Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mata merupakan organ penglihatan yang diciptakan Tuhan dan
merupakan salah satu organ vital yang penting nilainya. Meskipun
fungsinya bagi kehidupan manusia sangat penting, sering kali kesehatan
mata kurang diperhatikan sehingga banyak penyakit yang menyerang mata
tidak diobati dengan baik dan menyebabkan gangguan penglihatan sampai
kebutaan. Salah satu gangguan pengelihatan yang sering terjadi ialah
kelainan refraksi.
Mata merupakan indra penglihatan pada manusia. Mata dibentuk
untuk menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina selanjutnya
dengan perantaraan serabut-serabut nervus optikus, mengalihkan
rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan (Evelin
1999).
Refraksi adalah titik fokus jauh dasar (tanpa bantuan alat) yang
bervariasi di antara mata individu normal, tergantung bentuk bola mata dan
korneanya. Mata emetrop secara alami memiliki fokus yang optimal untuk
penglihatan jauh. Mata ametrop (yakni, mata miopia, hipermetropia, atau
astigmatisma) memerlukan lensa koreksi agar terfokus dengan baik untuk
melihat jauh. Gangguan optik ini disebut kelainan refraksi. Refraksi adalah
prosedur untuk menentukan dan mengukur setiap kelainan optik (Vanghan
& Asbury, 2012).

Kelainan refraksi mata adalah suatu keadaan dimana bayangan tidak


dibentuk tepat di retina, melainkan di bagian depan atau belakang bintik
kuning dan tidak terletak pada satu titik yang tajam. Kelainan refraksi
dikenal dalam beberapa bentuk, yaitu: miopia, hipermetropia, dan
astigmatisma (Ilyas, 2013).

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), di


seluruh dunia pada tahun 2010 terdapat sebanyak 285 juta orang (4,24%)

1
populasi dengan gangguan pengli-hatan, 39 juta (0,58%) dengan kebutaan,
dan 246 juta (3,65%) dengan low vision. Penyebab gangguan penglihatan
terbanyak di seluruh dunia ialah kelainan refraksi (43%), katarak (33%), dan
glaukoma (2%).3,4 Dari data tersebut, diperkirakan saat ini 19 juta anak di
bawah usia 15 tahun menderita gangguan penglihatan; 12 juta diantaranya
menderita kelainan refraksi yang tidak dikoreksi.

Penurunan visus biasanya disebabkan oleh kelainan refraksi.


Biasanya penderita telah mendapat kacamata dari seorang optometris.
Penglihatan penderita yang buruk dapat disebabkan oleh kelainan refraksi,
hal ini dapat diketahui dengan menggunakan pinhole. Pada mata tanpa
kelainan refraksi (emetropia), sinar dari kejauhan difokuskan pada retina
oleh kornea dan lensa pada saat mata dalam keadaan istirahat (relax). Peran
kornea adalah dua per tiga dan lensa berperan sepertiga dari daya refraksi
mata. Kelainan kornea, misalnya keratokonus, bisa menyebabkan kelainan
refraksi yang berat (A R Elkington, 1996).

Anak-anak sering tidak menyadari visusnya menurun dan mungkin


tidak mengeluh bahkan ketika mereka menderita mata lelah atau kebutaan.5
Sekitar 10% dari 66 juta anak usia sekolah (5-19 tahun) di Indonesia
mengalami kelainan refraksi dan angka pemakaian kacamata koreksi sampai
saat ini masih rendah yaitu 12,5% dari kebutuhan. Jika kondisi ini tidak
ditangani secara baik akan berdampak negatif pada perkembangan
kecerdasan anak dan proses pembelajaran yang selanjutnya akan
memengaruhi mutu, kreativitas, dan produk-tivitas angkatan kerja.

Menurut Rice dalam (Gunrasa, 2004) masa remaja adalah masa


peralihan, keetika individu tumbuh dari masa anaka-anak menjadi individu
yang memiliki kematangan. Pada masa tersebut, ada 2 hal terpenting
menyebabkan remaja mengalami pengendalian diri 2 hal tersebut adalah,
pertama, hal yang bersifat eksternal yaitu adanya perubahan lingkungan, dan
kedua adalah hal yang bersifat internal, yaitu karakteristik didalam remaja
yang membuat remaja relative bergejolak dari masa perkembangan laiinya
(strom and stress period).

2
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang analisis faktor yang berhubungan dengan gangguan refraksi optik
pada siswa SMA
TUJUAN
1. Tujuan umum
Mengetahui analisis faktor yang berhubungan dengan gangguan
refraksi optik pada siswa SMA.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui penyebab faktor refraksi dengan kebiasaan remaja
SMA
b. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja dengan refraksi optik

