Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pemicu
Wanita 55 tahun mengeluh sakit kepala, mual, mata kanan terasa nyeri, merah
dan pandangan kabur, disertai berkeringat. Keluhan mulai dirasakan sejak 1 hari
yang lalu, beberapa saat setelah mendapat kabar bahwa kakaknya di Jawa
sedang dirumah sakit. Sejak 1 bulan ini, ia beberapa kali mengalami pandangan
kabur dan jika melihat ke arah cahaya atau lampu, tampak seperti pelangi
disekitar cahaya lampu tersebut. Ibunya dulu pernah mengalami keluhan mata
mendadak sakit dan penglihatan yang memburuk.
Pada pemeriksaan tekanan bola mata didapatkan TIO OD= 52 mmHg, OS=35
mmHg

1.2 Klarifikasi dan Definisi


-

1.3 Kata Kunci


a. Wanita 55 tahun
b. Sakit kepala
c. Mual
d. Mata kanan nyeri dan merah
e. TIO meningkat (OD &OS)
f. Pandangan kabur
g. Tampak pelangi disekitar cahaya
h. Riwayat ibu penglihatan memburuk
i. Berkeringat

1.4 Rumusan Masalah


Wanita 55 tahun datang dengan keluhan sakit kepala, mual, mata kanan terasa
nyeri dan merah, pandangan kabur disertai berkeringat, tampak pelangi
disekitar cahaya serta TIO meningkat.

1
1.5 Analisis Masalah

Wanita 55 tahun

Anamnesis

Keluhan 1 hari yang lalu :


- Sakit kepala
- Mual
- Mata kanan nyeri dan merah
- Pandangan kabur
- Berkeringat

Keluhan satu bulan yang lalu :


- Mata mendadak sakit
- Penglihatan memburuk

Pemeriksaan fisik
- Tanda vital
- Pemeriksaan mata :
 TIO OD = 52 mmHg
 TIO OS = 35 mmHg
-

DD
- Glaukoma akut
- Keratitis
- Uveatitis
- Ulkus kornea
- Katarak senilis

Pemeriksaan Penunjang

Tatalaksana

2
1.6 Hipotesis
Wanita 55 tahun mengalami glaukoma akut

1.7 Pertanyaan Diskusi


1. Jelaskan tentang anatomi mata?
2. Jelaskan tentang Histologi mata?
3. Jelaskan tentang fisiologi penglihatan?
4. Jelaskan tentang fisiologi aquoes humor?
5. Jelaskan tentang Biokimia mata?
6. Tekanan intraokuler
a. Definisi
b. Faktor yang mempengaruhi
c. Penyebab peningkatan TIO
d. Cara pengukuran
7. Glaukoma
a. Definisi
b. Epidemiologi
c. Etiologi
d. Klasifikasi
e. Faktor resiko
f. Patofisiologi
g. Manifestasi klinis
h. Diagnosis
i. Komplikasi
j. Tatalaksana
k. Prognosis
l. Edukasi
8. Bagaimana skrining glaukoma?
9. Tatalaksana kegawatdaruratan pada glaukoma?
10. Jelaskan tentang uveitis?
11. Jelaskan tentang keratitis?
12. Jelaskan tentang ulkus kornea?

3
13. Jelaskan tentang katarak senilis?
14. Jelaskan pemeriksaan mata dan interpretasinya?

Studi kasus
1. Kenapa tampak pelangi disekitar cahaya?
2. Apa yang menyebabkan mata nyeri dan merah?
3. Jelaskan tentang huubungan keluhan dengan sakit kepala, mual dan
berkeringat dengan penyakit pada kasus?
4. Hubungan keluhan pada kasus dengan mendapat kabar dari kakaknya?

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Anatami mata? 1
a. Cavum orbita
Cavum orbita berbentuk piramid dengan volum 30 ml pada orang dewasa
dan hanya seperlima yang di tempati oleh bola mata, apek cavum orbita
menghadap posteromedial yang merupakan tempat masuknya saraf,
pembuluh darah, dan otot mata kecuali otot oblik inferior sedangkan
basisnya menghadap anterolateral. Cavum orbita terdiri dari empat
permukaan.1
a) Dinding superior dibentuk oleh os frontalis, dinding superior berfungsi
untuk melindungi dan tepat melekatnya septum orbita.
b) Dinding inferior dibentuk terutama oleh os maxilla dan hanya sedikit
dibentuk oleh os zigomatikum dan palatine.
c) Dinding lateral dibentuk oleh os zigomatikum dan os sphenoid,
merupakan dinding terkuat diantara dinding yang lain.
d) Dinding medial dibentuk oleh os etmoid yang tipis, membentuk batas os
medial, os lakrimal, dan os sphenoid.

Gambar 2.1 Cavum orbita1

5
b. Bola mata
Bentuk bola mata orang dewasa hampir mendekati bulat dengan diameter
24,5 mm. Bola mata terdiri atas tiga lapisan.1
1. Lapisan fibrosa terdiri atas kornea dan skelera merupakan lapisan paling
luar yang berfungsi sebagai rangka mata. Sklera merupakan jaringan ikat
yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata, merupakan bagian
terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sklera disebut
kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam
bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar dibanding sklera.
2. Lapisan vaskuler terdiri atas khoroid, badan siliaris, dan iris. Koroid
merupakan lapisan kaya akan vaskularisasi yang berfungsi memberi
nutrisi pada mata, badan siliaris merupakan tempat melekatnya lensa dan
memproduksi aqueus humor, iris terdiri atas otot dilatators dan kontriktor
berfungsi untuk mengatur ukuran pupil.
3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan
mempunyai susunan sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran
neurosensoris yang akan mengubah sinar menjadi rangsangan pada saraf
optik dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial antara
retina dan koroid sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut
ablasi retina.

Gambar 2.2 Anatomi bola mata

6
c. Otot mata
Otot mata berjumlah enam otot, otot rektus berjumlah empat otot
dan otot oblik berjumlah dua otot.1
Otot Rektus
a) Otot rektus superior berfungsi untuk elevasi sumbu mata, adduksi bola
mata, rotasi media bola mata dan dipersarafi oleh nervus
occulomotorius.
b) Otot rektus inferior berfungsi untuk depresi sumbu mata, adduksi bola
mata, rotasi lateral bola mata dan di persarafi oleh nervus
occulomotorius.
c) Otot rektus lateral berfungsi untuk abduksi bola mata dan dipersarafi
oleh nervus abducen.
d) Otot rektus medial berfungsi untuk adduksi bola mata dan di persarafi
oleh nervus occulomotorius.
Otot Oblik
a) Otot oblik inferior berfungsi untuk elevasi sumbu mata, abduksi bola
mata, rotasi lateral bola mata dan dipersarafi oleh nervus
occulomotorius.
b) Otot oblik superior berfungsi untuk depresi sumbu mata, abduksi bola
mata, rotasi media bola mata dan dipersarafi oleh nervus trochlearis.

Gambar 2.3 Otot mata1

7
2.2.Histologi mata 2
Mata terletak dalam rongga orbita. Setiap mata terdiri atas sebuah bola mata
fibrosa yang kuat untuk mempertahankan bentuknya, suatu sistem lensa untuk
memfokuskan bayangan, selapis sel fotosensitif, dan suatu sistem sel dan saraf
yang berfungsi untuk mengumpulkan, memproses, dan meneruskan informasi
visual ke otak. Mata terdiri dari 3 lapisan tunika, lapisan terluar adalah tunika
fibrosa yang terdiri dari sklera dan kornea, lapisan tengan adalah tunika
vaskulosa yang terdiri dari iris, korpus siliaris dan koloid. Dan lapisan terdalam
adalah tunika nervosa yang terdiri dari jaringan saraf yaitu retina. Retina terbagi
menjadi pars optika retina ( 10 lapisan ), dan pars seka retina yang terbagi lagi
menjadi pars iridika retina dan pars siliaris retina.
Sklera merupakan 5/6 bagian dari posterior bola mata. Sklera terdiri dari
jaringan ikat padat kolagen gepeng yang berselang seling, namun tetap paralel
dengan permukaan bola mata, juga terdapat beberapa fibrosa dan serat elastin.
Sklera relatif tidak mengandung pembuluh darah. Permukaan luar sklera
disebut episklera yang berhubungan melalui jalinan serat kolagen halus longgar
dengan lapisan jaringan ikat padat yang disebut kapsula tenon. Diantara kapsula
tenon dan sklera terdapat ruang tenon. Di antara sklera dan koroid terdapat
lamina suprakoroid yang terdiri dari lapisan jaringan ikat longgar tipis yang
kaya melanosit, fibroblas, dan serat elastin.
Kornea merupakan 1/6 bagian anterior bola mata, tidak berwarna dan
transparan. Potongan melintang terlihat 5 lapisan kornea, yaitu epitel berlapis
gepeng tanpa lapisan tanduk dan terdiri 5-6 lapisan sel ; membran bowman yang
terdiri atas serat serat kolagen yang tersusun menyilang secara acak, suatu
substansia antarsel yang padat dan tidak mengandung sel, serta membantu
stabilitas dan kekuatan kornea dan memiliki ketebalan sekitar 7-12 µm ; stroma
yang dibentuk oleh lapisan berkas kolagen paralel yang silang menyilang, dan
tidak ada pembuluh darah ; membran descement yang tebalnya sekitar 5-10µm
dan terdiri dari susunan fibril kolagen halus ; dan yang terakhir lapisan endotel,
merupakan epitel selapis gepeng, terdiri juga dari organel untuk sekresi sel
untuk transpor aktif dan sintesis protein. Batas antara kornea dan sklera disebut
limbus, merupakan daerah peralihan berkas kolagen transparan dari kornea ke

