Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO 2
MODUL SISTEM UROGENITAL DAN REPRODUKSI

KELOMPOK 13

TANIA CLARA ALVERINA (18011101066)

REYNALDY VICKY PRIMA (18011101070)

NOVITA KRISILIA LONTOH (18011101017)

MICHELLE SHERENE POTALANGI (18011101126)

LISA PATRICIA ADEUS KUSUMA DEWI (18011101117)

JIMLIVE MATTHEW KANDOUW (18011101141)

GABRIELA FEBRIANA KENDE (18011101150)

JOFANKA JASMINE (18011101115)

CHANDRA JOSHUA TIMOTHY WIJAYA (18011101131)

ANGELIQUE CALISTA MILENIA TANAN (18011101121)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Maksud dan Tujuan ...................................................................................... 1
BAB II ISI ............................................................................................................... 2
2.1 Skenario ........................................................................................................ 2
2.2 Kata Kunci .................................................................................................... 2
2.3 Masalah Dasar .............................................................................................. 2
2.4 Analisis Skenario .......................................................................................... 2
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 25
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 25
3.2 Saran ........................................................................................................... 25
PETA KONSEP .................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. ii

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alat indera adalah organ yang berfungsi untuk menerima jenis rangsangan
tertentu. Semua organism memiliki reseptor sebagai alat penerima informasi.
Informasi tersebut dapat berasal dari dalam dirinya atau datang dari luar. Reseptor
diberi nama berdasarkan jenis rangsangan yang diterimanya, seperti kemoreseptor
(penerima rangsang zat kimia), fotoreseptor (penerima rangsang cahaya),
aodioreseptor (penerima rangsang suara), dan mekanoreseptor (penerima rangsang
fisik, seperti tekanan, sentuhan, dan getaran). Selain itu dikenal pula beberapa
reseptor yang berfungsi mengenali perubahan lingkungan luar yang
dikelompokkan sebagai eksoreseptor. Sedangkan kelompok reseptor yang
berfungsi untuk mengenali lingkungan dalam tubuh disebut interoreseptor.
Interoreseptor terdapat diseluruh tubuh manusia. Indera yang kita kenal ada lima
macam, yaitu indera penglihat(mata), pendengar (telinga), peraba (kulit),
pengecap (lidah), dan pembau (hidung). Untuk lebih memahami kelima
eksoreseptor tersebut, maka kami akan membahasnya dalam Sistem Indera

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari materi tutorial ini, yaitu:

- Mahasiswa mampu memahami tentang sistem indera.


- Mahasiswa mampu menjelaskan tentang sistem indera.
- Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan sistem indera dengan kasus
yang terjadi dalam skenario.

1
BAB II

ISI

2.1 Skenario

Seorang laki-laki, usia 20 tahun, sedang berada dalam pesawat terbang yang siap
lepas landas. Sesaat setelah pesawat tersebut lepas landas, laki-laki tersebut tiba-
tiba merasakan di dalam kedua telinganya menjadi agak nyeri dan berdenging.
Ketika wanita yang duduk disebelahnya menyapanya, laki-laki tersebut merasa
suara wanita tersebut terdengar lemah dan kurang jelas padahal sebelum lepas
landas ia bisa mendengarnya dengan jelas. Selama di pesawat ia mendengarkan
music klasik melalui earphone. Laki-laki tersebut tidak memiliki riwayat kelainan
ataupun gangguan pada kedua telinganya.

2.2 Kata Kunci

- Laki-laki, 20 tahun
- Berada dalam pesawat
- Nyeri telinga dan berdenging
- Suara lemah (tidak jelas)
- Tidak memiliki riwayat kelainan pendengaran

2.3 Masalah Dasar

Seorang pria mengalami penurunan fungsi pendengaran sesaat setelah


pesawat lepas landas.

2.4 Analisis Skenario

2
1. Jelaskan anatomi dan fisiologi telinga!

Tiap telinga terdiri dari 3 bagian yaitu telinga luar, tengah, dan
dalam. Bagian luar dan tengah telinga menyalurkan gelombang suara dari
udara ke telinga dalam. Bagian dalam telinga berisi 2 sistem sensorik yaitu
:
1. koklea yang mengandung reseptor untuk mengubah gelombang suara
menjadi impuls saraf sehingga kita dapat mendengar dan,
2. apparatus vestibularis untuk sensasi keseimbangan.

Gelombang yg berjalan secara longitudinal

 TELINGA LUAR , terdiri dari :


1. Pinna (daun telinga). Auricula
Merupakan lipatan menonjol tulang rawan berlapis kulit yang
berfungsi mengumpulkan gelombang suara lalu menyalurkannya ke
saluran telinga dan juga berperan menentukan lokasi suara.
Jadi pinna secara parsial menghambat gelombang suara yang
mendekati telinga dari belakang sehingga membantu orang membedakan
apakah suara berasal tepat dari depan atau belakang. Lokalisasi suara
untuk suara yang datang dari kanan/kiri ditentukan berdasarkan
gelombang suara yang mencapai telinga yang lebih dekat dengan suara
sesaat sebelum gelombang tersebut tiba di telinga satunya.

2. Meatus auditorius eksternus (saluran telinga)


Fungsi : mengarahkan gelombang suara ke membrane timpani.