C. MANFAAT PENELITIAN
Sesuai dengan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan
bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis :
1. Secara teoritis: hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam
pengembangan ilmu pengetahuan teori tentang analisis faktor refraksi
optik yang berhubungan dengan remaja. Selain itu diharapkan juga
hasil penelitian dapat menambah referensi ilmiah
2. Secara praktis: hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi :
a. Remaja : untuk memberikan pengetahuan kepada remaja tentang
faktor refraksi dan pentingnya menjaga kesehatan mata supaya
remaja lebih paham tentang menjaga kesehatan mata
b. Peneliti : untuk menambah wawasan peneliti, khususnya di bidang
kesehatan mata.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian refraksi
Kelainan refraksi merupakan kelainan kondisi mata yang paling
sering terjadi. Miopia adalah salah satu kelainan refraksi pada mata
yang memiliki prevalensi tinggi di dunia. Dalam pengamatan selama
beberapadekade terakhir menunjukkan bahwa rata-rata prevalensi
miopia telahmengalami peningkatan dan ada epidemi miopia di Asia
(Jurnal Kesehatan Andalas, 2014).
Kelainan refraksi adalah kelainan pembiasan sinar pada
mata,sehingga sinar tidak difokuskan pada retina atau bintik kuning,
tetapi dapat di depan atau di belakang bintik kuning dan mungkin tidak
terletak pada satu titik fokus (Hartanto & Inakawati, 2010).
Orang-orang yang mengalami kelainan refraksi tidak saja harus
menanggung beban fisik, melainkan mereka juga memiliki konsekuensi
sosial dan finansial. Penglihatan merupakan suatu yang secara
signifikan memberikan pengaruh dalam pilihan karir dan aktivitas
seseorang, contohnya saja pada anak-anak yang memiliki kelainan
refraksi ditemukan 25% dari mereka tidak mampu menunjukkan
performa yang maksimal dalam bidang akademik dibanding degan
anak-anak yang tidak mengalami kelainan refraksi. Selain itu, 60%
anak-anak dengan masalah belajar dilaporkan juga mengalami kelainan
pada penglihatannya (Hedge, et al.,2015).

Berikut adalah kelainan-kelainan refraksi pada mata menurut Guyton and


Hall (2007):

a. Hipermetropia (Penglihatan Jauh)


Hiperopia atau dikenal sebagai “Penglihatan Jauh”, biasanya akibat bola
mata terlalu pendek, atau kadang-kadang karena system lensa terlalu
lemah. Pada keadaan ini, cahaya sejajar kurang dibelokkan oleh sistem
lensa yang relaks sehingga tidak terfokus diretina. Untuk mengatasi

4
kelainan ini, otot siliaris berkontraksi untuk meningkatkan kekuatan
lensa. Dengan menggunakan mekanisme akomodasi, pasien hiperopia
dapat memfokuskan bayangan dari objek jauh di retina. Bila pasien
hanya menggunakan sebagian dari kekuatan dari otot siliarisnya untuk
melakukan akomodasi jarak jauh, ia masih memiliki sisa daya
akomodasi, dan objek yang semakin mendekati mata dapat juga terfokus
jelas saat otot silliaris telah berkontraksi maksimum. Pada orang tua,
sewaktu lensa menjadi “presbiop”, seseorang dengan mata jauh sering
tidak dapat berakomodasi cukup kuat untuk memfokuskan objek jauh
sekalipun, apalagi untuk objek dekat.
b. Astigmatisma

Astigmatisma adalah kelainan refraksi mata yang menyebabkan


bayangan pada satu bidang difokuskan pada jarak yang berbeda dari bidang
yang tegak lurus terhadap bidang tersebut. Hal ini paling sering disebabkan
oleh terlalu besarnya lengkung kornea pada salah satu bidang mata. Contoh
lensa astigmatis adalah permukaan lensa seperti telur yang terletak pada sisi
datangnya cahaya. Derajat kelengkungan bidang yang melalui sumbu
panjang telur tidak sama besar dengan derajat kelengkungan pada bidang
yang melalui sumbu pendek.

c. Myopia
Miopia merupakan kelainan mata paling umum di dunia. Pada
keadaan refraksi ini, retina terletak di belakang bidang fokus sehingga
lensa konkaf atau lensa negatif dibutuhkan untuk memindahkan bidang
fokus kembali terletak pada retina. Definisi miopia bervariasi namun
pada umumnya mata dianggap myopia bila memerlukan lensa negative
0.50 dioptri untuk mengembalikan penglihatan normal (Young, 2010).

5
d. Presbiopi
Lebih dikenal dengan “mata tua”, merupakan suatu kondisi
dimana hilang atau berkurangnya kemampuan mata untuk membaca
dekat, terkait dengan pertambahan usia dan merupakan perubahan
yang bersifat alamiah. Kondisi ini berarti terjadi karena
berkurangnya kemampuan otot di dalam bola mata untuk
mencembungkan lenasa, yang diperlukan dalam proses membaca
jarak dekat. Presbyopia umumnya mulai terjadi sejak usia 40 tahun.
Gejala refraksia
Pasien yang menderita kelainan refraksi umumnya mengalami gejala
berikut:
1. Penglihatan buram atau ganda
2. Sakit kepala
3. Mata tegang
4. Pembiasan cahaya abnormal
5. Menyipitkan mata
6. Penglihatan kabur

Penyebab refraksi
1. Riwayat keluaraga
Kelainan refraksi dapat di sebabkan melalui riwayat keluarga atau
keturunan dari orang tua tetapi biasanya terjadi kebanyakan pada
orang kelainan astigma atau silinder, untuk mata miopi atau minus
jarang
2. Kurang makan buah dan sayur
Kurang makan buah dan sayur dapat menurunkan daya tahan tubuh
dan penurunan penglihatan mata sehingga terjadi minus dan silinder
3. Pola tidur yang tidak efektif
Apabila kita sering begadang mata kita akan mengantuk karena
kurang tidur sehingga mata akan cepat lelah dan otot mata akan
bekerja lebih ekstra atau tegang apabila di buat untuk melihat

