PENDAHULUAN
Gangguan pendengaran merupakan defisit sensorik yang paling sering pada populasi
manusia, mempengaruhi lebih dari 250 juta orang di dunia.Di dunia, menurut perkiraan
WHO pada tahun 2005 terdapat 278 juta orang menderita gangguan pendengaran, 75 - 140
juta diantaranya terdapat di Asia Tenggara. Sedangkan pada bayi, terdapat 0,1 – 0,2%
menderita tuli sejak lahir atau setiap 1.000 kelahiran hidup terdapat 1 – 2 bayi yang
menderita tuli. Dari hasil "WHO Multi Center Study" pada tahun 1998, Indonesia termasuk
4 (empat) negara di Asia Tenggara dengan prevalensi ketulian yang cukup tinggi (4,6%)
yang dapat menimbulkan masalah sosial di tengah masyarakat.
Ketulian dibagi menjadi dua. Ketulian dibidang konduksi atau disebut tuli konduksi
dimana kelainan terletak antara meatus akustikus eksterna sampai dengan tulang
pendengaran stapes. Tuli di bidang konduksi ini biasanya dapat ditolong baik dengan
pengobatan atau dengan suatu tindakan misalnya pembedahan. Tuli yang lain yaitu tuli
persepsi (sensori neural hearing-loss) dimana letak kelainan mulai dari organ korti di koklea
sampai dengan pusat pendengaran di otak. Tuli persepsi ini biasanya sulit dalam
pengobatannya. Apabila tuli konduksi dan tuli persepsi timbul bersamaan disebut tuli
campuran.
1
4. Apa saja klasifikasi dari penyakit tuli ?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari penyakit tuli ?
6. Bagaimana patofisiologi dari penyakit tuli ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit tuli ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan untuk klien dengan penyakit tuli ?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit tuli
2. Untuk mengetahui prevalensi penyakit tuli
3. Untuk mengetahui etiologi penyakit tuli
4. Untuk mengetahui klasifikasi penyakit tuli
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis penyakit tuli
6. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit tuli
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit tuli
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit tuli
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
- memiliki ketegangan, ukuran, dan ketebalan yang sesuai untuk
menghantarkan gelombang bunyi secara mekanis.
Bagian-bagiannya :
3) Bagian atas atau Pars Flaksid (membran shrapnell), terdiri dari 2 lapisan :
- luar : lanjutan epitel telinga
- dalam : epitel kubus bersilia
- Terdapat bagian yang diseut dengan atik. Ditempat ini terdapat auditus ad
antrum berupa lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum
mastoid.
4) Bagian bawah atau Pars tensa(membran propria), terdiri dari 3 lapisan :
- tengah : terdiri dari serat kolangen dan sedikit serat elastin
- Bayangan penonjolan bagian bawah malleus pada membran timpani disebut
dengan umbo. Dari umbo, bermula suatu refleks cahaya (cone of light) ke arah
bawah, yaitu pukul 7 pada membran timpani kiri dan pukul 5 pada membran
timpani kanan. Pada membran timpani terdapat 2 serat, sirkuler dan radier.
Serabut inilah yang mengakibatkan adanya refleks cahaya kerucut. Bila
refleks cahaya datar, maka dicurigai ada kelainan pada tuba eustachius.
Membran timpani dibagi atas 4 kuadran untuk menentukan tempat adanya
perforasi :
- atas depan
- atas belakang
- bawah depan
- bawah belakang => tempat dilakukannya miringotomi
b. Telinga Tengah => terletak di rongga berisi udara dalam bagian petrosus (canalis
facialis) tulang temporal
Terdiri dari :
1) Tuba Eustachius
- menghubungkan telinga tengah dengan faring
4
- normalnya tuba ini menutup dan akan terbuka saat menelan, mengunyah, dan
menguap.
- berfungsi sebagai penyeimbang tekanan udara pada kedua sisi membran
timpani.
- Bila tuba membuka => suara akan teredam.
2) Osikel auditori (tulang pendengaran)
- terdiri dari 3 tulang, yaitu : Maleus (martil) , Inkus (anvill), Stapes (sanggurdi)
- MIS.
- berfungsi sebagai penghantar getaran dari membran timpani ke fenesta
vestibule
3) Otot
- bantu mekanisme kompensasi tubuh untuk melawan suara dengan nada tinggi
(peredam bunyi).