8
serat sklera. Limbus menerima banyak pendarahan. Kornea bersifat avaskular,
mendapatkan metabolisme melalui difusi dari pembuluh yang berdekatan dan
dari kamera okuli anterior. Di daerah limbus di lapisan stroma terdapat
pembuluh darah dan limfe,selain itu terdapat saluran saluran tidak teratur
berlapis endotel, yakni jalinan trabekula, akan menyatu membentuk kanal
schlemm yang akan mengalirkan cairan dari kamera okuli anterior. Kanal
schlemm berhubungan dengan sistem vena di bagian luar.
Koroid merupakan lapisan yang sangat vaskular, terdiri dari jaringan ikat
longgar terdapat pembuluh darah, mengandung fibroblas, makrofag, limfosit,
sle mast, sel plasma, serat kolagen, dan serat elastin, serta banyak melanosit
yang akan memberi warna hitam pada lapisan kornea. Lapisan dalam lebih
banyak mengandung pembuluh darah kecil yang di sebut lapisan koriokapiler,
dan berfungsi sebagai nutrisi retina. Lapisan koriokapiler dipisahkan dengan
retina oleh membran hialin tipis ( 3-4 µm ), yang di sebut sebagai membran
bruch. Papila optikus adalah daerah tempat masuknya nervus optikus ke dalam
bola mata. Membran bruch terdiri dari 5 lapisan, lapisan tengahnya terdiri dari
anyaman serat elastin, dimana kedua permukaan anyaman ini dilapisi oelh serat
kolagen yang ditutupi oleh lamina basal kapiler dari lapisan koriokapiler pada
satu sisi dan lamina basal epitel pigmen disisi lainnya. Koroid terikat dengan
sklera melalui lamina suprakoroid yang kaya akan melanosit di lapisan longgar
jaringan ikatnya. Corpus siliaris terdiri dari jaringan ikat longgar yang kaya
akan melanosit, serat elastin, dan pembuluh darah. Jaringan ikat longgar ini
akan mengelilingi M. Siliaris. Corpus siliaris terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan
luar yang berpigmen dan lapisan dalam yang tidak berpigmen. Iris memisahkan
kamera okuli anterior dan kamera okuli posterior, dan bagian tengahnya di sebut
pupil. Iris di bentuk oleh lapisan sel pigmen yang tidak utuh dan fibroblas.
Dibagian bawah lapisan ini terdapat jaringan ikat dengan sedikit pembuluh
darah, sedikit serat dan banyak fibroblas dan melanosit. Lapisan selanjutnya
adalah jaringan ikat longgar kaya akan pembuluh darah. Di lapisan epitel dalam
terdapat banyak granul / pigmen melanin. Sel epitel luar akan membentuk
miofilamen yang tumpang tindih yang menjadi M. Dilatator pupil. Iris
mengandung berkas otot polos yang tersusun melingkari pupil dan membentuk

9
M. Konstriktor pupil. Otot-otot di pupil di persarafi oleh saraf simpatis dan
parasimpatis.
Terdapat ruangan dalam bola mata yaitu camera okuli anterior, kamera okuli
posterior dan ruang vitreus. Media refraksi mata terdiri dari kornea, aqueous
humor, lensa dan corpus vitreus. Kornea mendapat pendarahan dari difusi
pembuluh darah perifer dalam limbus dan dari tengah yaitu dari aqueous humor.
Aqueous humor adalah cairan bening berair, bereaksi alkali lemah, indeks
refraksi 1,33, terdapat dalam bilik posterior dan anterior mata. Komposisi
kimianya yang berbeda dari plasma darah karena kandungan proteinnya lebih
rendah ; kandungan askorbat, piruvat, vitamin c dan laktat lebih tinggi ; dan
kandungan urea dan glukosa lebih rendah. Kandungan eletrolit juga berbeda. Di
sekresi oleh epitel siliaris dan melalui transpor aktif, akan mengisi bilik
posterior, memberi makan lensa dan akan berjalan menuju ke dalam corpus
vitreus. Lensa merupakan unsur bikonkaf yang elastis, dan sifat elastisitas ini
akan menghilang semakin dengan semakin bertambahnya usia. Lensa terdiri
dari 3 komponen utama, yaitu kapsula lensa yang di bungkus oleh simpai tebal
( 10-20 µm ), homogen, refraktil, dan kaya akan karbohidrat, merupakan suatu
membran basal yang sangat tebal dan terdiri dari kolagen tipe IV dan
glikoprotein ; epitel subkapsular yang terdiri atas selapis sel epitel kuboid yang
terdapat di permukaan anterior lensa, akan bertambah besar sesuai bertambah
usia denga bentuk serat lensa baru dari sel-sel yang di daerah ekuator lensa ;
dan serat lensa yang tersusun memanjang dan terlihat sebagai struktur tipis yang
gepeng, serat lensa akhirnya kehilangan inti serta organel lainnya dan menjadi
sangat panjang, dan mencapai panjang 7-10 mm, lebar 8-10 µm dan tebal 2 µm,
sel-selnya berisi sekelompok protein yang disebut kristalin.
Serat lensa di hasilkan seumur hidup, namun kecepatan produksinya
semakin tua makin lambat. Corpus vitreus menempati daerah mata bagian
belakang lensa, merupaka gel yang transparan terdiri dari air ( ± 99 % ), sedikit
kolagen, dan molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Banyak
mengandung sedikit sel yang akan mensintesis kolagen dan asam hialorunat.
Retina terdiri atas 2 bagian, bagian posterior yang bersifat fotosinsitif, dan
bagian anterior tidak fotosensitif, menyusun lapisan dalam corpus siliaris dan

10
bagian posterior iris. Vesikel optik mempertahankan hubungan dengan otak
melalui tangkai optik, yang akan berkembang menjadi saraf optik. Lapisan luar
menjadi epitel pigmen dan lapisan dalam menjadi retina saraf. Retina optikal
atau neural melapisi koroid mulai dari papila saraf optik di bagian posterior
hingga ora serrata di anterior, dan menunjukkan suatu cekungan yang dangkal
di sebut fovea sentralis. Sekeliling fovea terdapat makula lutea atau bintik
kuning. Fovea untuk penglihatan terjelas. Tak terdapat fotosereptor di atas
papila optik sehingga di sebut bintik buta.

Lapisan retina terdiri dari 10 lapisan yang di bagi menjadi 3 neuron, yaitu:

1. Neuron pertama terdiri dari


a. Epitel pigmen ( sel poligonal dan tinggi 10-14 µm dengan bentuk teratur)
berfungsi sebagai penyerapan cahaya dan mencegah pemantulan.
b. Lapisan batang dan kerucut
Sel batang adalah sel tipis yang memanjang ( 50 x 3 µm ), terbagi 2
segmen ( luar berbentuk silindris, panjang sekitar 28 µm mengandung
fotopigmen rhodopsin / ungu visual dan dalam dengan panjang sekitar 32
µm ).
Kerucut memiliki panjang sekitar 60 x 1,5 µm. Mengandung fotopigmen
iodopsin dan sensitivitas maksimumnya terdapat di daerah merah, hijau,
dan biru dari spektrum cahaya yang terlihat. Sel kerucut peka terhadap
intensitas yang lebih tinggi.
c. Membran limitans eksterna
d. Lapisan inti luar
2. Neuron bipolar terdiri dari
a. Lapisan pleksiform luar
b. Lapisan inti dalam
c. Lapisan pleksiform dalam
3. Neuron optikus terdiri dari
a. Lapisan sel ganglion
b. Lapisan serat saraf
c. Membran limitans interna

11
Palpebra terdiri adalah lipatan jaringan yang dapat bergerak dan berfungsi
sebagai pelindung mata. Bersifat longgar dan elastin sehingga dapat
membengkak dan kembali ke bentuk dan ukuran semula. Ada 3 kelenjar di
palpebra yaitu kelenjar meibom, kelenjar moll dan kelenjar zeis. Kelenjar
meibom adalah kelenjar sebasea, tidak berhubungan dengan folikel rambut,
selain itu menghasilkan substansia sebaseus yang membentuk lapisan
berminyak pada permukaan film air mata akan membantu mencegah agar
cepatnya penguapan dari lapisan air mata normal. Kelenjar keringat moll
merupakan tubulus yang mirip sinus dan tak bercabang, dan akan
mencurahkan sekretnya ke dalam folikel bulu mata. Dan kelenjar zeis
merupakan modifikasi kelenjar sebasea yang lebih kecil dan berhubungan
dengan folikel mata.
Konjungtiva adalah membran mukosa tipis dan transparan yang akan
menutupi bagian anterior mata sampai kornea dan permukaan dalam kelopak
mata. Terdiri dari epitel berlapis silindris dengan sel golbet dan bagian lamina
propia terdiri dari jaringan ikat longgar.
Aparatus lakrimalis terdiri dari kelenjar lakrimaris, kanalikuli, sakus
lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis. Kelenjar lakrimalis adalah kelenjar
penghasil air mata terletak di bagian anterior superior temporal orbita, terdiri
dari beberapa lobus kelenjar yang terpisah dengan 6-12 duktus ekskretorius
yang berhubungan dengan forniks superior konjungtiva. Sekret kelenjar
membasahi dan mengalir kebawah melalui permukaan kornea dan
konjungtiva bulbi serta palpebra. Sekret mengalir ke dalam kanalikuli
lakrimalis melalui punktum lakrimal, akan bergabung membentuk
kanalikulus kommunis tepat sebelum bermuara ke dalam sakus lakrimalis dan
di lapisi epitel berlapis gepeng tebal. Sekresi yang dihasilkan kaya akan
lisosom, yaitu enzim yang menghidrolisis dinding sel spesies bakteri tertentu
dan akan menghancurkannya.