6
4. Gadget dan pc
Sinar radiasi yang ada di gadget dan pc akan merusak mata sehingga
terjadi minus atau silinder
5. Membaca dengan cahaya yang kurang atau sambil tidur
Membaca dengan cahaya yang kurang atau sambil tidur dapat
membuat otot dimata menjadi tegang sehingga terjai minus atau
silinder
6. Faktor usia
Kalau faktor usia ini biasanya penderita kelainan refraksi mata
presbiopia atau rabun dekat

B. Pengertian mata
Mata adalah organ fotosensitif yang sangat berkembang dan rumit,
yang memungkinkan analisis cermat dari bentuk, intensitas cahaya, dan
warna yang dipantulkan objek. Mata terletak dalam struktur bertulang yang
protektif di tengkorak, yaitu rongga orbita. Setiap mata terdiri atas sebuah
bola mata fibrosa yang kuat untuk mempertahankan bentuknya, suatu sistem
lensa untuk memfokuskan bayangan, selapis sel fotosensitif, dan suatu
sistem sel dan saraf yang berfungsi mengumpulkan, memproses, dan
meneruskan informasi visual ke otak (Junqueira, 2007).
Tidak semua cahaya yang melewati kornea mencapai fotoreseptor
peka cahaya karena adanya iris, suatu otot polos tipis berpigmen yang
membentuk struktur seperti cincin di dalam aqueous humour. Lubang
bundar di bagian tengah iris tempat masuknya cahaya ke bagian dalam mata
adalah pupil. Iris mengandung dua kelompok jaringan otot polos, satu
sirkuler dan yang lain radial. Karena serat-serat otot memendek jika
berkontraksi, pupil mengecil apabila otot sirkuler berkontraksi yang terjadi
pada cahaya terang untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke mata.
Apabila otot radialis memendek, ukuran pupil meningkat yang terjadi pada
cahaya temaram untuk meningkatkan jumlah cahaya yang masuk
(Sherwood, 2001).

7
Mata adalah salah satu organ tubuh vital manusia. Oleh karena itu
kita harus selalu menjaga dan mencegah hal-hal yang dapat maerusak mata.
Mata dibentuk untuk menerima rangsangan berkas- berkas cahaya retina
selanjutnya dengan perantaraan serabut-serabut nervus optikus,
mengalihkan rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk
ditafsirkan (Murtopo & sarimurni, 2005)

Bagian-bagian mata
1. Bagian luar mata
Bagian luar mata secara umum tidak berhubungan dengan fungsi
penglihatan secara langsung. Bagian-bagian ini lebih tepatnya
berfungsi untuk melindungi dan mendukung bagian dalam mata.
Beberapa bagian luar mata adalah:
a. Bulu mata
Bulu mata adalah bagian berupa rambut halus yang terletak pada
atas dan bawah kelopak mata. Bulu mata berfungsi sebagai
pelindung dari kotoran yang hendak masuk. Kotoran ataupun
benda asing lainya yang masuk kedalam mata dapat mengganggu
fungsi utama mata sebagai organ penglihatan.
b. Kelopak mata
Kelopak mata adalah kulit lunak diatas mata dan dibawah mata
yang memliki fungsi utama untuk melindungi bola mata.
Kelopak mata yang normal dapat menutup dan membuka dengan
baik kelopak mata dapat bergerak sengan sengaja, tetapi dapat
juga bergerak secara reflek. Gerakan sengaja kelopak mata
terjadi sesuai dengan keinginan kita, namun gerak reflek terjadi
tanpa dapat kita kontrol,contohnya ketika ada benda asing yang
masuk ke mata, maka kelopak mata akan tutup secara otomatis.
c. Alis mata
Alis mata adalah bagian yang terdapat di atas kelopak mata kiri
dan kanan. Alis mata disusun oleh rambut-rambut halus. Ada
orang yang memiliki alis mata tebal,ada juga yang memilki alis

8
mata tipis. Fungsi utama alis mata juga sama dengan bagian mata
luar lainya yaitu untuk melindungi mata dari benda asing,
terutama dari keringat yang menetes dari dahi.

d. Kelenjar mata (kelenjar lakrimalis)


Kelenjar lakrimalis adalah kelenjar yang berperan dalam
produksi air mata, kelenjar mata terletak pada bagian luar atas
kelopak mata. Air mata yang di produksi di alirkan melalui
saluran (duktus) ke bagian samping (lateral) konjungtiva,
kemudian akan dibawa ke seluruh bagian bola mata denga reflek
kedipan mata.

2. Bagian dalam mata


a. Seklera (selaput putih)
Seklera merupakan lapisan luar bola mata yang konsistensinya
lumayan keras karena disusun oleh zat tanduk. Kata seklera berasal
dari bahasa Yunani, yaitu “sekleros” yang artinya keras. Karena
sifatnya yang keras, seklera berfungsi untuk melindungi bagian
dalam dari bola mata. Normalnya seklera berwarna putih, sehingga
terlihat kontras dengan iris namun pada mamalia lain sekleranya
terlihat berwarna gelap sejenis dengan iris.
b. Koroid
Koroid merupakan bagian mata yang terletak diantara seklera
dan retina. Koroid sering juga disebut sebagai lapisan pembuluh
darah pada mata, fungsi koroid adalah untuk memberikan nutrisi dan
oksigen pada struktur di sekitarnya, terutama retina. Koroid normal
berwarna coklat atau hitam, warna gelap ini dimiliki agar cahaya
yang masuk tidak di pantulkan kembali. Bagian koroid yang terputus
akan membentuk iris, kemudian pada iris terdapat pupil yaitu bagian
yang berbentuk seperti lubang kecil. Koroid memilki empat lapisan
yaitu:

