Anda di halaman 1dari 17

Referat

MASALAH CITRA DIRI PADA ANAK REMAJA

Oleh :
Rafael Jireh Tambuwun

220141010014

Masa KKM : 24 Oktober – 20 November 2022

Pembimbing :
dr. Frida M. Agu, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Referat yang berjudul

“Masalah Citra Diri pada Anak Remaja”

Telah dibacakan, dikoreksi dan disetujui pada

Oleh:

Rafael Jireh Tambuwun

220141010014

Masa KKM : 24 Oktober – 20 November 2022

Pembimbing:

dr. Frida M. Agu, Sp.KJ


DAFTAR ISI

Referat...........................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................2
BAB III. KESIMPULAN.............................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan masa yang ditandai dengan perubahan fisiologis, emosional,

kognitif, dan sosial yang meghasilkan perhatian yang lebih besar terhadap penampilan fisik.

Perubahan fisik yang menyertai permulaan pubertas menuntut restrukturisasi konstan

persepsi remaja tentang tubuh mereka, memprovokasi peningkatan preokupasi terhadap citra

diri yang dalam banyak kasus menyebabkan penurunan harga diri (self esteem).

Kecenderungan remaja untuk tidak bahagia dengan citra tubuh mereka telah dibahas dalam

banyak penelitian, sebab masalah citra tubuh ini dapat mengancam kesehatan dan

kesejahteraan para remaja.1

Citra tubuh mengacu pada pengalaman psikologis multifaset dari perwujudan yang

mencakup persepsi diri dan sikap diri yang berhubungan dengan tubuh seseorang, termasuk

pikiran, keyakinan, perasaan, dan perilaku. Citra tubuh sering didefinisikan sebagai persepsi

diri tentang diri secara fisik dan perasaan serta pikiran yang dihasilkan dari persepsi tersebut.

Gangguan di salah satu domain ini disebut sebagai kekhawatiran citra tubuh atau citra tubuh

negatif. Temuan sebelumnya telah menunjukkan adanya hubungan antara kekhawatiran

tentang citra tubuh dan perkembangan psikopatologi pada masa remaja, terutama dengan

gejala perilaku internalizing yaitu, kecemasan, depresi, atau penarikan sosial, yang pada

gilirannya merupakan faktor risiko untuk perkembangan gangguan makan.1,2

Referat ini secara khusus akan membahas tentang masalah citra diri pada remaja.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Citra Diri (Self Image)

Citra diri merupakan pandangan atau konsep diri seseorang. Citra diri adalah

aspek penting dari kepribadian individu yang dapat menentukan keberhasilan

hubungan interpersonal dan rasa kesejahteraan diri secara umum. Citra diri yang

negatif sering kali menjadi penyebab disfungsi dan perilaku yang melecehkan bahkan

merusak diri sendiri.2

Cara seseorang memahami karakteristik fisik, psikologis dan emosional,

dimensi ego dan posisi sosial dirinya sendiri akan menghasilkan citra diri (self image).

Sangat penting untuk memiliki persepsi yang benar atas diri sendiri, dengan tujuan

untuk mengetahui batas-batas diri dan untuk mengembangkan hubungan sosial yang

benar. Citra diri memainkan peran penting dalam kehidupan individu karena dapat

mempengaruhi keadaan emosional, membawa individu ke dalam pengetahuan akan

dirinya dalam hubungannya dengan orang lain, membantu dalam mengatur

pengetahuan akan skema diri dan membawa seseorang untuk mencapai tingkat harga

diri yang lebih tinggi.2

B. Citra Tubuh (Body Image) Sebagai Bagian dari Citra Diri (Self Image)

Citra tubuh (body image) yang merupakan bagian dari citra diri mengacu pada

pengalaman psikologis seseorang dari perwujudan yang mencakup persepsi dan sikap

diri yang berhubungan dengan tubuh individu itu sendiri, termasuk pikiran,

keyakinan, perasaan, dan perilaku. Citra tubuh sering didefinisikan sebagai persepsi

2
tentang diri sendiri secara fisik dan perasaan serta pikiran yang dihasilkan dari

persepsi tersebut. Body image juga dapat diartikan sebagai gambaran mengenai tubuh

seseorang yang terbentuk dalam pikiran individu itu sendiri, atau dapat disimpulkan

sebagai gambaran tubuh individu menurut individu itu sendiri.3

C. Citra Diri pada Masa Remaja

Masa remaja adalah periode untuk terlibat dalam cara berpikir, bertindak, dan

mengorganisir kegiatan yang didukung secara sosial dan berfokus pada kemandirian

remaja. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak dan masa dewasa.

