AMBLIOPIA
Oleh:
Pratiwi Rulinny 12
Adhiya Azni 12
Preseptor :
i
DAFTAR ISI
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
Daftar Pustaka
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
koreksi yang terbaik. Ambliopia dapat unilateral atau bilateral (jarang) yang tidak
penglihatan tumpul atau pudar (amblus : pudar, Ops : mata). Klasifikasi ambliopia
dibagi ke dalam beberapa kategori dengan nama yang sesuai dengan penyebabnya
ambliopia deprivasi.1
Ambliopia, dikenal juga dengan istilah “mata malas” (lazy eye), merupakan
populasi, tapi bila dibiarkan akan sangat merugikan nantinya bagi kehidupan
penderita. Insidensinya tidak dipengaruhi jenis kelamin dan ras. Ambliopia tidak
menyebabkan gangguan penglihatan permanen. Jika nantinya pada mata yang baik
timbul suatu penyakit ataupun trauma, maka penderita akan bergantung pada
penglihatan buruk mata yang ambliopia, oleh karena itu ambliopia harus
Hampir seluruh kasus ambliopia itu dapat dicegah dan bersifat reversibel
dengan deteksi dini dan intervensi yang tepat. 2,3 Umumnya penatalaksanaan
refraksi, dan memaksakan penggunaan mata yang lebih lemah dengan membatasi
1
penggunaan yang lebih baik. Anak dengan ambliopia atau yang beresiko ambliopia
hendaknya dapat diidentifikasi pada umur dini, dimana prognosis keberhasilan terapi
akan lebih baik.1 Prognosis juga ditentukan oleh jenis ambliopia dan dalamnya
ambliopia saat terapi dimulai. Untuk itu penting bagi kita sebagai dokter layanan
primer untuk dapat mendeteksi secara dini amblyopia, terutama pada anak agar dapat
Dalam makalah ini akan membahas mengenai anatomi dan fisiologi, tahap
ambliopia.
ke berbagai literatur.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Struktur mata terletak dalam suatu rongga orbita yang berbentuk piramid
dengan puncaknya menuju ke belakang. Bila dilihat dari luar/dari depan, maka kita
Sederajat bulu-bulu yang terletak paling atas dari organ mata. Berfungsi
Terdiri dari kelopak mata atas (palpebra superior) dan kelopak mata bawah
(palpebra inferior). Bagian dari kelopak mata adalah kulit yang halus dan tipis yang
3
Di dalam kelopak mata terdapat antara lain : 4
1. Otot (M. orbicularis oculi) yang letaknya melingkar dan berfungsi untuk
mengedipkan mata.
2. Otot levator palpebra (hanya pada kelopak mata atas) dan berfungsi untuk
mengangkat kelopak mata atas sehingga mata dapat membuka dan menutup.
3. Jaringan tulang rawan bersifat elastis (tarsus) yang terletak sepanjang kelopak
mata atas dan bawah. Tarsus sebelah atas lebih lebar dari tarsus sebelah bawah.
4. Di dalam kelopak mata juga terdapat beberapa macam kelenjar yaitu kelenjar
meibom yang terletak dalam tarsus menghasilkan semacam minyak air mata
yang mana merupakan lapisan terluar air mata. Kelenjar lain adalah zeis dan
moll yang bermuara di folikel rambut bulu mata, serta kelenjar wollfring dan
krause di forniks.
3) Konjungtiva
transparan yang terdiri dari 3 bagian yaitu : konjungtiva tarsal, konjungtiva forniks
4
dan konjungtiva bulbi. Konjungtiva tarsal melapisi dan melekat dengan erat pada
permukaan dalam kelopak mata. Konjungtiva ini akan membelok dan membentuk
akan beralih menjadi konjungtiva bulbi yang melekat longgar di permukaan depan
sklera dan berakhir di perbatasan sklera dan kornea (daerah limbus) (Gambar 2.2).4
4) Kornea
mendapat nutrisi makanan dari daerah limbus yang mengadung pembuluh darah.