9
a) Lapisan harllerm yaitu bagian terluar dari koroid dalam
diameter pembuluh darah yang paling besar.
b) Lapisan sattler yaitu lapisan dengan pembuluh darah ukuran
sedang pada daerah koroid.
c) Koriokapilaris merupakan bagian koroid yang pembuluh
darahnya berupa pembuluh kapiler.
d) Membrane bruch yaitu bagian terdalam dari koroid dengan
ukuran pembuluh darah yang paling kecil.
c. Iris (Selaput pelangi)
Iris merupakan bsgisn berwarna pada mata yang memiliki
otot kecil untuk mengatur pencahayaan yang diterima. Jaringan
dalam iris berfungsi untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk ke
mata, sedangkan pigmen dalam iris bertanggung jawab untuk
menentukan warna mata seseorang.
d. Pupil
Pupil adalah bagian mata yang berbentuk seperti lingkaran
dan terletak ditengah iris. Pupil berfungsi untuk mengatur cahaya
yang masuk ke mata dengan cara melebarkan atau menyempitkan
lingkaranya. Bila cahaya yang diterima semakin banyak maka pupil
akan menyempit, sedangkan bila cahaya yang di terima sedikit maka
pupil akan melebar.
e. Retina
Retina adalah lapisan tipis yang terletak pada bagian bola
mata. Retina berfungsi untuk menerima cahaya dan membentuk
bayangan benda dan kemudian akan disalurkan ke saraf otak
f. Kornea
Kornea merupakan selaput bening mata yang transparan dan
dapat di tembus oleh cahaya. Kornea merupakan bagian yang
menutupi iris dan pupil, apabila kornea di sentuh, maka akan terjadi
reflek menutup mata. Kornea berfungsi sebagai membrane pelindung
dan struktur yang di lalui berkas cahaya untuk menuju ke retina.
g. Aqueous humor

10
Merupakan cairan yang terdapat pada bilik depan mata.
Aqueous humor berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan
didalam bola mata dan memberi nutrisi penting untuk mata, serta
mempertahankan bentuk dari mata
h. Lensa mata
Lensa merupakan bagian mata yang terletak di belakang
pupil dan iris mata. Lensa mata berfungsi untuk memfokuskan
cahaya agar tepat jatuh ke retina. Lensa merupakan struktur yang
transparan. Lensa mata memiliki kemampuan khusus yang di sebut
daya akomodasi, yaitu kemampuan untuk menebal atau menipis
sesuai dengan jarak benda yang dilihat.
i. Vitreous humor
Vitreous humor merupakan cairan kental bening yang
mengisi sebagian besar bola mata. Vitreous humor terletak sebuah
ruangan diantara lensa mata dan retiana. 98% dari vitreous humor
merupakan cairan, sebagian lainya terdiri dari serat kolagen halus,
garam, gula dan sel-sel fagosit.
j. Saraf optik (saraf kranial dua)
Saraf optic merupakan susunan saraf yang berfungsi untuk
menerima informasi dari retina dan kemudian meneruskan informasi
tersebut ke otak.

C. Pengertian remaja
Kata remaja mempunyai banyak arti yang berbeda- beda.
Ada yang mengartikan remaja sebagai sekelompok orang yang
sedang beranjak dewasa, ada juga yang mengartikan remaja sebagai
anak-anak yang penuh dengan gejolak dan masalah, ada pula yang
mengartikan remaja sebagai sekelompok anak-anak yang penuh
dengan semangat dan kreatifitas. Dari beberapa pengertian di atas
secara psikologi remaja dalam bahasa aslinya disebut dengan
adolescere yang berarti tumbuh untuk mencapai kematangan atau
dalam perkembangan menjadi dewasa (Ali.M dan Asrori.M, 2006)

11
Masa remaja menurut Mappiare (1982:27) berlangsung
antara umur 12-21 tahun bagi wanita dan 13-22 tahun bagi pria.
Rentan waktu usia remaja biasanya dibedakan atas tiga yaitu: 12-15
tahun adalah masa remaja awal 15-18 tahun adalah masa remaja
pertengahan dan 18-22 tahun adalah masa remaja akhir (Desmita,
2008:190).
Remaja disebut juga “pubertas” yang nama berasal dari
bahasa latin yang berarti “usia menjadi orang” suatu periode dimana
anak dipersiapkan untuk menjadi individu yang dapat melaksanakan
tugas biologis berupa melanjutkan keturuananya atau berkembang
biak (Gnarsa, 2007:27)
Untuk menghindari timbulnya salah faham, kiranya perlu
dijelaskan mengenai istilah pubertas dan umur anak pada masa ini.
Masa pubertas atau puberteit berjalan dari umur 16 tahun sampai
dengan 18 tahun. Pada umur 15 tahun anak dikatakan berada dalam
masa prapubertas atau praburteit, sedangkan masa antara 12 tahun
dan 15 tahun dinamakan periode pueral. Pada umur 19 tahun anak
berada dalam masa pubertas adolesensi (Santrock, 2003:132)
Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang berbahaya,
karena pada periode itu, seseorang meninggalkan tahap kehidupan
anak-anak, untuk menuju tahap selanjutnya yaitu tahap kedewasaan.
Masa ini dirasakan sebagai suatu masa krisisis karena belum adanya
pegangan, sedangkan kepribadianya sedang mengalami
pembentukan. Pada waktu itu dia memerlukan bimbingan,terutama
dari orang tuanya (Soerjono S.1990:372-373)

