i
LAPORAN ILMIAH AKHIR
Oleh:
ii
PERSETUJUAN KARYA ILMIAH AKHIR
Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Ns. Hermalinda, M.Kep. Sp. Kep. An Ns. Deswita, M.Kep. Sp. Kep. An
NIP. 198211022014042001 NIP. 197512252002122002
Mengetahui:
Koordinator Program StudiProfesiNers
FakultasKeperawatan
UniversitasAndalas
iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI
Karya lmiah Akhir Ini Telah Diuji Dan Dinilai Oleh Panitia Penguji
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
Pada Tanggal September 2020
Panitia Penguji,
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
Karya ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Hermalinda, M. Kep, Sp. Kep. An dan Ibu Ns. Deswita, M. Kep, Sp. Kep. An yang
menyelesaikan karya ilmiah akhir ini. Selain itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
2. Ibu Ns. Lili Fajria, M. Biomed selaku ketua bidang profesi keperawatan
4. Seluruh dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi
v
5. Seluruh dosen Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang telah
7. Kepada Kelompok O19 (Uni dewi, uni rini, kak syirli, nita, nilam,
shinta, silvi, humaira, dan berli) terima kasih selalu bersama, kompak,
karya ilmiah akhir ini. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik
dan saran dari berbagai pihak demi lebih baiknya skripsi ini. karya tulis ilmiah
ini. Akhir kata, penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat
Penulis
vi
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS
LAPORAN ILMIAH AKHIR, SEPTEMBER 2020
ABSTRAK
vii
Faculty Of Nursing Andalas University
Final Scientific Report, September 2020
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
ix
5. Evaluasi ................................................................................. 44
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel-sel tubuh yang tumbuh tanpa
Amerika Serikat, yang mana sebanyak 10.500 kasus baru didiagnosis pada
Society, 2018).
1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000 penduduk ditahun
2018.
DIYogyakarta 4,86 per 1000 penduduk, diikuti oleh Sumatera Barat 2,47
1
2
anak dimana pada tahun 2015 sebanyak 250 pasien rawat inap, kemudian
di tahun 2016 meningkat sebanyak 405 pasien, pada tahun 2017 sebanyak
605 pasien dan tahun 2018 sekitar 500 orang anak yang menderita LLA
dirawat (Rekam Medis RSUP Dr. M. Djamil Padang dalam Skripsi Pratiwi,
2018).
dan salah satu pengobatan utama adalah kemoterapi yang ditujukan pada
Dampak dari kemoterapi pada anak dialami baik secara fisik maupun
17 tahun menunjukkan bahwa gejala fisik yang paling sering dialami oleh anak
mengantuk (Miller, Jacob, & Hockenberry, 2011). Dampak yang dialami anak
Mual dan muntah efek dari kemoterapi adalah efek samping yang
paling umum dan menyulitkan yang dialami pasien kanker. Efek samping
Mual antisipatif dilaporkan oleh 30% pasien yang mengalami mual selama
mengalami mual muntah (Tyc et al., 2013). Penelitian yang lain juga
dilakukan pada 11 anak dengan hasil 100% melaporkan mual dan 36%
kemoterapi. Penelitian yang dilakukan oleh Lee, Dodd, Dibble & Abrams
4
(2010) melaporkan bahwa 29% pasien mengalami mual muntah akut dan
47% mengalami mual muntah lambat selama empat hari setelah mendapat
mengatasi rasa mual dan muntah. Meskipun dapat mengatasi mual dan
regimen terbaru.
2013).
(Apriyani, 2010).
Mual dan muntah akibat dari kemoterapi pada pasien kanker dapat
dari terapi ini adalah untuk menurunkan ketegangan otot, nyeri leher,
dari Haryati dan Sitorus (2015) menunjukkan bahwa pasien kanker yang
fungsional dan dapat mengurangi mual, muntah dan ansietas pada pasien
kanker.
operasional prosedur rumah sakit. Namun dari berbagai jurnal dan artikel
yang dirasakan setelah kemoterapi dengan skor 17 yang artinya mual dan
muntah berat yang diukur dengan kusioner Rhodes Index of Nausea and
An. P adalah Mual dengan intervensi manajemen mual dan muntah serta
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
kemoterapi.
2. Tujuan Khusus
dan muntah.
D. Manfaat
penerapan relaksasi otot progresif terhadap mual dan muntah pasien anak
relaksasi otot progresif terhadap mual dan muntah pasien anak leukemia
TINJAUAN PUSTAKA
pada sumsum tulang dimana elemen normal digantikan dengan sel darah
limfosit dan sel mieloid tumbuh dan berkembang menjadi sel darah merah,
granulosit, monosit dan trombosit. Semua jenis leukemia, sel darah putih
yang abnormal mengambil alih sumsum yang normal, sel darah merah dan
kanker paling umum terjadi pada anak. 85 % kasus LLA terjadi pada anak
antara usia 2 dan 10 tahun (Kyle & Susan, 2016). Sebagian besar leukemia
yang terjadi pada masa kanak-kanak adalah LLA dan sekitar 25% kanker
ini terjadi pada anak berusia kurang dari 15 tahun, dengan insiden yang
paling tinggi terjadi pada usia antara 2dan 4 tahun (Axton & Terry, 2014).
bersifat multifaktoral, menurut Kyle dan Susan (2016) faktor genetik dan
8
9
adanya perubahan yang abnormal pada progenitor sel limfosit sel B dan sel
nyeri punggung dan sendi. Sedangkan menurut (Tomlinson, D., & Kline,
2015) sebanyak 10% kasus menyebar ke sistem saraf pusat, gejala yang
keseimbangan. Gejala tersering dapat terjadi adalah rasa lelah, panas tanpa
penurunan berat badan dan sering ditemukan suatu massa abnormal. Pada
(Zahroh, 2019).
4) Patofisiologi
terkait dengan sumsum tulang serta pembuluh limfe ditandai dengan tidak
Proliferasi dari satu jenis sel yang sering mengganggu produksi normal sel
mudah masuk dalam tubuh manusia, jika struktur antigen virus sesuai
dengan struktur antigen manusia. Begitu juga sebaliknya, bila tidak sesuai
maka akan ditolak oleh tubuh. Stuktur antigen manusia terbentuk oleh
struktur antigen dari berbagai alat tubuh seperti kulit dan selaput lendir
faktor ras dan keluarga dalam etiologi leukemia tidak dapat diabaikan
(Ngastiyah, 2014).