- m. stapedius => berkontraksi => stapes jadi kaku => suara dipantulkan
- m. tensor timpani => menegangkan gendang telinga => suara teredam
c. Telinga dalam => berisi cairan dan terletak dalam tulang temporal
Terdiri dari
1) Labirin
Terdiri dari:
- Labirin tulang => ruang berliku
berisi perilimfe (cairan yang serupa
dengan cairan serebrospinal).
5
- Koklea => membentuk 2,5 putaran di sekitar inti tulang, mengandung reseptor
pendengaran (cabang N VIII = vestibulokoklear, pemb. darah. Frekuensi
tertinggi berada di bagian depan. Sekat membagi koklea menjadi 3 bagian :
duktus koklear (skala medial) => bagian labirin membranosa yang
terhubung ke sakulus, berisi cairan endolimfe
dua bagian labirin tulang yang terletak di atas dan di bawah skala
media => skala vestibuli dan skala timpani => mengandung cairan
perilimfe dan terus memanjang melalui lubang pada apeks koklea yang
disebut helikotrema.
membran reissner (membran vestibuler) => pisahkan skala media dari
skala vestibuli yang berhubungan dengan fenestra vestibule
membran basilar => pisahkan skala media dengan skala timpani,
berhubungan dengan fenestra koklear
skala organ korti=> terletak pada membran basilar, terdiri dari reseptor
yang disebut sel rambut dan sel penunjang. Sel rambut tidak memiliki
akson dan langsung bersinaps dengan ujung saraf koklear
6
- Labirin membranosa => serangkaian tuba berongga dan kantong yang
terletak di dalam labirin tulang berisi cairan endolimfe (cairan yang serupa
dengan cairan intraseluler). Merupakan awal 2 kantong (utrikulus dan sakulus)
yang dihubungkan dengan duktus endolimfe. Setiap duktus mengandung
reseptor untuk ekuilibrium statis ( bagaimana kepala berorientasi terhadap
ruang bergantung gaya grafitasi) dan ekuilibrium dinamis (apakah kepala
bergerak atau diam, berapa kecepatan serta arah gerakan).
Utrikulus terhubung dengan duktus semilunaris
Sakulus terhubung dengan duktus koklear di dalam koklea.
d. Nervus
1) Nervus vestibular
2) Nervus koklear
e. Ekuilibrium dan aparatus vestibular
Aparatus vestibular merupakan istilah yang digunakan untuk utrikulus, sakulus, dan
duktus semisirkularis yang mengandung reseptor untuk ekuilibrium dan
keseimbangan.
7
1) Ekuilibrium Statis
=> kesadaran akan posisi kepala terhadap gaya gravitasi jika tubuh tidak
bergerak. Ini juga merupakan kesadaran untuk merespon perubahan dalam
percepatan linear seperti kecepatan dan arah pergerakan kepala dan garis
tubuh dalam suatu garis lurus.
2) Makula adalah reseptor ekuilibrium statis. Satu makula terletak di dinding
utrikulus dan satu lagi terletak pada sakulus
3) Setiap makula terdapat sel rambut yang mengandung endapan kalsium yang
disebut otolit (otokonia, statokonia).
4) Aktivitas reseptor ditransmisikan ke ujunga saraf vestibular (CN VIII) yang
melilit di sekeliling dasar sel rambut.
5) Ekuilibrium Dinamis => kesadaran akan posisi kepala saat respon gerakan
angular atau rotasi
6) Ampula merupakan reseptor untuk ekuilibrium dinamis. Setiap saluran
semisirkularis mengandung suatu bidang pembesaran, ampula, yang berisi
krista (teridiri dari sel penunjang dan sel rambut menonjol yang membentuk
lapisan gelatin = disebut kupula)
1. Proses pendengaran
a. proses pendengaran manusia pertama dimulai dari daun telinga (auter ear)
yang fungsinya menangkap suara-suara disekitar dan memasukkannya ke
canal / lubang telinga.
b. proses kedua suara yang masuk melalui lubang telinga diterima oleh
gendang telinga yang berakibat bergetarnya 3 tulang pendengaran yaitu
maleus, inkus dan stapes, dan menyalurkan ke rumah siput.
c. proses ketiga didalam rumah siput terdapat hear sell yang bergetar akibat
suara dan getarannya menghasilkan getaran listrik yang dihasilkan dari
nergi kinestik. Sehingga aliran listrik itu menjadikan sinyal yang
menyulurkan ke otak yang dialiri oleh saraf pendengaran untuk
selanjutnya otak yang bekerja mengartikan semua suara –suara yang
masuk.