12
D. Kerangka teori

Gangguan pertumbuhan
dan perkembangan mata
remaja
Faktor yang
mempengaruhi
pengalaman pribadi,
kebudayaan,
pendidikan, emosi dll

Kelainan refraksi pada


mata

Pengetahuan remaja Tindakan


Sikap remaja
prefentif
tentang kelainan terhadap
deteksi dini dari
refraksi kelainan
kelainan
refraksi mata
refraksi

13
E. Kerangka konsep

Pengetahuan Sikap remaja


remaja tentang terhadap kelainan
kelainan refraksi refraksi

Peneliti mengambil kedua variabel di atas sebagai variabel yang


diteliti karena kedua hal di atas merupakan komponen yang dapat
dilakukan intervensi sedangkan faktor-faktor lainnya tidak diteliti karena
keterbatasan peneliti.

F. Hipotesis
Terdapat faktor yang berhubungan dengan kelainan refraksi optik
pada remaja

14
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan penelitian
Suatu penelitian akan dapat menghasilkan data dan temuan
yang objektif jika dijadikan perencanaan secara matang. Berkaitan
dengan rancangan penelitian Arikunto (1998) berpendapat bahwa
sebuah penelitian harus di dahului perencanaan secara sistimatis,
terencana, dan mengikuti konsep ilmiah rancangan penelitian adalah
suatu keseluruhan prosedur perencanaan, dan pelaksanaan penelitian
yang meliputi pula prosedur pengumpulan dan pengolahan data yang
sudah di tentukan. Dalam pelaksanaan suatu penelitian, seorang
peneliti harus menyusun rancangan penelitian, yang di sesuaikan
dengan tujuan penelitian. Sesuai dengan tujujan penelitian, dan sifat
masalah yang akan di teliti, maka peneliti akan menggunakan
pendekatan kuantitatif, dengan rancangan penelitian korelasi
Penelitian ini disebut penelitian dengan pendekatan
kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka. Sedangkan
penelitian ini dengan pendekatan deskriptif, karena kegiatanya
meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau
menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang
sedang berjalan dari suatu pokok penelitian.
B. Variabel penelitian
Variabel bebas: Pengetahuan remaja tentang kelainan refraksi
Variabel terikat : Sikap remaja terhadap kelainan refraksi
C. Definisi operasional variable
Definisi operasional merupakan definisi yang menyatakan
seperangkat petunjuk atau operasi yang lengkap tentang apa yang
harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki
rujukan-rujukan empiris (artinya kita harus bias menghitung,
mengukur atau dengan cara yang lain dapat mengumpulkan
informasi melalui penalaran kita) (Silalahi,2012)

15
Analisis faktor yang berhubungan dengan gangguan refraksi optik
pada siswa SMA

Table 1. definisi operasional


No Variable / Definisi Cara ukur Hasil ukur Skala
sub variable operasional ukur
1. Variabel Pengetahuan Dengan cara Data disajikan Nominal
independen adalah informasi menyebar dengan 2 kategori
prngetahuan yang telah di kuesioner kepada dengan
remaja peroses dan responden yang menggunakan nilai
tentang diorganisasikan terdiri dari 20 median sebagai cut
kelainan untuk item pertanyaan of poin yaitu:
refraksi memperoleh dengan pilihan paham tentang
pemahaman jawaban: sangat pengetahuan
sehingga remaja setuju, setuju, refraksi jika skor
dapat tidak setuju dan ≥5
mempersepsikan sangat tidak Tidak paham
pengetahuan setuju. tentang
tentang refraksi Pemberian skor pengetahuan
untuk pertanyaan refraksi ≤ 5
favorable:
a. Sangat
setuju
(SS)
bernilai 4
b. Setuju (S)
bernilai 3
c. Tidak
setuju
(TS)
bernilai 2

16
d. Sangat
tidak
setuju
(STS)
bernilai 1
Sedangkan untuk
pernyataan
unafavorable
a. Sangat
setuju
(SS)
bernilai 1
b. Setuju (S)
bernilai 2
c. Tidak
setuju
(TS)
bernilai 3
d. Sangat
tidak
setuju
(STS)
bernilai 4
2. Variabel Sikap adalah Dengan cara Dibagi menjadi Ordinal
dependent suatu pikiran, menyebar dua kategori
sikap kecenderungan kuesioner kepada penentuan skor
remaja dan perasaan responden dengan
terhadap seseorang untuk Di peroleh menggunakan nilai
kelainan mengenal dengan mengisi median yaitu:
refraksi aspek-aspek kuesioner C yang 1. Percaya
tertentu pada terdiri dari 27 diri rendah
lingkungan yang item pernyataan akor 27-67

17
seringnya dengan pilihan 2. Percaya
bersifat jawaban sanga diri tinggi,
permanen setuju, setuju, skor 68-
karena sulit tidak setuju, 108
diubah. sangat tidak
setuju.