2.3.Fisiologi penglihatan 3
Mata adalah struktur bulat berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan.
Dari bagian paling luar hingga paling dalam. Lapisan-lapisan tersebut adalah

12
sklera/kornea, badan siliaris/iris, dan retina. Sebagian besar bola mata ditutupi
oleh suatu lapisan kuat jaringan ikat, sklera yang membentuk bagian putih mata.
Disebelah anterior, lapisan luar terdiri dari kornea transparan, yang dapat
ditembus oleh berkas cahaya untuk masuk ke interior mata. Lapisan tengah di
bawah sklera adalah koroid yang berpigmen banyak dan mengandung banyak
pembuluh darah yang membagi nutrisi bagi retina. Lapisan koroid di sebelah
anterior mengalami spesialisasi membentuk badan siliaris dan iris. Lapisan
paling dalam di bawah koroid adalah retina yang terdiri dari lapisan berpigmen
di sebelah luar dan lapisan jaringan saraf disebelah dalam. Lapisan jaringan
saraf mengandung sel batang dan sel kerucut. Fotoreseptor yang mengubah
energi cahaya menjadi impuls saraf.
Bagian interior mata terdiri atas 2 rongga berisi cairan yang dipisahkan
oleh sebuah lensa elips, yang semuanya transparan agar cahaya dapat
menembus mata dari kornea hingga ke retina. Rongga posterior yang lebih besar
antara lensa dan retina mengandung bahan cair mirip gel yaitu cairan vitreous.
Cairan ini membantu mempertahankan mata agar tetap bulat. Rongga anterior
antara kornea dan lensa mengandung cairan jernih encer yang membawa nutrien
bagi kornea dan lensa, yaitu dua struktur yang tidak memiliki aliran darah.
Tidak semua cahaya yang melewati kornea mencapai fotoreseptor peka-
cahaya karena adanya iris, suato otot polos tipis berpigmen yang membuat
struktur mirip-cincin didalam cairan aqueous. Pigmen di iris merupakan
penyebab mata. Berbagai bercak, garis, atau nuansa lain pada iris bersifat unik
bagi setiap orang sehingga iris menjadi dasar bagi teknologi identifikasi terkini.
Lubang bundar di bagian tengah irirs tempat masuknya cahaya ke interior
mata adalah pupil. Ukuran lubang ini dapat disesuaikan oleh kontraksi otot-otot
iris untuk menerima sinar lebih banyak atau lebih sedikit, seperti diafragma
yang mengontrol jumlah cahaya yang masuk ke kamera. Iris mengandung dua
set anyaman otot polos, satu sirkular (serat-serat otot berjalan seperti cincin
dalam iris) dan satu radial (serat mengarah keluar dari tepi-tepi pupil seperti
jari-jari roda sepeda). Kontraksi pupil refleks ini terjadi pada keadaan sinar
terang untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke mata. Jika otot radial
berkontraksi, ukuran pupil bertambha. Dilatasi pupil ini terjadi pada cahaya

13
redup agar sinar yang masuk ke mata lebih banyak. Otot-otot iris dikendalikan
oleh sistem saraf autonom. Serat-serat parasimpatis menyarafi otot sirkular
(menyebabkan konstriksi pupil) sementara serat simpatis menyarafi otot radial
(dilatasi pupil).
Bagian terdalam dari mata adalah retina yang merupakan bagian dari saraf
mata yang tersusun atas sel saraf dan serabutnya. Sel saraf terdiri atas sel saraf
yang berbentuk batang dan kerucut. Masing-masing dari sel saraf tersebut
memiliki kekhususannya masing-masing. Sel saraf yang berbentuk batang
bersifat peka terhadap cahaya namun tidak dapat digunakan untuk membedakan
warna. Sel saraf batang ini tersebar pada retina. Sel saraf kerucut bersifat kurang
peka terhadap cahaya tetapi bisa membedakan warna. Sel saraf kerucut
terkonsentrasi di fofea dan mempunyai hubungan tersendiri dengan saraf optik.
Pada retina, terdapar bintik kuning (fofea) dan bintik buta (blind spot).
Pada bintik kuning terdapat sejumlah sel saraf kerucut sedangkan pada bintik
buta tidak terdapat sel saraf batang maupun kerucut. Suatu objek dapat dilihat
dengan jelas apabila bayangan objek tersebut tepat jatuh pada fofea. Lensa mata
selanjutnya akan bekerja secara otomatis dalam memfokuskan bayangan objek
sehingga tepat jatuh pada fofea.
Cahaya adalah suatu bentuk radial elektromagnetik yang terdiri dari
paket-paket energi mirip partikel yang dinamai foton yang berjalan dalam
bentuk gelombang. Jarak antara 2 gelombang dikenal sebagai panjang
gelombang. Panjang gelombang dalam sprektrum elektromagnetik berkisar
dari 1014 m. Gelombang cahaya mengalami divergensi (memancar keluar) ke
semua arah dari setiap titik sumber cahaya. Gerakan maju suatu gelombang
cahaya dalam arah tertentu dikenal sebagai berkas cahaya. Berkas cahaya
divergen yang mencapai mata harus dibelokkan ke dalam agar dapat
difokuskan kembali ke suatu titik (titik fokus) di retina peka-cahaya agar
diperoleh bayangan akurat sumber cahaya.
Untuk membawa sumber cahaya jauh dan dekat terfokus di retina, harus
dipergunakan lensa yang lebih kuat untuk sumber dekat. Kemampuan
menyesuaikan kekuatan lensa sehingga baik sumber cahaya dekat maupun jauh
dapat difokuskan di retina dikenal sebagai akomodasi. Kekuatan lensa

14
bergantung pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris. Otot siliaris adalah
bagian dari korpus siliaris, suatu spesialisasi lapisan koroid di sebelah anterior.
Pada mata normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan
jauh, tetapi otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi
lebih cembung dan lebih kuat untuk penglihatan dekat. Serat-serat saraf
simpatis menginduksi relaksasi otot siliaris untuk penglihatan jauh, sementara
sistem saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi otot untuk penglihatan dekat.

2.4.Fisiologi aquoes humor 4


Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan aqueous
humor dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata. Aqueous humor adalah
suatu cairan jernih yang mengisi bilik mata depan dan belakang. Volumenya
adalah sekitar 250 µl, dan kecepatan pembentukannya, yang memiliki variasi
diurnal, adalah 2,5 µl/mnt. Tekanan osmotiknya sedikit lebih tinggi
dibandingkan plasma. Komposisi aqueous humor serupa dengan plasma,
kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat piruvat, dan laktat yang
lebih tinggi; protein, urea, dan glukosa yang lebih rendah.
Aqueous humor diproduksi oleh corpus ciliare. Ultrafiltrat plasma yang
dihasilkan di stroma processus ciliares dimodifikasi oleh fungsi sawar dan
prosesus sekretorius epitel siliaris. Setelah masuk ke bilik mata depan, aqueous
humor mengalir melalui pupil ke bilik mata depan lalu ke anyaman trabekular
di sudut bilik mata depan. Selama itu, terjadi pertukaran diferensial komponen-
komponen aqueous dengan darah di iris. Peradangan atau trauma intraokular
menyebabkan peningkatan kadar protein. Hal ini disebut plasmoid aqueous dan
sangat mirip dengan serum darah. Anyaman trabekular terdiri atas berkas-
berkas jaringan kolagen dan elastik yang dibungkus oleh sel-sel trabekular,
membentuk suatu saringan dengan ukuran pori-pori yang semakin mengecil
sewaktu mendekati kanal Schlemm. Kontraksi otot. siliaris melalui insersinya
ke dalam anyaman trabekular memperbesar ukuran pori-pori di anyaman
tersebut sehingga kecepatan drainase aqueous humor juga meningkat. Aliran
aqueous humor ke dalam kanal Schlemm bergantung pada pembentukan
saluran-saluran transelular siklik di lapisan endotel. Saluran eferen dari kanal

15
Schlemm (sekitar 30 saluran pengumpul dan 12 vena aqueous) menyalurkan
cairan ke dalam sistem vena. Sejumlah kecil aqueous humor keluar dari mata
antara berkas otot siliaris ke ruang suprakoroid dan ke dalam sistem vena corpus
ciliare, koroid, dan sklera (aliran uveoskleral). Tahanan utama aliran keluar
aqueous humor dari bilik mata depan adalah jaringan jukstakanalikular yang
berbatasan dengan lapisan endotel kanal Schlemm, dan bukan sistem vena.
Namun, tekanan di jaringan vena episklera menentukan nilai minimum tekanan
intraokular yang dapat dicapai oleh terapi medis.

2.5.Biokimia mata 5
Di mata, khususnya di lensa metabolisme yang dominan adalah
metabolisme anaerobik. Hal ini disebabkan karena struktur lensa yang
avaskuler. Sumber energi utama lensa adalah glukosa, dimana glukosa tersebut
berasal dari aqueos humour. Selain glikolisis anaerob, di lensa juga terdapat
jalur metabolisme yang lain yaitu jalur sorbitol. Transporter glukosa pada lensa
bersifat insulin independent, hal ini menyebabkan pada pasien diabetes melitus
dengan hiperglikemia akan terjadi penumpukan glukosa. Penumpukan glukosa
ini akan menyebabkan peningkatan pmbentukan fruktosa dan sorbitol melalui
jalur sorbitol. Sorbitol tidak dapat berdifusi melalui membran sel,
mengakibatkan penumpukan sorbitol di lensa. Penumpukan sorbitol ini akan
menyebabkan kerusakan osmotik pada lensa.Hal ini menyebabkan terjadinya
katarak pada pasien DM.