3
3. Membrane timpani (gendang telinga)
Merupakan membrane tipis yang memisahkan telinga luar dan
telinga tengah. Fungsi : bergetar secara sinkron dengan gelombang suara
yang mengenainya, menyebabkan tulang-tulang telinga tengah bergetar.
Agar membran bebas bergerak ketika terkena suara, tekanan udara
istirahat di kedua sisi membran timpani harus sama. Bagian luar gendang
telinga terpajan ke tekanan atmosfer yang mencapainya melalui saluran
telinga. Bagian dalam gendang telinga yang menghadap ke rongga telinga
tengah juga terpajan ke tekanan atmosfer melalui tuba eustachius
(auditorius) yang menghubungkan telinga tengah ke faring (bagian
belakang tenggorokan).
Tuba eustachius dalam keadaan normal tertutup, tetapi dapat
membuka oleh gerakan menguap, mengunyah, dan menelan. Pembukaan
ini memungkinkan tekanan udara di telinga tengah menyamai tekanan
atmosfer sehingga tekanan di kedua sisi membran timpani setara. Pada
saat perubahan tekanan eksternal yang cepat (misalnya ketika naik
pesawat), gendang telinga menonjol dan menimbulkan nyeri karena
tekanan di luar telinga berubah sementara tekanan di telinga tengah tidak
berubah. Membuka tuba eustachius dengan menguap memungkinkan
tekanan di kedua sisi membran timpani menjadi sama, menghilangkan
distorsi tekanan sewaktu gendang telinga kembali ke bentuknya semula.

4
 TELINGA
TENGAH
(memindahkan
gerakan bergetar
membrane
timpani ke cairan
telinga dalam.
Pemindahan ini
dipermudah oleh
3 tulang kecil/
osikulus yaitu :
1. Maleus :
melekat pada
membrane
timpani.
2. Inkus
3. Stapes : yang
melekat ke jendela oval yg merupakan pintu masuk ke dalam koklea
yg berisis cairan.
Sewaktu membrane timpani bergetar sebagai respons terhadap gelombang
suara, tulang” tersebut akan ikut bergerak dengan frekuensi yang sama lalu
memindahkan frekuensi getaran ini dari membrane timpani ke jendela oval.

 TELINGA DALAM, terdiri dari 2 sistem sensorik yaitu :


1. Koklea (berarti siput) adalah sistem tubulus bergelung yang terletak
jauh di dalam tulang temporal. Koklea dibagi diseluruh panjangnya
menjadi 3 kompartemen longitudinal berisi cairan yaitu :
1. Duktus koklearis (skala media) = membentuk kompartemen
tengah. Bagian ini membentuk terowongan di seluruh panjang
bagian tengah koklea. Terdapat membrane yaitu :
- Membrane vestibularis : membrane tipis membentuk atap
duktus koklearis dan memisahkannya dari skala vestibule.
- Membrane basilaris : membentuk lantai duktus koklearis
dan memsiahkannya dari skala timpani. Membrane ini sangat
penting karena mengandung organ corti yang merupakan organ
indera untuk pendengaran (mengandung sel rambut dan
reseptor untuk suara).
- Membrane tektorium : membrane yang terletak di atas
organ corti dan berkontak dengan rambut permukaan sel
rambut yang berfungsi sebagai bagian stasioner tempat rambut
sel reseptor mengalami pembengkokkan dan membentuk
potensial aksi sewaktu membrane basilaris yang bergerak
relative terhadap membrane yang menggantung ini.
2. Skala vestibule = kompartemen atas mengikuti kontur
bagian dalam spiral

5
3. Skala timpani = kompartemen bawah mengikuti kontur
luar
Skala vestibule dan timpani mengandung cairan yang disebut perilimfe yang
digerakkan oleh gerakan jendela oval yang ditimbulkan oleh getaran tulang-tulang
tengah. Duktus koklearis mengandung cairan yang sedikit berbeda yaitu
endolimfe.
- Helikotrema : daerah di luar ujung duktus koklearis tempat cairan di
kompartemen atas dan bawah yg berhubungan.
- Jendela bundar : membrane tipis yang memisahkan skala timpani dari
telinga tengah. Bergetar bersama dengan cairan perilimfe untuk meredakan
tekanan di koklea; tidak berperan dalam penerimaan suara.

2. Apparatus vestibularis, yang memberikan informasi esensial bagi


sensasi keseimbangan dan bagi koordinasi gerakan kepala dengan
gerakan mata dan postur. Apparatus vestibularis terdiri dari dua set
struktur di dalam bagian terowongan tulang temporal dekat koklea
yaitu :
1. Kanalis semisirkularis : untuk mendeteksi percepatan dan
perlambatan rotasional atau angular.misalnya ketika menengok,
mulai atau berhenti berputar, jungkir balik.masing-masing telinga
mengandung 3 kanalis semisirkularis yang tersusun dalam bidang
tigas dimensi yang tegak lurus satu sama lain
2. Organ otolit
1. Utrikulus : struktur yang mirip kantong di dalam rongga
tulang antara koklea dan kanalis semisirkularis. Berfungsi
mendeteksi perubahan posisi kepala menjauhi vertical dan
akselerasi dan deselarasi linier dalam arah horizontal.
2. Sakulus : Berfungsi mendeteksi perubahan posisi kepala
menjauhi horizontal dan akselerasi dan deselarasi linier dalam
arah vertical.

2. Jelaskan Histologi Telinga !

Telinga Dalam: Koklea (Potongan Vertikal)

Labirin bertulang atau labyrinthus osseus cochlearis (14,16) berputar


mengelilingi sumbu pusat tulang spongiosa yang disebut modiolus (15). Di dalam
modiolus (15) terdapat ganglion spirale (7), yang terdiri dari banyak aferen
bipolar atau neuron sensorik (7). Dendrit dari neuron bipolar (7) ini menjulur dan
menyarafi sel rambut yang terletak di apparatus pendengaran yaitu organum
spirale (organ of Corti) (12). Akson dari neuron-neuron aferen ini menyatu dan
membentuk sarafkoklear (13), yang terletak di modiolus (15).

6
Labirin bertulang (14,16) telinga dalam dibagi menjadi dua rongga utama
oleh lamina spiralis cochleae (6) dan membrane basilar (lamina basilaris) (9).
Lamina spiralis cochleae (6) menonjol dari modiolus (15) sekitar separuh jalan ke
dalam lumen saluran koklea. Membrane basilar (9) berlanjut dari lamina spiralis
cochleae (6) ke ligamentum spirale (11), yaitu penebalan jaringan ikat
periosteum di dinding luar bertulang kanal koklear (8).

