SKENARIO 2
MODUL SISTEM UROGENITAL DAN REPRODUKSI
KELOMPOK 13
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2019
DAFTAR ISI
i
BAB I
PENDAHULUAN
Alat indera adalah organ yang berfungsi untuk menerima jenis rangsangan
tertentu. Semua organism memiliki reseptor sebagai alat penerima informasi.
Informasi tersebut dapat berasal dari dalam dirinya atau datang dari luar. Reseptor
diberi nama berdasarkan jenis rangsangan yang diterimanya, seperti kemoreseptor
(penerima rangsang zat kimia), fotoreseptor (penerima rangsang cahaya),
aodioreseptor (penerima rangsang suara), dan mekanoreseptor (penerima rangsang
fisik, seperti tekanan, sentuhan, dan getaran). Selain itu dikenal pula beberapa
reseptor yang berfungsi mengenali perubahan lingkungan luar yang
dikelompokkan sebagai eksoreseptor. Sedangkan kelompok reseptor yang
berfungsi untuk mengenali lingkungan dalam tubuh disebut interoreseptor.
Interoreseptor terdapat diseluruh tubuh manusia. Indera yang kita kenal ada lima
macam, yaitu indera penglihat(mata), pendengar (telinga), peraba (kulit),
pengecap (lidah), dan pembau (hidung). Untuk lebih memahami kelima
eksoreseptor tersebut, maka kami akan membahasnya dalam Sistem Indera
1
BAB II
ISI
2.1 Skenario
Seorang laki-laki, usia 20 tahun, sedang berada dalam pesawat terbang yang siap
lepas landas. Sesaat setelah pesawat tersebut lepas landas, laki-laki tersebut tiba-
tiba merasakan di dalam kedua telinganya menjadi agak nyeri dan berdenging.
Ketika wanita yang duduk disebelahnya menyapanya, laki-laki tersebut merasa
suara wanita tersebut terdengar lemah dan kurang jelas padahal sebelum lepas
landas ia bisa mendengarnya dengan jelas. Selama di pesawat ia mendengarkan
music klasik melalui earphone. Laki-laki tersebut tidak memiliki riwayat kelainan
ataupun gangguan pada kedua telinganya.
- Laki-laki, 20 tahun
- Berada dalam pesawat
- Nyeri telinga dan berdenging
- Suara lemah (tidak jelas)
- Tidak memiliki riwayat kelainan pendengaran
2
1. Jelaskan anatomi dan fisiologi telinga!
Tiap telinga terdiri dari 3 bagian yaitu telinga luar, tengah, dan
dalam. Bagian luar dan tengah telinga menyalurkan gelombang suara dari
udara ke telinga dalam. Bagian dalam telinga berisi 2 sistem sensorik yaitu
:
1. koklea yang mengandung reseptor untuk mengubah gelombang suara
menjadi impuls saraf sehingga kita dapat mendengar dan,
2. apparatus vestibularis untuk sensasi keseimbangan.
3
3. Membrane timpani (gendang telinga)
Merupakan membrane tipis yang memisahkan telinga luar dan
telinga tengah. Fungsi : bergetar secara sinkron dengan gelombang suara
yang mengenainya, menyebabkan tulang-tulang telinga tengah bergetar.
Agar membran bebas bergerak ketika terkena suara, tekanan udara
istirahat di kedua sisi membran timpani harus sama. Bagian luar gendang
telinga terpajan ke tekanan atmosfer yang mencapainya melalui saluran
telinga. Bagian dalam gendang telinga yang menghadap ke rongga telinga
tengah juga terpajan ke tekanan atmosfer melalui tuba eustachius
(auditorius) yang menghubungkan telinga tengah ke faring (bagian
belakang tenggorokan).