Masa remaja juga merupakan suatu periode dalam rentang kehidupan manusia.

Remaja pada umumnya mengalami pergolakan hidup yang diakibatkan oleh berbagai

macam perubahan, baik perubahan fisik, psikis, maupun sosial. Remaja memiliki

perhatian besar pada penampilan, salah satunya adalah bentuk tubuh. Perubahan fisik

pada remaja merupakan permasalahan yang paling kelihatan menonjol dan merupakan

salah satu sumber utama permasalahan remaja. Salah satu perubahan fisik seperti

berat badan dan penampilan diri seperti citra tubuh atau body image merupakan

masalah yang paling sering dibahas dalam remaja. Perhatian terhadap citra tubuh atau

body image seseorang sangat kuat terjadi pada remaja akhir yang berusia 18-21 tahun,

baik remaja putri maupun remaja putra. Para remaja akhir berlomba-lomba untuk

dapat memuaskan penampilan yang dimiliki dengan berbagai cara untuk

menyembunyikan perubahan-perubahan yang terjadi dalam tubuhnya yang mereka

tidak inginkan atau tidak disukai.3,4

D. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Citra Diri pada Remaja

3
1) Media

Secara luas, pandangan masyarakat barat untuk remaja perempuan dan wanita

diaggap ideal jika mencakup tipe tubuh tertentu yang berkisar dari kurus, ramping