11
marrow diganti dengan tumor yang malignan, imaturnya sel blast. Adanya
gambaran gagalnya bone marrow, infiltrasi organ dan sistem saraf pusat.
dan mengganti unsur-unsur sel yang normal. Akibatnya, timbul anemia dan
limfonodus, limfa, hati, tulang, dan SPP (Betz, 2002). Dari semua tipe
metabolisme. Tanda dan gejala dari leukimia merupakan hasil dari infiltrasi
yang menurun. Invasi sel leukimia yang berangsur- angsur pada sumsum
letargi, papil edema, penurunan kesadaran dan kaku duduk (Wong, D.L.,
primitif.
berupa:
hipreploid (2n+a)
komponen kromosom normal dari bentuk yang sangat besar sampai yang
sangat kecil.
6) Penatalaksanaan
dilakukan terapi perawatan yang cukup panjang (2-3 tahun) (Faozi, 2013).
menahan sel kanker yang menyebar ke bagian tubuh yang lainnya dan
2009).
a. Terapi Induksi
yang utama yang dipakai untuk induksi pada LLA adalah kortikosteroid
Schwartz, 2009).
Schwartz, 2009).
Schwartz, 2009).
empat gejala yang paling umum yang dirasakan anak penderita kanker
Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, 2009). Efek samping secara
B. Konsep Kemoterapi
1) Definisi
begitu, sel kanker lebih rentan terhadap senyawa yang bersifat sitotoksik
yang merupakan senyawa penting untuk RNA dan DNA (Radji, 2017).
samping terapi. Ini adalah sel-sel yang memiliki tingkat motilitas yang
17
folikel rambut, yang paling rentan terhadap efek samping. Selain itu,
efek samping spesifik situs, anak yang menjalani kemoterapi juga dapat
obat kemoterapi dan yang disebabkan oleh terapi radiasi kranium atau
abdomen dapat menjadi persoalan yang berat. Mual muntah yang terjadi
pada anak menjadi persoalan utama bagi orang tua karena anak
Respon mual muntah akibat kemoterapi setiap pasien berbeda. Mual dan
b. Kelelahan
efek dari kemoterapi tidak akan hilang hanya dengan istirahat atau tidur
c. Stomatitis
d. Perubahan kulit
Perubahan kulit yang terjadi akibat kemoterapi antara lain gatal, kering,
depresi dan sensitif (irirabilitas). Jika orang tua atau keluarga tidak
menyadari bahwa perubahan ini ditimbulkan oleh obat, orang tua atau
Mual dan muntah merupakan efek samping serius dari terapi kanker
tenggorokan dan perut yang mungkin datang dan masuk dalam gelombang.
perut melalui mulut. Meskipun perawatan untuk mual dan muntah telah
membaik, mual dan muntah masih merupakan efek samping serius dari
terapi kanker karena hal ini menyebabkan pasien terdesak dan dapat
muntah di otak. Muntah bisa dipicu oleh bau, rasa, kegelisahan, nyeri,
gerak, atau perubahan pada tubuh akibat peradangan, aliran darah yang
2) Pernah mengalami mual dan muntah yang parah atau sering setelah
3) Perempuan
jaringan tubuh)
8) Mengalami sembelit
Ini disebut antisipasi mual dan muntah. Hal ini disebabkan oleh pemicu,
dan mencium bau alkohol pada saat bersamaan mungkin akan mengalami
mual dan muntah saat mencium bau alkohol. Semakin banyak sesi
kanker bisa terus berobat dan melakukan aktivitas keseharian. Mual dan
2) Perubahan mental.
4) Malnutrisi.
5) Dehidrasi.
22
6) Patah tulang.
radiasi, dan kondisi lainnya. Mual dan muntah dapat terjadi sebelum, selama,
1. Akut
Mual dan muntah yang terjadi dalam waktu 24 jam setelah perawatan
dimulai.
2. Tertunda
3. Mual dan muntah yang terjadi lebih dari 24 jam setelah kemoterapi. Ini
4. Antisipatif
5. Breakthrough
6. Refractory
7. Kronis
perawatan berakhir.
bila gejala mual antisipatif dan muntah didiagnosis dini, pengobatan lebih
1) Relaksasi otot.
2) Hipnoterapi.
4) Biofeedback.
Pada anak-anak, mual dan muntah akut biasanya diobati dengan obat-
perawatan untuk mual dan muntah akut dan tertunda. Beberapa obat
hanya bertahan dalam waktu singkat di tubuh dan perlu diberikan lebih
24
sering. Yang lain bertahan lama dan kurang diberi. Perawatan non-obat
obat anti mual bekerja lebih baik pada anak-anak. Perawatan ini meliputi,
Functional Living Index Emesis (FLIE), yang telah teruji validitas dan
untuk mengukur mual muntah pada orang dewasa dan dapat pula pada
1) Definisi
kondisi yang nyaman atau berada pada gelombang otak alfa-teta (Yunus,
2014).
dan stress yang memberikan individu kontrol diri ketika tidak merasa
nyaman, stress fisik dan emosi (Edelman dan Mandle, 1994 dalam Potter
adalah salah satu teknik dalam terapi prilaku untuk mengurangi ketegangan
dan kecemasan sehingga efek yang akan dirasakan adalah perasaan tenang.
Relaksasi otot progresif telah menjadi salah satu teknik terapeutik yang
Edmund Jacobson pada tahun 1938 (Conrad dan Roth, 2010). Relaksasi
otot progresif adalah salah satu teknik untuk mengurangi ketegangan otot
belakang, serta ketegangan pada otot wajahpun akan berdampak pada sakit
kepala. Jika ketegangan otot ini dibiarkan maka akan mengganggu tidur
2) Manfaat
kepala, pasien mual muntah, HIV, penyakit herpes dan pasien yang akan
adalah tegangan otot. Ketika otot berkontraksi /tegang maka ransangan akan
tegang (tension) dan relaksasi yang akan diterapkan pada semua kelompok
bagian merasakan sensasi tegang dan relaks secara sistematis (Mc Guigan
Progresif
sebelum makan.
a. Latihan dilakukan dengan posisi duduk, tetapi dapat juga dengan posisi
tidur.
sendiri.
a. Memperkenalkan diri
pada latihan.
