Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KISTA OVARIUM

A. PENGERTIAN
Kista Ovarium adalah sebuah struktur tidak normal yang berbentuk seperti
kantung yang bisa tumbuh dimanapun dalam tubuh. Kantung ini bisa berisi
zat gas, cair, atau setengah padat. Dinding luar kantung menyerupai sebuah
kapsul. (Andang, 2013)
Kista ovarium biasanya berupa kantong yang tidak bersifat kanker yang
berisi material cairan atau setengah cair. (Nugroho, 2014).
Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium (kista indung telur)
berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di
indung telur (ovarium). Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja.
(Setyorini, 2014)
Kista ovarium merupakan pembesaran dari indung telur yang mengandung
cairan. Besarnya bervariasi dapat kurang dari 5 cm sampai besarnya
memenuhi rongga perut, sehingga menimbulkan sesak nafas. (Manuaba,
2009) Jadi, kista ovarium merupakan tumor jinak yang menimbulkan
benjolan abnormal di bagian bawah abdomen dan berisi cairan abnormal
berupa udara, nanah, dan cairan kental.
B. ANATOMI FISIOLOGI
Sebuah ovarium terletak disetiap sisi uterus, di bawah dan di belakang
tuba falopii. Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian
messovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi
dinding pelvis lateral kira-kira setinggi spinailliaka anterior superior, dan
ligamentum ovarii propium, yang mengikat ovarium ke uterus. Pada palpasi,
ovarium dapat digerakkan. Ovarium memiliki asal yang sama (homolog)
dengantestis pada pria. Ukuran dan bentuk ovarium menyerupai sebuah
almond berukuran besar. Saat ovulasi, ukuran ovarium dapat berubah menjadi
dua kali lipat untuk sementara. Ovarium yang berbentuk oval ini memiliki
konsistensi yang padat dan sedikit kenyal. Sebelum menarche, permukaan
ovarium licin. Setelah maturasi seksual, luka parut akibat ovulasi dan ruptur
folikel yang berulang membuat permukaan nodular menjadi kasar. Ovarium
terdiri dari dua bagian.
1. Korteks Ovarii
a. Mengandung folikel primordial
b. Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel degraf
c. Terdapat korpus luteum dan albicantes
2. Medula Ovarii
a. Terdapat pembuluh darah dan limfe
b. Terdapat serat saraf
Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan
memproduksi hormon. Saat lahir, ovarium wanita normal mengandung sangat
banyak ovum primordial (primitive). Diantara interval selama masa suburnya
(umumnya setiap bulan), satu atau lebih ovum matur dan mengalami
ovulasi. Ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormone
sekssteroid (estrogen, progesterone, dan androgen) dalam jumlah banyak
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan fungsi wanita
normal.
C. ETIOLOGI
Penyebab dari kista ovari sampai saat ini belum jelas di ketahui tetapi ada
kista lain yang di sebabkan karena radang dan akibat dari komplikasi tumor
yang lain, antara lain :
1. Kista Folikel
Kista ini berasal dari folikel de graf yang tidak sampai ber-ovulasi
namun tubuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer
yang setelah tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses
atresia yang lazim melainkan menjadi kista
2. Kista Korpus Luteum
Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan
menjadi korpus albikans kadang-kadang korpus luteum mempertahankan
diri (korpus luteum porsistens), perdarahan yang sering terjadi di
dalamnya menyebabkan terjadinya kista dan berisi cairan yang berwarna
merah coklat karena darah tua.
3. Kista Teka Lutein
Kista ini biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar tinju,
tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh hormon koriongonadrotopin
yang berlebihan dan dengan hilangnya mola atau koreokarsinoma,
ovarium mengecil spontan.
4. Kista Inkulsi Germinal
Kista ini menjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil
dari epitel germinatikum pada permukaan ovarium.
5. Kista Endometrium
Kista ini akibat dari peradangan endometrium yang berlokasi di
ovarium.
6. Kista Stein Lavental
Kista ini kiranya di sebabkan oleh gangguan keseimbangan
hormonal.
7. Kistoma Ovari Simplek
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya
bertangkai, sering kali bilateral dan dapat menjadi besar, di duga bahwa
kista ini suatu jenis kistodenoma serosum yang kehilangan epitel
kelenjarnya berhubungan dengan adanya tekanan cairan di dalam kista.
8. Kistadenoma Ovari Musinosim
Asal kista ini belum jelas di ketahui dengan pasti, ada penulis yang
berpendapat bahwa kista ini dari epitel germinatikum.
9. Kistadenoma Ovari Serosum