Kanal koklear (canalis cochleae) (8) dibagi menjadi dua kompartemen


besar, duktus timpani (skala timpani) (4) sebelah bawah dan duktus
vestibularis (skala vestibuli) (2) sebelah atas. Duktus timpani (4) dan duktus
vestibule (2) yang terpisah berlanjut mengikuti alur spiral menuju apeks koklea,
tempat keduanya berhubungan melalui sebuah lubang kecil yaitu helicotrema (1).

Membrana vestibularis (Reissner) (5) memisahkan duktus vestibularis


(2) dari duktus koklearis (skala media) (3) dan membentuk atap duktus
koklearis (3). Membrana vestibularis (5) melekat pada ligamentum spirale (11) di
dinding luar bertulang koklear (8). Sel-sel sensorik untuk deteksi suara terletak di
organum spirale (12), yang terletak di atas membrane basilar (9) duktu koklearis
(3). Membrana tectoria (10) menutupi sel-sel di organum spirale (12).

Telinga Dalam: Duktus Koklearis (Skala Media) dan Organ Pendengaran


Corti

Dinding luar duktus koklearis (9) dibentuk oleh suatu daerah vascular
yaitu stria vascularis (15). Epitel bertingkat yang melapisi stria vascularis (15)
mengadung suatu anyaman kapiler intraepithelial yang terbentuk dari pembuluh-

7
pembuluh darah yang mendarahi jaringan ikat di ligamentum spirale (17).
Ligamentum spirale (17) mengandung serat kolagen, fibroblast berpigmen, dan
banyak pembuluh darah.

Atap duktus koklearis (9) dibentuk oleh membrane vestibularis


(Reissner) (6) tipis, yang memisahkan duktus koklearis (9) dari duktus
vestivvularis (skala vestibuli) (7). Membrana vestibularis (6) terbentang dari
ligamentum spirale (17) di dinding luar duktus koklearis (9) yang terletak di
bagian atas stria vaskularis (15) hingga periosteum tebal lamina spiralis cochleae
(2) dekat limbus spiralis (1).

Limbus spiralis (1) adalah massa tebal jaringan ikat periosteum lamina
spiralis cochleae (2) yang meluas ke dalam dan membentuk dasar duktus
koklearis (9). Limbus spiralis (1) dilapisi oleh epitel (5) yang tampak silindris dan
ditunjang oleh perluasan lateral lamina spiralis cochleae (2). Perluasan lateral
ekstraselular epitel limbus spiralis (5) melebihi limbus spiralis (1) membentuk
membran tectoria (10), yang menutupi terowongan spiral dalam (cuniculus
spiralis internus) (8), dan sebagian organum spirale (13).

Membran basilar (16) adalah jaringan ikat vaskular yang membentuk


dinding bawah duktus koklearis (9). Organum spirale (3) terletak di atas serat-
serat membran basilar (16) dan terdiri dari sel rambut luar (cochleocytus
externus) (11) sensorik, sel penunjang, terowongan spiral dalam (8), dan
terowongan dalam (cuniculus internus) (12).

Serat eferen saraf koklear (4) dari sel bipolar terletak di ganglion spirale
(3) berjalan menembus lamina spiralis cochleae (2) dan bersinaps dengan sel
rambut luar (11) di organum spirale (13).

Telinga Dalam: Duktus Koklearis dan Organum Spirale

8
Kanal koklear dibagi menjadi duktus vestibularis (skala vestibuli) (10),
duktus koklearis (skala media) (3), dan duktus timpani (skala timpani) (14).
Membrana vestibularis (2) tipis memisahkan duktus koklearis (3) dari skala
vestibule (10). Membran basilar (7) yang telah tebal memisahkan duktus koklearis
(3) dari duktus timpani (skala timpani) (14).

Membran basilar (7) terbentang dari jaringan ikat ligamentum spirale (6)
hingga limbus spiralis (11) tebal. Membran basilar (7) menyokong organum
spirale (8) dengan sel rambut (5) sensoriknya dan sel penunjang. Membran
tectoria (4) terjulur dari limbus spiralis (11). Membrana tectoria (4) menutupi
sebagian organum spirale (8) dan sel rambut (5). Sel ganglion spirale (13) bipolar
sensorik terletak di koklea bertulang (1,9). Akson aferen dari sel ganglion spirale
(13) berjalan menembus lamina spiralis cochlear (12) ke organum spirale (8)
tempat denrit-dendritnya bersinaps dengan sel rambut (5) di organum spirale (8).

3. Jelaskan mekanisme nyeri dalam pesawat!

Tuba auditiva (Tuba

Eusthacian) yang

panjangnya sekitar

4cm, yang

menghubungkan

9
cavitas timpani dan Nasofaring. Tuba eustacius berperan untuk penyeimbangan

tekanan. Di butuhkan keseimbangan tekanan udara antara Cavitas timpani

(Membran timpani impermeabel terhadap udara) dan kompartemen Meatus

Acusticus externus. Tuba eustachius dalam keadaan normal tertutup, tetapi dapat

membuka oleh gerakan menguap, mengunyah, dan menelan.

Normalnya tekanan udara di kedua sisi telinga 760 mmHg (1 atm) dalam

ketinggian 0 kaki.