Tuba eustachius dalam keadaan normal tertutup, tetapi dapat
membuka oleh gerakan menguap, mengunyah, dan menelan. Pembukaan
ini memungkinkan tekanan udara di telinga tengah menyamai tekanan
atmosfer sehingga tekanan di kedua sisi membran timpani setara. Pada
saat perubahan tekanan eksternal yang cepat (misalnya ketika naik
pesawat), gendang telinga menonjol dan menimbulkan nyeri karena
tekanan di luar telinga berubah sementara tekanan di telinga tengah tidak
berubah. Membuka tuba eustachius dengan menguap memungkinkan
tekanan di kedua sisi membran timpani menjadi sama, menghilangkan
distorsi tekanan sewaktu gendang telinga kembali ke bentuknya semula.
4
TELINGA
TENGAH
(memindahkan
gerakan bergetar
membrane
timpani ke cairan
telinga dalam.
Pemindahan ini
dipermudah oleh
3 tulang kecil/
osikulus yaitu :
1. Maleus :
melekat pada
membrane
timpani.
2. Inkus
3. Stapes : yang
melekat ke jendela oval yg merupakan pintu masuk ke dalam koklea
yg berisis cairan.
Sewaktu membrane timpani bergetar sebagai respons terhadap gelombang
suara, tulang” tersebut akan ikut bergerak dengan frekuensi yang sama lalu
memindahkan frekuensi getaran ini dari membrane timpani ke jendela oval.
5
3. Skala timpani = kompartemen bawah mengikuti kontur
luar
Skala vestibule dan timpani mengandung cairan yang disebut perilimfe yang
digerakkan oleh gerakan jendela oval yang ditimbulkan oleh getaran tulang-tulang
tengah. Duktus koklearis mengandung cairan yang sedikit berbeda yaitu
endolimfe.
- Helikotrema : daerah di luar ujung duktus koklearis tempat cairan di
kompartemen atas dan bawah yg berhubungan.
- Jendela bundar : membrane tipis yang memisahkan skala timpani dari
telinga tengah. Bergetar bersama dengan cairan perilimfe untuk meredakan
tekanan di koklea; tidak berperan dalam penerimaan suara.
6
Labirin bertulang (14,16) telinga dalam dibagi menjadi dua rongga utama
oleh lamina spiralis cochleae (6) dan membrane basilar (lamina basilaris) (9).
Lamina spiralis cochleae (6) menonjol dari modiolus (15) sekitar separuh jalan ke
dalam lumen saluran koklea. Membrane basilar (9) berlanjut dari lamina spiralis
cochleae (6) ke ligamentum spirale (11), yaitu penebalan jaringan ikat
periosteum di dinding luar bertulang kanal koklear (8).
Dinding luar duktus koklearis (9) dibentuk oleh suatu daerah vascular
yaitu stria vascularis (15). Epitel bertingkat yang melapisi stria vascularis (15)
mengadung suatu anyaman kapiler intraepithelial yang terbentuk dari pembuluh-
7
pembuluh darah yang mendarahi jaringan ikat di ligamentum spirale (17).
Ligamentum spirale (17) mengandung serat kolagen, fibroblast berpigmen, dan
banyak pembuluh darah.
Limbus spiralis (1) adalah massa tebal jaringan ikat periosteum lamina
spiralis cochleae (2) yang meluas ke dalam dan membentuk dasar duktus
koklearis (9). Limbus spiralis (1) dilapisi oleh epitel (5) yang tampak silindris dan
ditunjang oleh perluasan lateral lamina spiralis cochleae (2). Perluasan lateral
ekstraselular epitel limbus spiralis (5) melebihi limbus spiralis (1) membentuk
membran tectoria (10), yang menutupi terowongan spiral dalam (cuniculus
spiralis internus) (8), dan sebagian organum spirale (13).
Serat eferen saraf koklear (4) dari sel bipolar terletak di ganglion spirale
(3) berjalan menembus lamina spiralis cochleae (2) dan bersinaps dengan sel
rambut luar (11) di organum spirale (13).