Tabel 2.1
Gerakan 1
Menggenggam tangan kanan sambil membuat kepalan yang
semakin kuat, sambil merasakan ketegangan, kemudian
kepalan dilepaskan dan rasakan rileks selama 10 detik.
Kemudian dilanjutkan dengan tangan kiri.
Gerakan 2 Menekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan
tangan sehingga otot-otot di tangan bagian belakang dan
lengan bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-
langit.
Gerakan 3 Menggenggam kedua tangan menjadi kepalan kemudian
membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot-otot
biceps akan menjadi tegang.
punggung atas.
Gerakan 10 Menekuk kepala ke dada. Sehingga dapat merasakan
ketegangan di daerah leher bagian muka
Gerakan 11 Mengangkat tubuh dari sandaran kursi, kemudian
punggung dilengkungkan, lalu busungkan dada. Kondisi
tegang dipertahankan selama 10 detik, kemudian rileks.
Pada saat rileks, letakkan tubuh kembali ke kursi, sambil
membiarkan otot-otot menjadi lemas
Gerakan 12 Menarik nafas panjang. Posisi ini ditahan selama beberapa
saat, sambil merasakan ketegangan di bagian dada
kemudian turun ke perut. Pada saat ketegangan dilepas,
responden dapat bernafas normal dengan lega.
Gerakan 13 Menarik kuat-kuat perut ke dalam, kemudian menahannya
sampai perut menjadi kencang dan keras. Setelah 10 detik
dilepaskan bebas, kemudian diulang kembali seperti
gerakan awal untuk perut ini
Gerakan 14 Meluruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa
tegang
Gerakan 15 Setelah gerakan 14 dilanjutkan dengan mengunci lutut
sedemikian sehingga ketegangan pindah ke otot-otot betis
Setelah menyelesaikan semua gerakan, rileks dengan menghitung dari hitungan 5
sampai 1 perlahan, nafas dalam dan berkata buka mata, dan berkata Rileks atau
OK.
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Hasil wawancara dengan keluarga/pasien didapatkan data:
- Ibu mengatakan anaknya pucat dan lesu mudah lelah
- Ibu mengatakan anaknya demam, mimisan gusi mudah berdarah
- Ibu mengatakan anaknya bintik-bintik merah pada permukaan kulit
- Ibu mengatakan anaknya mengeluhkan nyeri pada sendi-sendi seperti
lutu, siku.
- Ibu mengatakan anaknya sulit menelan
30
keluarga.
31
d. Pemeriksaan fisik
komplikasi.
3) Tanda-Tanda Vital:
RR : Dispneu, takhipneu
5) Pemeriksaan Integumen
secret akibat infeksi di paru), bunyi jantung I, II, dan III jika ada
32
7) Pemeriksaan Abdomen
8) Pemeriksaan Ekstremitas
e. Pemeriksaan laboratorium
Tabel 2.2
2. Diagnosa Keperawatan
tubuh.
tubuh.
34
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.3
output
Berik obat
Selimutkan klien
Berik cairan melalui
intravena
Kompres klien pada
lipatan paha dan aksila
Tingkatkan sirkulasi
udara
Temperature regulation
Monitor suhu
Monitor Tekanan
darah, nadi dan
pernafasan
Monitor suhu kulit
dan warna
Monitor dari tanda-
tanda hipertermi serta
hipotermi
Tingkatkan nutrisi
dan intake cairan
Selimuti pasien untuk
menjaga kehangatan
tubuh
Diskusikan
pentingnya pengaturan
suhu serta kemungkinan
efek negatif dari
kedinginan
Beritahu tentang
indikasi terjadinya
penanganan emergency
dan keletihan
Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan
penanganan yang
diperlukan
Beri anti piretik jika
perlu
dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Berikan makanan
yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan
ahli gizi)
Monitor jumlah
nutrisi serta kandungan
kalori
Berik informasi
tentang kebutuhan nutrisi
Nutrition Monitoring
BB dalam batas
normal
Monitoring adanya
penurunan berat badan
Monitoring tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
Monitor interaksi
anak atau orangtua
selama makan
Monitor lingkungan
selama klien makan
Jadwalkan
pengobatan atau
tindakan tidak selama
jam makan
Monitor kulit serta
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
Monitor mual dan
muntah
Monitor kadar
albumin, total protein,
Hemoglobin, dan kadar
Hematokrit
Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
Monitor konjungtiva
Monitor intake
nuntrisi dan kalori
Catat adanya edema,
38
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
Analgesic
Administration
Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
Cek instruksi dari
dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
Cek riwayat alergi
pasien
Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian
dan dosis optimal
Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
Monitor VS sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
Berikan analgesik
tepat waktu terutama saat
nyeri hebat
Evaluasi efek
samping dari pemberian
analgesik
4 Resiko infeksi NOC : NIC :
Immune Status Infection Control
Definisi : resiko Knowledge : (Kontrol infeksi)
terjadinya Infection control Bersihkan lingkungan
peningkatan Risk control setelah dipakai pasien
organisme patogen Kriteria Hasil : lain
Klien bebas dari Pertahankan teknik
tanda dan gejala infeksi isolasi
Mendeskripsikan Batasi pengunjung bila
proses penularan perlu
penyakit, faktor yang Instruksikan pada
mempengaruhi pengunjung untuk
penularan serta mencuci tangan saat
penatalaksanaannya berkunjung dan setelah
Menunjukkan berkunjung
kemampuan untuk meninggalkan pasien
mencegah timbulnya Gunakan sabun
infeksi antimikrobia untuk cuci
Jumlah leukosit tangan
DBN Cuci tangan setiap
Menunjukkan sebelum dan sesudah
40
Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
Monitor hitung
granulosit, WBC
Monitor kerentanan
terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
Pertahankan teknik
isolasi k/p
Berikan perawatan
kuliat pada area epidema
Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
Dorong masukan
cairan
41
Dorong istirahat
Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan cara
menghindari infeksi
5 Intoleransi NOC : NIC :
aktivitas Energy conservation Energy Management
Self Care : ADLs Observasi adanya
Definisi : Kriteria Hasil : pembatasan klien dalam
Ketidakcukupan Berpartisipasi dalam melakukan aktivitas
energu secara aktivitas fisik tanpa Dorong anal untuk
fisiologis maupun disertai peningkatan mengungkapkan
psikologis untuk tekanan darah, nadi dan perasaan terhadap
meneruskan atau RR keterbatasan
menyelesaikan Mampu melakukan Kaji adanya factor
aktifitas yang aktivitas sehari hari yang menyebabkan
diminta atau (ADLs) secara mandiri kelelahan
aktifitas sehari hari. Monitor nutrisi dan
sumber energi
tangadekuat
Monitor pasien akan
adanya kelelahan fisik
dan emosi secara
berlebihan
Monitor respon
kardivaskuler terhadap
aktivitas
Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien
Activity Therapy
Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi
Medik
dalammerencanakan
progran terapi yang tepat.
Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten
yangsesuai dengan
42
kemampuan fisik,
psikologi dan social
Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
Bantu untuk
mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi
roda, krek
Bantu untu
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
Monitor respon fisik,
emoi, social dan spiritual
pengunjung
- Menganjurkan
keluarga untuk
menemani klien
- Mengontrol
lingkungan dari
kebisingan
- Memindahkan
barang-barang yang
dapat membahayakan
- Berikan penjelasan
pada klien dan
keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
penyakit
4. Implementasi
5. Evaluasi
(data subjektif) yaitu yang dikatakan oleh pasien, O (data objektif) yaitu
dilakukan.
45
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tanggal : 29-09-2019
Pengkajian
Tanggal klien : 29-09-2019 No. RM : 91.04.95
masuk
A. Pengkajian
1. Data Identitas
Nama : An. P Jenis Kelamin : Laki-laki
Anak
TL / Usia : 26-10-2010 / 9 th 11/12 bln BB/TB : 30 kg/128 cm
Pendidikan : SD Anak Ke- : 1
Anak
Nama Ibu : Ny.S
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SD
Alamat : Sungai Pua Agam
Dx. Medis : Leukemia limpoblastik
akut (ALL)
2. Keluhan Utama
Pasien masuk ke RSUP Dr. M.Djamil Padang pada tanggal 29 September
2019 dengan keluhan anak mual disertai muntah sejak 2 hari yang lalu setelah
kemoterapi, demam, lemas dan pucat.
2. Intranatal
Pasien anak pertama, ibu mengatakan An P lahir secara spontan ditolong
oleh dokter di RS, kehamilan cukup bulan dengan BBL 2700 gr dan
panjang badan 48 cm saat lahir An P menangis spontan.
3. Postnatal
Ibu mengatakan umur kehamilan An. P cukup bulan, An. P menyusu
hanya sampai usia 3 bulan karena ASI ibu sedikit. Kemudian ibu
memberikan susu formula, dan mendapat nasi tim dari umur 6 bulan.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
1. Penyakit yang diderita sebelumnya
An P telah dikenal menderita ALL sejak bulan Maret 2015. Sebelum
dikenal menderita ALL, pasien sering demam, flu dan batuk, terlihat pucat
dan sering mengalami lebam-lebam dikulit tanpa ada trauma.
2. Pernah di Rawat di RS
An P sering dirawat di RS karena penyakit ALL yang diderita nya sejak
bulan Maret 2015. An. P juga habis melakukan kemoterapi pada tgl 27
september di RS M. Djamil padang.
3. Obat- obatan yang pernah digunakan
An P mengkomsumsi obat obat yang diberikan dari RS : VCR 1 mg,
dexametason 2-2-1 tab, kotrimoksasol
4. Alergi
An P tidak alergi terhadap makanan dan obat-obatan
5. Kecelakaan
An P tidak pernah mengalami kecelakaan
6. Riwayat Imunisasi
Imunisasi dasar An P lengkap
Tabel 3.1 Riwayat imunisasi klien lengkap
Jenis imunisasi I II III IV
BCG 0 bulan
DPT 2 bulan 3 bulan 4 bulan
Polio 0 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan
Hepatitis B 2 bulan 4 bulan 6 bulan
Campak 9 bulan
47
7. Genogram
Gambar 3.1
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: pasien
: seru
5. Psikososial
Sejak sakit An. P sering murung dan cenderung pemarah, biasanya
sebelum sakit klien sabar menunggu bila ada keinginan terhadap sesuatu
tetapi sejak sakit semua keinginan harus cepat dipenuhi.
6. Lain-lain
9. Riwayat Sosial
1. Yang mengasuh klien
An.P diasuh oleh ibunya
2. Hubungan dengan anggota keluarga
Hubungan anak P dengan orang tua dan saudara-saudaranya yang lain baik
3. Hubungan dengan teman sebaya
Klien bisa bermain dengan baik dengan teman sebayanya.
4. Pembawaan secara umum
An. P tampak normal, ( pertumbuhan dan perkembangan normal)
5. Lingkungan Rumah
Tipe rumah semi permanen dengan cukup ventilasi dan cukup cahaya,
sumber air minum air sumur, pembuangan sampah rumah tangga
dikumpulkan dan diambil oleh truk pembuangan sampah .
a. Lidah : bersih
b. Gigi : ada caries
8. Leher
a. Kelenjer Getah Bening : tidak teraba pembesaran kelenjar getah
bening
b. Kelenjer Tiroid: tidak ada pembesaran kel tyroid
9. Jantung
a. Inspeks : ictus cordis tidak terlihat
b. Palpasi : ictus cordis teraba 3 jari line midklavikula sinistra
RIC V
c. Auskultasi : bunyi jantung teratur
10. Paru-paru
a. Inspeksi : simestris kiri kanan, tidak ada tarikan dinding dada
b. Palpasi : fremitus/getarannya kiri dan kanan sama
c. Perkusi : sonor
d. Auskultasi : vesikuler, tidak ada ronchi, tidak ada whezing
11. Perut
a. Inspeksi : tidak ada pembesaran abdomen (tidak membuncit)
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba pembesaran hepar
c. Perkusi : tympani
d. Auskultasi : bising usus terdengar (12x/i)
12. Punggung : tidak ada benjolan, tidak ada kelainan pada punggung
13. Ekstremitas :
a. Atas : tidak ada oedema, tidak ada clubbing finger , tidak ada sianosis,
b. Bawah : tidak ada oedema, nyeri pada kaki dan sendi, purpura ada.
c. Kekuatan otot : untuk ekstremitas atas dan bawah, anak dapatmmelawan
hambatan yang ringan. Klien dibantu keluarga dalam
beraktivitas.
