Anda di halaman 1dari 67

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM dr Nancy S.H.

Malonda, MPH
SENSORIS
PENDAHULUAN SISTEM SENSORIS
A Organ akhir khusus untuk menerima rangsangan tertentu.
B. Diperantarai oleh sistem saraf (sensori impression).
C. Rangsangan berupa : sentuhan, pengecapan, penglihatan, penciuman dan suara.
D. Muncul sensasi/rasa lapar, haus, sakit, panas, dingin, bising dll.
E. Organ indera adalah sel2 tertentu yg dapat menerima stimulus dar lingkungan
luar atau dari badan sendiri - menjadi impuls - serabut saraf - SSP.
F. Setiap organ indra menerima stimulus tertentu, menghasilkan mengirimkan impuls,
dan interpretasi tertentu.
INDERA PENGLIHATAN MATA
MATA BAGIAN LUAR
BAGIAN MATA
Superior Rectus Muscle, adalah otot mata bagian atas yang berfungsi menggerakkan
mata kita ke atas
Sclera, adalah bagian pelindung mata yang berwarna putih di bagian luar bola
mata
Iris, adalah pigmen yang kita bisa melihat warna coklat atau hitam atau berwarna
biru jika orang eropa
Lens, adalah kristalin lens yang jernih sekali dan ini sebagai media refraksi untuk
bisa kita melihat
Kornea, adalah bagian paling depan dari fungsi melihat kita. Kornea tidak ada
pembuluh darah dan mempunyai kekuatan yang besar untuk membiaskan sinar yang
masuk ke mata
Anterior Chamber, adalah bilik mata depan
Posterior Chamber, adalah bilik mata belakang
Conjunctiva, lapisan tipis bening yang menghubungkan sklera dengan kornea
Inferior Rectus Muscle, adalah otot mata bagian bawah
vitreous chamber, adalah aquos humor yang beruap seperti jel/gel yang mengisi
bola mata kita
Retina, adalah lapisan yang akan menerima sinar yang di terima oleh mata kita
Fovea centralis, daerah di retina yang paling tinggi resolusinya untuk mendapatkan
sinar yang masuk ke mata
Optic Nerve, adalah saraf mata yang menhantarkan sinar ke otak untuk di
terjemahkan sebagai penglihatan yang kita lihat saat ini.
Mekanisme
Kerja Mata

1. Pertama, cahaya masuk ke mata dan diterima oleh kornea (merupakan


jendela mata kita).
2. Kemudian cahaya melewati pupil (tirai) menuju ke lensa (proyektor), dan
memfokuskan cahaya ke retina (layar).
3. Berakhir dengan bayangan diubah menjadi impuls-impuls listrik dan
dikirim ke otak untuk diinterpretasikan semuanya dalam hitungan
milidetik.

Note: Cahaya yang akan masuk ke mata diatur oleh Iris, sedangkan Lensa
untuk menuangkan gambar yang membentuk bayangan obyek pada Retina.
 ANATOMI
TELINGA
Terdiri dari tiga bagian, yaitu :