Kista ini berasal dari epitel germinatikum (permukaaan Ovarium).
10. Kista Dermoid
Kista ini di duga berasal dari sel telur melalaui proses partogenesis.
Menurut Kurniawati, dkk. (2009) ada beberapa faktor pemicu yang
dapat mungkin terjadi, yaitu:
a. Faktor internal
1) Faktor genetik
Dimana didalam tubuh manusia terdapat gen pemicu kanker yang
disebut gen protoonkogen. Protoonkogen tersebut dapat terjadi akibat
dari makanan yang bersifat karsinogen, polusi, dan paparan radiasi.
2) Gangguan hormon
Individu yang mengalami kelebihan hormon estrogen atau
progesteron akan memicu terjadinya penyakit kista.
3) Riwayat kanker kolon
Individu yang mempunyai riwayat kanker kolon, dapat berisiko
terjadinya penyakir kista. Dimana, kanker tersebut dapat menyebar
secara merata ke bagian alat reproduksi lainnya.
b. Faktor eksternal
1) Kurang olahraga
Olahraga sangat penting bagi kesehatan tubuh manusia. Apabila
jarang olahraga maka kadar lemak akan tersimpan di dalam tubuh dan
akan menumpuk di sel-sel jaringan tubuh sehingga peredaran darah
dapat terhambat oleh jaringan lemak yang tidak dapat berfungsi
dengan baik.
2) Merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan mengkonsumsi alkohol merupakan gaya hidup tidak
sehat yang dialami oleh setiap manusia. Gaya hidup yang tidak sehat
dengan merokok dan mengkonsumsi alkohol akan menyebabkan
kesehatan tubuh manusia terganggu, terjadi kanker, peredaran darah
tersumbat, kemandulan, cacat janin, dan lain-lain. 3) Mengkonsumsi
makanan yang tinggi lemak dan serat Mengkonsumsi makanan yang
tinggi lemak dan serat salah satu gaya hidup yang tidak sehat pula,
selain merokok dan konsumsi alkohol, makanan yang tinggi serat dan
lemak dapat menyebabkan penimbunan zat-zat yang berbahaya untuk
tubuh di dalam sel-sel darah tubuh manusia, terhambatnya saluran
pencernaan di dalam peredaran darah atau sel-sel darah tubuh manusia
yang dapat mengakibatkan sistem kerja tidak dapat berfungsi dengan
baik sehingga akan terjadi obesitas, konstipasi, dan lain-lain. 4) Sosial
Ekonomi Rendah Sosial ekonomi yang rendah salah satu faktor
pemicu terjadinya kista, walaupun sosial ekonomi yang tinggi
memungkinkan pula terkena penyakit kista.Namun, baik sosial
ekonomi rendah atau tinggi, sebenarnya dapat terjadi risiko terjadinya
kista apabila setiap manusia tidak menjaga pola hidup sehat.
repository.unimus.ac.id 5) Sering stress Stress salah satu faktor
pemicu risiko penyakit kista, karena apabila stress manusia banyak
melakukan tindakan ke hal-hal yang tidak sehat, seperti merokok, seks
bebas, minum alkohol, dan lain-lain.
D. PATOFISIOLOGI
Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan
endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel ovarium terjadi akibat
rangsangan dari kelenjar hipofisis. Rangsangan yang terus menerus datang
dan ditangkap panca indra dapat diteruskan ke hipofisis anterior melalui
aliran portal hipothalamohipofisial. Setelah sampai di hipofisis anterior,
GnRH akan mengikat sel genadotropin dan merangsang pengeluaran FSH
(Follicle Stimulating Hormone)dan LH (LutheinizingHormone), dimana FSH
dan LH menghasilkanhormon estrogen dan progesteron (Nurarif, 2013).
Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron yang
normal. Hal tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan kegagalan
pembentukan salah satu hormon dapat mempengaruhi fungsi ovarium.
Ovariumtidak akan berfungsi dengan secara normal jika tubuh wanita tidak
menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium
yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara
tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami
pematangan dan gagal melepaskan sel telur. Dimana, kegagalan tersebut
terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium dan hal tersebut dapat
mengakibatkan terbentuknya kista di dalam ovarium, serta menyebabkan
infertilitas pada seorangwanita (Manuaba, 2010)
E. TANDA DAN GEJALA
Kebanyakan kista ovarium tumbuh tanpa menimbulkan gejala atau
keluhan. Keluhan biasanya muncul jika kista sudah membesar dan
mengganggu organ tubuh yang lain jika sudah kista mulai menekan saluran
kemih, usus, saraf, atau pembuluh darah besar di sekitar rongga panggul,
maka akan menimbulkan keluhan berupa susah buang air kecil dan buang air
besar, gangguan pencernaan, kesemutan atau bengkak pada kaki (Andang,
2013).
Menurut Nugroho (2014), gejala klinis kista ovarium adalah nyeri saat
menstruasi, nyeri di perut bagian bawah, nyeri saat berhubungan badan,
siklus menstruasi tidak teratur, dan nyeri saat buang air kecil dan besar.