Saat kita berada dalam pesawat yang akan lepas landas, tekanan udara di dalam

kabin secara bertahap menurun. Hal ini menyebabkan tekanan di telinga tengah

tampak relatif tinggi, dan gendang teling (Membran timpani) menonjol sedikit ke

luar. Membran timpani tidak akan bergetar dengan baik saat tekanan di kedua sisi

10
telinga tidka seimbang dan tuba eustachius tersumbat. Sewaktu perubahan tekanan

eksternal yang cepat (misalnya ketika naik pesawat), gendang telinga menonjol

dan menimbulkan nyeri karena tekanan di luar telinga berubah sementara tekanan

di telinga tengah tidak berubah. Ketika perbedaan tekanna antara kabin dan

telinga tengah mencapai sekitar 15 mmHg, tuba eustachian terbuka serta udara

dilepaskan dari telinga tengah. Saat pesawat turun, tekanan di dalam kabin

meningkat, tekanan telinga tengah tampaknya elatif rendah, serta membran

timpani ditarik sedikit ke dalam. Saat itu, tuba eustachius terbuka, udara masuk ke

telinga tengah untuk menyamakan tekanan. Selama pesawat menurun, untuk

menyeimbangkan tekana di telinga tengah untuk emmbuka tuba eustachius yaitu

menelan, mengunyah permen karet, dan menguap.

4. Jelaskan proses pendengaran dan jaras pendengaran!

Peristiwa berikut ini terlibat dalam pendengaran (Gambar 17.22):

1. auricle mengarahkan gelombang suara ke kanal pendengaran eksternal.


2. Saat gelombang suara menghantam membran timpani, tekanan udara
tinggi dan rendah secara bergantian menyebabkan membran timpani
bergetar bolak-balik. Jarak bergerak, yang sangat kecil, tergantung pada
intensitas dan frekuensi gelombang suara. Gendang telinga bergetar
perlahan sebagai respons terhadap suara frekuensi rendah (nada rendah)

11
dan dengan cepat sebagai respons terhadap suara frekuensi tinggi (nada
tinggi).
3. Area tengah gendang telinga terhubung ke malleus, yang juga mulai
bergetar. Getaran ditransmisikan dari malleus ke incus dan kemudian ke
stapes.
4. Saat stape bergerak maju dan mundur, itu mendorong membran jendela
oval masuk dan keluar. Jendela oval bergetar sekitar 20 kali lebih keras
daripada gendang telinga karena ossicles efisien mentransmisikan getaran
kecil yang tersebar di area permukaan yang besar (gendang telinga)
menjadi getaran yang lebih besar dari permukaan yang lebih kecil
(jendelaoval).
5. Pergerakan jendela oval mengatur gelombang tekanan fluida di perilimfa
koklea. Ketika jendela oval menonjol ke dalam, itu mendorong perilymph
dari scala vestibuli.
6. Gelombang tekanan ditransmisikan dari scala vestibuli ke scala tympani
dan akhirnya ke jendela bundar, menyebabkannya membesar ke luar ke
telinga tengah. (Lihat ● 9 pada gambar.)
7. Saat gelombang tekanan merusak dinding scala vestibuli dan scala
tympani, mereka juga mendorong membran vestibular bolak-balik,
menciptakan gelombang tekanan di endolymph di dalam saluran koklea.
8. Gelombang tekanan dalam endolymph menyebabkan membran basilar
bergetar, yang menggerakkan sel-sel rambut organ spiral melawan
membran tectorial. Ini mengarah pada pembengkokan stereocilia sel
rambut, yang menghasilkan potensi reseptor yang pada akhirnya mengarah
pada pembentukan impuls saraf.

Pada bagian-bagian awal jalur ini, gelombang tekanan mendorong perilimfe maju
di kompar temen atas, kemudian mengelilingi helikotrema, dan masuk ke dalam
kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar
menonjol keluar mengarah ke rongga telinga tengah untuk mengompensasi
peningkatan tekanan. Sewaktu stapes bergerak mundur dan menarik jendela oval
ke arah luar ke telinga tengah, perilimfe mengalir ke arah berlawanan,
menyebabkan jendela bundar menonjol ke dalam. Jalur ini tidak menyebabkan
penerimaan suara, tetapi hanya menghilangkan tekanan. (sherwood)

Gelombang suara dari berbagai frekuensi menyebabkan daerah tertentu dari


membran basilar bergetar lebih intens daripada daerah lain. Setiap segmen
membran basilar "disetel" untuk nada tertentu. Karena membran lebih sempit dan
kaku di dasar koklea (bagian lebih dekat ke jendela oval), frekuensi tinggi (nada
tinggi) terdengar dekat 20.000 Hz menimbulkan getaran maksimal di wilayah ini.
Menuju puncak koklea di dekat helikotrema, membran basilar lebih lebar dan
lebih fleksibel; suara frekuensi rendah (nada rendah) dekat 20 Hz menyebabkan

12
getaran maksimal dari membran basilar di sana. Seperti disebutkan sebelumnya,
kenyaringan ditentukan oleh intensitas gelombang suara. Gelombang suara
intensitas tinggi menyebabkan getaran yang lebih besar dari membran basilar,
yang mengarah ke frekuensi impuls saraf yang lebih tinggi mencapai otak. Suara
yang lebih keras juga dapat merangsang jumlah sel rambut yang lebih besar.
Sel-sel rambut mengubah getaran mekanis menjadi sinyal listrik. Ketika selaput
basilar bergetar, bundel rambut di puncak sel rambut menekuk ke depan dan ke
belakang dan bergesekan satu sama lain. Protein penghubung ujung
menghubungkan ujung setiap stereocilium ke saluran ion berpagar mekanis yang
disebut transduksi

 Jalur Auditori
Membengkoknya stereocilia dari sel-sel rambut organ spiral menyebabkan
pelepasan neurotransmitter (mungkin glutamat), yang menghasilkan impuls
saraf di neuron sensorik yang menginervasi sel-sel rambut. Badan sel neuron
sensorik terletak di ganglia spiral. Impuls saraf mengalir bersama rangsangan
akson neuron ini, yang membentuk cabang koklea dari saraf vestibulocochlear
(VIII) (Gambar 17.23). Akson-akson ini bersinaps dengan neuron dalam
nuklei koklea di medula oblongata di sisi yang sama. Beberapa akson dari
nucleus cochlear decussate (cross over) di medula, naik dalam saluran yang
disebut meniskus lateral di sisi yang berlawanan, dan berakhir di colliculus
inferior di otak tengah. Akson lain dari ujung koklea berakhir di nukleus
olivari superior di pons di setiap sisi. Sedikit perbedaan dalam waktu impuls
saraf yang datang dari dua telinga di nuklei olivari superior memungkinkan
kita untuk menemukan sumber suara. Akson dari inti olivari superior juga naik
di traktus meniskus lateral di kedua sisi dan berakhir di colliculi inferior. Dari
setiap colliculus inferior, impuls saraf disampaikan ke nukleus geniculate
medial di thalamus dan akhirnya ke area pendengaran primer korteks serebral
di lobus temporal otak besar. Karena banyak akson pendengaran berdegus di
medula sementara yang lain tetap di sisi yang sama, daerah pendengaran
utama kanan dan kiri menerima impuls saraf dari kedua telinga.