2.6.Tekanan intraokuler
a. Definisi 6
Tekanan intraokuli merupakan kesatuan biologis yang menunjukkan
fluktuasi harian. Tekanan yang tepat adalah syarat untuk kelangsungan
penglihatan yang normal yang menjamin kebeningan media mata dan jarak
yang konstan antara kornea dengan lensa dan lensa dengan retina.
Homeostasis tekanan intraokular terpelihara oleh mekanisme regulasi
setempat atau sentral yang berlangsung dengan sendirinya

16
b. Faktor yang mempengaruhi 7
1. Demografik
a. Usia
Rata-rata tekanan intraokular meningkat dengan bertambahnya
usia. Hal tersebut kemungkinan terkait dengan peningkatan tekanan
darah dan nadi serta obesitas
b. Jenis kelamin
Satu penelitian mendapatkan bahwa tekanan intraokular lebih tinggi
pada wanita namun hal ini belum dapat dibuktikan oleh penelitian
lain.
c. Ras
Pada penelitian di Amerika didapati bahwa tekanan intraokular
lebih tinggi pada orang kulit hitam dibandingkan kulit putih.
d. Keturunan
Tekanan intraokular dipengaruhi oleh faktor genetik.

2. Sistemik
a. Variasi diurnal
Tekanan intraokular orang normal bervariasi dalam satu hari
berkisar antara 3 – 6 mmHg, namun pasien glaukoma dapat
mencapai kisaran 30 mmHg bahkan 50 mmHg. Tekanan tertinggi
biasanya pada waktu pertengahan pagi (jam 7 – 9) sedangkan yang
terendah pada akhir malam atau awal pagi.
b. Variasi musim
Pada satu penelitian didapatkan bahwa TIO pada musim dingin
lebih tinggi dibandingkan musim lain. Hal ini kemungkinan terkait
dengan jumlah waktu terang dan perubahan tekanan atmosfer.
c. Tekanan darah
Perubahan besar tekanan darah selalu diiringi perubahan tekanan
intraokular. Besarnya fluktuasi TIO berhubungan dengan tingginya
tekanan arterial dan okular. Beberapa penelitian lain juga

17
mendapatkan bahwa TIO terkait dengan denyut nadi dan kosentrasi
hemoglobin.
d. Obesitas
Orang gemuk cenderung mempunyai TIO yang tinggi.
e. Posisi tubuh
Tekanan intraokular meningkat kira-kira 6 mmHg pada perubahan
posisi duduk ke berbaring.
f. Olah raga
Olah raga dapat segera menurunkan TIO. Hal ini diduga karena
asidosis dan perubahan osmolalitas serum.
g. Neural
Satu penelitian mendapatkan bahwa pelepasan katekolamin, agonis
adrenergik dan adenosin monofosfat siklik dapat menurunkan TIO.
h. Hormonal
Beberapa hormon diketahui mempengaruhi TIO. Hormon tersebut
antara lain: glukokortikoid, progesteron, estrogen, growth hormone,
tiroksin, aldosteron, vasopressin, dan melanocyte-stimulating
hormone.
i. Obat-obatan
Beberapa golongan obat-obatan dapat mempengaruhi TIO. Jenis
obat yang dapat menurunkan TIO antara lain: obat-obatan untuk
anestesi umum, b blocker, alkohol dan mariyuana. Jenis obat yang
dapat meningkatkan TIO antara lain: kortikosteroid dan obat-obat
golongan sikloplegik.

3. Okular
a. Kelainan refraksi
Beberapa penelitian mendapatkan bahwa TIO yang lebih tinggi
dijumpai pada penderita miopia. TIO juga berhubungan dengan
bola mata yang panjang.
b. Pergerakan mata
Jika mata bergerak melawan resistensi mekanik, TIO dapat segera
meningkat.

18
c. Penutupan kelopak
Penutupan kelopak mata dengan sekuat tenaga dapat meningkatkan
TIO antara 10 – 90 mmHg.
d. Inflamasi
Tekanan intraokular pada mata yang mengalami inflamasi biasanya
menurun karena produksi cairan akuos menurun, namun bila terjadi
hambatan pengeluaran akuos akibat peradangan yang terjadi maka
TIO dapat meningkat.
e. Operasi
Tekanan intraokular pasca operasi akan menurun pada kebanyakan
kasus, namun pada keadaan tertentu dapat meningkat akibat
hambatan pengeluaran akuos oleh inflamasi atau proses pada
operasi tersebut

e. Penyebab peningkatan TIO 8


Terjadinya peningkatan pada tekanan intra okuler dikarenakan adanya
sumbatan pada proses pengeluaran cairan yang dihasilkan oleh aqueous
humor. Aqueous humor adalah cairan jernih yang memberi nutrisi ke
kornea dan lensa, dihasilkan dibadan siliaris melalui difusi dan transport
aktif plasma. Cairan ini mengalir melalui pupil dan mengusu ruang anterior
mata. Cairan ini dalam keadaan normal diserap kembali melalui jaringan
trabekula ke dalam kanal schlemm, yakni saluran venosa pada sambungan
antara iris dan kornea (sudut bilik anterior). Terjadinya sumbatan pada
saluran keluar inilah yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler.

f. Cara pengukuran 9,10,11,12,13


1. Tonometer digital palpasi
Merupakan pengukuran bola mata dengan jari pemeriksa
Alat : Jari telunjuk kedua tangan
Tehnik :
a. Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saat
pemeriksaan

19
b. Pasien disuruh menutup mata
c. Pandangan kedua mata seakan-akan menghadap ke bawah
d. Jari-jari lainnya bersandar pada dahi dan pipi pasien
e. Kedua jari telunjuk menekan bola mata pada bagian belakang
kornea bergantian
f. Satu telunjuk mengimbangi tekanan saat telunjuk lainnya menekan
bola mata

Penilaian :
Cara ini memerlukan pengalaman pemeriksa karena terdapat faktor
subjektif. Penilaian dapat dicatat, mata N+1, N+2 , N+3 , atau N-1, N-
2, N-3 yang menyatakan tekanan lebih tinggi atau lebih rendah dari
normal.

2. Tonometer Schiotz
Merupakan tonometer indentasi atau menekan permukaan kornea
(bagian kornea yang dipipihkan) dengan suatu beban yang dapat
bergerak bebas pada sumbunya. Bila tekanan bola mata lebih rendah
maka beban akan mengindentasi lebih dalam permukaan kornea
dibanding tekanan bola mata lebih tinggi.
Alat :
Tonometer terdiri dari bagian :
a. Frame : skala, penunjuk, pemegang, tapak berbentuk konkaf
b. Pencelup
c. Beban : 5,5mg ; 7,5 mg ; 10 mg ; 15 mg
Tehnik:
a. Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saat
pemeriksaan
b. Pasien diarahkan pada posisi duduk miring atau terlentang dengan
kepala dan mata berada pada posisi vertical.

20
c. Mata ditetesi anestesi lokal misalnya pantochain lebih kurang satu
atau dua tetes, ditunggu sampai pasien tidak merasa pedas pada
matanya.
d. Tonometer harus dibersihkan terlebih dahulu
e. Tonometer diberi pemberat 5,5 gr
f. Tonometer diperiksa dengan batang penguji
g. Kelopak mata pasien dibuka dengan telunjuk dan ibu jari, jangan
tertekan bola mata
h. Pasien diarahkan untuk menatap vertical dapat dibantu dengan alat
( misalnya sinar fiksasi yang berkedip-kedip atau ibu jari pasien)
i. Alat tonometer direndahkan hingga hampir menyentuh kornea,
dinasehatkan agar beberapa detik untuk membiarkan pasien untuk
rileks, sambil pemeriksa mengarahkan bila alat tonometer
diletakkan nantinya berada tepat diatas kornea serta skala harus
pada posisi menghadap pemeriksa
j. Tonometer Schiotz harus dipastikan terletak pada kornea kemudian
pemeriksa membaca penunjuk pada skala bacaan tometer
k. Alat diangkat dari mata dan subjek dizinkan untuk mengedipkan
kelopak matanya.
l. Bila skala bacaan adalah 4 atau kurang, makasalah satu pemberat
pada pencelup harus ditambah untuk mendapatkan keakuratan
tonometri
m. Kemudian pemeriksaan dilanjutkan pada mata yang satunya lagi
sesuai dengan prosedur mata yang terlebih dahulu telah diperiksa
n. Tonometer harus dibersihkan atau disterilkan bila subjek yang
diperiksa diduga mengidap penyakit menular.

Penilaian :
Hasil pembacaan skala dikonversikan dengan tabel yang telah
ditentukan untuk mengetahui tekanan bola mata dalam millimeter air
raksa.

21
3. Tonometer Goldmann
Merupakan alat untuk mengukur tekanan berdasarkan gaya ( jumlah
tenaga yang diberikan ) dibagi luas penampang ( kornea ) yang ditekan
alat
Alat:
a. Slit lamp dengan sinar biru
b. Tonometer applanasi
c. Fluorisen strip
d. Obat tetes anestesi lokal
Tehnik:
a. Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saat pemeriksaan
b. Permukaan depan prisma dibersihakan dengan air dan dikeringkan
dengan tisu kering, bahan yang mungkin meninggalkan residu tosik
bagi retina harus dihindari
c. Slit lamp digeser sesuai dengan posisi yang nyaman bagi pemeriksa.
Penyaring biru dimasukkan ke dalam jalur sinar slit lamp dan dibuka
pada posisi yang paling lebar dan harus cukup oblik dari sisi tepi
iluminasi prisma sehingga tidak menimbulkan refleksi yang
mengganggu
d. Obat anestesi local ditetes pada kornea, berguna untuk keakuratan
tonometri.
e. Diberikan zat pendar untuk mengamati batas meniscus kontak
kornea dan tonometer, zat pendar harus segera dibersihkan segera
setelah tonometer
f. Slit lamp diatur sehingga pasien juga merasa nyaman.Pasien disuruh
menatap lurus kedepan dan menahan kedipan mata
g. Slit lamp digeser sepanjang aksis optikus untuk mencapai kornea,
dengan menggeser joystick ke belakang, keseluruhan alat bergerak
kira-kira 2 mm sampai 3 mm anterior ke arah kornea. Posisi awal
harus lebih rendah dari aksis visual sehingga memungkinkan untuk
menyelipkan di bawah bulu kelopak mata tanpa menyentuhnya, bila