dan berotot, hingga berbentuk layaknya jam pasir, untuk remaja laki – laki dan

pria, mereka akan dianggap ideal jika memiliki tubuh yang berotot. Industri

kecantikan dan diet adalah pendorong utama timbulnya pandangan – pandangan

tersebut, yang kemudian berpotensi menghasilkan citra tubuh negatif. Industri

kecantikan dan diet mendapatkan keuntungan dengan membujuk individu yang

tidak puas dengan tubuh mereka untuk membeli produk yang menjanjikan guna

meningkatkan penampilan dan kepuasan tubuh. Ekspektasi penampilan yang tidak

realistis yang diperkuat oleh industri-industri ini serta penggunaan konten dan

media sosial secara digital di mana-mana untuk menyampaikan gambar-gambar

ini membuat hampir tidak mungkin bagi remaja untuk menghindari pengaruh dari

industri tersebut. Penelitian telah menunjukkan bahwa platform media sosial

secara konsisten dapat berkontribusi pada citra tubuh yang buruk dan perilaku

makan yang tidak teratur.5

Media sosial adalah bentuk media yang lebih baru yang semakin populer di

seluruh dunia, dan saat ini, sebagian besar pesan tentang idealisme penampilan

disampaikan melalui media sosial. Karena ketersediaannya yang luas (misalnya,

pada smartphone), pengaruh media sosial mungkin lebih kuat daripada bentuk

media tradisional. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan aktif

media sosial dapat mempengaruhi citra tubuh secara negatif dan tampaknya terkait

dengan ketidakpuasan tubuh dan gangguan makan. Mekanisme teoretis yang

4
berbeda telah diusulkan, seperti membanding – bandingkan penampilan tubuh

dan objektifikasi diri.6

2) Keolahragaan

Meskipun olahraga dapat memiliki dampak positif pada kesehatan fisik dan

mental pada remaja, penting juga bagi dokter untuk mengingat pengaruh olahraga

terhadap citra tubuh. Hal ini terutama berlaku untuk olahraga yang secara

tradisional cenderung lebih menyukai bentuk atau ukuran tubuh tertentu, misalnya

menari, berlari, pemandu sorak, berenang, senam, bersepeda, sepak bola, dan

binaraga. Demikian pula, olahraga yang mengharuskan atlet untuk ‘menambah

berat badan’, seperti kru atau gulat dapat memberikan tekanan yang tidak

semestinya pada remaja untuk mencoba menurunkan atau menambah berat badan

dengan cara yang tidak sehat. Persentase yang signifikan dari remaja, terlebih

umum mereka yang berjenis kelamin laki – laki, telah menyatakan keinginan

untuk meningkatkan massa otot, dengan banyak dari remaja ini menggunakan

pola makan yang tidak teratur, suplemen makanan dan bahkan steroid anabolik

untuk mencapai tujuan ini. Penggunaan suplemen merupakan isu penting pada

remaja pada umumnya dan khususnya pada para atlet, baik di tingkat SMA

maupun elit. Remaja juga memiliki sedikit pengetahuan tentang potensi bahaya

penggunaan suplemen. Dokter harus menekankan bahwa citra tubuh merupakan

bagian penting dari perkembangan remaja dan berdampak pada kesehatan mereka

secara keseluruhan. Bias berat badan adalah masalah di seluruh perawatan

kesehatan dan berdampak pada citra tubuh serta kesehatan secara keseluruhan.5

5
3) Hubungan Interpersonal

Citra tubuh remaja sangat dipengaruhi oleh hubungan dengan keluarga dan

sosial. Penelitian tentang citra tubuh remaja dengan hubungan interpersonal telah

melihat secara dekat konsep ‘pembicaraan soal badan yang gemuk’ atau

pembicaraan tentang diet, seperti memberikan pernyataan negatif yang dibuat

tentang tubuh sendiri atau tubuh orang lain, misalnya ‘Saya merasa sangat gemuk

hari ini’ atau ‘makanan ringan yang kamu makan bisa menggemukkan’, maupun

diskusi tentang tekanan untuk berdiet dapat mempengaruhi atau mengakibatkan

gambaran negatif tentang diri seseorang. Remaja yang terpapar pada pembicaraan

tentang tubuh dan diet yang negatif dengan teman dan anggota keluarga memiliki

tingkat ketidakpuasan tubuh yang lebih tinggi serta IMT yang lebih tinggi, dan

mereka akan menunjukkan perilaku pengendalian berat badan yang tidak sehat di

kemudian hari. Berge et al. yang meneliti efek antar generasi dari pembicaraan

diet mandapatkan bahwa anak-anak dari orang tua yang mendiskusikan diet sering

kali lebih mungkin untuk melakukannya juga ketika mereka memiliki anak

mereka sendiri.5

4) Citra Tubuh Positif (Positive Body Image)

Meskipun ada banyak pengaruh yang terbukti berkontribusi terhadap citra

tubuh negatif, penelitian mulai diperluas untuk memeriksa faktor protektif

terhadap citra tubuh yang buruk dan dapat menghasilkan citra tubuh yang positif.

Citra tubuh yang positif memiliki beberapa komponen termasuk penghargaan

terhadap diri sendiri, fungsi dan interaksinya dengan dunia luar, kasih sayang pada

6
diri sendiri dan pemahaman bahwa tubuh memanglah tidak sempurna. Kesehatan

di setiap ukuran, yang telah dipelajari sebagian besar pada orang dewasa, berfokus

pada parameter, seperti kesehatan seluruh tubuh dan self esteem (harga diri)

daripada hanya sekedar penurunan berat badan, dan penelitian telah menunjukkan

efek positif pada kepuasan tubuh dan perilaku yang berhubungan dengan makan.

Demikian pula, tingkat self-compassion yang lebih tinggi dan area citra tubuh

yang positif terkait dengan kekhawatiran yang lebih rendah tentang penampilan,

IMT (indeks massa tubuh ) yang lebih sehat dari waktu ke waktu, peningkatan

aktivitas fisik, kebiasaan seksual yang lebih sehat, dan kebiasaan kesehatan umum

yang lebih baik pada remaja. Advokasi dan diskusi tentang ‘kepositifan tubuh’

(body positivity), cinta diri, dan penerimaan diri sendiri (self acceptance) lebih

umum dijumpai saat ini di media sosial dalam beberapa tahun terakhir.5

E. Dampak Citra Diri Negatif

Laporan dalam literatur ilmiah telah menemukan korelasi antara gangguan

citra tubuh dan beberapa outcome kesehatan mental dan fisik.6

1) Bukti secara konsisten menunjukkan bahwa citra tubuh yang tidak sehat dikaitkan

dengan obesitas dan kurangnya aktivitas fisik.

