NPM : 202001500623
Tugas : Psikologi Perkembangan Dewasa dan Usia Lanjut. BAB 5-6
BAB 5
1. Masa dewasa tengah (madya) mencakup waktu yang lama dalam rentang kehidupan.
Pada masa periode ini, individu melakukan penyesuaian diri secara mandiri terhadap
kehidupan dan harapan sosial. Kebanyakan orang pada tahapan dewasa tengah
(madya), mereka mampu bertanggung jawab terhadap generasi berikutnya. Masa ini
merupakan masa yang produktif dan kreatif. Para ahli biasanya membagi periode
dewasa tengah (madya) ke dalam dua sub bagian, yaitu: usia madya dini yang
membentang dari usia 40 hingga 50 tahun sampai 60 tahun. Selama usia tengah
(madya) lanjut, perubahan fisik dan psikologis yang pertama kali mulai selama 40-an
awal lebih kelihatan.
Jadi dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas perkembangan dewasa madya
adalah melakukan penyesuaian diri terhadap perubahan kondidi fisik, minat, standar
hidup keluarga dan masyarakat.
Jawaban. BAB 6
1. Pernikahan merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan. Dengan adanya
pernikahan seorang pria dan seorang wanita akan secara sah menjadi sepasang suami
istri yang dapat saling berbagi banyak hal, melimpahkan dan mendapatkan kasih
sayang, memperoleh keintiman tanpa melanggar norma masyarakat, serta
memperoleh keturunan yang merupakan salah satu fase yang dianggap penting dalam
kehidupan sosial masyarakat.
Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Wahyu (2009) bahwa dengan pernikahan
seseorang mendapatkan teman hidup, pelipur lara, kepuasan seksual, keturunan,
kekerabatan, kenikmatan fisik, kebanggaan diri, hiburan-hiburan, kebersamaan,
kesetiaan, ilmu, wawasan dan seterusnya.
Dimensi kedua yaitu berupa afektif dimana sikap seseorang sangat ditunjukkan secara
langsung, Apakah ia menganggap pernikahan sebagai suatu yang menyenangkan atau
menyedihkan. Apabila seseorang memandangnya secara positif ia akan merasa bahwa
pernikahan adalah sesuatu yang menyenangkan, sedangkan apabila seseorang
memandangnya secara negatif maka ia akan menganggap pernikahan sebagai sesuatu
yang menyedihkan.
3. Pada masa ini mereka akan menindaklanjuti hubungan dengan teman dekatnya agar
dapat segera melangsungkan pernikahan, sehingga dapat membentuk dan memelihara
kehidupan rumah tangga secara mandiri, yakni terpisah dari orang tua. Pada
kehidupan rumah tangga yang telah dibentuk, masing-masing pihak memiliki peran
ganda yakni sebagai individu yang bekerja di lembaga pekerjaan maupun sebagai
Ayah atau Ibu bagi anak-anaknya. Seorang laki-laki sebagai kepala rumah tangga
sedangkan wanita sebagai ibu rumah tangga, tanpa meninggalkan tugas di tempat
mereka bekerja.
4. Sebagian besar individu dewasa Tengah yang menikah menyatakan cukup luas
dengan pernikahannya. Ada kemungkinan berbagai masalah serupa pun telah
diselesaikan titik bagi individu yang matang dalam aspek psikisnya, maka resiko
terjadinya perceraian dapat lebih kecil dan kurang Intens dibandingkan individu yang
masih muda. Selain itu, pada pasangan suami istri di dalam rumah tangga, mungkin
mereka akan mengalami lebih sedikit kekhawatiran finansial, lebih sedikit tugas dan
pekerjaan rumah tangga, dan semakin banyak waktu untuk mereka habiskan bersama.
5. Perceraian merupakan putusnya ikatan pernikahan yang terjadi apabila kedua belah
pihak baik suami maupun istri merasakan ketidakcocokan dalam menjalani hubungan
rumah tangga. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang pernikahan tidak
memberikan definisi mengenai perceraian secara khusus namun dalam pasal 38
menyebutkan bahwa pernikahan bisa putus karena, kematian, perceraian dan ketiga
adalah keputusan pengadilan.
Perceraian dapat terjadi pada suatu pasangan yang telah berumah tangga dikarenakan
ketika masing-masing pihak mengutamakan egonya sendiri-sendiri, maka yang terjadi
adalah kehancuran dalam perceraian. Masalah yang memicu pertengkaran suami istri
banyak sekali penyebabnya, antara lain masalah ekonomi seks, kekerasan dalam
rumah tangga, dan lain-lain. Salah satu masalah yang seringkali menjadi penyebab
perceraian adalah masalah perselingkuhan.
Menurut Nazwa (2008) menyatakan banyak sekali dampak negatif dari perceraian
yang bisa muncul pada anak titik marah pada diri sendiri marah pada lingkungan,
mencari pembangkang, tidak kesabaran, implusif apatis, menarik diri dari lingkungan,
adalah dampak-dampak dari perceraian pada anak dampak lain adalah anak jadi
ketakutan terhadap kegagalan dan prahara dalam berumah tangga, yang akhirnya
melahirkan sikap traumatis sehingga membuat mereka takut untuk berumah tangga.