22
perlu kelopak mata diangkat sedikit lalu prisma diposisikan berada
di tengah
h. Pemeriksa mulai melihat dari biomikroskop, citra yang direfleksikan
dari ujung tonometer bisa jadi penuntun. Citra yang tampak
menyerupai busur berwarna ungu pucat dan bergerak sebagaimana
posisi disesuaikan. Bila busur tampak simetris dalam dua
pertengahan biprisma, instrument dalam posisi benar.
i. Joystick diarahkan kedepan dengan perlahan, tepat permukaan
kornea tersentuh, tampak dua busur berwarna terang dan arkus akan
saling bertemu.
j. Bagi pemeriksa berpengalaman bila kornea keluar sedikit dari garis
pelurusan bisa disesuaikan tanpa harus menarik kembali tonometer.
Cakra tombol tonometer harus disesuaikan sehingga tepi bagian
dalam arkus superior dan bagian dalam arkus inferior saling bertemu
dengan tepat
k. Bila salah satu semilingkaran terganggu, prosedur pemeriksaan
harus diulang
l. Bila semilingkaran saling tumpang tindih dan ukuran tidak berubah
saat tombol cakra diubah, maka tonometer telah terlalu terdorong ke
depan dan harus ditarik
m. Pasien harus dibiarkan mengedip sebelum prosedur ulang dilakukan
n. Dianjurkan pemeriksaan dilakukan pada kedua mata
o. Bila tonometri telah selesai dilakukan prisma dibersihkan dengan air
dan diseka dengan tissue bersih dan kering.

Penilaian :
Melalui biomikroskop terlihat gambaran dua semi lingkaran yang
berukuran sama dimana sisi dalam kedua semi lingkaran atas dan bawah
saling bertemu dan sejajar. Nilai yang terbaca pada tombol cakra
tonometer dikalikan 10 untuk mendapatkan nilai dalam mmHg

4. Tonometer Perkins

23
Merupakan tonometer applanasi yang hampir sama dengan
tonometer Goldmann hanya saja tonometer Perkins dapat digunakan
dalam berbagai posisi oleh karena bersifat portable, keakuratannya
dapat disamakan baik dalam posisi vertical atau horizontal, tonometri
dapat dilakukan pada bayi, anak, dan di kamar operasi serta pada kornea
yang mengalami astigmatisma. Tekanan intra ocular dapat lebih akurat
dari pengukuran dengan menggunakan tonometer Goldmann jika saat
pemeriksaan pasien mau menahan nafas, melonggarkan dasi, cemas
terhadap pemeriksaan dengan memakai slit lamp, dan dapat digunakan
di dalam kamar operasi.
Alat :
a. Bersifat portable
b. Pencahayaan pada prisma berasal dari baterai.
c. Tekanan yang diberikan secara manual.

Tehnik :
a. Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saat pemeriksaan
b. Dianjurkan untuk memakai konsentrat zat pendar yang lebih besar
c. Dilakukan pada ruangan gelap dan tenaga baterai harus baik
sehingga illuminasi dapat adekuat
d. Kelopak mata tidak boleh menyentuh tonometer pada saat
pemeriksaan
e. Pemeriksa harus cermat terhadap kelebihan air mata sehingga tidak
menyamarkan ujung-ujung dari meniscus yang akan menuntun pada
kesalahan besar. Kewaspadaan ini terutama memeriksa mata pada
beberapa hari setelah operasi
Penilaian :
Gambaran yang dijumpai sama dengan gambaran tonometer Goldmann.

5. Tonometer Daeger
Merupakan tonometer applanasi, hampir sama dengan tonometer
Goldmann dan Perkins. Perbedaannya pada bentuk prisma yang

24
digunakan serta tekanan yang diberikan berasal dari motor elektrik.
Bersifat portable. Membutuhkan latihan untuk menggunakannya dan
mempunyai tingkat kesulitan yang sama dengan tonometer Goldmann.

6. Tonometer Mackay-Marg
Merupakan tonometer applanasi , dan cukup akurat untuk
pengukuran tekanan intra ocular pada mata yang mengalami sikatrik,
odema atau irregular kornea dan pada mata yang memakai lensa kontak
lunak.
Alat :
a. Pencelup dengan diameter 1,5 mm yang sedikit menonjol dari
piringan dasar yang mengelilinginya. Ujung dari alat ini ditutupi
film plastic untuk mencegah penularan penyakit.
b. Pergerakan dari pencelup dimonitor oleh transduser dan di rekam
pada kertas.

Tehnik :
a. Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saat pemeriksaan
b. Gerakkkan perlahan tonometer menuju mata, diaplikasikan pada
kornea dengan perlahan
c. Indentasi kornea diperlukan untuk memastikan bahwa posisi alat
sudah tepat
d. Ketidaksiapan pemeriksa atau pasien dan terlalu lambatnya
penarikkan dapat menyebabkan terjadi artefak
e. Kesalahan yang paling sering terjadi adalah menggerakkan ujung
dan maju secara cepat (pergerakkan cepat menimbulkan gaya
bermakna oleh karena tranduser yang sensitive terhadap tekanan)

Penilaian :
Tonometer ( plunger ) diletakkan pada kornea. Penilaian : cetakan pada
kertas mulai meningkat mewakili tekanan yang diberikan pada plunger.
Ketika seluruh permukaan plunger dengan diameter 1,5 mm menyentuh

25
kornea. Pada keadaan ini tekanan yang diberikan pada plunger
merupakan akumulasi dari tekanan intra ocular dan tekanan yang
diperlukan untuk merubah bentuk kornea. Penilaian : cetakan pada
kertas mencapai puncak. Kemudian tekanan diteruskan ke piringan yang
mengelilingi plunger. Penilaian : cetakan kertas dijumpai takikan. Area
aplanasi kornea terus bertambah sebanding luas dari piringan yang
mengelilingi plunger. Penilaian : cetakan pada kertas semakin
meningkat

7. Pneumatonometer
Merupakan tonometer yang mempunyai kemampuan sensitifitas
seperti tonometer Mackay-Marg. Pengukuran tekanan intra ocular
dengan memberikan tekanan udara pada seluruh struktur kornea yang
digunakan untuk mendatarkan kornea. Berguna untuk kornea yang
irregular, sikatrik dan odema serta mata yang memakai soft kontak lens.
Dan pada kasus diatas hasil pengukuran tekanan intra okuler lebih
konsisten dan objectif. Dapat digunakan untuk mengukur tekanan intra
ocular secara berkesinambungan dan sebagai tonografi

Alat :
a. Pompa sumber tekanan udara sebagai pengaktif sensor
b. Sensor untuk mengukur tekanan intra ocular yang diletakkan pada
mata
c. Tranduser yang mengubah tekanan udara menjadi signal elektrik
d. Unit penguat dan pencatat signal serta pengubah tampilan kedalam
rekaman kertas atau dalam bentuk digital

Tehnik :
a. Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saat pemeriksaan
b. Dapat dilakukan pada berbagai posisi
c. Ujung tonometer diletakkan pada kornea dan alat akan
mengeluarkan bunyi bernada tinggi.

26
Penilaian :
Hasil pengukuran tampil secara digital atau terekam dalam bentuk
grafik.

8. Tono pen
Merupakan tonometer portable dengan sumber energi dari baterai.
Tehnik :
a. Menjelaskan apa saja yang akan kita lakukan pada saat pemeriksaan
b. Meletakkan ujung alat tegak lurus pada kornea sampai kornea pipih
c. Pengukuran diterima apabila terdengar bunyi klik, pengukuran ini
akan berulang-ulang sampai data dirasa cukup dan terdengar tanda
beep yang menyatakan data telah terkumpul
Penilaian :
Hasil pengukuran tampil secara digital, di dapat berdasarkan nilai rata-
rata statistic yang diproses secara elektronik. Pada irregular cornea hasil
pengukuran tonopen sebanding dengan pembacaan Mackay-Karg. Pada
beberapa penelitian hasil pembacaan tonopen dibawah rata-rata pada
tekanan intra okuli tinggi dan diatas rata-rata padatekanan intra okuli
rendah.

9. Tonometer nonkontak
Secara prinsip sama dengan tonometer Goldman, tonometer non
kontak menggunakan semburan udara sebagai pengganti prisma untuk
meratakan kornea, sehingga tidak ada kontak langsung antara mata
dengan alat yang dapat mencegah penularan penyakit. Alat ini juga
mengeluarkan cahaya yang diarahkan ke kornea yang sudah diratakan
oleh semburan udara , cahaya ini kemudian direfleksikan oleh kornea
yang sudah rata ke photoreceptor yang mengaktifkan penghentian
semburan udara

10. Dynamic Contour Tonometry

27
Merupakan tehnik pengukuran terbaru dengan penyesuaian
permukaan (contour matching) dan ujung tonometer yang diletakkan
dipermukaan kornea mempunyai tekanan yang konstan, ini yang
membedakannya dari tonometer aplanasi yang lain.