Lapisan luar kornea juga mendapat oksigen dari atmosfir dan lapisan dalam
mendapat nutrisi dari cairan aqueous humor di bilik mata depan. Kornea terdiri
dari 5 lapisan dari luar ke dalam yaitu lapisan epitel, membran bowman, stroma,
membran descement dan lapisan endotel. Tebal kornea adalah 0,7 – 1,0 mm pada
bagian tepi, dan ± 0,5 mm pada bagian tengah, serta mempunyai garis tengah 11 –
12 mm. Kornea merupakan jendela tempat masuknya cahaya ke dalam mata dan
berfungsi sebagai media refraksi yang terdepan dan terkuat. Berkas cahaya dari
luar masuk ke dalam mata akan difokuskan oleh kornea. Sebagian besar fungsi
refraksi (90%) dipegang oleh kornea yang mempunyai kekuatan refraksi sebesar
5) Sklera
Sklera adalah lapisan terluar yang membungkus 4/5 bagian bola mata.
Terdiri dari jaringan ikat dan berfungsi sebagai pelindung mata. Sklera kearah
5
6) Uvea
Berada di bagian tengah bola mata dan terdiri dari 3 bagian yaitu : iris, badan
siliar, dan koroid. Iris merupakan jaringan uvea depan yang permukaannya tidak
merata dan mempunyai kripti-kripti. Iris mengandung pigmen yang mewarnai mata
seseorang (biru, coklat, abu-abu). Bagian tengah iris yang merupakan celah bulat
disebut pupil. Pada iris terdapat 2 macam otot yaitu otot sphincter pupilae yang
belakang, iris akan menjadi badan siliar yang berbentuk segitiga. Badan siliar
berfungsi memproduksi cairan bola mata (aqueous humor) dan menjadi tempat
7) Lensa
diameter ±9 mm. Lensa tetap berada pada tempatnya karena digantung oleh tali
badan siliar dan berinsersi di lensa pada daerah equator. Lensa mendapat nutrisi
dari cairan bola mata (aqueous humor). Sebagian besar terdiri dari air dan sisaya
Lensa terdiri dari kapsul yang membungkus lensa. Sebelah dalam kapsul
sepanjang tahun, sehingga serabut yang lebih dulu terbentuk akan memadat di
daerah sentral membentuk nukleus. Makin tua seseorang, lensa semakin tebal dan
6
fungsi sebagai media refraksi (bias). Untuk dapat menjadi media refraksi yang baik
lensa harus jernih. Pada usia muda lensa mempunyai kekenyalan tertentu yaitu dapat
mencembung (daya bias meningkat) atau memipih (daya bias menurun), sehingga
mata dapat melihat benda yang jatuh maupun yang dekat dengan jelas. Kemampuan
ini yang kita kenal dengan daya akomodasi. Lensa mempunyai kekuatan kira-kira ±
8) Aqueous Humor
Salah satu hal yag mempertahankan bentuk bola mata ialah adanya tekanan
bola mata yang lebih besar dari tekanan atmosfer yang diperankan oleh adanya
cairan bola mata (aqueous humor) di dalam mata. Nilai normalnya berkisar atara
produksi aqueous dan aliran keluar. Cairan bola mata ini diproduksi oleh badan
siliar. Cairan ini akan mengalir ke bilik mata belakang melalui celah lensa dan iris
menuju pupil dan bilik mata depan (ruang di antara kornea dan iris). Setelah
melalui bilik mata depan akan masuk ke anyaman Trabekula, ke kanal Schlemm,
ke kanal kolektor dan akhirnya masuk ke sistem vena. Bila aliran aqueous
terhambat, maka tekanan bola mata akan meningkat dan timbul penyakit yang
dan berbentuk agar-agar jernih. Makin tua seseorang badan kaca makin cair. Badan
kaca mengisi 2/3 bagian dari bola mata, merupakan bagian terbesar bola mata, bila
isi badan kaca keluar, mata akan kolaps. Badan kaca juga berfungsi sebagai media
7
10) Retina
Retina melapisi 2/3 bagian dalam posterior bola mata. Retina terdiri dari
lapisan jaringan saraf (sensoris retina) dan jaringan pigmen retina. Secara
histologis, retina terdiri dari 9 lapisan. Tebal retina 0.1 mm di daerah tepi dan 0,23
mm di bagian polus posterior. Bagian yang paling tipis berada di fovea sentralis
yaitu bagian sentral makula. Pada pemeriksaan oftalmoskop akan tampak refleks
fovea sentralis berbintik kuning (makula lutea). Sistem optik dari luar berakhir
sampai di retina (lapisan sel kerucut dan batang). Selanjutnya cahaya tersebut akan
diolah secara kimiawi, tenaga elektris dan akan dikirim ke otak untuk dianalisa. Sel
kerucut terutama berguna untuk penglihatan detail dan warna, dan terutama
terdapat di makula, bahkan di fovea hanya mengandung sel kerucut. Daerah fovea
inilah yang meberikan tajam penglihatan terbaik. Sel batang yang terutama berada
di luar makula berfungsi untuk penglihatan gelap atau untuk penglihatan benda
Pada saat lahir, tajam penglihatan berkisar antara gerakan tangan sampai
hitung jari. Hal ini karena pusat penglihatan di otak yang meliputi nukleus
genikulatum lateral dan korteks striata belum matang. Setelah umur 4-6
minggu, fiksasi bintik kuning atau fovea sentral timbul dengan pursuit halus
yang akurat. Pada umur 6 bulan respon terhadap stimulus optokinetik timbul.