Untuk kuesioner
positif:
1. Nilai 4
untuk
sangat
setuju
2. Nilai 3
untuk
setuju
3. Nilai 2
untuk
tidak
setuju
4. Nilai 1
untuk
sangat
tidak
setuju

Untuk kuesioner
negatif:
1. Nilai 4
untuk
sangat
tidak

18
setuju
2. Nilai 3
untuk
tidak
setuju
3. Nilai 2
untuk
setuju
4. Nilai 1
untuk
sangat
setuju

D. Populasi dan sampel


1. Populasi
Populasi adalah subjek penelitian (Arikunto, 2013).
Sedangkan menurrut Saryono (2008) populasi merupakan
keseluruhan sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMA.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti (Arikunto,
2013, h. 174). Sampel yang diambil dari penelitian ini adalah
beberapa siswa SMA.
a. Teknik pengambilan sampel
Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel berdasarkan
purposive sampling. Pengambilan sampel secara purposive
didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang
sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2010).

19
b. Kriteria sampel
Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari
populasinya maka sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu
ditentukan kriteria inklusi dan eksklusi.
1) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu
dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil
sebagai sampel (Notoatmodjo,2011,h.130). Kriteria inklusi
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Siswa SMA
b) Siswa kelas XI dan XII
c) Laki-laki ataupun perempuan
d) Bersedia menjadi responden
2) Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan
subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena sebab
yang dapat mempengaruhi terjadinya bias (Nursalam, 2008).
Adapun kriteria eksklusi adalah sebagai berikut:
a) Siswa yang berusia 16-17 tahun
b) Tidak bersedia menjadi responden penelitian

c. Besar sampel
Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan
menggunakan formula sederhana untuk populasi kecil dari
10.000 ( Notoatmojo,2010).
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑)2
Keterangan :
n : Jumlah sampel yang ingin diteliti
N : Jumlah Populasi
d : Tingkat kesalahan dalam penelitian ini ditemukan sebesar
10%

20
Dengan demikian, jumlah sampel dapat di hitung sebagai berikut :

160
𝑛=
1 + 160 (0,10)2

160
𝑛=
1 + 160 (0,01)2

160
𝑛=
2,6

𝑛 = 61

Berdasarkan hasil perhitungan, maka jumlah sampel yang akan diteliti


adalah 61 mahasiswi yang menggunakan skincare (perawatan kulit).

E. Lokasi dan waktu penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK BOEDI OETOMO
CILACAP penelitian akan dilaksanakan pada bulan januari 2019
sampai dengan februari 2019.
F. Etika penelitian
Etika penelitian mempunyai tujuan untuk melindungi hak dan
kewajiban responden maupun peneliti. Notoatmodjo (2010, h. 202)
ada beberapa pertimbangan etika yang harus diperhatikan pada
penelitian ini :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human


dignity)

Peneliti mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian untuk


mendapatkan informasi tentang tujuan penelitian. Disamping itu
peneliti memberikan kebebasan kepada subjek penelitian untuk
memberikan informasi atau tidak memberikan informasi.
Responden diberi kebebasan untuk menentukan pilihan bersedia
atau tidak turut serta dalam penelitian, setelah menerima semua
informasi tentang penelitian yang akan dilakukan. Responden juga
mendapat penjelasan untuk berhak mengundurkan diri sewaktu-

21
waktu tanpa sanksi apapun. Apabila responden bersedia mengikuti
penelitian, maka responden diminta untuk menandatangani lembar
informed consent.

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect


for privacy and confidentiality)

Peneliti menjamin kerahasiaan informasi responden dan


kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian
dengan tidak mempublikasikan keterikatan informasi yang
diberikan dengan identitas responden. Dalam analisis dan penyajian
data peneliti hanya mendeskripsikan responden melalui isian
kuisioner tersebut. Peneliti menjamin privasi responden dengan
tetap menjaga smua kerahasiaan isian dalam kuisioner dengan tidak
mencantumkan nama atau diganti dengan inisial dan hanya
menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian serta semua
informasi responden dirubah dengan menggunakan coding dan
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

3. Keadilan dan keterbukaan (respect for justice and inclusiveness)

Semua subjek penelitian memeperoleh perlakuan yang sama


dalam pemilihan sampel tanpa membedakan jender, agama, etnis,
dan sebagainya. Apabila responden mengalami ketidaknyamanan
selama pengisian kuisioner, peneliti memberikan kesempatan
kepada responden untuk menyampaikan ketidaknyamanannya,
kemudian responden dapat diajukan pilihan untuk menghentikan
penelitian.

22
G. Alat Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian
Arikunto (2010, h. 265) mengemukakan bahwa instrumen
penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan
tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrument
penelitian adalah alat yang digunakan untuk merekam data
secara kuantitatif, keadaan dan aktivitas atribut-atribut
psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya
digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif.
Atribut kognitif perangsangnya adalah pertanyaan, sedangkan
untuk atribut non-kognitif perangsangnya adalah pernyataan
(Sumadi, 2008, h. 52). Instrument dalam penelitian ini adalah
menggunakan kuesioner.

Nazir (2008) mengemukakan bahwa kuesioner atau daftar


pertanyaan adalah sebuah set pertanyaan yang secara logis
berhubungan dengan masalah penelitian, dan tiap pertanyaan
merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai makna dalam
menguji hipotesis. Menurut Arikunto (2010, h.194) kuesioner
adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang
bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna.
Depdikbud (2003) menjelaskan tentang definisi kuesioner yaitu
suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan
yang diajukan pada responden untuk mendapatkan suatu jawaban.