4 4
4 4
51
Hasil BMP : gambaran sum-sum tulang sesuai dengan leukemia limpo blast
Akut tipe L1
menelan ludah karena takut muntah, sebelum dibawa ke rumah sakit, klien
muntah bisa 4-6 kali dalam sehari, namun sejak tadi pagi klien muntah klien
sudah 4 kali, dengan konsistensi cair, berwarna hijau terkadang hanya
muntahan liur/air. Selama klien mual serta muntah klien merasa tidak nafsu
untuk makan, klien kadang hanya menghabiskan diet dari rumah sakit ¼ nya
saja, Ibu klien juga mengatakan selama mual dan muntah klien juga demam
sejak 1 hari yang lalu, pada saat dilakukan pengecekan tanda-tanda vital,
suhu An. P 380C, tekanan darah 100/60 mmHg, Nadi 100x/i serta pernafasan
klien 22x/i. Klien juga mengeluhkan kakinya terasa sakit dan pegal-pegal
pada sendi dan diminta dipijit-pijit sama ibunya. ibunya mengatakan klien
sering merasakan pegal-pegal seperti ini, skala nyeri 4, ibu klien juga
mengatakan klien susah tidur dimalam hari karena merasa tidak nyaman
dengan nyeri dan pegal-pegal disendi, lien tampak gelisah dan wajah klien
tampak tegang, klien juga sering merasa lelah ketika beraktivitas dan semua
aktivitas klien dibantu oleh keluarga. Pada saat ini klien tampak lemas dan
pucat, klien hanya tampak bersandar di bantal dengan wajah lesu. Ibu klien
juga mengatakan ada bercak merah/kemerahan dipaha kanan atas anak yang
terlihat sejak 5 hari yang lalu. Bintik merah pada paha anak terlihat tidak
terlalu banyak, hanya pada seperempat paha atas anak yang muncul pada satu
tempat, dengan ukuran seperti gigitan nyamuk.
Pada hasil pemeriksaan laboratorium trombosit klien menurun (9500/ mm³)
dan leukosit 2,950 /mm3. Kesadaran : CM, tekanan darah 100/60 mmhg.
Status gizi baik / normal. BB klien saat ini 30 kg dan TB 128 cm.
Terapi / Pengobatan klien :
Transfusi PRC - 2x100 cc - 1x150 cc
MB TKTP 1500 kkal
MTX IT 12mg
VCR 1mg (IV)
Dexa 2 mg tab (oral)
PCT tablet
Ondansentron
IVFD Nacl 0,9%
54
B. Analisa Data
Tabel 3.4
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 Ds : LLA Mual
- Klien mengatakan mual
- Klien mengatakan muntah Kemoterapi
- Klien mengatakan tidak
nafsu makan sel
- Klien mengatakan banyak enterochromaffin
air ludah melepaskan
- Klien mengatakan sering Serotonin dengan
menelan ludah karena memicu reseptor
takut muntah Serotonin
Do :
- Diit tidak habis Mual dan muntah
- Klien tampak pucat
2 Ds : LLA Hipertermia
- Ibu mengatakan anak demam
- Ibu mengatakan anak lemah Proliferasi sel darah
- Ibu mengatakan anak putih
pucat
Hematopiosis,
Do: eritrosit, neutrofil
- Badan anak terasa hangat dan trombosit
- Klien tampak lemas dan
pucat Neutropenia
- membran mukosa tampak
pucat Penurunan daya
- Hb 6,2 gr/dl tahan tubuh
- Leukosit 2,950 /mm3
- Suhu 380C Demam
- Nadi 100x/i
Perdarahan
Resiko perdarahan
55
Respon inflamasi
Mangaktifkan
bradikini, sitokinin
Nyeri
5 Ds : LLA Intoleransi
- Klien mengeluhkan sering aktitivitas
merasa lelah Proliferasi sel darah
- Klien mengatakan mudah putih
lelah bila beraktivitas
- Keluarga mengatakan Hemoglobin
aktivitas klien dibantu oleh
keluarga Sirkulasi 02 dalam
darah
Do: Kelelahan
- Klien tampak lelah,
konjungtiva anemis Intoleransi aktifitas
- Klien tampak berhati-hati
bila bergerak
- Kekuatan otot : 4
- Nadi 100x/i
C. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
Tabel 3.5
- Pertimbangkan frekuensi
dan durasi muntah dengan
menggunakan skala seperti
duke descriptive scale dan
rhodes index of nausea and
vomiting (INV) form 2
- Dapatkan riwayat makanan
seperti makanan yang
disukai
- Identifikasi faktor-faktor
yang menyebabkan muntah
- Posisikan untuk mencegah
aspirasi
- Lakukan membersihkan
mulut untuk membersihkan
mulut dan hidung
- Monitor keseimbangan
cairan dan elektrolit
- Dorong untuk istirahat
- Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologi untuk
mengelola muntah dengan
cara relaksasi otot progresif
Monitor nutrisi
- Intruksikan pasien mengenai
kebutuhan nutrisi
- Ciptakan lingkungan yang
optimal pada saat
mengkonsumsi makan
- Lakukan atau bantu pasien
terkait dengan perawatan
mulut sebelum makan
- Anjurkan pasien untuk
duduk pada posisi tegak
dikursi, jika memungkinkan
- Pastikan makanan yang
disajikan dengan cara yang
menarik dan pada suhu yang
paling cocok untuk
dikonsumsi secara optimal
- Monitor kalori dan asupan
makanan
- Monitor kecendrungan
terjadi kenaikan atau
penurunan berat badan
2 Hipertermia Setelah dilakukan asuhan Fever treatment
berhubungan dengan keperawatan diharapkan Monitor suhu sesering
penyakit : mungkin
Termoregulasi Monitor IWL
Dipertahankan pada Monitor warna dan suhu
(4)ringan dan kulit
dtingkatkan pada(5) Monitor tekanan darah,
58
D. CATATAN PERKEMBANGAN
Ruang Rawat : Ruang Inap Anak Kronik RSUP. Dr. M. Djamil Padang
Tabel 3. 6
P: intervensi dihentikan
Resiko perdarahan - Memantau perdarahan pasien S:
3 berhubungan dengan - Memantau kadar hb dan ht sebelum dan sesudah - Keluarga mengatakan bintik merah
koagulasi inheren kehilangan darah (Hb : 6,2 g/dl, Ht : 19%) dipaha masih ada
- Mematau adanya tanda dan gejala perdarahan persinten( - Klien mengatakan masih lemah
63
Ruang Rawat : Ruang Inap Anak Kronik RSUP. Dr. M. Djamil Padang
P: Intervensi dilanjutkan
manajemen nutrisi
Nama Klien : An. P
Ruang Rawat : Ruang Inap Anak Kronik RSUP. Dr. M. Djamil Padang
P : intervensi dilanjutkan :
- Mengawasi tanda-tanda
pendarahan
- Menjelaskan pada keluarga
agar mengawasi tanda-
tanda pendarahan pada
anak
- Memantau Hb, Ht dan
memantau status koagulasi
pasien.