2. Fisiologi pendengaran
Energi bunyi ditangkap daun telinga dalam bentuk gelombang > getarkan
membran timpani > melewati tulang pendengaran MIS (maleus, inkus, stapes) >
energi diamplifikasi > diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap jorong
sehingga perilimfe pada skala vestibuli bergerak > getaran diteruskan ke
8
membrana reissner yang mendorong endolimfe > timbulkan gerak relatif antara
membran basalis dan membran tektoria > terjadi defleksi stereosilia sel rambut
sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan
sel > terjadi depolarisasi rambut > lepaskan neurotransmiter ke dalam sinaps yang
akan timbulkan potensial aksi pada saraf auditorius > lanjut ke nukleus auditorius
> korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.
Kehilangan kemampuan untuk medengar nada frekuensi tinggi terjadi pada usia
pertengahan kehilangan pendengaran yang berhubungan dengan usia ini, disebut
presbikusis, disebabkan karena perubahan telinga dalam yang ireversibel. Lansia sering
tidak mampu mengkuti percakapan karena nada konsonan frekuensi tinggi (huruf F, S,
TH,CH,SH,B,T,P) semuanya terdengar sama. Ketidakmampuan berkomunikasi,
membuat mereka terisolisasi dan menarik diri dari pergaulan sosial bila dicurigai adanya
gangguan pendengaran, maka harus dilakukan kajian telinga dan pendengaran.
Sumbatan serumen / masalah lain yang masih dapat terkoreksi bisa merupakan
penyebab utama kesukaran pendengaran. Alat bantu dengar yang sesuai mungkin
berguna untuk mengurangi deisit pendengaran.
2.3 PREVALENSI
Lebih dari 25 juta orang di amerika serikat mengalami ketulian yang bermakna,
termasuk sekitar 5 juta anak usia sekolah dan kira kira 8 juta orang yang berusia lebih
dari 65 tahun.
9
gangguan pendengaran yang ketuliannya terdeteksi sejak awal (lebih sebelum usia 6
bulan) dan di berikan amplifikasi bilateral atau implantasi koklea yang adekuat, dapat
belajar berbicara dan menggunakan sisa pendengarannya untuk belajar.
2.4 ETIOLOGI
a. Tuli konduksi
Setiap masalah di telinga luar atau tengah yang mencegah terhantarnya bunyi
dengan tepat dinamakan gangguan pendengaran konduktif. Gangguan pendengaran
konduktif biasanya pada tingkat ringan atau menengah, pada rentang 25
hingga 65 desibel.
Dalam beberapa kejadian, gangguan pendengaran konduktif bersifat sementara.
Pengobatan atau bedah dapat membantu tergantung pada penyebab khusus masalah
pendengaran tersebut. Gangguan pendengaran konduktif juga dapat diatasi dengan
alat bantu dengar atau implan telinga tengah.
1. Liang telinga :
a. Atresia (kongenital), stenosis
b. Benda padat : serumen obturans, benda asing
c. Cairan : air mandi, sekret (push, mukopush)
d. Tumor:polip, granulasi, tumor ganas
2. Membran timpani :
a. Perforasi
b. Ruptur
c. Sikartriks
3. Kavum timpani:
10
a. Radang, dengan akibatnya:
- Otitis media akuta/ kronika
- Rantai osikular yang terputus
- Kolesteatoma
b. Trauma : tumpukan darah
c. Oklusio tuba
b. Tuli sensorineural
Gangguan pendengaran sensorineural disebabkan oleh hilangnya atau rusaknya
sel saraf (sel rambut) dalam rumah siput dan biasanya bersifat permanen. Gangguan
pendengaran sensorineural, yang disebut juga “tuli saraf”, dapat ringan, menengah,
berat atau parah.
Gangguan pendengaran ringan hingga berat sering dapat diatasi dengan alat bantu
dengar atau implan telinga tengah. Sedangkan implan rumah siput seringkali
merupakan solusi atas gangguan pendengaran berat atau parah.
1. Presbikusis
2. Kelainan kongenital, waktu ibu hamil menderita morbili,penyakit virus: influenza
parotitis.
3. Kelainan darah atau pembuluh darah. Anemia , leukimia,hypertensi,dll
4. Avitaminosis B1
5. Intoksikasi obat : steptomisin, kinine , garamycine , dll
6. Infeksi : virus( parotitis) ,meningitis, dll
7. Tumor pada N.VIII
8. Trauma kapitis: kena labirin
9. Trauma akustik : kena labirin
10.Trauma akustik , mercon, bising mesin .