2) Pasien yang melebih-lebihkan ukuran tubuh mereka dapat mempraktikkan metode

pengendalian berat badan yang tidak sehat seperti melewatkan makan, muntah yang

diinduksi sendiri, puasa, dan minum pil penurun berat badan yang tidak diresepkan.

Ketidakseimbangan nutrisi dan pembatasan kalori yang berlebihan akibat perilaku

pengendalian berat badan yang tidak sehat dapat menyebabkan penurunan berat badan

sementara, anemia, osteoporosis, menstruasi tidak teratur, amenore, dan dehidrasi.

7
3) Studi secara konsisten telah menunjukkan hubungan yang signifikan antara citra

tubuh negatif dan depresi. Ketidakpuasan tubuh dan persepsi citra tubuh yang salah

bisa menjadi lebih parah dengan adanya depresi.

4) Sikap citra tubuh dipengaruhi oleh konteks kehidupan tertentu dan kualitas hidup.

Ketidakpuasan tubuh mungkin memiliki outcome negatif, termasuk kecemasan atau

perasaan stres, harga diri yang buruk, isolasi, preokupasi dengan penampilan, dan

kecemasan sosial.

5) Individu dengan gangguan citra tubuh mungkin berusaha secara dramatis untuk

mengubah penampilan mereka, misalnya, melalui operasi kosmetik. Penyalahgunaan

steroid dan berolahraga di gym yang berlebihan untuk meningkatkan massa otot

sering terjadi pada pasien dengan dismorfia otot.

6) Mispersepsi citra tubuh bisa menjadi indikator penting dari perilaku melukai diri

sendiri dan perilaku bunuh diri.

7) Citra tubuh negatif dikaitkan dengan gangguan fungsi seksual dan ketidakpuasan

seksual. Penelitian menunjukkan bahwa ketidakpuasan tubuh meningkatkan risiko

ketidakpuasan seksual pada wanita.

8) Citra tubuh negatif dikaitkan dengan perilaku kesehatan yang tidak aman seperti

praktik seksual yang tidak aman dan merokok.

9) Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa di antara variabel psikososial seperti

locus of control dan perfeksionisme, distorsi citra tubuh adalah prediktor terkuat dari

gangguan makan klinis dan perilaku makan yang tidak teratur.

10) Distorsi citra tubuh merupakan faktor penting dalam pengembangan penyakit –

penyakit seperti anoreksia nervosa, bulimia nervosa, gangguan dismorfik tubuh, dan

merupakan faktor risiko yang diketahui untuk pengembangan Binge Eating Disorder.

8
11) Selain meningkatkan risiko bunuh diri dan perilaku melukai diri sendiri, gangguan

makan memiliki tingkat kematian tertinggi di antara semua kondisi kejiwaan.

12) Gangguan makan secara klinis dapat mengganggu hampir semua sistem organ utama,

termasuk gangguan fisiologis seperti bradikardia, hipotensi, dan hipotermia.

F. Citra Diri Negatif dan Gangguan Dismorfik Tubuh (Body Dysmorphic Disorders)

Gejala BDD erat kaitannya dengan body image seseorang. Hal ini

dijelaskan dalam penelitian lain yang diketahui hasilnya menunjukkan adanya

pengaruh langsung dan signifikan antara citra tubuh dengan BDD. Dimana

seseorang terutama wanita akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan

penampilan atau tubuh yang ideal sehingga terlihat lebih menarik, seperti

menggunakan pakaian yang menutupi kekurangan tubuh ataupun melakukan

treatment tubuh dan wajah, akan tetapi semua hal itu masih belum memberikan

kepuasan pada penampilan mereka. Obsesi seseorang untuk mendapatkan

bentuk tubuh dan tampilan fisik yang ideal dapat dijadikan salah satu indikasi

bahwa remaja tersebut memiliki karakteristik dari gejala BDD. Bentuk tubuh

individu menjadi bagian yang diprioritaskan pertama kali dan selalu dilihat orang