11. Transpalpebra tonometer


Pengukuran dilakukan melalui kelopak mata sehingga tidak terjadi
kontak dengan kornea untuk mengurangi proses penularan penyakit dan
tidak membutuhkan anestesi topical. Pemakaian alat dianjurkan untuk
pasien yang harus melakukan pemeriksaan TIO rutin, pada anak-anak
atau pasien yang baru menjalani operasi kornea. Keakuratan pengukuran
tergantung posisi meletakkan alat. Kontra indikasi pemakaian alat ini (
bila dijumpai ) :
 Proses patologi pada palpebra
 Proses patologi pada sclera dan conjungtiva

2.7.Glaukoma
a. Definisi 4
Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai
pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapang pandang dan disertai
peningkatan tekanan intraokular.

b. Epidemiologi 14
Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia setelah
katarak. Di Amerika Serikat, glaukoma terjadi antara 1 dan 40 kali dari 1000
penduduk tergantung etnisnya. Di Indonesia glaukoma diderita oleh 3%
dari total populasi penduduk. Umumnya penderita glaukoma telah berusia
lanjut, Pada usia diatas 50 tahun, tingkat resiko penderita glaukoma
meningkat sekitar 10%. Hampir separuh penderita glaukoma tidak
menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut. Menurut data dari
WHO pada tahun 2002, penyebab kebutaan paling utama di dunia adalah
katarak (47,8%), galukoma (12,3%), uveitis (10,2%), age- related mucular

28
degeneration (AMD) (8,7%), trakhoma (3,6%), corneal apacity (5,1%), dan
diabetic retinopathy (4,8%).\

c. Etiologi 4,15
Glaukoma merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan
peningkatan tekanan intraocular disertai dengan pencekungan diskus
optikus dan pengecilan lapang pandang. Kondisi ini merupakan salah satu
penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah.
Peningkatan tekanan intraokuler ini dapat terjadi karena adanya
gangguan aliran aqueous humor yang disebabkan kelainan sistem drainase
sudut kamera anterior (glaucoma sudut terbuka) atau gangguan akses
aqueous humor ke sistem drainase (glaucoma sudut tertutup).
Glaukoma berbeda dengan hipertensi okular. Glaukoma lebih terkait
dengan kerusakan pada nervus optikus dan atau fungsi penglihatan.
Sementara hipertensi occular mengacu pada peningkatan tekanan yang tidak
merusak saraf maupun penglihatan. Sebagian dapat berkembang menjadi
glaukoma, sebagian besar tidak. Glaukoma tidak menyebabkan peningkatan
tekanan darah .

d. Klasifikasi 4,16,17
Secara garis besar, glaukoma dapat dibedakan menjadi:
1. Glaukoma sudut terbuka
Glaukoma jenis ini merupakan yang paling umum
terjadi. Glaukoma diperkirakan berkembang ketika sistem
drainase mata menjadi tidak efisien dari waktu ke waktu. Akibatnya
terjadi peningkatan dan penumpukan jumlah cairan
secara bertahap yang akan meningkatkan tekanan di dalam mata. Teori
lain yang dianggap menjadi penyebab kerusakan saraf optik di
antaranya adalah perfusi buruk. Kerusakan pada saraf optik lambat dan
tanpa rasa sakit. Sebagian besar penglihatan bisa hilang sebelum
penderita sadar.

2. Glaukoma sudut tertutup

29
Glaukoma jenis ini tidak terlalu umum terjadi. Namun, merupakan
keadaan darurat medis yang dapat menyebabkan kehilangan
penglihatan dalam satu hari sejak onset.
Gejala-gejala yang muncul di antaranya adalah penglihatan yang
kabur, muncul lingkaran berwarna pelangi di sekeliling cahaya terang,
nyeri mata dan kepala yang hebat, mual muntah dan hilangnya
3
penglihatan secara mendadak.
Glaukoma ini terjadi ketika sudut drainase di mata (dibentuk
oleh kornea dan iris) menutup atau tersumbat. Penderita yang
mengalami glaukoma jenis ini seringkali memang memiliki sudut
drainase sangat sempit. Seiring dengan usia, lensa mata menjadi lebih
besar, mendorong iris ke depan dan mempersempit ruang antara iris
dan kornea. Akibatnya, terjadi hambatan aliran aqueous humor menuju
kanal schlem.
Glaukoma sudut tertutup dapat menjadi kronis atau akut.
Bentuk akut terjadi ketika iris benar-benar menghambat drainase cairan
aqueous. Pada orang dengan sudut drainase sempit, jika pupil
membesar, sudut mungkin akan menutup dan menyebabkan
peningkatan mendadak tekanan mata. Meskipun serangan akut sering
mempengaruhi hanya satu mata, mata yang lain mungkin terkena juga.
3. Glaukoma Sekunder
Jenis glaukoma ini terjadi sebagai akibat dari cedera atau penyakit
mata lainnya pada termasuk kondisi medis, obat, luka fisik, dan
kelainan mata. Meskipun jarang, operasi mata dapat juga
dikaitkan dengan glaukoma sekunder.
4. Glaukoma tekanan normal
Tekanan bola mata tetap dalam kategori normal, tetapi saraf
optik tetap rusak. Penyebab hal tersebut terjadi belum begitu diketahui.
Kemungkinan bahwa orang dengan glaukoma tekanan rendah
memiliki abnormalitas saraf optik atau suplai darah ke saraf
optik disebabkan oleh kondisi seperti aterosklerosis.

30
e. Faktor resiko 15
Faktor resiko terjadinya glaukoma adalah sebagai berikut.
1. Usia di atas 50 tahun
2. Berkerabat dengan penderita glaukoma
3. Suku afrika
4. Pandangan dekat
5. Punya tekanan bola mata yang tunggi dan berfluktuasi sesuai dengan
tekanan mata.
6. Punya kornea yang tipis
7. Memiki perdarahan diskus
8. Mempunya diskus yang tidak simestri

f. Patofisiologi 4
Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah
apoptosis sel ganglion retina yang menyebabkan penipisan lapisan serat
saraf dan lapisan inti dalam retina serta berkurangnya akson di nervus
optikus. Diskus optikus menjadi atrofik, disertai pembesaran cawan optik.
Efek peningkatan tekanan intraokular dipengaruhi oleh perjalanan
waktu dan besar peningkatan tekanan intraokular. Pada glaukoma sudut
tertutup akut, tekanan intraokular mencapai 60-80 mmHg, menimbulkan

31
kerusakan iskemik akut pada iris yang disertai edema kornea dan kerusakan
nervus optikus. Pada glaukoma sudut terbuka primer, tekanan intraokular
biasanya tidak meningkat lebih dari 30 mmHg dan kerusakan sel ganglion
terjadi setelah waktu yang lama, sering setelah beberapa tahun. Pada
glaukoma tekanan normal, sel-sel ganglion retina mungkin rentan
mengalami kerusakan akibat tekanan intraokular dalam kisaran normal, atau
mekanisme kerusakannya yang utama mungkin iskemia caput nervi optici.

g. Manifestasi klinis 16
Pada glaukoma primer sudut tertutup akut terdapat anamnesa yang khas
sekali berupa nyeri pada mata yang mendapat serangan yang berlangsung
beberapa jam dan hilang setelah tidur sebentar. Melihat pelangi (halo)
sekitar lampu dan keadaan ini merupakan stadium prodromal.
Terdapat gejala gastrointestinal berupa enek dan muntah yang kadang-
kadang mengaburkan gejala daripada serangan glaukoma akut. Serangan
galukoma akut yang terjadi secara tiba-tiba dengan rasa sakit hebat di mata
dan di kepala, perasaan mual dengan muntah, bradikardia akibat refleks
okulokardiak, mata menunjukkan tanda-tanda kongestif (peradangan)
dengan kelopak mata bengkak, mata merah, tekanan bola mata yang sangat
tinggi yang mengakibatkan pupil lebar, kornea suram dan edem, iris sembab
meradang, papil saraf optik hiperemis, edem dan lapang pandang menciut
berat. Iris bengkak dengan atrofi dan sinekia posterior dan lensa menjadi
keruh (katarak Vogt-katarak pungtata disiminata subkapsular anterior).
Pemeriksaan funduskopi sukar karena kekeruhan media penglihatan. Tajam
penglihatan sangat menurun dan pasien terlihat sakit yang berat.
Gejala spesifik seperti di atas tidak selalu terjadi pada mata dengan
glaukoma akut. Kadang-kadang riwayat mata sakit disertai penglihatan
yang menurun sudah dapat dicurigai telah terjadinya serangan glaukoma
akut. Glaukoma primer sudut tertutup akut bila tidak diobati dapat menjadi
kronis.

32
h. Diagnosis 19
Diagnosis glaukoma akut ialah
1. Anamnesis
a. penglihatan kabur mendadak
b. nyeri hebat di sekitar mata atau belakang kepala
c. mual,
d. muntah
e. melihat halo (pelangi disekitar objek atau lamu tang dilihat)
f. keluhan sering berkurang bila penderita melihat sinar kuat yang
mengakibatkan pupil mengecil
2. Pemeriksaan Fisik
a. Visus sangat menurun
b. TIO meninggi
c. Mata merah
d. Kornea suram/keruh
e. Injeksi siliar
f. Bilik mata depan dangkal
g. Rincian iris tidak tampak
h. Pupil sedikit melebar, kurang/tidak bereaksi terhadap sinar
i. Diskus optikus terlihat merah dan bengkak
j. Pada perabaan mata teras keras seperti kelereng
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Tonometri. Alat ini berguna untuk menilai tekanan intraokular.
Tekanan bola mata normal berkisar antara 15-21 mmHg.
b. Gonioskopi. Sudut bilik mata depan merupakan tempat penyaluran
keluar humor akueus. Dengan gonioskopi kita berusaha menilai
keadaan sudut tersebut, apakah terbuka, sempit atau tertutup ataukah
terdapat abnormalitas pada sudut tersebut.
c. Penilaian diskus optikus. Dengan menggunakan opthalmoskop kita
bisa mengukur CDR. CDR yang melebihi 0,5 menunjukkan
peningkatan tekanan intraokular yang signifikan.