11.Sindromameneire
c. Tuli Campuran atau Mixed Deafness
Gangguan pendengaran campuran merupakan gabungan dari gangguan
pendengaran sensorineural dan konduktif. Gangguan ini disebabkan oleh masalah
baik pada telinga dalam maupun telinga luar atau telinga tengah. Opsi penanganan
mencakup pengobatan, bedah, alat bantu dengar atau implan pendengaran telinga
tengah .
1. Otitis media kronika stadium lanjut , dimana telah terjadi komplikasi labirin
2. Otosklerosis stadium lanjut , dimana telah terjadi perjalanan proses
pembentukan tulang pada labirin.
3. Trauma kapitis, dimana telah terjadi rupture membran timpani dan putusnya
rantai osikule, hematotimpani / graktur ostempral yang merussak koklea.
11
4. Trauma akustik dimana disamping merusak membran timpani dan osikule juga
bunyi yang sangat keras dapat merusak organ corti. (ROSPA HETHARIA & SRI
MULYANI 2011 HAL 43-44)
2.5 KLASIFIKASI
Tuli yang di sebabkan oleh kerusakan koklea atau nervus auditorius, yang
biasanya masuk dalam kelas ‘’ tuli syaraf’’ dan kedua yang di sebabkan oleh kerusakan
mekanisme untuk menjalarkan suara ke dalam koklea , yang biasanya di sebut “tuli
konduksi”. Jika koklea dan nervus auditorius rusak, orang tersebut akan mengalami tuli
permanen. Tetapi, jika koklea dan nervus tetap ututh tetapi sistem osikulartimpa-num
telah hancur atau mengalami ankilosis (beku di tempat akibat fibrosis atau kalsifikasi),
gelombang suara masih dapat di konduksikan ke dalam koklea melalui getaran suara
yang di kenai tulang.
12
Perkembangan kognitif terganggu
Kelelahan dan iritasi karena penderita berusaha keras untuk bisa mendengar
Pusing atau gangguan keseimbangan
2.7 PATOFISIOLOGI
14
e. Apakah rantai tulang-tulang telinga terputus karena kecelakaan (trauma kepala)
atau sebab infeksi.
f. Apakah ada penyakit di tulang telirigastapes (otosklerosis).
g. Berapa besar tekanan pada telinga bagian tengah.
2.9 PENATALAKSANAAN
1. Alat bantu dengar tuli
a. Alat bantu dengar, merupakan alat elektronik yang dioperasikan dengan bateri
yang berfungsi memperkuat dan merubah suara sehingga komunikasi bisa
berjalan lancar. Alat bantu dengar terdiri dari sebuah mikrofon untuk menangkap
suara, amplifier untuk meningkatkan volume suara, speaker untuk menghantarkan
suara yang volumenya telah dinaikkan. Alat bantu dengar sangat membantu
proses pendengaran dan pemahaman percakapan pada penderita penurunan fungsi
pendengaran sensorineural.
b. Alat bantu dengar hantaran udara,Alat ini paling banyak digunakan, biasanya
dipasang di dalam saluran telinga dengan sebuah penutup kedap udara atau
sebuah selang kecil yang terbuka.
c. Alat bantu dengar hantaran tulang,Alat ini digunakan oleh penderita yang tidak
dapat memakai alat bantu dengar hantaran udara, misalnya penderita yang terlahir
tanpa saluran telinga atau jika keluar cairan dari telinganya (otorea). Alat ini
dipasang di kepala biasanya dibelakang telinga dengan bantuan sebuah pita
elastis. Suara dihantarkan melalui tulang tengkorak ke telinga dalam. Beberapa
alat bantu dengar hantaran tulang bisa ditanamkan pada tulang di belakang
telinga.
2. Pencangkokan koklea,Implan / pencangkokan koklea dilakukan pada penderita tuli
berat yang tidak dapat mendengar meskipun telah menggunakan alat bantu dengar.
Alat ini dicangkokkan di bawah kulit di belakang telinga dan terdiri dari 5 bagian :
Sebuah microfon untuk menangkap suara dari sekitar
Sebuah prosesor percakapan yang berfungsi memilih dan mengubah suara yang
tertangkap mikrofon
Sebuah transmitter dan stimulator / penerima yang berfungsi menerima sinyal
dari prosesor percakapan dan merubahnya menjadi gelombang listrik
15
Elektroda, berfungsi mengumpulkan gelombang dari stimulator dan
mengirimnya ke otak
Implan koklea sangat berbeda dengan alat bantu dengar. Alat bantu dengar
berfungsi memperkeras suara, implan koklea menggantikan fungsi dari bagian
telinga yang mengalami kerusakan.