8
Kanal koklear dibagi menjadi duktus vestibularis (skala vestibuli) (10),
duktus koklearis (skala media) (3), dan duktus timpani (skala timpani) (14).
Membrana vestibularis (2) tipis memisahkan duktus koklearis (3) dari skala
vestibule (10). Membran basilar (7) yang telah tebal memisahkan duktus koklearis
(3) dari duktus timpani (skala timpani) (14).
Membran basilar (7) terbentang dari jaringan ikat ligamentum spirale (6)
hingga limbus spiralis (11) tebal. Membran basilar (7) menyokong organum
spirale (8) dengan sel rambut (5) sensoriknya dan sel penunjang. Membran
tectoria (4) terjulur dari limbus spiralis (11). Membrana tectoria (4) menutupi
sebagian organum spirale (8) dan sel rambut (5). Sel ganglion spirale (13) bipolar
sensorik terletak di koklea bertulang (1,9). Akson aferen dari sel ganglion spirale
(13) berjalan menembus lamina spiralis cochlear (12) ke organum spirale (8)
tempat denrit-dendritnya bersinaps dengan sel rambut (5) di organum spirale (8).
Eusthacian) yang
panjangnya sekitar
4cm, yang
menghubungkan
9
cavitas timpani dan Nasofaring. Tuba eustacius berperan untuk penyeimbangan
Acusticus externus. Tuba eustachius dalam keadaan normal tertutup, tetapi dapat
Normalnya tekanan udara di kedua sisi telinga 760 mmHg (1 atm) dalam
ketinggian 0 kaki.
Saat kita berada dalam pesawat yang akan lepas landas, tekanan udara di dalam
kabin secara bertahap menurun. Hal ini menyebabkan tekanan di telinga tengah
tampak relatif tinggi, dan gendang teling (Membran timpani) menonjol sedikit ke
luar. Membran timpani tidak akan bergetar dengan baik saat tekanan di kedua sisi
10
telinga tidka seimbang dan tuba eustachius tersumbat. Sewaktu perubahan tekanan
eksternal yang cepat (misalnya ketika naik pesawat), gendang telinga menonjol
dan menimbulkan nyeri karena tekanan di luar telinga berubah sementara tekanan
di telinga tengah tidak berubah. Ketika perbedaan tekanna antara kabin dan
telinga tengah mencapai sekitar 15 mmHg, tuba eustachian terbuka serta udara
dilepaskan dari telinga tengah. Saat pesawat turun, tekanan di dalam kabin
timpani ditarik sedikit ke dalam. Saat itu, tuba eustachius terbuka, udara masuk ke
11
dan dengan cepat sebagai respons terhadap suara frekuensi tinggi (nada
tinggi).
3. Area tengah gendang telinga terhubung ke malleus, yang juga mulai
bergetar. Getaran ditransmisikan dari malleus ke incus dan kemudian ke
stapes.
4. Saat stape bergerak maju dan mundur, itu mendorong membran jendela
oval masuk dan keluar. Jendela oval bergetar sekitar 20 kali lebih keras
daripada gendang telinga karena ossicles efisien mentransmisikan getaran
kecil yang tersebar di area permukaan yang besar (gendang telinga)
menjadi getaran yang lebih besar dari permukaan yang lebih kecil
(jendelaoval).
5. Pergerakan jendela oval mengatur gelombang tekanan fluida di perilimfa
koklea. Ketika jendela oval menonjol ke dalam, itu mendorong perilymph
dari scala vestibuli.
6. Gelombang tekanan ditransmisikan dari scala vestibuli ke scala tympani
dan akhirnya ke jendela bundar, menyebabkannya membesar ke luar ke
telinga tengah. (Lihat ● 9 pada gambar.)
7. Saat gelombang tekanan merusak dinding scala vestibuli dan scala
tympani, mereka juga mendorong membran vestibular bolak-balik,
menciptakan gelombang tekanan di endolymph di dalam saluran koklea.