Gejalanya tidak menentu, terkadang hanya ketidak nyamananpada perut
bagian bawah. Pasien akan merasa perutnya membesar dan menimbulkan
gejala perut terasa penuh dan sering sesak nafas karena perut tertekan oleh
besarnya kista (Manuaba, 2009)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjangyaitu suatu pemeriksaan medis yang dilakuan atas
indikasi tertentu guna memperoleh ketarangan yang lebih lengkap.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dalam kasus kista ovarii antara lain :
1. Laparaskopi : Menentukan asal dan sifattumor, apakah tumor tersebut
berasal dari ovarium atau tidak, dan apakah jenis tumor tersebut termasuk
jinak atau ganas.
2. Ultrasonografi (USG) : Menentukanletak, batas, dan permukaan tumor
melalui abdomen atau vagina, apakah tumor berasal dari ovarium, uterus,
atau kandung kemih, dan apakah tumor kistik atau solid.
3. Foto rontgen : Menentukan adanya hidrotoraks, apakah di bagian dada
terdapat cairan yang abnormal atau tidak seperti gigi dalam tumor.
4. Pemeriksaan darah : Tes petanda tumor (tumor marker) CA 125adalah
suatu protein yang konsentrasinya sangat tinggi pada sel tumor
khususnya pada kanker ovarium. Lalu, sel tersebut diproduksi oleh sel
jinak sebagai respon terhadap keganasan.
G. PENATALAKSANAAN
1) Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan
bedah, misal laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.
2) Kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan akti"itas o"arium
danmenghilangkan kista.
3) Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista
ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen
dengan satu pengecualian penurunan tekanan intra abdomen yang
diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada
distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah dengan memberikan
gurita abdomen sebagai penyangga.
4) Tindakan keperawatan berikut pada pendidikan kepada klien tentang
pilihan pengobatan dan manajemen nyeri dengan analgetik / tindakan
kenyamanan seperti kompres hangat pada abdomen atau teknik relaksasi
napas dalam, informasikan tentang perubahan yang akan terjadi seperti
tanda-tanda infeksi, perawatan insisi luka operasi.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian Fokus
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama
dan alamat, serta data penanggung jawab.
2) Keluhan klien saat masuk rumah sakit
Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada
massa di daerah abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-henti.
3) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah abdomen
bawah, ada pembengkakan pada daerah perut, menstruasi yang tidak
berhenti, rasa mual dan muntah.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya tidak ada keluhan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.
d. Riwayat perkawinan
Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya
kista ovarium.
4) Riwayat kehamilan dan persalinan
Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak
mempengaruhi untuk tumbuh/tidaknya suatu kista ovarium.
5) Riwayat menstruasi
Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea
dan bahkan sampai amenorhea.
6) Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara
sistematis.
a. Kepala
1) Hygiene rambut
2) Keadaan rambut
b. Mata
1) Sklera : ikterik/tidak
2) Konjungtiva : anemis/tidak
3) Mata : simetris/tidak
c. Leher
1) Pembengkakan kelenjer tyroid.
2) Tekanan vena jugolaris.
d. Dada Pernapasan
1) Jenis pernapasan
2) Bunyi napas
3) Penarikan sela iga.
e. Abdomen
1) Nyeri tekan pada abdomen.
2) Teraba massa pada abdomen.
f. Ekstremitas
1) Nyeri panggul saat beraktivitas.
2) Tidak ada kelemahan.
g. Eliminasi, urinasi
1) Adanya konstipasi
2) Susah BAK
7) Data Sosial Ekonomi
Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan
berbagai tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum
menopause.
8) Data Spritual
Klien menjalankan kegiatan keagamaannya sesuai dengan
kepercayaannya.
9) Data Psikologis
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana
ovarium sebagai penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut
sementara pada klien dengan kista ovarium yang ovariumnya diangkat
maka hal ini akan mempengaruhi mental klien yang ingin hamil/punya
keturunan.
10) Pola kebiasaan Sehari-hari
Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam
aktivitas, dan tidur karena merasa nyeri
11) Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium
a. Pemeriksaan Hb
b. Ultrasonografi
Untuk mengetahui letak batas kista.