3. Pengobatan
Pada sebagian besar kasus tuli mendadak, penyebab spesifik tidak
dapat diidentifikasi, sehingga penatalaksanaan yang diberika bersifat empiris.
Penatalaksanaan dengan memberikan paduan obat untuk semua kemungkinan
patofisiologi tuli mendadakmencakup kortikosteroid, vasodilator, diuretik, histamin,
plasma ekspander, inhalasi karbogen,calsium channel blocker
2.10 PATHWAY
b. Pemeriksaan fisik
B1(breathing) : infeksi saluran pernafasan atas yang berulang
B2(blood) : tidak ada kelainan pada sistem kardiovaskuler
B3(brain) : pusing, vertigo,nyeri, rasa penuh pada telingga
B4(bladder) : tidak ada kelainan
B5(bowel) : tidak ada kelainan
B6(bone&muskuluskeletal) : malaise, aktivitas terbatas, suhu meningkat
16
c. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
2. Gangguan sensori / presepsi berhubungan dengan kerusakan pada telingatengah
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan nyeri
4. Isolasi sosial berhubungan dengan nyeri, otore
5. Kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhan
6. Ansietas berhubungan dengan prosedur perubahan status kesehatan dan pengobatan
7. Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri,
hilangnya fungsi, kemungkinan penurunan pendengaran lebih besar setelah operasi.
8. Gangguan harga diri rendah berhubungan dengan berkurangnya pendengaran.
d. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
Tujuan : Pasien mengambarkan nyeri dalam keadan minimal atau tidak ada nyeri
Intervensi:
Kaji nyeri, lokasi,karasteristik, mulai timbul, frekuensi dan intensitas, gunakan
tingkat ukuran nyeri
R/ : untuk mengukur tingkat/kualitas nyeri guna intervensi selanjutnya
Ajarkan dan bantu dengan alternative teknik pengurangan nyeri (misalnya imajinasi,
musik, relaksasi)
R/ : pengalihan perhatian dapat mengurangi nyeri
Ubah posisi setiap 2 sampai 4 jam
R/ : posisi yang nyaman dapat membantu mengurangi tingkat nyeri.
Berikan analgesik jika dipesankan
R/ : analgesic dapat mengurangi nyeri.
17
Bersihkan bagian telinga yang kotor
R/ : telinga yang bersih dapat membantu dalam proses pendengaran yang baik
Kolaborasi dengan dokter dengan tindakan pembedahan
R/: tindakan pembedahan dapat membatu klien memperoleh pendengaran yang baik
e. Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat dengan
menyesuaikan terhadap kondisi klien.
f. Evaluasi
1. Pasien mengambarkan nyeri dalam keadan minimal atau tidak ada nyeri
2. Klien memperlihatkan persepsi pendengaran yang baik
3. Klien dapat melakukan aktivitas dengan baik
4. Pola koping klien adekuat
5. Klien dapat mengeti dengan penyakitnya
6. Klien memperlihatkan ekspresi wajah yang ceria
18
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ketulian dibidang konduksi atau disebut tuli konduksi dimana kelainan terletak
antara meatus akustikus eksterna sampai dengana tulang pendengaran stapes. Tuli di
bidang konduksi ini biasanya dapat ditolong dengan memuaskan, baik dengan
pengobatan atau dengan suatu tindakan misalnya pembedahan.Tuli yang lain yaitu tuli
persepsi (sensori neural hearing-loss) dimana letak kelainan mulai dari organ korti di
koklea sampai dengan pusat pendengaran di otak. Tuli persepsi ini biasanya sulit dalam
pengobatannya. Apabila tuli konduksi dan tuli persepsi timbul bersamaan, disebut tuli
campuran. Untuk mengetahui jenis ketulian diperlukan pemeriksaan pendengaran.
19
DAFTAR PUSTAKA
Maas, Meridean dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Geriatrik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Lucente, Frank dan Gady Har-El. 2004. Ilmu THT. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Guyton dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Smeltzer, Suzanne dan Brenda. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokeran EGC
Hetharia, Rospa dan Sri Mulyani. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan THT. Jakarta:
CV. Trans Info Media
20