4 Intoleransi aktivitas berhubungan - Menganjurkan klien untuk melakukan aktivitas S:
dengan kelemahan fisik secara bertahap - Ibu klien mengatakan
- Memonitor pola tidur dan jumlah jam tidur klien (7- anaknya sudah mulai
8 jam) mengerjakan aktivitas
- Memonitor pemasukan intake nutrisi dan kalori ringan sendiri
(intake : 2700, outout : 2500) O:
- Membantu klien dalam beraktivitas - Menyeimbangkan aktivitas
dan istirahat (4)
- Menyadari keterbatasan
energi (4)
- Mempertahankan intake
nutrisi (3)
- Melaporkan kekuatan yang
cukup untuk beraktifitas (3)
A:
- Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
manajemen nutrisi
BAB IV
LITERATURE REVIEW
A. Jenis Review
pustaka yang selama ini umum dilakukan oleh peneliti. Paper- paper ilmiah
yang direview dipilih sendiri oleh peneliti sesuai topik penelitian. Adapun
metode pencarian artikel atau jurnal yang digunakan yaitu pencarian melalui
vomitting”.
Peneliti menuliskan kata kunci sesuai MeSH (Medical Subject Headding) yaitu
kosa kata dari US National Library of Medicine yang digunakan untuk mencari
data di PubMed dan beberapa data base lain (CQUniversity Australia, 2020).
72
73
1. Kriteria inklusi
kanker.
2. Kriteria eksklusi
kemoterapi.
c. Jurnal tidak dalam bentuk full text (tidak dapat diakses penuh)
Data diekstraksi dari setiap sudut yang sesuai dengan kriteria inklusi
dan ekslusi yang sudah di tetapkan. Alur ekstrasi data literatur review yang
sudah ditetapkan
74
2. Menseleksi jurnal, artikel sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang
telah di tetapkan.
dari hasil penelitian dan hipotesis yang sebelumnya telah dirumuskan dalam
Bagan 4.1
Diagram Alur Review Jurnal
Pencarian menggunakan
keyword melalui electronic
database Science Direct,
Research Gate dan
Pubmed
N=2.500
Exclude ( n = 57 )
Seleksi Judul dan
Tidak sesuai topik ( n=
Duplikat N=66
10 ) Literatur review (
n = 9)
Book chapters, skripsi (
n = 7 ) Tidak ada
hubungan dengan mual
Identifikasi Abstrak
muntah, kanker ( n = 31)
N=9
Exclude ( n = 4 )
Penelitian non-
eksperimen / non
intervensi ( n = 2 )
Tujuan tidak sesuai (
Artikel akhir yang bisa n=2)
dianalisa sesuai dengan
rumusan masalah dan
tujuan N=5
BAB V
Dierect 2.030 artikel dengan Research Gate 100 dan PubMed ditemukan
sebanyak 370 artikel. Setelah dilakukan seleksi artikel jurnal dalam rentang 5
melakukan seleksi lebih lanjut terhadap judul dan duplikat jurnal dan
jurnal. Dari 66 artikel jurnal didapatkan hanya 9 artikel jurnal yang layak
sebanyak 9 artikel jurnal, Book chapters, skripsi sebanyak 7 artikel jurnal dan
76
77
Tabel 5.1
Daftar Analisa Artikel Relaksasi Otot Progresif
No Peneliti, Tahun Judul Sampel Metode Intervensi Hasil Penelitian
Terbit Penelitian
1 Rana Saleh The Effect Of 66 orang Design Intervensi dilakukan Terapi relaksasi otot
Mohamed Amer, Appplying A anak penelitian selama 3 hari pada pasien progresif yang diberikan
Mohamed Mersal Progressive leukemia Clinical trial intervensi, teknik relaksasi pada anak-anak
Hamd, Rabab El- Muscle dan otot progresif ini kelompok intervensi
Sayed Hasan El- Relaxation menggunakan dilakukan selama 15-30 didapatkan lebih sedikit
Sayed (2020) Technique On kusioner menit. Sebelum dilakukan mengalami mual dan
Nausea And rhodes index intervensi, dilakukan muntah yang disebabkan
Vomiting of nausea and pengukan mual muntah oleh efek dari kemoterapi
Induced By vomiting form dan skala rileks pada selama 3 hari intervensi
Chemotherapy 2, behavioral pasein. Teknik ini dengan hasil p < 0,0001
Among relaxation self- dilakukan dengan 3
Leukemic rating scale tahapan yaitu tahap
Children persiapan, tahap
implementasi dan tahap
evaluasi. Dimana pada
tahap evaluasi dilakukan
pengukuran mual muntah
dan skala rileks dengan
menggunakan kusioner.