a) Telinga bagian luar atau outer ear


b) Telinga bagian tengah atau middle
ear
c) Telinga bagian dalam atau inner ear
TELINGA BAGIAN LUAR
(AURIS EKSTERNA)
Bagian ini terdiri dari daun telinga yang disebut dengan “Auricula”
Fungsi, menentukan arah bunyi yang didengar, dan memperkuat suara-suara yang
diterima.
Telinga luar ini juga terdiri dari liang telinga luar (meatus acusticus eksternus)
Fungsi, menghantarkan getaran suara dan mempertahankan kelembaban suhu dari udara yang masuk.
Dalam liang telinga terdapat bulu-bulu dan sejumlah kelenjar yang mengeluarkan kotoran telinga (cerumen)
Fungsi, melindungi telinga dari barang atau serangga yang bahaya.
TELINGA BAGIAN TENGAH
(AURIS MEDIA)
Telinga tengah berupa rongga kecil yang berisi udara,terletak di dalam tulang temporal dan
dindingnya dilapisi sel epitel.
Membran tympani ini membatasi suatu ruangan bagian tengah yang disebut cavum tympani di
dalam cavum tympani terdapat tulang pendengaran (ossicula auditiva) yang terdiri :
Maleus (tulang martil), Incus ( tulang landasan),dan stapes (tulang sanggurdi).
Fungsinya adalah :
1. Sebagai penyalur getaran suara
2. Memperkuat suara
3. Melindungi alat pada telinga bagian dalam
TELINGA BAGIAN DALAM
Telinga bagian dalam (Labyrin) itu merupakan bagian terpenting dari
telinga, labyrin adalah suatu rongga berisi cairan perilimpe dan
letaknya di tulang pelipis.
Fungsi, melindungi bagian dalam.
Dilihat dari segi anatomi, telinga bagian dalam terdapat :
serambi (vertibule), saluran-saluran gelung (canalis
semi curcularis) dan rumah siput (cochlea).
Terdapat 3 perbedaan ukuran dan bentuk untuk menentukan
berbagai nada suara :
1. Bila suara datang dengan nada tinggi maka yang
bergetar adalah sel rambut bagian basis.
2. Bila suara datang dengan nada rendah maka yang
bergetar adalah sel rambut bagian apex.
3. Bila nada suara datang dengan nada sedang, maka
yang bergetar adalah sel rambut bagian tengah, ini
merupakan teori resonansi dari Helmholtz.
PROSES PENDENGARAN PADA
SISTEM PENDENGARAN (TELINGA)
Pendengaran adalah salah satu
indra utama manusia yang
berfungsi untuk berkomunikasi
dan memberi peringatan kepada
tubuh.
Melalui indra pendengaran, kita
dapat merasakan getaran yang
disebut sebagai suara.
Ini disebut proses mendengar
yang melibatkan bagian-bagian
PROSES MENDENGAR BERLANGSUNG

1.Gelombang suara memasuki telinga luar dan berjalan


melalui lorong sempit yang disebut saluran telinga, yang
mengarah ke gendang telinga.

2.Gendang telinga bergetar dari gelombang suara yang


masuk dan mengirimkan getaran ini ke ketiga tulang
kecil di telinga tengah.
3.Tulang di telinga tengah memperkuat atau meningkatkan
getaran suara dan mengirimnya ke koklea.
4.Setelah getaran menyebabkan cairan di dalam koklea
bergetar, gelombang suara berjalan di sepanjang membran
basilar.
Sel-sel rambut, yaitu sel sensorik yang berada di atas
membran basilar, mengendalikan gelombang suara.
Sel-sel rambut di dekat ujung lebar koklea kemudian
mendeteksi suara bernada tinggi, sedangkan yang lebih dekat
ke tengah mendeteksi suara bernada rendah.
5.Saat sel-sel rambut bergerak, komponen seperti
rambut yang sangat kecil (dikenal dengan stereocilia)
yang bertengger di atas sel-sel rambut menabrak
struktur dan lengkungan di atasnya. Ini menyebabkan
stereocilia terbuka.
Kemudian, bahan kimia masuk ke dalam sel dan
menciptakan sinyal listrik.
6.Saraf pendengaran kemudian membawa sinyal ini ke
sistem saraf pusat (otak) dan mengubahnya menjadi
suara yang kita kenal dan pahami.
GANGGUAN-GANGGUAN PADA
SISTEM
PENDENGARAN (TELINGA)
Secara Klinis :

1) Tuli Konduktif atau Tuli Perifer

2) Tuli Persepsi atau Tuli Central


GANGGUAN-GANGGUAN PADA SISTEM
PENDENGARAN (TELINGA)

Secara Fisiologis :