8. Gelombang tekanan dalam endolymph menyebabkan membran basilar
bergetar, yang menggerakkan sel-sel rambut organ spiral melawan
membran tectorial. Ini mengarah pada pembengkokan stereocilia sel
rambut, yang menghasilkan potensi reseptor yang pada akhirnya mengarah
pada pembentukan impuls saraf.
Pada bagian-bagian awal jalur ini, gelombang tekanan mendorong perilimfe maju
di kompar temen atas, kemudian mengelilingi helikotrema, dan masuk ke dalam
kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar
menonjol keluar mengarah ke rongga telinga tengah untuk mengompensasi
peningkatan tekanan. Sewaktu stapes bergerak mundur dan menarik jendela oval
ke arah luar ke telinga tengah, perilimfe mengalir ke arah berlawanan,
menyebabkan jendela bundar menonjol ke dalam. Jalur ini tidak menyebabkan
penerimaan suara, tetapi hanya menghilangkan tekanan. (sherwood)
12
getaran maksimal dari membran basilar di sana. Seperti disebutkan sebelumnya,
kenyaringan ditentukan oleh intensitas gelombang suara. Gelombang suara
intensitas tinggi menyebabkan getaran yang lebih besar dari membran basilar,
yang mengarah ke frekuensi impuls saraf yang lebih tinggi mencapai otak. Suara
yang lebih keras juga dapat merangsang jumlah sel rambut yang lebih besar.
Sel-sel rambut mengubah getaran mekanis menjadi sinyal listrik. Ketika selaput
basilar bergetar, bundel rambut di puncak sel rambut menekuk ke depan dan ke
belakang dan bergesekan satu sama lain. Protein penghubung ujung
menghubungkan ujung setiap stereocilium ke saluran ion berpagar mekanis yang
disebut transduksi
Jalur Auditori
Membengkoknya stereocilia dari sel-sel rambut organ spiral menyebabkan
pelepasan neurotransmitter (mungkin glutamat), yang menghasilkan impuls
saraf di neuron sensorik yang menginervasi sel-sel rambut. Badan sel neuron
sensorik terletak di ganglia spiral. Impuls saraf mengalir bersama rangsangan
akson neuron ini, yang membentuk cabang koklea dari saraf vestibulocochlear
(VIII) (Gambar 17.23). Akson-akson ini bersinaps dengan neuron dalam
nuklei koklea di medula oblongata di sisi yang sama. Beberapa akson dari
nucleus cochlear decussate (cross over) di medula, naik dalam saluran yang
disebut meniskus lateral di sisi yang berlawanan, dan berakhir di colliculus
inferior di otak tengah. Akson lain dari ujung koklea berakhir di nukleus
olivari superior di pons di setiap sisi. Sedikit perbedaan dalam waktu impuls
saraf yang datang dari dua telinga di nuklei olivari superior memungkinkan
kita untuk menemukan sumber suara. Akson dari inti olivari superior juga naik
di traktus meniskus lateral di kedua sisi dan berakhir di colliculi inferior. Dari
setiap colliculus inferior, impuls saraf disampaikan ke nukleus geniculate
medial di thalamus dan akhirnya ke area pendengaran primer korteks serebral
di lobus temporal otak besar. Karena banyak akson pendengaran berdegus di
medula sementara yang lain tetap di sisi yang sama, daerah pendengaran
utama kanan dan kiri menerima impuls saraf dari kedua telinga.