13
Dari sel-sel rambut koklea, informasi pendengaran disampaikan sepanjang cabang
koklea dari saraf vestibulocochlear (VIII) dan kemudian ke batang otak, thalamus,
dan korteks serebral

 gelombang dan pergerakan suara di telinga.


Gelombang suara disalurkan ke membrana tympani oleh telinga luar dan
dihantarkan melalui telingi tengah oleh pergerakan ketiga ossicula. Pergerakan
stapes menimbulkan gelombang tekanan di perilimfe pada sisi lain fenestra ovalis.
pada diagram ini, bentuk spiral koklea dibuat tampak lurus untuk lebih jelas
memperlihatkan mekanisme tekanan dalam memengaruhi organ spiral.

14
Gelombang tekanan menghasilkan pergerakan di dalam organ spiral yang
menimbulkan sel
rambut mekanoreseptor mendepolarisasi/menimbulkan hiperpolarisasi dan
melepaskan neurotransmiter ke serabut aferen n. cochlearis, yang menimbulkan
sinyal yang diinterpretasikan di SSP sebagai suara. Gelombang tekanan yang
melalui ductus cochlearis dihantarkan ke scala tympani dan terhamburkan di
fenestra rotunda. Gelombang suara berbagai frekuensi terdeteksi oleh sel rambut
ditempat spesifik di sepanjang organ spiral. Suara berfrekuensi rendah
menimbulkan gelombang tekanan yang menggerakkan organ spiral hanya di dekat
ujung koklea, dekat helicotrema. Suara berfrekuensi tinggi memengaruhi organ
yang berdekatan dengan fenestra ovalis dan suara berfrekuensi medium
menggeser organ spiral di titik manapun antara kedua ekstrem.

5. Jelaskan tentang peran stereosilia?


Stereosilia (rambut) dikenal juga sebagai mikrovilus yang dibuat kaku oleh
adanya aktin. Stereosilia terdapat pada organ korti yang terletak di atas
membran basilaris di seluruh panjangnya. Stereosilia ini berkontak dengan
membran tektorium, suatu tonjolan mirip sayap yang menutupi organ korti di
seluruh panjangnya. Stereosilia merupakan suatu permukaan dari sel-sel rambut
pada koklea yang tersusun menjadi empat baris sejajar di seluruh panjang
membran basilaris, satu baris sel rambut dalam, dan tiga baris sel rambut luar.
Sel rambut tersebut merupakan reseptor suara. Akan menghasilkan sinyal saraf
apabila rambut permukaanya mengalami perubahan bentuk secara mekanis
akibat gerakan cairan di telinga dalam.

15
16
Peran sel rambut dalam:
Sel ini mengubah gaya mekanis suara (getaran cairan koklea) menjadi impuls
listrik pendengaran (potensial aksi yang menyampaikan pesan pendengaran ke
korteks serebrum). Karena stereosilia sel-sel reseptor ini berkontak dengan
membran tektorium yang kaku dan stasioner, mereka tertekuk maju-mundur
ketika membran basilaris yang berosilasi menggeser posisinya dalam
hubungannya dengan membran tektorium. Deformasi mekanis maju-mundur
rambut-rambut ini secara bergantian membuka dan menutup kanal kation
berpintu mekanis di sel rambut sehingga terjadi perubahan potensial
pendepolarisasi dan penghiperpolarisasi secara bergantian-potensial reseptor-
dengan frekuensi yang sama seperti frekuensi rangsangan suara semula.
Stereosilia setiap sel rambut tersusun dalam barisan dengan tinggi yang
berjenjang berkisar dari rendah ke tinggi dalam pola kurat yang menyerupai pipa
organ. Tip links, yang merupakan molekul adhesi sel, menghubungkan ujung-
ujung stereosilia dalam barisan-barisan berdekatan.

Ketika membran basilaris bergerak ke atas, berkas stereosilia menekuk ke arah


membran tertingginya, meregangkan tip links. Tip links yang teregang membuka
kanal kation yang dilekatinya. Beberapa kanal kation terbuka pada sel rambut
yang beristirahat, mengizinkan K+ berkadar rendah masuk menuruni gradien
konsentrasinya. Ketika lebih banyak kanal kation yang terbuka, lebih banyak K+
yang masuk ke sel rambut. Masuknya K+ tambahan ini mendepolarisasi
(mengeksitasi) sel rambut.
Ketika membran basilaris bergerak dalam arah yang berlawanan, kumpulan
rambut tertekuk menjauhi stereosilia yang tertinggi, membuat tip links menjadi
kendur dan menutup semua kanal. Akibatnya, pemasukan K+ terhenti sehingga
sel rambut terhiperpolarisasi.