1. Tuli konduksi atau Hantara

2. Tuli persepsi atau Tuli Penerimaan

3. Tuli Central
Gambar Indera Pengecap
Indra Pengecap yang sering disebut dengan lidah adalah bagian
dari suatu tubuh yang dapat mengidentifikasi rasa suatu makanan,
zat, atau bahkan benda yang masuk ke dalam mulut.
Indra pengecap memberikan berbagai nama rasa yaitu manis,
asin, pahit, dan asam. Sehingga dari berbagai rasa ini dapat
diketahui kandungan sebuah makanan secara langsung.
Lidah terletak diantara rongga mulut dan orofaring. Ada lebih dari 10.000 tunas
pengecap pada lidah manusia. Tunas pengecap merupakan badan ovoid (berbentuk
oval) yang berukuran 50-70 µm. Tiap tunas pengecap dibentuk oleh empat jenis sel,
mempunyai mikrofili yang menonjol ke dalam pengecap (lubang dalam pori lidah)
Sel-sel tunas pengecap tumbuh seminggu, setelah itu digantikan oleh sel-sel yang
baru. Sel-sel reseptor (tunas pengecap) terdapat pada tonjolan-tonjolan kecil pada
permukaan lidah (papila). Sel-sel tunas pengecap inilah yang bisa membedakan rasa
manis, asam, asin, dan pahit.
Sebagian besar lidah tersusun atas otot rangka yang
terlekat pada tulnghyoideus ( berada di sekitar leher,
antara dagu dan kelenjar tiroid ), tulang rahang bawah,
dan processus styloideus (suatu duri yang panjang
mengarah ke bawah medial) di tulang pelipis.Lidah
memilki permukaan yang kasar karena adanya
tonjolan yang disebut papila.
Otot - Otot yang Ada di Lidah
Lidah terletak pada dasar mulut dan memiliki 2
kelompok otot, yaitu :
1.Otot Intrinsik untuk melakukan gerakan halus.

• Longitudinal Superior
Otot inilah yang memungkinkan ujung lidah menekuk.
Otot ini juga berperan saat Anda melipat lidah keatas.

• Longitudinal inferior
Otot ini yang berperan saat Anda menekuk otot ke
bawah dan memperpendek maupun memperpanjang
lidah.
• Transversal
Otot transversal lidah adalah otot yang berperan saat Anda menjulurkan
lidah dan membuatnya menjadi lebih panjang dan sempit.

• Vertikal
Otot vertikal lidah berperan saat lidah bergerak melebar di dalam mulut,
sehingga mendorong bagian belakang gigi.
2. Otot ekstrinsik untuk mengaitkan lidah pada daerah sekitarnya
dan melakukan gerakangerakan kasar seperti mengunyah dan menelan.
• Genioglossus
Otot ini berbentuk seperti kipas dan merupakan penyusun sebagian besar
bagian lidah. Otot ini memungkinkan lidah bergerak lebih ke dalam, menjulur
keluar, atau melakukannya secara bergantian dalam waktu yang cepat.

• Hyoglossus
Otot hyoglossus berbentuk tipis dan berfungsi untuk menarik lidah kembali ke
dalam rongga mulut.
• Styloglossus
Bersama dengan otot hyoglossus, styloglossus berperan dalam
menarik lidah ke belakang, sehingga proses menelan bisa berjalan
dengan lancar.

• Palatoglossus
Otot ini berfungsi untuk mengangkat lidah bagian belakang.
Tipe - Tipe Papila Lidah

Papillae lidah ada 4 macam, yaitu:

• Papila Sirkumvalata
Papila sirkumvalata berukuran lebih besar dari papila lainnya, tapi bentuknya
cenderung lebih datar. Papila ini berada di dua per tiga belakang lidah.