13
Dari sel-sel rambut koklea, informasi pendengaran disampaikan sepanjang cabang
koklea dari saraf vestibulocochlear (VIII) dan kemudian ke batang otak, thalamus,
dan korteks serebral
14
Gelombang tekanan menghasilkan pergerakan di dalam organ spiral yang
menimbulkan sel
rambut mekanoreseptor mendepolarisasi/menimbulkan hiperpolarisasi dan
melepaskan neurotransmiter ke serabut aferen n. cochlearis, yang menimbulkan
sinyal yang diinterpretasikan di SSP sebagai suara. Gelombang tekanan yang
melalui ductus cochlearis dihantarkan ke scala tympani dan terhamburkan di
fenestra rotunda. Gelombang suara berbagai frekuensi terdeteksi oleh sel rambut
ditempat spesifik di sepanjang organ spiral. Suara berfrekuensi rendah
menimbulkan gelombang tekanan yang menggerakkan organ spiral hanya di dekat
ujung koklea, dekat helicotrema. Suara berfrekuensi tinggi memengaruhi organ
yang berdekatan dengan fenestra ovalis dan suara berfrekuensi medium
menggeser organ spiral di titik manapun antara kedua ekstrem.
15
16
Peran sel rambut dalam:
Sel ini mengubah gaya mekanis suara (getaran cairan koklea) menjadi impuls
listrik pendengaran (potensial aksi yang menyampaikan pesan pendengaran ke
korteks serebrum). Karena stereosilia sel-sel reseptor ini berkontak dengan
membran tektorium yang kaku dan stasioner, mereka tertekuk maju-mundur
ketika membran basilaris yang berosilasi menggeser posisinya dalam
hubungannya dengan membran tektorium. Deformasi mekanis maju-mundur
rambut-rambut ini secara bergantian membuka dan menutup kanal kation
berpintu mekanis di sel rambut sehingga terjadi perubahan potensial
pendepolarisasi dan penghiperpolarisasi secara bergantian-potensial reseptor-
dengan frekuensi yang sama seperti frekuensi rangsangan suara semula.
Stereosilia setiap sel rambut tersusun dalam barisan dengan tinggi yang
berjenjang berkisar dari rendah ke tinggi dalam pola kurat yang menyerupai pipa
organ. Tip links, yang merupakan molekul adhesi sel, menghubungkan ujung-
ujung stereosilia dalam barisan-barisan berdekatan.
17
Seperti fotoreseptor, sel rambut tidak mengalami potensial aksi. Sel rambut
dalam berhubungan melalui suatu sinaps kimiawi dengan ujung serat-serat saraf
aferen yang membentuk saraf auditorius (koidearis). Karena rendahnya
pemasukan K+, sel rambut dalam secara spontan melepaskan beberapa
neurotransmiter (glutamat) melalui eksositosis yang terinduksi oleh Ca2+ tanpa
adanya stimulasi. Depolarisasi sel rambut ini membuka lebih banyak kanal Ca2+
berpintu listrik. Masuknya Ca2+ tambahan yang terjadi meningkatkan laju
pelepasan neurotransmiternya, yang meningkatkan frekuensi lepas muatan di
serat aferen tempat sel rambut dalam bersinaps. Sebaliknya, laju lepas-muatan
berkurang hingga di bawah kadar istirahat sewaktu sel-sel rambut ini
mengeluarkan lebih sedikit neurotransmiter ketika mengalami hiperpolarisasi
akibat pergeseran ke arah yang berlawanan.
Sebagai ringkasan, telinga mengubah gelombang suara di udara menjadi gerakan
berosilasi membran basilaris yang menekuk rambutrambut sel reseptor maju-
mundur. Deformasi mekanis rambut-rambut ini secara bergantian membuka dan
menutup kanal-kanal sel reseptor, menghasilkan perubahan potensial berjenjang
di reseptor yang menyebabkan perubahan dalam frekuensi potensial aksi yang
dikirim ke otak. Sinyal saraf ini dapat dirasakan oleh otak sebagai sensasi suara
a. Bunyi
18
akibat kompresi molekul udara dan bergantian dengan daerahdaerah bertekanan
rendah akibat peregangan molekul. Setiap alat yang mampu menghasilkan
gangguan pola molekul udara seperti itu adalah sumber suara. Contoh sederhana
adalah garpu tala. Ketika garpu tala dipukulkan, bilahnya akan bergetar. Sewaktu
bilah garpu tala bergerak ke satu arah, molekul-molekul udara di depannya
terdorong saling merapat, atau memadat, dan meningkatkan tekanan di daerah ini.