17
Seperti fotoreseptor, sel rambut tidak mengalami potensial aksi. Sel rambut
dalam berhubungan melalui suatu sinaps kimiawi dengan ujung serat-serat saraf
aferen yang membentuk saraf auditorius (koidearis). Karena rendahnya
pemasukan K+, sel rambut dalam secara spontan melepaskan beberapa
neurotransmiter (glutamat) melalui eksositosis yang terinduksi oleh Ca2+ tanpa
adanya stimulasi. Depolarisasi sel rambut ini membuka lebih banyak kanal Ca2+
berpintu listrik. Masuknya Ca2+ tambahan yang terjadi meningkatkan laju
pelepasan neurotransmiternya, yang meningkatkan frekuensi lepas muatan di
serat aferen tempat sel rambut dalam bersinaps. Sebaliknya, laju lepas-muatan
berkurang hingga di bawah kadar istirahat sewaktu sel-sel rambut ini
mengeluarkan lebih sedikit neurotransmiter ketika mengalami hiperpolarisasi
akibat pergeseran ke arah yang berlawanan.
Sebagai ringkasan, telinga mengubah gelombang suara di udara menjadi gerakan
berosilasi membran basilaris yang menekuk rambutrambut sel reseptor maju-
mundur. Deformasi mekanis rambut-rambut ini secara bergantian membuka dan
menutup kanal-kanal sel reseptor, menghasilkan perubahan potensial berjenjang
di reseptor yang menyebabkan perubahan dalam frekuensi potensial aksi yang
dikirim ke otak. Sinyal saraf ini dapat dirasakan oleh otak sebagai sensasi suara

Peran sel rambut luar:


Sel rambut luar tidak memberi sinyal ke otak tentang suara yang datang. Sel-sel
rambut luar secara aktif dan cepat berubah panjang sebagai respons terhadap
perubahan potensial membran, suatu perilaku yang dikenal sebagai
elektromotilitas. Sel rambut luar memendek pada depolarisasi dan memanjang
pada hiperpolarisasi. Perubahan panjang ini memperkuat atau menegaskan
gerakan membran basilaris. Analoginya adalah seseorang dengan sengaja
mendorong pendulum jam antik sesuai ayunannya untuk memperkuat gerakan
pendulum tersebut. Modifikasi pergerakan membran basilaris seperti ini
meningkatkan atau menyetel stimulasi pada sel rambut dalam. Karena itu, sel
rambut luar meningkatkan respons sel rambut dalam, reseptor sensorik
pendengaran yang sebenarnya, menyebabkan mereka sangat peka terhadap
intensitas suara dan dapat sangat membedakan berbagai nada suara.

6. Jelaskan tentang aspek fisika bunyi,bising dan vibrasi?

a. Bunyi

Gelombang suara adalah getaran


udara yang merambat.
Gelombang suara terdiri dari
daerah-daerah bertekanan tinggi

18
akibat kompresi molekul udara dan bergantian dengan daerahdaerah bertekanan
rendah akibat peregangan molekul. Setiap alat yang mampu menghasilkan
gangguan pola molekul udara seperti itu adalah sumber suara. Contoh sederhana
adalah garpu tala. Ketika garpu tala dipukulkan, bilahnya akan bergetar. Sewaktu
bilah garpu tala bergerak ke satu arah, molekul-molekul udara di depannya
terdorong saling merapat, atau memadat, dan meningkatkan tekanan di daerah ini.
Secara bersamaan, sewaktu bilah maju ke depan, molekul-molekul udara di
belakangnya menyebar, atau teregang, dan menurunkan tekanan di daerah
tersebut. Sewaktu bilah bergerak ke arah berlawanan, tercipta gelombang
pemadatan dan peregangan yang berlawanan. Meskipun masing-masing molekul
hanya bergerak dalam jarak dekat ketika bilah bergetar, gelombang pemadatan
dan peregangan menyebar ke jarak yang jauh seperti riak air. Molekul-molekul
udara yang "terganggu" akan mengganggu molekul-molekul di dekatnya,
membentuk daerah-daerah baru pemadatan dan peregangan, demikian seterusnya.
Energi yang terkandung dalam suatu gelombang adalah energi potensial dan
energi kinetik. Energi suara secara bertahap melemah sewaktu gelombang suara
berjalan menjauh dari sumbernya; energi suara akhirnya hilang ketika gelombang
suara terakhir terlalu lemah untuk mengganggu molekul-molekul udara di
sekitarnya.

19
Gelombang suara juga dapat merambat melalui media selain udara, misalnya air.
Namun, perambatan ini kurang efisien; diperlukan tekanan lebih besar untuk
menimbulkan pergerakan cairan dibandingkan dengan pergerakan udara karena
inersia (resistensi terhadap perubahan) cairan yang lebih besar. Suara ditandai
oleh nadanya (pitch), intensitasnya (kekuatan), dan warna suaranya (timbre):

 Nada suatu suara (misalnya nada C atau G) ditentukan oleh frekuensi


getaran. Semakin besar frekuensi getaran, semakin tinggi nada. Telinga
manusia dapat mendeteksi gelombang suara dengan frekuensi dari 20
hingga 20.000 siklus per detik, atau hertz (Hz), tetapi paling peka untuk
frekuensi antara 1000 dan 4000 Hz.
 Intensitas, atau kekuatan, suara bergantung pada amplitudo gelombang
suara, atau perbedaan tekanan antara daerah pemadatan bertekanan tinggi
dan daerah peregangan bertekanan rendah. Dalam rentang pendengaran,
semakin besar amplitudo, semakin keras suara. Telinga manusia dapat
mendengar intensitas suara dengan kisaran yang lebar, dari bisikan paling
lemah hingga bunyi pesawat lepas landas yang memekakkan telinga.
Kekuatan suara diukur dalam desibel (dB),yaitu ukuran logaritmik
intensitas dibandingkan dengan suara paling lemah yang masih terdengar-
ambang pendengaran. Karena hubungannya yang logaritmik, setiap 10 dB
menunjukkan peningkatan 10 kali lipat kekuatan suara. Beberapa contoh
suara umum menggambarkan besar peningkatan ini. Perhatikan bahwa
bunyi gesekan daun pada 10 dB adalah 10 kali lebih kuat daripada ambang
pendengaran, tetapi suara pesawat jet lepas-landas adalah satu kuadriliun
(sejuta miliar) kali, bukan 150 kali, lebih kuat daripada bunyi terlemah
yang masih terdengar. Suara yang lebih besar daripada 100 dB dapat
merusak secara permanen perangkat sensorik sensitif di koklea.
 Warna suara, atau kualitas, suatu suara bergantung pada overtone, yaitu
frekuensi tambahan yang mengenai nada dasar. Garpu tala memiliki nada
murni, tetapi sebagian besar suara tidaklah murni. Sebagai contoh,
campuran kompleks overtone menimbulkan suara yang berbeda pada
berbagai alat musik yang memainkan nada yang sama (nada C dalam
bunyi terompet terdengar berbeda dengan nada C di piano). Overtone juga
berperan menyebabkan perbedaan karakteristik suara orang. Warna suara
memungkinkan pendengar membedakan sumber gelombang suara karena
setiap sumber suara menghasilkan pola overtone yang berbeda-beda.
Berkat warna suara, kita dapat mengetahui identitas seseorang ketika ia
berbicara.