• Papila filiformis
Papila filiformis terletak sejajar dengan sulkus teminalis dan berbentuk panjang serta
berjumlah cukup banyak. Papila jenis ini memiliki ujung saraf yang sensitif terhadap
sentuhan.
• Papila Foliata
Papila foliata terletak di sebalah kiri dan kanan lidah. Jumlah papila ini tidak
banyak dan ukurannya pun tidak besar. Namun, mereka tetap memiliki reseptor
rasa yang berguna dalam proses pengecapan.
• Papila fungiformis
Papila fungiformis adalah papila yang berbentuk seperti jamur dan tersebar di
antara papila filiformis. Seringkali, papila jenis ini terlihat sebagai bercak
merah di lidah. Papila ini paling banyak ditemukan di ujung dan samping lidah.
Bagian - Bagian Lidah
• Apeks Lingua (Ujung Lidah ) • Radiks Lingua ( Pangkal Lidah )
Sesuai namanya, bagian ini meliputi lidah Pangkal lidah menempel pada dasar rongga
bagian depan (ujung) serta kanan dan kiri mulut dan terletak di belakang sehingga tidak
(tepi). Ujung dan tepi lidah bisa bergerak bisa dilihat dari luar mulut. Pangkal lidah bisa
dengan bebas ke depan, belakang, kanan, bergerak, tapi pergerakannya tidak bisa sebebas
maupun ke kiri. bagian ujung dan tepi lidah.
• Dorsum Lingua ( Punggung Lidah )
Permukaan atas lidah disebut juga dengan punggung lidah. Pada bagian ini terdapat
banyak papillae, yaitu bintik-bintik kecil yang memberikan tekstur lidah. Kadang
pada lidah bisa tampak terdapat kerak, kondisi ini normal dan lebih sering terjadi
pada orang tua.

Permukaan papillae terdiri dari ribuan kuncup perasa (taste buds), yaitu sel saraf
yang terhubung otak, sehingga kita bisa merasakan rasa, suhu, maupun tekstur benda
yang masuk ke dalam mulut kita, termasuk makanan.
• Badan lidah • Bawah lidah
Dua per tiga bagian lidah lain, disebut Bawah lidah adalah bagian yang terlihat saat Anda
dengan badan lidah. Bagian ini bisa mengangkat lidah. Di bagian ini, pembuluh vena
digerakkan secara bebas dan bertanggung telihat jelas berwarna ungu kebiruan. Bawah lidah
jawab atas beberapa fungsi lidah. juga terkadang berfungsi sebagai tempat pemberian
obat. Sebab untuk jenis obat tertentu,
penyerapannya terjadi lebih cepat apabila
diletakkan di bagian ini pada lidah.
Mekanisme Sistem Pengecapan

Lidah bisa mengenali rasa karena adanya bagian bernama kuncup pengecap. Masing-masing

kuncup pengecap ini memiliki rambut mikroskopis yang sangat sensitif bernama mikrovili.

Mikrovili juga terdiri saraf-saraf sensorik yang dapat membawa pesan ke otak mengenai rasa

makanan yang rasakan, baik itu rasa asin, manis, asam, atau pahit.

Lidah dibantu oleh hidung untuk membantunya merasakan rasa makanan.

Pada bagian paling atas hidung terdapat reseptor penciuman yang mengandung sel-sel khusus

untuk membantu dalam mencium makanan. Saat mengunyah, senyawa kimia dari makanan

akan terlepas sampai ke hidung.


Senyawa kimia dari makanan ini selanjutnya akan memicu

reseptor penciuman dalam hidung yang bekerja sama dengan

kuncup pengecap dalam mengirimkan informasi rasa makanan ke

otak. Otak kemudian akan menerjemahkan informasi yang

diterimanya ke dalam rasa manis, asin, pahit, atau asam.


Mekanisme kerja lidah tersebut sekaligus menjelaskan alasan kenapa saat

pilek dan hidung tersumbat, mungkin kurang bisa merasakan rasa makanan

dengan baik. Setiap makanan yang dimakan mungkin terasa agak hambar

saat dalam kondisi sakit. Hal inilah yang kemudian dapat menurunkan nafsu

makan.
Gambar : Mekanisme Sistem Pengecapan
INDERA PENCIUMAN

Reseptor penciuman terletak pada selaput lendir hidung bagian atas


(Concha superior). Daerah ini mempunyai luas kurang lebih 2 cm yang
berwarna kekuning – kuningan yang disebut area olfaktoria. Daerah ini
selalu berlendir karena ada secresi daripada kelenjar Bowmann. Sekresi
inilah yang akan melarutkan gas yang sampai pada ara olfaktoria
sehingga dapat merangsang saraf penciuman..