2 Nagwa Ramadan Effect Of 90 anak Design yang Intervensi dilakukan hasil menunjukkan
Esmail Magor, Progressive leukemia digunakan selama 2 hari pada pasien perbedaan rata-rata dari
Azza Mostafa Muscle dengan umur adalah quasi intervensi, teknik relaksasi mual total
78
Darwish, Ebtisam Relaxation 7-18 tahun experimental, otot progresif ini dan skor muntah antara
Mohamed El Technique kusioner dilakukan selama 15-30 anak-anak yang diteliti di
Sayed, Mohamed Versus rhodes index menit. Sedangkan pada antara
Ramadan El- Acupressure of nausea and teknik akupresure tiga kelompok diukur
Shanshory And On vomiting form dilakukan selama 3-5 dengan (Skala Indeks
Hanan Mohamed Chemotherapy 2, behavioral menit. Sebelum dan Rhodes) yang
Es Saadany ( Induced relaxation self- sesudah intervensi, mengamati bahwa
2016) Nausea And rating scale dilakukan pengukan mual antisipasi mual dan
Vomiting In muntah dan skala rileks muntah total
Leukemic pada pasien. Teknik dialami secara signifikan
Children relaksasi otot progresif dan lebih jarang pada anak-
akupresure dilkukan anak yang melakukan
dengan tahap orientasi, teknik relaksasi otot
kerja dan evaluasi. progresif dibandingkan
pada anak-anak dalam
grup akupresur dan
kontrol di mana (F =
9.123, P = 0.001) dengan
nilai rata-rata (0.87 +
1.28, 2.07 + 3.36 dan
3.39 + 4.04) di
Kelompok PMRT,
kelompok akupresur dan
kelompok kontrol
79
3 Andreas Guided 208 pasien Randomizad Intervensi imajinasi mual muntah terkait
Charalambous, Imagery And kanker yang control parallel terbimbing dan relaksasi kemoterapi
Margarita Progressive menjalani design trial otot progresif dilakukan dan pengalaman muntah-
Giannagopoulou, Muscle kemoterapi, with 2 groups pada pasien yang muntah, kejadian dan
Evaggelos Bozas, Relaxation As dibagi dan mengalami gejala, nyeri, kesusahan secara
Yiola Marcou, A Cluster Of menjadi 2 menggunakan kelelahan, mual, muntah, signifikan lebih rendah
Petros Kitsios, Symtoms kelompok, kusioner cemas dan depresi. pada intervensi
Lefkios Paikousis Management kelompok HRQoL untuk Intervensi ini dilakukan kelompok dibandingkan
( 2016) Intervention In intervensi kualitas hidup. selama 4 minggu, dengan kelompok kontrol
Patients dan intervensi yang dilakukan Temuan menunjukkan
Receiving kelompok termasuk latihan tidak ada perbedaan yang
Chemotherapy kontrol pernapasan 2 menit, diikuti signifikan secara statistik
: A oleh otot progresif 10 dalam pengukuran ini
Randomized menit antara kedua kelompok,
Control Trial latihan relaksasi dan sesi namun kelompok
imajinasi terbimbing perumpamaan terpandu
selama 15 menit. mengungkapkan secara
signifikan lebih positif
pengalaman dengan
kemoterapi (p = 0,0001).
4 Saba Karimi, Surveying the 52 pasien Design study Sebelum dilakukan Uji Wilcoxon
Behnam Reza effect of a self- dengan eksperimen, intervensi terlebih dahulu menunjukkan penurunan
Makhsosi, care education kanker Alat responden mengisi yang signifikan pada
Seyed Jalil program on pengumpulan kuesioner demografi dan
kolorektal tingkat keparahan mual
Seyedi-Andi, severity of data meliputi MANE oleh responden
Maryam Behzadi, nausea and yang pada kedua kelompok. pada kelompok
kuesioner
Yasaman emesis in menjalani Untuk setiap kelompok, eksperimen (p < 0,001);
demografi dan
80
Moghofeh, colorectal kemoterapi Morrow dirancang enam sesi sementara tidak ada
Kourosh cancer patients Assessment of pelatihan. Keenam sesi ini penurunan signifikan
Mohammadinasra under Mausea dan berlangsung dalam waktu yang diamati pada
badi, Emesis 2 bulan, dan durasi tiap
chemotherapy kelompok kontrol
Alireza Abdi, sesinya adalah 45–60
Pegah Ahmadi menit. sebelum dan sesudah
(2017) Pada sesi pertama, intervensi (p = 0,57)
memberikan informasi
kepada pasien tentang
penyakit mereka. Pada sesi
kedua, pasien diberikan
penjelasan tentang
penyebab mual dan
muntah serta pentingnya
mencegah atau
mengurangi timbulnya
masalah ini. Pada sesi
ketiga, menjelaskan
tentang pentingnya diet
tinggi kalori, proteinuria,
dan protein tinggi, serta
jenis diet sebelum dan
sesudah kemoterapi. Pada
sesi keempat, postur tubuh
yang tepat selama
kemoterapi diberikan
untuk mengurangi
keparahan mual dan
penggunaan es untuk
mengurangi keparahan
81
B. Pembahasan
relaksasi otot progresif terhadap mual dan muntah pada pasien kanker
al., (2016), Karimi (2017) dan Gupta (2020) dimana mereka membuktikan
bahwa relaksasi otot progresif mampu menurunkan mual dan muntah pasien
penggunaan biaya besar, waktu yang lama, dan kontrol yang lama menjadi
eksklusi.
dengan lama intervensi yaitu 3 hari. Pada Nagwa Ramadan, et al,. (2016)
juga memberikan relaksasi otot progresif dengan durasi 15-30 menit dengan
(2016) memberikan relaksasi otot progresif dengan durasi 10 menit dan lama
otot progresif 45-60 menit dengan lama intervensi itu 2 bulan dan Gupta
penerapan relaksasi otot progresif pada anak dengan usia 7-18 tahun yaitu
pada penelitian Rana Saleh (2020) dan Nagwa Ramadan (2016) dengan
menggunakan durasi yang sama yaitu 15-30 menit. Sedangkan untuk lama
al,. (2016) teknik dalam melakukan relaksasi otot progresif ini sama, yaitu
menjadi 6 grup, yaitu dimulai dari kepala dan leher, kedua lengan, otot perut,
otot punggung, otot kaki kanan dan otot kaki kiri. Namun pada penelitian
kualitas hidup sebelum dan sesudah intervensi dilakukan dan tidak dijalsakn
teknik cara pemberian dari relaksasi otot progresif tersebut. Pada penelitian
Gupta (2020) menggunakan alat ukur rating scale dan skala mual namun
pengaruh relaksasi otot progresif terhadap mual dan muntah didapatkan hasil
yang positif terhadap mual dan muntah. Penelitian Rana Saleh (2020) dengan
muntah sebanyak 3-4 kali sebelum intervensi dan mneingkat menjadi 54,5%
yang tidak muntah setelah intervensi, sedangkan pada anak kelompok kontrol
perawatan rutin menjadi 33,3% yang mengalami muntah dari 3-4 kali. Ada
dan kontrol pada p <0,001 dan 0,007 masing-masing, pada peneliti ditemukan
bahwa relaksasi otot progresif berpengaruh terhadap mual muntah pada nak
leukemia.