20
Saat gelombang
suara yang
diteruskan dari
membran
timpani sampai
di telinga
tengah,
rangkaian
tulang-tulang
pendengaran
(maleus, incus,
dan stapes) ikut
bergerak dengan frekuensi yang sama sebagai respons terhadap gelombang suara
yang kemudian menghasilkan getaran. Kemudian frekuensi getaran dipindahkan
dari membran timpani ke jendela oval. Tekanan yang terjadi di jendela oval yang
ditimbulkan oleh setiap getaran akan menimbulkan gerakan mirip-gelombang di
cairan telinga dalam dengan frekuensi yang sama seperti gelombang suara asal.
Ingat kembali bahwa diperlukan tekanan yang lebih besar untuk menggerakan
cairan daripada menggerakan udara, tetapi sistem osikulus memperkuat tekanan
yang ditimbulkan oleh gelombang suara di udara melalui dua mekanisme agar
cairan di koklea bergetar. Pertama, karena luas permukaan membran timpani jauh
lebih besar daripada luas jendela oval, terjadi peningkatan tekanan ketika gaya
yang bekerja pada membran timpani disalurkan oleh osikulus ke jendela oval
(tekanan = gaya/luas permukaan). Kedua, efek tuas osikulus juga menimbulkan
keuntungan mekanik tambahan. Bersama-sama, kedua mekanisme ini
meningkatkan gaya yang bekerja pada jendela oval sebesar 20 kali dibandingkan
dengan jika gelombang suara langsung mengenai jendela oval. Tekanan tambahan
ini sudah cukup untuk menggetarkan cairan di koklea.

Pembagian frekuensi bunyi

Berdasarkan frekuensi maka bunyi dibedakan dalam 3 daerah frekuensi, yaitu:

 0 - 16 Hz (20 Hz) : Daerah infrasonik, yang termasuk di sini adalah


getaran tanah, gempa bumi.
 16 – 20.000 Hz : Daerah sonik, yaitu daerah yang termasuk
frekuensi yang dapat didengar (audiofrekuensi).
 Di atas 20.000 Hz : Daerah ultrasonik.

b. Bising

Bising didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki yang


merupakan aktivitas alam dan buatan manusia.

21
Pembagian kebisingan

Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi, tenaga bunyi maka
bising dibagi dalam 3 kategori:

1. Audible noise (bising pendengaran)


Bising ini disebabkan oleh frekuensi bunyi antara 31,5 – 8.000 Hz.
2. Occupational noise (bising yang berhubungan dengan pekerjaan)
Bising ini disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja.
3. Impuls noise (impact noise = bising impulsif)
Bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak, misalnya
ledakan.

c. Vibrasi

Bentuk Vibrasi

Vibrasi adalah getaran, dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran
mekanis; misalnya mesin atau alat-alat mekanis lainnya. Oleh sebab itu vibrasi
kita bedakan dalam 2 bentuk :

 Vibrasi karena getaran udara yang pengaruhnya terutama pada akustik.


 Vibrasi karena getaran mekanis mengakibatkan timbulnya resonansi/turut
bergetarnya alat-alat tubuh dan berpengaruh terhadap alat-alat tubuh yang
sifatnya mekanis pula.

Penjalaran Vibrasi Udara dan Efek yang Timbul

Vibrasi udara oleh karena benda bergetar dan diteruskan melalui udara
akan mencapai telinga. Getaran dengan frekuensi 1 – 20 Hz tidak akan terjadi
gangguan pengurangan pendengaran tetapi pada intensitas lebih dari 140 dB akan
terjadi ganggua vestibuler yaitu gangguan orientasi, kehilangan keseimbangan,
dan mual-mual. Akan timbul nyeri telinga, nyeri dada, dan bisa terjadi getaran
seluruh tubuh.

7. Jelaskan peran nutrisi dalam pendengaran!

Asam Folat

Telah ditemukan bahwa gangguan pendengaran yang berkaitan dengan usia


berkembang pada individu yang ditemukan memiliki kadar asam folat yang

22
rendah. Diyakini bahwa tubuh menggunakan asam folat untuk menyerap
homocysteine, yang terkait dengan tinitus dan gangguan pendengaran. Makanan
kaya asam folat ini ke dalam makanan sehari-hari Anda: sereal, roti kaya, hati,
brokoli, okra, bayam, bok choy, peterseli, asparagus, alpukat, paprika, labu, biji-
bijian, kacang-kacangan, dan lentil.

Seng

Seng efektif dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menyembuhkan luka,


mengobati tinitus, serta mencegah infeksi telinga. Selain itu, kekurangan seng
berkaitan dengan gangguan pendengaran terkait usia.Masukkan makanan kaya
seng ini ke dalam makanan sehari-hari Anda: daging sapi, ayam pemakan gelap,
babi, kacang mete, kacang tanah, kacang almond, kacang polong, lentil, tiram,
dan cokelat hitam.

