintang 2007-2009

3 SMAN 1 Sungai Limau 2009-2012

4 Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten 2013-2016


Padang Pariaman

5 Program S1 Ilmu Keperawatan Fakultas 2017-2019


Keperawatan Universitas Andalas

6 Program Studi Profesi Ners Fakultas Keperawatan 2019-2020


Universitas Andalas

Anda mungkin juga menyukai