Alat penciuman erat hubungannya dengan alat pengecap bahkan disebut


sebagai pengecap jarak jauh. Alat penciuman mempunyai kepekaan yang
luar biasa karena kadar zat-zat yang dimiliki rendah sudah mampu
merangsang reseptor penciuman.

Reseptor penciuman terletak di bagian atas dari rongga hidung, pada


gerak pernafasan biasa aliran gerak udara pernafasan hanya melalui
bagian bawah rongga hidung, oleh karena itu kita bernafas biasa suatu zat
tidak tercium oleh kita.
Supaya udara pernafasan dapat mencapai rongga
hidung bagian atas (area olfaktoria) maka kita
harus menarik nafas dalam-dalam. Dengan
demikian terjadi arus memutar dari udara
pernafasan sehingga gas yang mengandung zat
yang berbau tadi akan sampai pada ara
olfaktoria akan bau akan tercium.
HIDUNG BAGIAN LUAR

Hidung bagian luar menonjol pada garis tengah diantara pipi


dan bibir atas. Struktur hidung luar dapat dibedakan atas tiga
bagian, yaitu :
a. Kubah tulang, yaitu bagian paling atas yang tidak
dapat digerakkan.
b. Kubah kartilago, bagian di tengah, yaitu bagian yang
dapat sedikit digerakkan.
c. Lobulus hidung, bagian paling bawah, merupakan
bagian yang paling mudah digerakkan.
Permukaan Hidung Luar
.Hidung luar disebut nasal piramid karena bila diproyeksikan
dari depan menyerupai piramid triangular. Adapun bagian-
bagiannya dari atas ke bawah adalah pangkal hidung (bridge),
batang hidung (dorsum nasi), puncak hidung (apeks/tip), ala nasi,
kolumela, dan lubang hidung (nares anterior/nares eksterna).
Bagian atas yang berhubungan dengan dahi disebut root, dan
bagian bawah berupa sudut bebas disebut apeks atau up, serta
bagian yang menghubungkan keduanya disebut dorsum nasi.
Bagian lateral dari hidung disebut nasafacial angels, sedangkan
bagian yang berhubungan dengan bibir atas disebut naso labial
sulcus. Pada kulit hidung dijumpai kelenjar lemak (glandula
sebasea) dan kelenjar keringat (glandula sudorifera), ke arah tip
kulit lebih tebal dan banyak mengandung kelenjar lemak serta
lebih erat berhubungan dengan kartulago hidung bila
dibandingkan dengan kulit diatasnya. Pada daerah rhinnion, kulit
diatasnya lebih tipis.
RANGKA HIDUNG BAGIAN LUAR
Kerangka hidung bagian luar dibentuk
oleh tulang dan tulang rawan yang
dilapisi kulit, jaringan ikat serta
beberapa otot kecil yang berfungsi
untuk melebarkan atau menyempitkan 04
lubang hidung. kerangka tulang rawan
terdiri dari beberapa pasang tulang
rawan yang terletak di bagian bawah 03
hidung, yaitu sepasang kartilago nasalis
lateralis superior, sepadang kartigo 02
nasalis lateralis inferior, Kartilago Sesamoidea
01
Kartilago Lateralis Inferior/Kartilago Alaris
Mayor
beberapa pasang kartilago alar
minor dan tepi anterior Kartilago Lateralis Superior
septalis/kuadrangularis.
Os Nasal
VASKULARISASI HIDUNG LUAR