Magnesium

Penelitian yang dilakukan di University of Michigan Kresge Hearing Research


Institute telah menunjukkan bahwa orang yang diobati dengan magnesium
(bersama dengan Vitamin A, C, dan E) dilindungi dari gangguan pendengaran
terkait kebisingan . Para ilmuwan percaya ini karena magnesium memerangi efek
radikal bebas yang dipancarkan selama suara keras - hampir seperti penghalang
pelindung untuk sel-sel rambut halus di telinga bagian dalam. Juga, kurangnya
magnesium yang memadai di telinga bagian dalam menyebabkan pembuluh
darah menyusut, sehingga tidak membutuhkan oksigen yang berharga. Makanan
yang kaya akan magnesium termasuk buah-buahan dan sayuran seperti pisang,
artichoke, kentang, bayam, tomat, dan brokoli.

Omega-3

Pemakan ikan telah ditemukan memiliki peluang 42% lebih rendah untuk
kehilangan pendengaran terkait usia, karena omega-3 dapat membantu
memperkuat pembuluh darah dalam sistem sensor telinga.Masukkan makanan
kaya omega-3 ini ke dalam makanan sehari-hari Anda: minyak zaitun, tuna,
salmon, sarden, trout, tahu, kecambah Brussel, krokot, biji chia, biji rami,
kembang kol, kenari, biji chia, dan biji rami.

Kalium

23
Kalium bertanggung jawab untuk mengatur jumlah cairan dalam darah dan
jaringan tubuh. Kalium penting bagi kesehatan pendengaran karena cairan di
telinga bagian dalam, berperan menerjemahkan suara yang kita dengar menjadi
impuls listrik yang diinterpretasikan oleh otak sebagai suara, tergantung pada
pasokan kalium yang kaya. Makanan yang kaya kalium meliputi: kentang,
bayam, lima kacang, tomat, kismis, aprikot, pisang, melon, jeruk, yogurt, dan
susu.

Vitamin B12

Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Vitamin


B12 bekerja dalam masalah yang mirip dengan asam folat, karena membantu
menurunkan kadar homosistein dan menjaga sel-sel darah tetap sehat dan
bahagia.Masukkan B12-kaya makanan ini ke dalam diet harian Anda: spirulina,
nori, kerang, hati, susu, telur, haddock, trout, dan salmon.

Vitamin D

Vitamin D, meskipun sulit didapat dari makanan, sangat penting untuk kesehatan
Anda. Vitamin D dapat memperkuat tulang-tulang kecil di telinga, serta
membantu membantu pencegahan gangguan pendengaran. Anda dapat menerima
vitamin D dari paparan sinar matahari yang aman, tetapi Anda juga bisa
menemukannya dalam makanan tertentu.Masukkan makanan kaya vitamin D ini
ke dalam makanan sehari-hari Anda: sarden, tuna, minyak ikan cod, susu, yogurt,
keju, kuning telur, jamur, lumut, dan mikroalga.

24
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Indera pendengaran merupakan salah satu indera manusia yang berfungsi


untuk mengenali berbagai macam bunyi menentukan lokasi sumber bunyi. Indera
pendengaran merupakan indera yang sangat penting bagi manusia karena tidak
hanya diperlukan untuk komunikasi antara sesama manusia namun juga untuk
mengenali kondisi sekitar tubuh. Bunyi itu sendiri merupakan suatu getaran yang
berasal oleh benda yang menimbulkan suatu gelombang. Gelombang tersebut
akan menghasilkan bunyi, baik yang bernada tinggi ataupun bernada rendah.
Manusia dapat mendengarkan bunyi antara 20 Hz sampai dengan 20 ribu Hz.

Organ yang berperan untuk fungsi pendengaran adalah telinga. Telinga selain
berfungsi untuk pendengaran juga berfungsi untuk keseimbangan. Secara
anatomis telinga terbagi menjadi telinga luar (auris externa), telinga tengah (auris
media) dan telinga dalam (auris interna). Telinga luar berperan seperti mikrofon
yaitu mengumpulkan bunyi dan meneruskannya melalui saluran telinga (canalis
acusticus externus) menuju telinga tengah dan telinga dalam. Getaran yang
sampai ke telinga dalam selanjutnya akan diubah menjadi rangsang listrik yang
selanjutnya akan dikirim ke pusat pendengaran di otak.

3.2 Saran

Mahasiswa sebaiknya telah membaca dan memahami kasus yang akan


dibahas pada kelas tutorial.

25
PETA KONSEP

Telinga tengah
Telinga luar

Telinga dalam

Anatomi - Histologi

Indera
Pendengaran

Nutrisi Fisiologi

26
DAFTAR PUSTAKA

Eroschenko, V. Atlas Histologi diFiore: dengan Korelasi Fungsional. Edisi 11.


Jakarta: EGC. 2010

Gartner, leslie P and james L. Hiatt. Color textbook of histology third edition.
Philadelphia. Elseivier Saunder. 2007

Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Jakarta : EGC

Junqueira,LC. Persiapan jaringan untuk pemeriksaan mikroskopik. Histology


Dasar: teks dan atlas. Edisi 10. Jakarta : EGC. 2007

Netter, Frank H. Atlas of Human Anatomy 25th Edition. Jakarta: EGC, 2014

Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC

Sobbota. 2010. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Edisi 21. EEG Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta

Tietz Fundamentals of Clinical Chemistry; Carl Burtis, Ph.D., et al. 5th Edition.
Elsevier

Sperling N. Feed Your Ears: Nutrients for Healthy Hearing [internet].


Neilsperlingmd. 2016. Available from:
https://www.neilsperlingmd.com/blog/2016/09/feed-your-ears-nutrients-for-
healthy-hearing/

Plotnick B. Foods that boost hearing: Be mindful of your minerals [internet].


Healthy hearing. 2017. Available from:
https://www.healthyhearing.com/report/51181-Boost-your-hearing-with-these-
power-foods

ii
iii

Anda mungkin juga menyukai