Perkembangan penglihatan yang cepat terjadi pada 2-3 bulan pertama yang
8
2. Perkembangan Penglihatan Binokular
meningkatnya penglihatan monokular. Kedua saraf dari mata kanan dan kiri
mata). Di korteks striata jalur aferen kanan dan kiri berhubungan dengan sel-
sel korteks monokular yang berekasi terhadap rangasangan hanya pada satu
mata. Kira-kira 70% sel-sel di korteks striata adalah sel-sel binokular. Sel-sel
retina dari dua mata ke dalam persepsi penglihatan tunggal tiga dimensi.
Syarat penglihatan binokular tunggal adalah memiliki sumbu mata jatuh pada
titik di retina yang sefaal, yang akan diteruskan ke sel-sel binokular korteks
yang sama. Obyek di depan atau belakang horopter akan merangsang titik
binasal, dan titik di depan horopter merangsang retina bitemporal. Ada daerah
fusi menjadi bayangan binokular tunggal. Area ini disebut area panum. Obyek
penglihatan stereopsis atau tiga dimensi. Fovea atau bintik kuning mempunyai
9
resolusi atau daya pisah ruang yang tinggi, sehingga perpindahan kecil pada
Hal ini terjadi karena keduamata kita terpisah dan masing-masing mata
retina yang tidak sama dengan menghambat aktivitas korteks dari satu mata.
dan disebut supresi kortikal. Bayangan yang jatuh dalam lapangan supresi
kortikal tidak akan dirasakan di area ini disebut skotoma supresi. Supresi
sedang mata satunya supresi. Ketika mata fiksasi ditutup, skotoma supresi
stereopsis yang buruk. Jika supresi bergantian antara kedua mata, tajam
buruk.5
2.3. Definisi
Ambilopia berasal dari bahasa Yunani yaitu amblyos (tumpul) dan opia
(penglihatan). Dikenal juga dengan “lazy eye” atau “mata malas”.2 Ambliopia
merupakan suatu keadaan dimana pemeriksa tidak melihat apa – apa dan terkadang
10
pasien hanya dapat melihat sangat sedikit (The observer see nothing and the patient
very little).
koreksi yang terbaik, dapat unilateral atau bilateral (jarang) yang tidak dapat
posterior.1
2.4. Epidemiologi
memerlukan biaya yang besar, kedisiplinan yang tinggi dari dokter dan pasiennya,
juga waktu yang lama. Prevalensi ambliopia di Amerika Serikat sulit untuk ditaksir
dan berbeda pada tiap literatur, berkisar antara 1 – 3,5 % pada anak yang sehat
sampai 4 – 5,3 % pada anak dengan problema mata. Hampir seluruh data
menurut data bulan Desember tahun 2005, sekitar 3 – 5 % atau 9 hingga 5 juta
0,20%.8
Tidak ada perbedaan insidensi berdasarkan jenis kelamin dan ras. Usia
terjadinya ambliopia yaitu pada periode kritis dari perkembangan mata. Resiko
11
2.5. Etiologi
penglihatan, diantaranya:
1) Strabismus
Strabismus adalah gangguan visual di mana mata tidak sinkron dan titik
menjadi4: 10
sedangkan bola mata yang lain bergulir kearah atas, atau seakan - akan
sedangkan bola mata yang lain bergulir ke arah bawah, atau seakan -
terhambatnya interaksi antara neuron yang membawa input yang tidak menyatu
(fusi) dari kedua mata, yang akhirnya akan terjadi dominasi pusat penglihatan
kortikal oleh mata yang berfiksasi dan lama kelamaan terjadi penurunan respon
12
2) Gangguan Refraksi
keadaan istirahat atau tidak berakomodasi akan difokuskan pada satu titik di
retina. Kondisi ini disebut emetropia. Ketika mata dalam keadaan tidak