33
d. Pemeriksaan lapang pandang. Hal ini penting dilakukan untuk
mendiagnosis dan menindaklanjuti pasien glaukoma. Lapang
pandang glaukoma memang akan berkurang karena peningkatan
TIO akan merusakan papil saraf optikus.

i. Komplikasi 20
Komplikasi yang muncul pada glaukoma yang tidak ditangani
adalah kebutaan, namun komplikasi juga dapatmuncul pada pasien yang
dilakukan tindakan operasi. Komplikasi ini dapat dibagimenjadi dua:
a. Early Complications
Early complications merupakan komplikasi yang terjadi pada waktu dua
minggu setelah operasi.
b. Delayed Complications
Delayed complications merupakan komplikasi yang terjadi pada
beberapa bulan hingga tahun setelah operasi. Kontrol tekanan intraokuler
yang jelek akan menyebabkan semakin rusaknya nervus optik dan
semakin menurunnya visus sampai terjadinya kebutaan. Jika TIO tetap
terkontrol dan terapi penyebab dasar menghasilkan penurunan TIO,
maka kecil kemugkinannya terjadi kerusakan penglihatan progresif.

j. Tatalaksana 18
Obat adalah pengobatan pertama pada pasien dengan glaucoma.
Apabila obat sudah tidak memberikan hasil, maka selanjutnya tindakan
yang dapat diambil adalah pembedahan. Berikut ini adalah beberapa obat
yang dapat digunakan untuk mengobati glaucoma :
a. Timolol, larutan 0,25%, 0,5%, gel 0,25%, 0,5%, 1-2x/hari, 12-24 jam
b. Levobunolol, larutan 0,25%, 1-2x/hari, 12-24 jam
c. Travoprost, 0,004%, 1x/hari, 24-36 jam
d. Latanoprost, 0,005%, 1x/hari, 24-36 jam
e. Brimonidine, 0,2%, 8-12 jam

Apabila tekanan mata sudah diatas 21 mmHg dan terdapat kelainan


pada lapang pandang dan papil pada kasus glaukoma, maka berikan

34
pilokarpin 2% 3x/hari. Bila pada kontrol tidak terdapat perbaikan,
ditambahkan timolol 0,25% 1-2 dd sampai 0,5%, asetazolamida 3 kali 250
mg atau epinefrin 1-2%, 2 dd. Obat ini dapat diberikan dalam bentuk
kombinasi untuk mendapatkan hasil yang efektif.

Bila pengobatan tidak berhasil, maka dilakukan trabekulektomi laser


atau pembedahan trabekulektomi. Contoh bedah laser pada glaukoma
adalah kanaloplasti, laser trabeculoplasty, dan laser iridotomi perifer.
Sedangkan untuk contoh dari pembedahannya sendiri adalah
trabekulektomi, iridectomy dan trabekuloplasti. Apabila ketiga jenis
pembedahan tidak berhasil, maka bisa dilakukan cyclocryotherapy,
transskleral cyclophotocoagulation, atau glaucoma drainage implants.

k. Prognosis 21
Pada glaukoma sudut terbuka yang tidak diobati dan muncul pada
umur 40-45 tahun akan menyebabkan kebutaan pada umur 60-65 tahun.
Sedangkan pada glaukoma sudut tertutup yang tidak segera diobati, dapat
menyebabkan kebutaan dalam waktu 2-5 hari. Sehingga diagnosis dini dan
pengobatan yang dilakukan secepat mungkin dapat mencegah terjadinya
kebutaan permanen.

l. Edukasi 19
Konseling & Edukasi :
1. Memberitahu keluarga bahwa kepatuhan pengobatan sangat penting
untuk keberhasilan pengobatan glaukoma.
2. Memberitahu pasien dan keluarga agar pasien dengan riwayat glaukoma
pada keluarga untuk memeriksakan matanya secara teratur minimal 1
kali setahun.
3. Memberitahu pasien dan keluarga bahwa penyakit ini membutuhkan
pengobatan seumur hidup. Tekanan bola mata dapat dikontrol
menggunakan obat dan/ atau operasi namun obat/ operasi tidak dapat
menyembuhkan penyakit ini.

35
2.8.Skrining glaukoma 4
Masalah utama dalam mendeteksi glaukoma sudut terbuka primer
adalah tidak adanya gejala sampai penyakit relatif lanjut. Sewaktu pasien
pertama kali menyadari adanya kehilangan lapangan pandang, biasanya telah
terjadi kerusakan nervus opticus yang bermakna. Terapi harus diberikan pada
tahap dini penyakit agar berhasil; hal ini bergantung pada program skrining
aktif. Sayangnya program-program skrining glaukoma sering terhambat oleh
ketidakandalan pemeriksaan tekanan intraokular tunggal dalam mendeteksi
glaukoma sudut terbuka primer dan kompleksitas kelainan diskus optikus atau
lapangan pandang. Untuk diagnosis dini saat ini, sebagian besar masih
mengandalkan pemeriksaan oftalmologik yang teratur pada kerabat langsung
individu-individu yang menderita glaukoma.
Skrining yang bisa dilakukan adalah dengan mengukur tekanan bola
mata pasien. Tonometri adalah pengukuran tekanan intraokular. Instrumen yang
paling luas digunakan adalah tonometer aplanasi Goldmann, yang dilekatkanke
slitlamp dan mengukur gaya yang diperlukan untuk meratakan daerah kornea
tertentu. Ketebalan kornea berpengaruh terhadap keakuratan pengukuran.
Tekanan intraokular mata yang korneanya tebal, akan ditaksir terlalu tinggi;
yang korneanya tipis, ditaksir terlalu rendah. Kesulitan ini dapat diatasi dengan
tonometer kontur dinamik Pascal. Tonometer-tonometer aplanasi lainnya, yaitu
tonometer Perkins dan TonoPen, keduanya portabel; pneumatotonometer, yang
dapat digunakan walaupun terdapat lensa kontak lunak di permukaan kornea
yang ireguler. Tonometer Schiotz adalah tonometer portabel; tonometer ini
mengukur indentasi kornea yang ditimbulkan oleh beban yang diketahui
sebelumnya. Rentang tekanan intraokular normal adalah 10-21 mmHg.
Penyebaran didasarkan pada distribusi Gauss, tetapi dengan kurva miring ke
kanan. Pada usia lanjut, rerata tekanan intraokularnya lebih tinggi sehingga
batas atasnya adalah 24 mmHg. Pada glaukoma sudut terbuka primer, 32-50%
individu yang terkena akan memperlihatkan tekanan intraokular yang normal
saat pertama kali diperiksa. Sebaliknya, peningkatan tekanan intraokular semata
tidak selalu diartikan bahwa pasien mengidap glaukoma sudut terbuka primer;
untuk menegakkan diagnosis diperlukan bukti-bukti lain seperti adanya diskus

36
optikus glaukomatosa atau kelainan lapangan pandang. Apabila tekanan
intraokular terus-menerus meninggi sementara diskus optikus dan lapangan
pandang normal (hipertensi okular), pasien dapat diobservasi secara berkala
sebagai tersangka glaukoma.

2.9.Tatalaksana kegawatdaruratan pada glaukoma 4


Terapi pada awalnya ditujukan untuk menurunkan tekanan intraokuler.
Asetazolamid intravena dan oral bersama obat topikal, seperti penyekat beta-
adrenergik dan apraclonidine, dan jika perlu obat hiperosmotik-biasanya akan
menurunkan tekanan intraokular. Kemudian diteteskan pilokarpin 2% satu
setengah jam setelah terapi dimulai, yaitu saat iskemia iris berkurang dan
tekanan intraokular menurun sehingga memungkinkan sfingter pupil berespons
terhadap obat. Steroid topikal dapat juga digunakan untuk menurunkan
peradangan intraokular sekunder. Setelah tekanan intraokular dapat dikontrol,
harus dilakukan iridoktomi perifer untuk membentuk hubungan permanen
antara bilik mata depan dan belakang sehingga kekambuhan iris bombe dapat
dicegah.

2.10. Uveitis 4,19


Uveitis merupakan peradangan pada uvea.. Uvea adalah lapisan pada
mata yang berada diantara lapisan sklera dan retina dan terdiri dari iris,
badan siliar dan koroid. Uveamengandung banyak pembuluh darah yang
berperan dalam memberikan nutrisi ke mata.Peradangan pada uvea dapat
mempengaruhi kornea, retina, sklera dan bagian vital mata lainnya.
Uveitis dapat disebabkan oleh trauma, diare kronis, penyakit Reiter,
Herpes Simplex, pasca operasi, adenovirus. Uveitis trauma sering terjadi
pada cedera yang disengaja atau operasi pada jaringan uveal. Mekanisme
yang berbeda yang dapat menghasilkan uveitis trauma berikut meliputi:
1. Efek mekanis langsung pada trauma
2. Invasi mikroba
3. Efek kimia benda asing intraocular
4. Oftalmia simpatis pada mata lainnya

37
2.11. Keratitis 19
Keratitis merupakan kelainan akibat terjadinya infiltrasi sel radang pada
kornea yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh. Akibat terjadinya
kekeruhan pada media kornea ini, maka tajam penglihatan akan menurun.
Mata merah pada keratitis terjadi akibat injeksi pembuluh darah perikorneal
yang dalam atau injeksi siliar. Keratitis biasanya diklasifikasikan dalam
lapis yang terkena seperti keratitis superfisial dan profunda atau interstisial.
Keratitis dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya:
1. Virus.
2. Bakteri.
3. Jamur.
4. Paparan sinar ultraviolet seperti sinar matahari.
5. Iritasi dari penggunaan berlebihan lensa kontak.
6. Mata kering yang disebabkan oleh kelopak mata robek atau tidak
cukupnya pembentukan air mata.
7. Adanya benda asing di mata.
8. Reaksi terhadap obat seperti neomisin, tobramisin, polusi, atau
partikel udara seperti debu, serbuk sari.
Pasien keratitis biasanya mengeluh mata merah, berair, nyeri pada mata
yang terinfeksi, penglihatan silau, adanya sekret dan penglihatan menjadi
kabur. Pada pemeriksaan bola mata eksternal ditemukan hiperemis
perikornea, blefarospasme, edema kornea, infiltrasi kornea.