Secara bersamaan, sewaktu bilah maju ke depan, molekul-molekul udara di
belakangnya menyebar, atau teregang, dan menurunkan tekanan di daerah
tersebut. Sewaktu bilah bergerak ke arah berlawanan, tercipta gelombang
pemadatan dan peregangan yang berlawanan. Meskipun masing-masing molekul
hanya bergerak dalam jarak dekat ketika bilah bergetar, gelombang pemadatan
dan peregangan menyebar ke jarak yang jauh seperti riak air. Molekul-molekul
udara yang "terganggu" akan mengganggu molekul-molekul di dekatnya,
membentuk daerah-daerah baru pemadatan dan peregangan, demikian seterusnya.
Energi yang terkandung dalam suatu gelombang adalah energi potensial dan
energi kinetik. Energi suara secara bertahap melemah sewaktu gelombang suara
berjalan menjauh dari sumbernya; energi suara akhirnya hilang ketika gelombang
suara terakhir terlalu lemah untuk mengganggu molekul-molekul udara di
sekitarnya.
19
Gelombang suara juga dapat merambat melalui media selain udara, misalnya air.
Namun, perambatan ini kurang efisien; diperlukan tekanan lebih besar untuk
menimbulkan pergerakan cairan dibandingkan dengan pergerakan udara karena
inersia (resistensi terhadap perubahan) cairan yang lebih besar. Suara ditandai
oleh nadanya (pitch), intensitasnya (kekuatan), dan warna suaranya (timbre):
20
Saat gelombang
suara yang
diteruskan dari
membran
timpani sampai
di telinga
tengah,
rangkaian
tulang-tulang
pendengaran
(maleus, incus,
dan stapes) ikut
bergerak dengan frekuensi yang sama sebagai respons terhadap gelombang suara
yang kemudian menghasilkan getaran. Kemudian frekuensi getaran dipindahkan
dari membran timpani ke jendela oval. Tekanan yang terjadi di jendela oval yang
ditimbulkan oleh setiap getaran akan menimbulkan gerakan mirip-gelombang di
cairan telinga dalam dengan frekuensi yang sama seperti gelombang suara asal.
Ingat kembali bahwa diperlukan tekanan yang lebih besar untuk menggerakan
cairan daripada menggerakan udara, tetapi sistem osikulus memperkuat tekanan
yang ditimbulkan oleh gelombang suara di udara melalui dua mekanisme agar
cairan di koklea bergetar. Pertama, karena luas permukaan membran timpani jauh
lebih besar daripada luas jendela oval, terjadi peningkatan tekanan ketika gaya
yang bekerja pada membran timpani disalurkan oleh osikulus ke jendela oval
(tekanan = gaya/luas permukaan). Kedua, efek tuas osikulus juga menimbulkan
keuntungan mekanik tambahan. Bersama-sama, kedua mekanisme ini
meningkatkan gaya yang bekerja pada jendela oval sebesar 20 kali dibandingkan
dengan jika gelombang suara langsung mengenai jendela oval. Tekanan tambahan
ini sudah cukup untuk menggetarkan cairan di koklea.
b. Bising
21
Pembagian kebisingan
Berdasarkan frekuensi, tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi, tenaga bunyi maka
bising dibagi dalam 3 kategori:
c. Vibrasi
Bentuk Vibrasi
Vibrasi adalah getaran, dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran
mekanis; misalnya mesin atau alat-alat mekanis lainnya. Oleh sebab itu vibrasi
kita bedakan dalam 2 bentuk :
Vibrasi udara oleh karena benda bergetar dan diteruskan melalui udara
akan mencapai telinga. Getaran dengan frekuensi 1 – 20 Hz tidak akan terjadi
gangguan pengurangan pendengaran tetapi pada intensitas lebih dari 140 dB akan
terjadi ganggua vestibuler yaitu gangguan orientasi, kehilangan keseimbangan,
dan mual-mual. Akan timbul nyeri telinga, nyeri dada, dan bisa terjadi getaran
seluruh tubuh.