Keadaan ini disebut ametropia. Namun, ada suatu keadaan dimana mata
mempunyai kelainan refraksi yang tidak sama pada mata kanan dan mata mata
a. Miopia
c. Astigmat
Pada gangguan refraksi, ambliopia yang terjadi dapat akibat dari kelainan
3) Deprivasi Penglihatan
Gangguan mata ini timbul ketika katarak atau keadaan yang sejenis yang
menutup axis visual pada saat periode visual experience. Gangguan ambliopia
deprivatif jika tidak ditangani dengan cepat maka prognosisnya akan buruk.4
diduga akibat 2 faktor, yaitu nirpakai (non use) dan supresi. Ambliopia nirpakai
terjadi akibat tidak dipergunakannya elemen visual retino kortikal pada saat
yang terjadi pada ambliopia dapat merupakan proses kortikal yang akan
13
mengakibatkan terdapatnya skotoma absolut pada penglihatan binokular atau sebagai
hambatan binokular pada bayangan retina yang kabur. Supresi sama sekali tidak
2.6. Patofisiologi
daerah perifer dapat dikatakan masih tetap normal. Studi eksperimental pada
binatang serta studi klinis pada bayi dan balita, mendukung adanya suatu periode
kritis yang peka dalam berkembangnya ambliopia. Periode kritis ini sesuai dengan
yang diakibatkan oleh ransangan deprivasi, strabismus, atau kelainan refraksi yang
siknifikan. Secara umum, periode kritis untuk ambliopia deprivasi terjadi lebih
cepat dibanding strabismus ataupun anisometropia, begitu juga dengan waktu yang
dibutuhkan untuk terjadinya amblyopia lebih singkat pada ransangan deprivasi ini.1
dewasa.
binatang dan percoban laboratorium pada pada manusia dengan amblyopia telah
14
memberikan beberapa masukan, pada binatang percobaan menunjukkan gangguan
sistem penglihatan fungsi neuron diakibatkan oleh pengalaman melihat abnormal dini.
Sel pada korteks visual primer dapat kehilangan kemampuan dalam menanggapi
rangsangan pada satu atau kedua mata, dan sel yang masih responsive fungsinya
akhirnya dapat menurun. Kelainan juga terjadi pada neuron badan genikulatum
lateral.1
2.7. Klasifikasi
1. Ambliopia Strabismik
ganda. Anak dengan cepat belajar untuk menekan bayangan pada mata yang
mengalami deviasi dan belajar melihat normal hanya dengan satu mata.
(kecuali jika mata yang normal ditutup, sehingga memaksa anak menggunakan
mata yang berdeviasi) penglihatan tidak akan terbentuk pada mata tersebut.
Anak akan tumbuh dengan satu mata normal yang pada dasarnya buta karena
penglihatan di otak. Hal ini lebih mungkin terjadi pada esotropia dibandingkan
eksotropia.4
2. Amblyopia Anisometropik
kedua mata yang terlalu besar atau lebih dari 2.5 dioptri.10 Anak lebih
15
salah satu mata nearsighted (miopia) dan yang lain farsighted (hyperopia), anak lebih
menyukai mata yang myopia. Dengan demikian, mata yang farsighted tidak akan
digunakan walaupun tidak juling. Akibatnya akan sama seperti pada strabismus yang
tidak diobati, yakni kebutaan monocular akibat kegagalan perkembangan visual mata
3. Ambliopia Isometropia
maksimal. Hal ini disebabkan oleh kelainan refraksi bilateral yang tingi pada
anak yang tidak dikoreksiyang ukurannya hampir sama pada mata kanan dan
mata kiri, yaitu hyperopia lebih dari 5 dioptri atau myopia lebih dari 10 dioptri.