lain. Keinginan untuk memiliki bentuk tubuh yang ideal berkaitan erat dengan

body image. Dengan kata lain seorang individu akan melakukan berbagai cara

untuk mendapatkan penampilan fisik yang ideal sehingga terlihat menarik

dihadapan orang lain.7

Gangguan dismorfik tubuh adalah kondisi yang masih kurang dibahas, karena

pasien lebih cenderung pergi ke dokter kulit, internis, atau ahli bedah plastik daripada

ke psikiater untuk kondisi ini. Satu studi dari sekelompok mahasiswa menemukan

9
bahwa lebih dari 50 persen memiliki setidaknya beberapa preokupasi dengan aspek

tertentu dari penampilan mereka.8

Berikut kriteria diagnosis gangguan dismorfik tubuh berdasarkan DSM-V:9

a) Preokupasi dengan satu atau lebih kekurangan yang dirasakan atau

kekurangan dalam penampilan fisik yang tidak diamati atau tampak

remeh bagi orang lain.

b) Pada titik tertentu selama perjalanan penyakit, individu telah

melakukan perilaku berulang (misalnya, memeriksa diri di cermin,

perawatan berlebihan, menguliti, mencari kepastian dari orang lain)

atau tindakan (misalnya, membandingkan penampilannya dengan

orang lain) dalam menanggapi masalah penampilan.

c) Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis

atau hendaya dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting

lainnya.

d) Preokupasi terhadap penampilan tidak lebih baik dijelaskan oleh

kekhawatiran dengan lemak tubuh atau berat badan pada individu yang

gejalanya memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan makan.

G. Tatalaksana Masalah Citra Diri pada Remaja

Beberapa intervensi telah dikembangkan untuk meningkatkan citra diri yang

positif:6

1) Cognitive Behavioural Therapy

10
Terapi perilaku-kognitif atau yang dikenal dengan cognitive behavioral therapy

(CBT) adalah intervensi yang paling umum yang digunakan dan paling didukung

secara empiris untuk meningkatkan citra tubuh yang positif. CBT bertujuan untuk

menargetkan proses kognitif dan perilaku inti yang berkontribusi pada citra tubuh

negatif, dan membantu individu untuk mengubah pikiran, perasaan, dan perilaku

disfungsional mereka yang terkait dengan citra tubuh mereka.

2) Teknik untuk Meningkatkan Kebugaran Fisik

Intervensi pelatihan kebugaran terdiri dari latihan aerobik atau anaerobik untuk

meningkatkan kapasitas fisik seperti kekuatan otot, dan juga untuk mendorong

individu untuk lebih fokus pada fungsionalitas dan kurang pada penampilan.

3) Teknik untuk Memberikan Literasi Media yang Benar dan Mempromosikan

Resistensi Terhadap Media

Intervensi literasi media bertujuan untuk mengajarkan individu untuk

mengevaluasi secara kritis tentang pandangan mengenai penampilan yang

disampaikan kepada mereka oleh media.

4) Teknik untuk meningkatkan self esteem

Intervensi peningkatan harga diri telah ditemukan bermanfaat, aman, dan cocok

untuk meningkatkan citra tubuh.

5) Teknik Memberikan Psikoedukasi Terkait Body Image

Psikoedukasi bertujuan untuk mendidik individu tentang konsep citra tubuh, citra

tubuh negatif, dan penyebab serta konsekuensinya. Psikoedukasi sering ampuh jika

dikombinasikan bersama dengan intervensi lain, seperti intervensi pelatihan

kebugaran atau teknik untuk meningkatakan harga diri.

6) Cognitive Remediation Therapy (CRT)

11
Penelitian tentang citra tubuh mulai melihat aspek neuropsikologis bagaimana

individu dengan gangguan citra tubuh memproses informasi secara kognitif. Terapi

Remediasi Kognitif (CRT) atau Terapi Peningkatan Kognitif adalah sekelompok

intervensi yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan neurokognitif individu

seperti fleksibilitas dan perencanaan kognitif, perhatian, memori kerja dan fungsi

eksekutif. CRT dapat mengidentifikasi dan menargetkan gangguan kognitif khusus

untuk seorang individu.