II. Diagnosa Keperawatan


1. Pre operasi
a. Nyeri kronis b/d ageninjuri biologi.
b. Cemas b/d diagnosis dan rencana pembedahan.
c. PK perdarahan.
2. Post operasi
a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik.
b. Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan.
c. Defisit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan).
III. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Pre Operasi
NO. Diagnosa Tujuan (NOC) Intervvensi (NIC)
Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Pain Management :
agen injuri biologi asuhan keperawatan 1. Lakukan
selama 3x24 jam pengkajian nyeri
diharapkan nyeri pasien secara komprehensif
berkurang termasuk lokasi,
NOC : karakteristik, durasi,
1. Pain Level, frekuensi, kualitas
2. Pain control, dan faktor
3. Comfort level presipitasi
Kriteria Hasil : 2. Observasi reaksi
1. Mampu mengontrol nonverbal dari
nyeri (tahu penyebab ketidaknyamanan.
nyeri, mampu 3. Gunakan teknik
menggunakan tehnik komunikasi
nonfarmakologi untuk terapeutik untuk
mengurangi nyeri, mengetahui
mencari bantuan). pengalaman nyeri
2. Melaporkan bahwa pasien.
nyeri berkurang dengan 4. Evaluasi
menggunakan pengalaman nyeri
manajemen nyeri. masa lampau
3. Mampu mengenali nyeri masa lampau.
nyeri (skala, intensitas, 5. Kontrol
frekuensi dan tanda lingkungan yang
nyeri). dapat
4. Menyatakan rasa mempengaruhi nyeri
nyaman setelah nyeri seperti suhu
berkurang. ruangan,
5. Tanda vital dalam pencahayaan dan
rentang normal. kebisingan.
6. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri.
7. Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil.

2. Kecemasan bd Setelah dilakukan NIC :


diagnosis dan asuhan keperawatan Anxiety Reduction
pembedahan selama 3x 24 jam (penurunan
diharapakan cemasi kecemasan)
terkontrol 1. Gunakan
NOC : pendekatan yang
1. Anxiety control menenangkan.
2. Coping 2. Nyatakan dengan
Kriteria Hasil : jelas harapan
1. Klien mampu terhadap pelaku
mengidentifikasi dan pasien.
mengungkapkan gejala 3. Jelaskan semua
cemas. prosedur dan apa
2. Mengidentifikasi, yang dirasakan
mengungkapkan dan selama prosedur.
menunjukkan tehnik 4. Temani pasien
untuk mengontol untuk memberikan
cemas. keamanan dan
3. Vital sign dalam mengurangi takut.
batas normal. 5. Berikan informasi
4. Postur tubuh, faktual mengenai
ekspresi wajah, bahasa diagnosis, tindakan
tubuh dan tingkat prognosis.
aktivitas menunjukkan 6. Bantu pasien
berkurangnya mengenal situasi
kecemasan. yang menimbulkan
kecemasan
7. Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi.