Jika hiperopianya hanya 1-2 dioptri maka masih bisa dikompensasi dengan
4. Ambliopia Deprivasi
Pasien dengan ambliopia deprivasi dapat memiliki mata yang sehat atau
optikus, atau abnormalitas retina. Hal yang sulit untuk menentukan apakah
penyerta pada mata. Etiologi yang paling sering dilaporkan adalah katarak
sampai katarak diangkat dan koreksi optik dilakukan. Bahkan setelah koreksi
16
optik dilakukan, mata yang terkena ambliopia dapat berlanjut menjadi anisometrop
dan anisekonik. Onset penyakit yang terjadi di waktu dini dipercaya membuat
2.8. Diagnosis
bayi sampai usia 9 tahun perlu untuk mencegah keadaan terlambat untuk
melakukan perawatan.
fundus, yaitu:3
yang dibuka satu persatu atau yang diisolasi, kemudian isolasi huruf
dibuka satu persatu dan pasien diminta membaca sebaris huruf yang sama.
dalam baris maka ini disebut adanya fenomena crowding pada mata
tersebut.
lahan digelapkan sehingga tajam penglihatan pada mata normal turun 50%
pada mata ambliopia fungsional tidak akan atau hanya sedikit menurunkan
atau tidak terganggu sama sekali. Bila mata tersebut ambliopia organik
tersebut.
retina abnormal, supresi pada satu mata dan juling. Penderita memakai
kacamata dengan filter merah pada mata kanan dan filter biru pada mata
kiri lalu melihat pada objek 4 titik dimana satu berwarna merah, 2 hijau, 1
putih. Lampu atau titik putih akan terlihat merah oleh mata kanan dan
hijau oleh mata kiri. Lampu merah hanya dapat dilihat oleh mata kanan
dan lampu hijau hanya dapat dilihat oleh mata kiri. Bila fusi baik maka
akan terlihat 4 titik dan sedang lampu putih terlihat sebagai lampu
campuran hijau dan merah. 4 titik juga akan dilihat oleh mata juling akan
tetapi telah terjadi korespondensi retina yang tidak normal. Bila terdapat
supresi maka akan terlihat hanya 2 merah bila mata dominan kanan atau 3
hijau bila mata kiri dominan. Bila terlihat 5 titik (3 merah dan 2 hijau yang
saling bersilangan) berarti mata dalam keadaan eksotropia dan bila tidak
18
2.9. Penatalaksanaan
Lebih cepat tindakan terapeutik dilakukan, maka akan semakin besar pula peluang
keberhasilannya. Bila pada awal terapi sudah berhasil, hal ini tidak menjamin
penglihatan optimal akan tetap bertahan. Maka para klinisi harus tetap waspada dan
umur 10 tahun).14
katarak
1. Pengangkatan Katarak
Katarak yang dapat menyebabkan ambliopia harus segera dioperasi, tidak perlu
ditunda – tunda. Pengangkatan katarak kongenital pada usia 2-3 bulan pertama
optimal. Pada kasus katarak bilateral, interval operasi pada mata yang pertama
traumatika berat dan akut pada anak dibawah umur 6 tahun harus diangkat
2. Koreksi Refraksi
19
Bila ambliopia disebabkan kelainan refraksi atau anisometropia, maka
dapat diterapi dengan kacamata atau lensa kontak.2 Ukuran kaca mata untuk
Bila dijumpai myopia tinggi unilateral, lensa kontak merupakan pilihan, karena
bila memakai kacamata akan terasa berat dan penampilannya (estetika) buruk.14
seperti pada mata anak normal. Koreksi aphakia pada anak dilakukan segera
3. Oklusi
a) Terapi oklusi sudah dilakukan sejak abad ke-18 dan merupakan terapi
pilihan, yang keberhasilannya baik dan cepat, dapat dilakukan oklusi penuh
Pengertian oklusi full- time pada mata yang lebih baik adalah oklusi
untuk semua atau setiap saat kecuali 1 jam waktu berjaga.(Occlusion for all
or all but one waking hour). Arti ini sangat penting dalam pentalaksanaan
lensa kontak opak,atau Annisa’s Fun Patches dapat juga menjadi alternatif
full-time patching bila terjadi iritasi kulit atau perekat patch-nya kurang
20
konstan menghambat penglihatan binokular, karena full-time patching
minggu untuk setiap tahun usia.3,15 Misalnya penderita ambliopia pada mata
kanan berusia 3 tahun harus memakai full-time patch selama 3 minggu, lalu
Oklusi part-time adalah oklusi selama 1-6 jam per hari yang akan memberi
hasil sama dengan oklusi full-time. Durasi interval buka dan tutup patch-
atau tajam penglihatan dengan Snellen linear 20/20 (6/6) pada masing –
masing mata. Hasil ini tidak selalu dapat dicapai. Sepanjang terapi terus
4. Degradasi Optikal
21
baik hingga menjadi lebih buruk dari mata yang ambliopia, sering juga
atau homatropine tetes 5%) diberi satu kali dalam sehari pada mata yang
lebih baik sehingga tidak dapat berakomodasi dan kabur bila melihat dekat
dekat.1
ATS menunjukkan metode ini memberi hasil yang sama efektifnya dengan
20/100). ATS tersebut dilakukan pada anak usia 3 – 7 tahun. ATS juga
dengan patching pada 419 orang anak usia 3-7 tahun,menunjukkan atropine
merupakan pilihan efektif. Sehingga, ahli mata yang tadinya masih ragu –
oklusi, yaitu tidak mengiritasi kulit dan lebih apik dilihat dari segi kosmetis.