7) Farmakoterapi pada Gangguan Dismorfik Tubuh

Pedoman klinis saat ini menunjukkan bahwa terapi perilaku kognitif (CBT)

ditambah inhibitor reuptake serotonin adalah pengobatan lini pertama untuk

gangguan dismorfik tubuh. Farmakoterapi yang tepat dapat memperbaiki gejala inti

dari gangguan dismorfik tubuh, mencegah bunuh diri, dan memperbaiki fungsi

psikososial pada sebagian besar pasien. Kesediaan pasien untuk menerima dan

mematuhi farmakoterapi memerlukan identifikasi terlebih dahulu karena banyak

pasien memiliki wawasan yang buruk dan mungkin menginginkan perawatan

kosmetik daripada farmakoterapi. Dosis obat SRI yang diperlukan untuk mengobati

gangguan dismorfik tubuh seringkali lebih tinggi daripada dosis yang dibutuhkan

untuk mengatasi gangguan kejiwaan umum lainnya, dan pasien harus tetap

menggunakan pengobatan untuk waktu yang relatif lama.

12
BAB III

KESIMPULAN

Remaja memiliki perhatian besar pada penampilan, salah satunya adalah

bentuk tubuh. Perubahan fisik pada remaja merupakan permasalahan yang paling

kelihatan menonjol dan merupakan salah satu sumber utama permasalahan remaja.

Salah satu perubahan fisik seperti berat badan dan penampilan diri seperti citra tubuh

atau body image merupakan masalah yang paling sering dibahas dalam remaja.3,4

Citra tubuh yang negatif pada remaja dapat berdampak secara psikis maupun

fisik dalam kehidupan remaja itu sendiri, telah terbukti bahwa pandangan atau adanya

gambaran yang terlampau negatif akan diri sendiri dapat menjadi psikopatologi

timbulanya berbagai penyakit kejiwaan berupa depresi, gangguan kecemasan,

gangguan makan, gangguan dismorfik tubuh dll.6

Masalah cita diri pada remaja dapat ditatalaksana dengan cognitive

behavioural therapy (CBT), psikoedukasi, teknik untuk meningkatkan literasi media

serta resistensi media, sebab telah diketahui bahwa media merupakan salah satu faktor

yang dapat meningkatkan gambaran negatif seseorang akan dirinya akibat dari

ekspektasi penampilan yang tidak realistis yang ditampilkan dari media, dll.

Tatalaksana lini pertama berupa farmakoterapi jika terdapat gangguan dismorfik

tubuh adalah inhibitor reuptake serotonin selektif yang dapat dikombinasikan dengan

cognitive behavioral therapy untuk outcome yang lebih baik.5,6

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Manaf NA, Saravanan C, Zuhrah B. The prevalence and inter-relationship of negative body

image perception, depression and susceptibility to eating disorders among female medical

undergraduate students. Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2016 Mar

1;10(3):VC01–4.

2. Lupu E, Petrescu AL. A study regarding teenagers’ self-image and the importance of physical

activities in its formation. Procedia Soc Behav Sci. 2012;33:870–4.

3. Nugraha A, Layli S, Safitri S. Gambaran Persepsi Remaja Terhadap Citra Tubuh (Body

Image). Jurnal Universitas Pembangunan Jaya. 2018

4. Łysak A, WILCZYŃSKA D, WALENTUKIEWICZ A, KARASIEWICZ K, SKONIECZNY

P. Adolescents’ actual appearance and body image self-assessment. Balt J Health Phys Act.

2017 Mar 31;9(1):63–71.

5. Hartman-Munick SM, Gordon AR, Guss C. Adolescent body image: influencing factors and

the clinician’s role. Curr Opin Pediatr. 2020 Aug 1;32(4):455–60.

6. Hosseini S, Padhy R. Body Image Distortion. StatPearls. 2022

7. Indra Wahyudi M, Salis Yuniardi M. BODY IMAGE DAN KECENDERUNGAN BODY

DYSMORPHIC DISORDER PADA MAHASISWI (Body Image and Trends of Body

Dysmorphic Disorders in Students). Psycho Holistic [Internet]. 2019;1(1). Available from:

http://journal.umbjm.ac.id/index.php/psychoholistic30

8. saddock B, Saddock V, Ruiz P. Kaplan and Saddocks Synopsis of Psychiatry. 9th ed.

Philadelphia: Lippincott:William and Wilkins; 2013.

9. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders. 5th ed. APA; 2013.

14

Anda mungkin juga menyukai