Kuesioner dalam penelitian ini dirancang oleh penulis sendiri


berdasarkan tinjauan pustaka yang ada. Kuesioner yang diberikan
berupa pertanyaan tertutup dan dijawab oleh responden tanpa
diwakilkan kepada orang lain. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri
dari tiga bagian yaitu:

23
a. Kuesioner A untuk mengetahui data demografi responden
yang meliputi nama, umur dan jurusan atau prodi yang
diambil.
b. Kuesioner B berisi pertanyaan untuk mengukur pengaruh
jerawat (Acne Vulgaris), yang terdiri dari 20 item pertanyaan,
dengan pilihan jawaban: sangat setuju, setuju, tidak setuju,
sangat tidak setuju. Pemberian skor untuk pertanyaan
favourable : sangat setuju (4), setuju (3), tidak setuju (2), dan
sangat tidak setuju (1), sedangkan untuk pernyataan
unfavourable: sangat setuju (1), setuju (2), tidak setuju (3),
dan sangat tidak setuju (1). Data disajikan menjadi 2 kategori
dengan menggunakan nilai median sebagai cut of point yaitu:
Mendukung jika skor > 5 dan Tidak Mendukung jika skor ≤ 5
c. Kuesioner C adalah sebagai alat ukur untuk mengukur tingkat
percaya diri mahasiswa terdiri dari 20 pertanyaan. Metode
untuk penilaian percaya diri remaja menggunakan skala
likert. Menurut Sugiyono (2007, h. 67) skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Pernyataan dibuat dua tipe yaitu favourable dan unfavourable
terhadap objek.
Metode ini penilaiannya adalah:
1) Sifat favourable merupakan sifat positif dari pernyataan,
alternatif jawaban yang diberikan adalah:
Sangat setuju (SS) bernilai 4
Setuju (S) bernilai 3
Tidak setuju (TS) bernilai 2
Sangat tidak setuju (STS) bernilai 1
2) Sifat unfavourable merupakan sifat negatif dari pernyataan,
alternatif jawaban yang diberikan adalah:
Sangat setuju (SS) bernilai 1
Setuju (S) bernilai 2

24
Tidak setuju (TS) bernilai 3
Sangat tidak setuju (STS) bernilai 4
2. Uji Instrumen

Pada penelitian ini, peneliti tidak melakukan uji instrument


langsung ke responden. Uji instrument yang digunakan adalah face
validity, dimana untuk menguji validitas dapat melalui penilaian
para ahli atau orang lain (Riyanto 2011, h. 144). Dalam penelitian
ini, yang dianggap sebagai ahli adalah dosen ilmu keperawatan
jiwa.

H. Prosedur Pengumpulan Data


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada
subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan
dalam suatu penelitian (Nursalam, 2008). Penelitian ini
mengumpulkan data dengan menggunakan dua sumber data yaitu
data primer dan data sekunder

Pengumpulan data dilakukan di SMK BOEDI OETOMO CILACAP


cara pengumpulan data diperoleh dari :

1. Data primer
Data primer disebut juga data pertama. Data primer diperoleh
langsung dari subjek penelitian sebagai sumber informasi yang
dicari dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan
data (Saryono, 2008). Data primer merupakan data yang diperoleh
langsung di lapangan oleh peneliti sebagai obyek penulisan.
Pada penelitian ini data primer didapat dari jawaban responden
sendiri berupa kuisioner tentang Analisis faktor yang berhubungan
dengan gangguan refraksi optik pada siswa SMA adapun prosedur
dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Penentuan responden yang memenuhi kriteria sampel.
b. Responden diberi penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian.

25
c. Setelah responden bersedia menjadi sampel penelitian, selanjutnya
responden diberikan informed consesnt dan dimintai tanda tangan.
d. Responden diberi kuesioner A, B, C, selanjutnya diminta agar
mengisi sendiri blangko kuesioner tersebut sesuai petunjuk
pengisian dan semua item pertanyaan dijawab sampai selesai.
e. Setelah selesai pengisian, kuesioner dikembalikan pada peneliti
dan dilakukan pemeriksaan selanjutnya.
2. Data Sekunder

Data sekunder disebut juga data tangan ke dua. Data sekunder adalah
data yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti, misalnya
penelitian harus melalui orang lain atau mencari melalui dokumen. Data ini
diperoleh dengan menggunakan studi literatur yang dilakukan terhadap
banyak buku dan diperoleh berdasarkan catatan - catatan yang berhubungan
dengan penelitian, selain itu peneliti mempergunakan data yang diperoleh
dari internet (Sugiyono, 2005, h. 62). Sedangkan menurut Saryono (2008)
data sekunder yaitu data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung
diperoleh penelitian dari sebyek penelitiannya.

I. Teknik Pengolahan Data


1. Pengolahan data
a. Editing
Editing (mengedit) adalah suatu kegiatan yang bertujuan
untuk meneliti kembali apakah isian pada lembar pada
pengumpulan data (kuesioner) sudah cukup baik sebagai upaya
menjaga kualitas data agar dapat diproses lebih lanjut. Pada saat
melakukan penelitian, apabila ada soal yang belum oleh
responden maka responden diminta untuk mengisi kembali dan
apabila ada jawaban ganda pada kuesioner maka dianggap salah
(Nazir, 2005). Sedangkan menurut Saryono (2011) editing
adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh
para pengumpul data. Tujuanya adalah untuk mengurangi
kesalahan atau kekurangan yang ada di daftar pertanyaan. Pada