Evaluasinya juga tidak perlu sesering oklusi.14 Metode pilihan lain yang
tinggi (fogging) atau filter. Metode ini mencegah terjadinya efek samping
metode non-oklusi pada pasien dengan mata yang lurus (tidak strabismus)
binokular.14
2.10. Komplikasi
22
Komplikasi utama jika ambliopia tidak ditatalaksana segera adalah buta
terjadinya ambliopia pada mata yang baik. Oklusi full-time adalah yang paling
berisiko tinggi dan harus dipantau dengan ketat terutama pada anak balita. Follow-
up pertama setelah pemberian oklusi dilakukan setelah 1 minggu pada bayi dan 1
minggu per tahun usia pada anak (misalnya : 4 minggu untuk anak usia 4 tahun).
Oklusi part-time dan degradasi optikal, observasinya tidak perlu sesering oklusi
full-time tapi follow-up reguler tetap penting. Hasil akhir terapi ambliopia
Snellen linear tidak berbeda lebih dari satu baris antara kedua mata. Waktu yang
Derajat ambliopia
Usia pasien
yang lebih lama. Oklusi full-time pada bayi dan balita dapat memberi perbaikan
ambliopia strabismik berat dalam 1 minggu atau kurang. Sebaliknya, anak yang
lebih berumur yang memakai penutup hanya seusai sekolah dan pada akhir minggu
saja membutuhkan waktu 1 tahun atau lebih untuk dapat berhasil. Komplikasi dari
terapi oklusi mencakup ambliopia pada mata yang ditutup, alergi kulit, infeksi atau
abrasi kornea karena pemakaian lensa kontak, diplopia, dan stres psikologis.13
2.11. Prognosis
pertama terapi oklusi setelah 1 tahun. Studi menunjukkan jumlah pasien yang dapat
Semakin baik visus awal saat ambliopia semakin baik prognosisnya. 3 Bahkan
jika terapi ambliopia sukses dilakukan, persepsi gambar pada pasien ambliopia
BAB 3
KESIMPULAN
Berdasar pembahasan tentang ambliopia di atas, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut :
atau penglihatan satu mata yang awalnya ketajaman penglihatan hanya berkisar
antara gerakan tangan sampai hitung jari dan kemudian berkembang terutama usia 2-
mata kiri dan kanan yang menghasilkan penglihatan tunggal binokuler pada usia 1,5-
2 bulan, dan penglihatan tiga dimensi atau stereopsis yang berkembang pada usia 3-6
bulan.
24
2. Jika terjadi gangguan rangsangan penglihatan yang menimbulkan kekacauan pada
masing-masing mata, akan terjadi adaptasi sensoris dimana salah satu mata akan
mengalami supresi kortikal sehingga tidak terjadi respon terhadap bayangan yang
masuk yang akan menimbulkan skotoma supresi, sedangkan mata lainnya berfiksasi.
7. Dua teori utama terjadinya ambliopia adalah mekanisme nirpakai (non use) akibat
pemeriksaan visus, crowding phenomenon test, uji densiti filter netral, dan uji
menggunakan kacamata atau lensa kontak, dan memaksakan penggunaan mata yang
mengalami gangguan dengan terapi oklus, serta dapat juga diberikan terapi degradasi
25
11. Komplikasi ambliopia dapat berupa buta ireversibel, dan akibat terapi oklusi dapat
terjadi ambliopia pada mata yang sehat, alergi kulit, infeksi, atau abrasi kornea.
12. Prognosis tergantung tipe ambliopia, usia dimulai terapi dan keparahan ambliopia
saat mulai terapi, dimana pasien dengan anisometrop tinggi, usia mulai terapi yang
cenderung lebih tua, dan tingkat keparahan yang tinggi akan memberikan prognosis
yang buruk.
DAFTAR PUSTAKA
27