Arteri yang memperdarahi hidung luar terutama berasal dari


cabang fasialis (A. Maksilaris eksterna), yang berjalan di atas ala
nasi dan memperdarahi daerah hidung dan septum nasi bagian
bawah. Arteri nasalis dorsalis (cabang A. Optalmika) menembus
septum orbitalis di atas palpebra bagian medial lalu berjalan ke
bawah pada sisi hidung dan beranastomosis dengan cabang
nasalis A. Fasialis, pada perjalanannya memberi cabang untuk
sakus lakrimalis. Pembuluh darah lainnya adalah cabang kecil
dari A. Nasalis eksterna (dari A. Etmoidalis anterior) yang
terletak pada pertemuan os nasalis dan kartilago nasalis dan
memperdarahi kulit sepanjang dorsum nasi sampai ke apeks.
Sedangkan pembuluh balik dialirkan melalui V. Fasialis anterior
dan V. Optalmika.
Kulit hidung

Kulit hidung dari pangkal sampai bridge dan sisi atas


hidung diprsarafi oleh cabang nasosiliaris dan frontalis
dari n. oftalmika, sebagian cabang-cabang berpusat
pada n. supratroklearis dan infra stroklearis. Kulit
bagian bawah dipersarafi oleh ramus-ramus yang
berasal cabang infraorbitalis dan n. maksilaris,
sedangkan cabang nasalis eksterna dari n.etmoidalis
anterior muncul diantara tulang dan kartilago nasalis
lateralis yang mempersarafi kulit diatas dorsum nasi
menuju ke bagian bawah dari puncak hidung.
OTOT HIDUNG
Pada umunya otot hidung terdiri dari muskuli
konstriktor dan dilatator, dimana menentukan poisi
dari ala nasi dan nares anterior. Otot ini terlihat saat
bersin, bernafas, marah dan ketakutan.
Adapun otot konstriktor yaitu M. nasalis (pars
transversa dan pars alaris). M. depresos alae nasi,
M. depresor septi nasi. Sedangkan otot dilatator
terdiri dari M. procerus yang berhubungan dengan
alis mata, M. levator labii superior alae nasi dan M.
dilatator nasi anterior dan posterior.
Hidung Bagian Dalam

Struktur ini membentang dan os internum di sebelah anterior .


hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung
dari nasofaring. Secara vertikal kavum nasi terdapat mulai
dari palatum sampai lempeng kribiformis. Bagian posterior
hidung adalah nares posterior/koana dibentuk oleh lamina
horizon os palatum, bagian dalam oleh os vomer, bagian atas
oleh prosesus vaginalis dan bagian luat oleh lamina
pterigoideus sfenoidalis. Kedua fossa nasalis dilapisi
membran luar oleh lamina pterigoideus sfenoidalis.
Rongga hidung dibentuk mempunyai 4 buah dinding, yaitu
dinding medial, lateral, inferior, dan superior.
.1. DINDING MEDIAL (SEPTUM NASI)
Septum nasi membagi rongga hidung menjadi 2 bagian atas ruang kiri dan kanan. Struktur
ini terbentuk dari bagian tulang, bagian kartilago dan sedikit dari bagian membranosa
(pada anterior)
2. DINDING INFERIOR HIDUNG
Dinding inferior merupakan dasar rongga hidung dan prosesus horizontal os palatum.
3. DINDING SUPERIOR HIDUNG
Dinding superior atau atap hidung sangat sempit dan dibentuk lamina kribiformis, yang
memisahkan rongga tengkorak dari rongga hidung. Terdiri dari kartilago lateralis superior
dan inferior, os nasalis, prosesus nasalis os maksila, korpus os sfenoid, dan korpus os etmoid.
4. DINDING LATERAL HIDUNG
Struktur dinding lateral lebih komplek.l dindingnya sebagian berbatasan dengan sinus
paranasal dan terdapat tiga buah penonjolan yaitu konka superior, konka media dan konka
inferior.
FISIOLOGI HIDUNG
Fungsi hidung diantaranya adalah :

Sebagai alat penciuman (olfactory organ)


01 Reseptor penciuman terletak pada epitel olfaktoius dalam membran mukosa, pada manusia terletak
pada atap dari cavum nasi, cobcha superior dan 1/3 bagian atas dari septum nasi.