2.12. Jelaskan tentang ulkus kornea!


Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea sampai
lapisan stroma akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada
kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk
oleh sel epitel baru dan sel radang. Dikenal dua bentuk ulkus pada kornea
yaitu ulkus kornea sentral dan ulkus kornea marginal atau perifer.
Pembentukan parut akibat ulserasi kornea adalah penyebab utama
kebutaan dan gangguan penglihatan di seluruh dunia dan merupakan
penyebab kebutaan nomor dua di Indonesia. Kebanyakan gangguan

38
penglihatan ini dapat dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya
ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai. Penyebab ulkus kornea
adalah bakteri, jamur, akantamuba dan herpes simpleks.
Ulkus kornea biasanya terjadi sesudah terdapatnya trauma yang merusak
epitel kornea. riwayat trauma bisa saja hanya berupa trauma kecil seperti
abrasi oleh karena benda asing, atau akibat insufisiensi air mata, malnutrisi,
ataupun oleh karena penggunaan lensa kontak. Peningkatan penggunaan
lensa kontak beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan yang
dramatis terhadap angka kejadian ulkus kornea, terutama oleh Pseudomonas
Aeroginosa. Sebagai tambahan, penggunaan obat kortikosteroid topikal
yang mula diperkenalkan dalam pengobatan penyakit mata penyebabkan
kasus ulkus kornea lebih sering ditemukan. .Perjalanan penyakit ulkus
kornea dapat progresif, regresi atau membentuk jaringan parut.
Ulkus kornea akan memberikan gejala mata merah, sakit mata ringan
hingga berat, fotofobia, penglihatan menurun dan kadang kotor. Diagnosis
dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis yang baik dibantu slit lamp.
Pemeriksaan laboratorium seperti mikroskopik dan kultur sangat berguna
untuk membantu membuat diagnosis kausa. Pemeriksaan jamur dilakukan
dengan sediaan hapus yang memakai larutan KOH.

2.13. Jelaskan tentang katarak senilis? 4,18


Katarak senilis merupakan kekeruhan lensa yang terjadi pada usia diatas 40
tahun. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif
ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Kekeruhan
lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga mengganggu fungsi
penglihatan. Patogenesis katarak berhubungan dengan usia merupakan
multifaktorial dan tidak seluruhnya dipahami. Saat lensa menua, lensa
bertambah berat dan tebal serta menurun kekuatan akomodasinya. Karena
lapisan baru serabut-serabut korteks dibentuk secara konsentris, nukleus lensa
mengalami kompresi dan menjadi protein dengan berat molekul tinggi. Hasil
agregasi protein menyebabkan fluktuasi yang tiba-tiba pada indeks refraksi
lensa, menghamburkan sinar cahaya, dan mengurangi transparansi lensa.

39
Modifikasi kimia protein lensa nukleus juga menghasilkan pigmentasi yang
progresif. Lensa menjadi berwarna kuning atau kecoklatan dengan
bertambahnya usia (brown sclerotic nucleus). Hal ini terjadi karena paparan
sinar ultraviolet yang lama kelamaan merubah protein nukleus lensa. Perubahan
yang berhubungan dengan usia lainnya dalam lensa adalah penurunan
konsentrasi glutation dan kalium, peningkatan konsentrasi natrium dan kalsium,
dan peningkatan hidrasi

STUDI KASUS

1. Kenapa tampak pelangi disekitar cahaya? 4


Munculnya pelangi disekitar mata dikarenakan tertutupnya saluran keluar
aqueous humor secara mendadak. Yang mana, tertutupnya saluran ini
disebabkan oleh karena peningkatan tekanan intraokuler.

2. Apa yang menyebabkan mata nyeri dan merah? 4


Mata nyeri dan merah disebabkan oleh adanya proses peradangan pada
mata. Efek peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma dipengaruhi oleh
pajanan waktu dan besar peningkatan tekanan intraokular. Pada glaukoma
sudut tertutup, tekanan intraokular mencapai 60-80 mmHg, menimbulkan
kerusakan iskemik akut pada iris yang disertai edema pada kornea dan
kerusakan nervus optikus. Pada glaukoma sudut terbuka primer, tekanan
intraokular biasanya tidak meningkat lebih dari 30 mmHg dan kerusakan sel
ganglion terjadi setelah waktu yang lama, sering setelah beberapa tahun. Pada
glaukoma tekanan normal, sel-sel ganglion retina mungkin rentan mengalami
kerusakan akibat tekanan intraokular dalam kisaran normal, atau mekanisme
kerusakan yang utama mungkin iskemik caput nervi optici.

3. Jelaskan tentang hubungan keluhan dengan sakit kepala, mual dan


berkeringat dengan penyakit pada kasus?
Nyeri merupakan tanda khas pada serangan akut yang terjadi secara
mendadak dan sangat nyeri pada mata di sekitar daerah inervasi cabang nervus
kranial V. Sistem saraf tubuh kita terdiri dari susunan saraf pusat, yaitu otak

40
dan sumsum tulang belakang, susunan saraf perifer di otot, kulit, dan organ
lain, serta susunan saraf otonom yang mengatur otot polos di jantung dan
saluran cerna.adanya nyeri akan mengaktivasi saraf otonom dan memicu rasa
mual seperti keluhan pada kasus.

4. Hubungan keluhan pada kasus dengan mendapat kabar dari kakaknya?


18,24

Pada saat pasien tersebut, saat dia merasa cemas maka akan terjadi dilatasi
pada pupilnya. Ketika hal ini terjadi akan terdapat kontak yang maksimum
antara lensa dan iris. Jika lensa terlalu dekat dengan iris maka akan terjadi
hambatan aliran akuos humor dari bilik mata belakang ke bilik mata depan ,
yang dinamakan hambatan pupil (Pupillary block). Hambatan ini dapat
menyebabkan meningkatnya tekanan di bilik mata belakang.
Pada sudut bilik depan yang tadinya memang sudah sempit, dorongan ini
akan menyebabkan iris menutupi jaringan trabekular. Akibatnya, akuos humor
tidak dapat atau sukar mencapai jaringan ini dan tidak dapat disalurkan keluar
dan terjadilah glaukoma akut sudut tertutup

41
BAB III
KESIMPULAN

Data tambahan

Kesimpulan: Wanita 55 tahun menderita glaukoma akut

42
DAFTAR PUSTAKA

1. R. Putz, R. Pabst. Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Edisi 23. Jilid 3. Jakarta:
EGC. 2012.
2. Junqueira L, Carneiro J. Sistem Fotoreseptor dan Audioreseptor. Histologi
Dasar Teks & Atlas. 10th Ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.
p. 451-64.
3. Sherwood L. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. 6th ed. Jakarta: EGC; 2012
4. Vaughan, Asbury. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: EGC; 2010.
5. Rodwell VW. Harper’s illustrated biochemistry. 30. rev. ed. New York, NY:
McGraw-Hill Professional; 2015. 832 p
6. Hollwich, Fritz, 1992. Glaukoma. In: Hariono, Bondan, ed. Oftamologi.
Jakarta: Binarupa Aksara, 169-201.
7. Harvey B. Examination of Intraocular Pressure. In: Doshi S, Harvey W, eds.
Investigative Techniques and Ocular Examination. Butterworth Heineman:
Spain; 2003
8. Goldberg, I. 2008, “Relationship Between Intraocular Pressure and
Preservation of Visual Field in Glaucoma’ Survey of Ophthalmology, vol. 48,
supp. 1, S3-7
9. Tasman W, Tonometry in Duane’s Clinical Opthalmology, Chapter 47,
Volume 3, Lippincott Williams and Wilkins, New York, 2004, Hal 1-7
10. Nema HV; Nema N, Tonometry in Diagnostic Procedures in Ophthalmology,
Chapter 4, Jaypee Brothers Medical Publishers ( P ) LTD, New Delhi, 2002,
Hal 44-49
11. Stamper RL; Lieberman MF; Drake MV, Intraocular Pressure in Diagnostic
and Therapy of the Glaucomas Becker Shaffer’s, Chapter 5, Edisi 7, Mosby,
California, 1999, Hal 65-74
12. Ilyas S, Glaukoma pada Dasar Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit
Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2006, Hal 181-195
13. Basic And Clinical Science Course, Intraocular Pressure and Aqueous Humor
Dynamics in Glaucoma, Chapter 2, Section 10, AmericanAcademy of
Ophthalmology, USA, 2005, Hal 17-29

43
14. Langman MJS, Lancashire RJ, Cheng KK, Stewart PM. Systemic hypertension
and glaucoma: mechanisms in common and co-occurrence. Br J Ophthalmol
2005; 89: 960-3.
15. Trope GE. Glaucoma: a Patient’s Guide to The Disease. 4thed. Canada: UTP
Publishing; 2004. P
16. Fazio D. Glaucoma Signs and Symptoms. Diunduh dari
http://www.glaucoma.org/gleams/what-are-the-symptoms-of-glaucoma.php.
Diakses 24 Februari 2012.
17. American Optometric Asssociation. Glaucoma, Diunduh dari
http://www.aoa.org/Glaucoma.xml. Diakses 23 Februari 2012
18. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-5. Jakarta: FK UI;
2015. 5-6, 11
19. Ilyas, sidarta.. Dasar-dasar pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata. Edisi 3.
Jakarta:Balai Pustaka; 2009
20. James, B., Chew, C., Bron, A. Oftalmologi: Lecture Notes (9th ed). Jakarta:
Erlangga; 2006
21. Papadakis MA, McPhee SJ, Rabow MW. Current Medical Diagnosis &
Treatment. 55th ed. New York: McGraw Hill Education; 2015
22. Biswell R. Cornea In Vaughn D, Asbury T, Eva PR, eds. General
Ophtalmology 17th ed. USA Appleton & Lange; 2008.
23. Mills TJ, Corneal Ulceration and Ulcerative Keratitis in Emergency Medicine.
Cited on February 23, 2016. Avaible from:
http://www.emedicine.com/emerg/topic 115.htm.
24. Glaukoma. Diunduh dari
https://www.glaucomafoundation.org/acute_glaucoma.html. Diakses pada 20
February 2016

44
45

Anda mungkin juga menyukai