Asam Folat
22
rendah. Diyakini bahwa tubuh menggunakan asam folat untuk menyerap
homocysteine, yang terkait dengan tinitus dan gangguan pendengaran. Makanan
kaya asam folat ini ke dalam makanan sehari-hari Anda: sereal, roti kaya, hati,
brokoli, okra, bayam, bok choy, peterseli, asparagus, alpukat, paprika, labu, biji-
bijian, kacang-kacangan, dan lentil.
Seng
Magnesium
Omega-3
Pemakan ikan telah ditemukan memiliki peluang 42% lebih rendah untuk
kehilangan pendengaran terkait usia, karena omega-3 dapat membantu
memperkuat pembuluh darah dalam sistem sensor telinga.Masukkan makanan
kaya omega-3 ini ke dalam makanan sehari-hari Anda: minyak zaitun, tuna,
salmon, sarden, trout, tahu, kecambah Brussel, krokot, biji chia, biji rami,
kembang kol, kenari, biji chia, dan biji rami.
Kalium
23
Kalium bertanggung jawab untuk mengatur jumlah cairan dalam darah dan
jaringan tubuh. Kalium penting bagi kesehatan pendengaran karena cairan di
telinga bagian dalam, berperan menerjemahkan suara yang kita dengar menjadi
impuls listrik yang diinterpretasikan oleh otak sebagai suara, tergantung pada
pasokan kalium yang kaya. Makanan yang kaya kalium meliputi: kentang,
bayam, lima kacang, tomat, kismis, aprikot, pisang, melon, jeruk, yogurt, dan
susu.
Vitamin B12
Vitamin D
Vitamin D, meskipun sulit didapat dari makanan, sangat penting untuk kesehatan
Anda. Vitamin D dapat memperkuat tulang-tulang kecil di telinga, serta
membantu membantu pencegahan gangguan pendengaran. Anda dapat menerima
vitamin D dari paparan sinar matahari yang aman, tetapi Anda juga bisa
menemukannya dalam makanan tertentu.Masukkan makanan kaya vitamin D ini
ke dalam makanan sehari-hari Anda: sarden, tuna, minyak ikan cod, susu, yogurt,
keju, kuning telur, jamur, lumut, dan mikroalga.
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Organ yang berperan untuk fungsi pendengaran adalah telinga. Telinga selain
berfungsi untuk pendengaran juga berfungsi untuk keseimbangan. Secara
anatomis telinga terbagi menjadi telinga luar (auris externa), telinga tengah (auris
media) dan telinga dalam (auris interna). Telinga luar berperan seperti mikrofon
yaitu mengumpulkan bunyi dan meneruskannya melalui saluran telinga (canalis
acusticus externus) menuju telinga tengah dan telinga dalam. Getaran yang
sampai ke telinga dalam selanjutnya akan diubah menjadi rangsang listrik yang
selanjutnya akan dikirim ke pusat pendengaran di otak.
3.2 Saran
25
PETA KONSEP
Telinga tengah
Telinga luar
Telinga dalam
Anatomi - Histologi
Indera
Pendengaran
Nutrisi Fisiologi
26
DAFTAR PUSTAKA
Gartner, leslie P and james L. Hiatt. Color textbook of histology third edition.
Philadelphia. Elseivier Saunder. 2007
Guyton, A. C., Hall, J. E., 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12.
Jakarta : EGC
Netter, Frank H. Atlas of Human Anatomy 25th Edition. Jakarta: EGC, 2014
Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Sobbota. 2010. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Edisi 21. EEG Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta
Tietz Fundamentals of Clinical Chemistry; Carl Burtis, Ph.D., et al. 5th Edition.
Elsevier
ii
iii