02 Sebagai alat pernafasan (respiratory organ)


yaitu sebagai jalan masuknya oksigen ke dalam pare-pare yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh,
serta mengeluarkan hidrat arang sebagai sisa-sisa metabolisme.
Respirasi, dimana sebagai organ yang mempersiapkan udara inspirasi sesuai dengan permukaan paru
03 (Pertukaran panas, humidifikasi, Resistensi hidung)
mempunyai 3 fungsi, yaitu: Humidifikasi, Pertukaran panas dan Filtrasi (proteksi dan
pembersih)

04 Resonansi suara , Perlindungan terhadap saluran nafas bawah dan Refleksi nasal
Suara yang ditimbulkan seseorang dalam keadaan sehat akan berbeda dalam keadaan waktu
menderita influenza, dimana mukosa hidung pada saat ini sedang mengalami edema.
A. Menurunnya kemampuan mendeteksi bau (hyposmia)
Hyposmia adalah sebuah gangguan penciuman
GANGGUAN PADA yang menyebabkan
INDRA penurunan kemampuan hidung Anda
PENCIUMAN
untuk mendeteksi bau. Hal ini ternyata bisa diakibatkan oleh beberapa faktor, antara lain: Alergi, Cedera
di kepala, Infeksi saluran pernapasan, Polip hidung, Septum hidung yang bengkok, Sinusitis kronis dll

B. Salah mengenali bau (parosmia)


Parosmia adalah sebuah keadaan ketika seseorang bisa mendeteksi bau, tetapi salah mengenalinya.
Gangguan penciuman ini biasanya disebabkan oleh beberapa hal, seperti: Kerusakan pada neuron
penerima indera penciuman, Cedera di kepala, Flu dll

C. Mencium bau yang tidak ada (phantosmia)


Penyebab terjadinya gangguan penciuman satu ini hampir sama dengan parosmia. Mulai dari cedera di
kepala, flu, kerusakan pada sistem saraf, hingga sinus.

D. Hilangnya kemampuan untuk mendeteksi bau (anosmia)

E. Pada anosmia, hidung penderita sama sekali tidak bisa mencium bau apapun. Biasanya, hal ini
disebabkan oleh cedera pada otak, kondisi hidung, atau memang terlahir seperti itu.
INDERA PERABA / KULIT
RESEPTOR KULIT
•Kebanyakan sensor dari Reseptor indera peraba (kulit) terdapat di dermis.
•Sel merkel di stratum germinativum, sebagai ujung saraf bebas (free nerve endings).
•Sensasi cutaneus ex. Sentuhan, tekanan, panas, dingin, dan nyeri
•Untuk tiap senasi ada tipe2 reseptor yang khusus yang dengan struktur akan mndeteksi
perubahan perbagian. free nerve endings.
•Untuk sensai rabaan dan tekanan reseptornya disebut encapsulated nerve endings,(ada
selubung saraf pada ujung saraf bebas
GUNA RESEPTOR DAN SENSASI TERSEBUT ADALAH UNTUK MEMBERI SSP DGN
INFORMASI TENTANG LINGKUNGAN LUAR DAN BAGAIMANA EFEKNYA TERHADAP
KULIT.
RESPON STIMULASI BISA BERUPA : NYERI PADA TANGAN TERLUKA SAAT DICUCI,
GATAL KARENA GIGITAN SERANGGA, ATAU RASA DINGIN DENGAN
MENGGUNAKAN SWEATER
• SENSITIVITAS AREA KULIT TERGANTUNG BANYAKNYA RESEPTOR DI AREA TSB.
•KULIT PADA UJUNG JARI SANGAT SENSITIF TERHADAP SENTUHAN KARENA
RESEPTORNYA BANYAK, SEDANGKAN PADA LENGAN ATAS KURANG SENSITIF
KARENA RESEPTONYA SEDIKIT
•KETIKA RESEPTOR MENDETEKSI PERUBAHAN - KIRIM IMPULS - KE OTAK -
INTERPRETASI IMPULS DENGAN SENSASI TERTENTU
RESEPTOR PADA KULIT

Anda mungkin juga menyukai