akupresure pada 99 anak leukemia yang dibagi menjadi 2 kelompok juga yaitu
intervensi ini mempunyai tujuan yang sama untuk mengurangi mual muntah
anak tetapi hasil yang didapatkan setelah 2 hari melakukan intervensi yaitu
11,337, P = 0,001). Mengenai mual dan muntah tertunda yang terjadi pada
dan kelompok akupresur memiliki nilai rata-rata yang lebih rendah (6,20 +
terjadi penurunan yang signifikan terhadap mual dan muntah dengan hasil (p
nilai (p < 0,001) dan peneliti Gupta (2020) dalam penelitiannya didapatkan
pengaruh secara signifikan antara relaksasi otot progrsif dengan mual muntah
efektifitas latihan relaksasi otot progresif dalam mengatasi mual dan muntah
otot progresif efektif dalam mengatasi mual muntah pasien yang menjalani
88
PMR memang dapat mengurangi efek samping yang timbul akibat kemoterapi
rasa mual dan stimulasi fisik yang lebih sedikit (Pailak, 2013).
Dalam 5 artikel ini ada beberapa artikel yang memang sesuai dengan
teori dari relaksasi otot progresif, dimana pada latihan ini diperlukan waktu
melibatkan berbagai kelompok otot mulai dari kaki kearah atas atau kepala
kearah bawah. Pelaksanaan gerakan relaksasi otot progresif dalam teori ini
terdiri dari 15 gerakan seperti yang dikembangkan oleh Ramdhani & Putra
(2009).
menurunkan sesitifitas CTZ terhadap vomitting. Pada saat terjadinya mual dan
muntah maka aurosal simpatis seperti tekanan darah, nadi, spasme otot pada
mengalami penurunan.
diotak. Zat itu adalah encephalin dan endhorphin yang berfungsi untuk
sakit atau gejala fisik lainnya. Relaksasi otot progresif salah satu teknik yang
89
mengurangi rasa sakit termasuk mual muntah post kemoterapi (Fahri, 2015).
mual dan muntah, peneliti sependapat dengan ke 5 artikel yang direview dan
pendapat dari berbagai sumber bahwa teknik/latihan ini perlu dijadikan salah
satu intervensi yang sangat efektif dalam mengatasi mual dan muntah pada
Selain itu, bisa kita lihat juga bahwa semua jurnal yang direview
memang mengukur relaksasi otot progresif pada pasien anak masih sedikit,
hingga ini kemudian juga menjadi salah satu keterbatasan studi literatur
penulis karena akhirnya tidak semua dari jurnal yang di review bisa dinilai
apakah memang pengaruh relaksasi otot progresif terhadap mual muntah post
penelitian, tidak bisa dilepaskan dari intervensi yang diberikan yaitu relaksasi
permasalahan tersebut.
90
BAB VI
A. Kesimpulan
progresif terhadap mual muntah pasien kanker ini dapat dapat disimpulkan
sebagai berikut:
2. Pada bagian terapi relaksasi otot progresif didapatkan bahwa dari 5 literature
B. Saran
pengaruh intervensi relaksasi otot progresif yang dilihat dari intensitas mual
sumber data dan informasi dalam penelitian yang sama bagi mahasiswa
keperawatan dan intervensi relaksasi otot progresif bisa dijadikan salah satu
efektif memberikan efek pada mual dan muntah yang dialami oleh pasien
metode dan materi yang sesuai dan tepat yang bisa digunakan di Indonesia
American Cancer Society (2018) ‘Breast Cancer Facts & Figures 2017-2018’.
Availableat:https://www.cancer.org/content/dam/cancerorg/research/cancer-
facts-and-statistics/breastcancer-facts-andfigures/breast-cancer-facts-and-
figures-2017-2018.pdf
Technology
Apriany, D. (2010). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Mual Muntah Lambat Akibat
Kemoterapi Pada Anak Usia Sekolah Yang Menderita Kanker Di RSUP Dr.
Axton Sharon dan Terry Fugate. (2014). Rencana asuhan keperawatan pediatrik.
92
93
Herfiana, Sepsi (2017). Dampak Fisiologis Kemoterapi Pada Anak Dengan Leukemia
Kemenkes Ri
Kyle T; Susan C, 2016, Buku Ajar Keperawatan Pediatri, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta,Indonesia.
Marcdante, dkk., 2014. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial Edisi Keenam.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Momayyezi, M., & et al. (2017). Sleep Quality and Disturbances in Children and
National Cancer Institute. (2017). Side Effect of cancer treatment. USA: National
Kalbemed
Novrianda, D., Yetti, K., & Agustini, N. (2016). Faktor-Faktor Berhubungan dengan
Perry & potter (Jean Piaget). (2009). Fundamental Keperawatan, Edisi 7, terjemahan
Radji, M., 2017, Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Rana Saleh, et al,. 2020. The Applying a Progressive Muscle Relaxation Technique
[Online]AvailableAt
:Http://Www.Intechopen.Com/Books/Leukemia/AcuteLymphoblastic-
Leukemia-In Children.
Rovinda Dia Zelly (2012). Kelainan Hemostatis Pada Leukemia. Bagian Patologi
Suriadi. & Yuliani, R. (2010) Buku Pegangan Praktik Klinik: Asuhan Keperawatan
Faktor Resiko
Lingkungan : radiasi, obat (benzene) Infeksi (HTLV) Genetik (sindrom down, kembar monozigot)
Gangguan citra tubuh Rambut rontok Kulit Efek dari kemoterapi Kemoterapi Proliferasi patologis limfoblas disumsum
Manajemen tidak efektif Leukopeni Trombositopeni Mual, muntah, diare, sariawan Kekurangan volume cairan Mengganggu hemopoitik normal
Resiko relaps
Mual Pemenuhan nutrisi kurang dari
Prognosis penyakit yang buruk keb. tubuh
Trombopoitik
kecemasan
Netropenia Penurunan HB
Resiko perdarahan
Penurunan daya tahan tubuh Suplai o2 ke jaringan menurun
Riwayat pendidikan :