3. PK: Perdarahan Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-


asuhan keperawatan tanda perdarahan
selama 3x24 jam gastrointestinal.
diharapakan pasien 2. Awasi petheciae,
menunjukkan ekimosis,
perdarahan dapat perdarahan dari
diminimalkan. suatu tempat.
3. Monitor vital
sign. 4. Catat
perubahan mental.
5. Hindari aspirin.
6. Awasi HB dan
factor pembekuan.
7. Berikan vitamin
tambahan dan
pelunan feses.
2. Post Operasi
NO. Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Pain Management :
agen injuri fisik. asuhan keperawatan 1. Lakukan
selama 3x24 jadi pengkajian nyeri
diharapkan nyeri secara komprehensif
pasien berkurang termasuk lokasi,
NOC : karakteristik, durasi,
1. Pain Level. frekuensi, kualitas
2. Pain control. dan faktor
3. Comfort level. presipitasi.
Kriteria Hasil : 2. Observasi reaksi
1. Mampu mengontrol nonverbal dari
nyeri (tahu penyebab ketidaknyamanan
nyeri, mampu 3. Gunakan teknik
menggunakan tehnik komunikasi
nonfarmakologi untuk terapeutik untuk
mengurangi nyeri, mengetahui
mencari bantuan). pengalaman nyeri
2. Melaporkan bahwa pasien.
nyeri berkurang dengan 4. Kaji kultur yang
menggunakan mempengaruhi
manajemen nyeri. respon nyeri.
3.Mampu mengenali 5. Evaluasi
nyeri (skala, intensitas, pengalaman nyeri
frekuensi dan tanda masa lampau.
nyeri). 6. Evaluasi bersama
4. Menyatakan rasa pasien dan tim
nyaman setelah nyeri kesehatan lain
berkurang. tentang
5. Tanda vital dalam ketidakefektifan
rentang normal. kontrol nyeri masa
lampau.
7. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
8. Evaluasi
keefektifan kontrol
nyeri
9. Tingkatkan
istirahat
10.Kolaborasikan
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil

2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan Infection Control


penurunan asuhan keperawatan (Kontrol infeksi)
pertahanan prime selama 3x 24 jam 1. Bersihkan
diharapakan infeksi lingkungan setelah
terkontrol dipakai pasien lain.
NOC : 2. Pertahankan
1. Immune Status teknik isolasi.
2. Knowledge : 3. Gunakan sabun
Infection control antimikrobia untuk
3. Risk control cuci tangan.
Kriteria Hasil : 4. Gunakan kateter
1. Klien bebas dari intermiten untuk
tanda dan gejala infeksi menurunkan infeksi
2. Mendeskripsikan kandung kencing
proses penularan 5. Berikan terapi
penyakit, factor yang antibiotik bila perlu.
mempengaruhi 6. Monitor tanda dan
penularan serta gejala infeksi
penatalaksanaannya. sistemik dan lokal.
3. Menunjukkan 7. Monitor hitung
kemampuan untuk granulosit, WBC.
mencegah timbulnya 8. Ajarkan cara
infeksi. menghindari infeksi
4. Jumlah leukosit
dalam batas normal.
5. Menunjukkan
perilaku hidup sehat.

3. Defisit personal Setelah dilakukan Personal hyegene


hyegene b.d asuhan keperawatan managemen :
imobilitas (nyeri selama 3x24 jam 1. Kaji keterbatasan
pembedahan) diharapakan pasien pasien dalam
menunjukkan perawatan diri.
kebersihan diri 2. Berikan
NOC : kenyamanan pada
1. Kowlwdge : disease pasien dengan
process. membersihkan tubuh
2. Kowledge : health pasien
Behavior. (oral,tubuh,genital)
Kriteria Hasil : 3. Ajarkan kepada
1. Pasien bebas dari pasien pentingnya
bau menjaga kebersihan
2. Pasien tampak diri.
menunjukkan 4. Ajarkan kepada
kebersihan keluarga pasien
3. Pasien nyaman dalam menjaga
kebersihan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Banowati, B. 2015. Askep Kista Ovarium, (Online), (https://www.academia.


edu/11554145/Asuhan_Keperawatan_pada_Pasien_Kista_Ovarium)
diakses tanggal 26 Maret 2019
Desy. 2013. LP dan Askep Kista Ovarium, (Online),
(https://www.scribd.com/doc/170196682/Lp-Teori-Askep-Kista-
Ovary) diakses tanggal 26 Maret 2019
Dhany. 2016. Laporan Pendahuluan Kista Ovarium, (Online),
(https://www.scribd.com/doc/307413338/LAPORAN-
PENDAHULUAN-kista-ovarium-docx) diakses tanggal 26 Maret
2019
Hasanah. 2015. LP Kista Ovarium, (Online), (https://www.academia.
edu/16698594/LP_KISTA_OVARIUM_fix) diakses tanggal 26 Maret
2019
Rifa. 2012, Asuhan Keperawatan Kista Ovarium, (Online),
(https://www.scribd.com/doc/96911314/Asuhan-Keperawatan-Kista-
Ovarium) diakses tanggal 26 Maret 2019
Unimus. 2019. Laporan Pendahuluan, (Online), (http://repository.
unimus.ac.id/1562/3/5.%20BAB%20II.pdf) diakses tanggal 26 Maret
2019

Anda mungkin juga menyukai