26
penelitian ini peneliti memeriksa data yang diperoleh, baik
mengenai identitas responden maupun jawaban kuesioner.
b. Scoring
Scoring adalah penentuan jumlah skor (Nazir, 2005). Scoring
dilakukan untuk mengetahui total skor dari jawaban responden
atas kuesioner mengenai sebagai berikut:
1. Tindakan terhadap pengetahuan kelainan refraksi
a) Pertanyaan Favourable
Jawaban sangat setuju diberi skor 4
Jawaban setuju diberi skor 3
Jawaban tidak setuju diberi skor 2
Jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1
b) Pertanyaan Unfavourable
Jawaban sangat setuju diberi skor 1
Jawaban setuju diberi skor 2
Jawaban tidak setuju diberi skor 3
Jawaban sangat tidak setuju diberi skor 4
2. Sikap tentang kelainan refraksi
a) Sifat favourable
Sangat setuju (SS) bernilai 4
Setuju (S) bernilai 3
Tidak setuju (TS) bernilai 2
Sangat tidak setuju (STS) bernilai 1
b) Sifat unfavourable
Sangat setuju (SS) bernilai 1
Setuju (S) bernilai 2
Tidak setuju (TS) bernilai 3
Sangat tidak setuju (STS) bernilai 4
c. Coding
Achmadi dan Narbuko (2007, h. 154) mengemukakan
bahwa coding adalah mengklasifikasikan jawaban dari
responden ke dalam kategori. Biasanya klasifikasi dilakukan
dengan cara memberi kode berbentuk angka pada masing-

27
masing jawaban. Coding adalah mengklasifikasikan jawaban
dari responden ke dalam kategori. Klasifikasi data
merupakan usaha untuk menggolongkan, mengelompokan
dan memilah data berdasarkan klasifikasi tertentu untuk
memudahkan dalam menguji hipotesis (Saryono, 2011).
Menurut Notoatmodjo (2010) coding yaitu mengubah data
berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau
bilangan.
d. Tabulating
Saryono (2011) tabulating adalah pekerjaan membuat tabel.
Jawaban-jawaban yang telah diberi kode kemudian dimasukan
kedalam tabel dan selanjutnya dilakukan analisis data. Pada
penelitian ini data dikelompokan sesuao;i dengan kategori yang
telah ditentukan.
3. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Pada analisis univariat, data yang diperoleh dari hasil
pengumpulan dapat disajikan dalam bantuk tabel distribusi
frekuensi, tendensi sentral atau grafik (Saryono, 2011). Analisis
univaraiat dilakukan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian, dan pada umumnya dalam
analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap
variabel (Notoatmodjo, 2010, h. 182). Faktor-faktor yang
mempengaruhi refraksi optik pada remaja . Untuk membuat tabel
distribusi frekuensi pada variabel dependent maupun independent,
peneliti menggunakan komputerisasi.
b. Analisis Bivariat
Saryono (2011) analisis bivariat adalah analis untuk
mengetahui interaksi dua variabel, baik komparatif, asosiatif,
maupun korelatif. Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan
lebih dari dua variabel (Notoatmodjo, 2005). Dalam analisis ini
dilakukan dengan pengujian statistik yaitu dengan uji Regresi Linear

28
yaitu untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas yaitu
pengetahuan refraksi dengan variabel terikat yaitu sikap remaja
terhadap kelainan refraksi Pengambilan keputusan Ha diterima atau
ditolak dengan melihat taraf signifikasi. Pada penelitian ini
menggunakan taraf signifikasi 5% (α = 0,05) dengan criteria
pengujian Ho diterima apabila ρ > 0,05, Ho ditolak apabila ρ ≤ 0,05
(Sugiyono 2010, h.107). Pengolahan data dilakukan dengan
komputerisasi.

29
DAFTAR PUSTAKA

Riyanto, A 2011, Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan, Nuha Medika,


Yogyakarta.

Saryono 2011, Metodologi Penelitian Kesehatan, Mitra Cendika, Jogjakarta.


Sugiyono. 2006. Statistika untuk Penelitian.Cetakan Keempat. Bandung:CV
Alfha Beta
Sumantri, Ating dan Sambas A, Muhibbin, 2011. Aplikasi Statistik dalam
Penelitian. Bandung : Pustaka Setia

http://eprints.undip.ac.id/8073/1/Mona_R_Hutauruk.pdf (diakses 3 Juni 2018)

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph/article/download/3895/3531?_e_
pi_=7%2CPAGE_ID10%2C6748523114 (Di akses 3 Juni 2018)

https://www.researchgate.net/publication/321970621_KARAKTERISTIK_PERTUM
BUHAN_REMAJA_BERDASARKAN_EKOSISTEM_WILAYAH_DI_PROVINSI_JAWA_BA
RAT?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C9000290530 (Diakses 3 Juni 2018)

http://etheses.uin-malang.ac.id/2179/6/07410048_Bab_2.pdf ( diakses 3 Juni


2018)

http://repo.iain-tulungagung.ac.id/3071/3/BAB%20II.pdf (Diakses 3 Juni 2018)

http://repository.ump.ac.id/4953/3/Aprilia%20Tri%20Sulistiyani%20BAB%20II.pdf
(Diakses 3 Juni 2018)

http://digilib.unila.ac.id/20756/14/BAB%20II.pdf (Di akases 3 Juni 2018)

https://www.temukanpengertian.com/2013/07/pengertian-
pengetahuan.html?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C9410119543 (Di akses 3 Juni
2018)

https://pengertiandefinisi.com/pengertian-sikap-dalam-kehidupan-sehari-
hari/?_e_pi_=7%2CPAGE_ID10%2C2940694511 (Diakses 3 Juni 2018)

30

Anda mungkin juga menyukai