Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI ANATOMI

BLOK ENDOKRIN dan METABOLISME

Disusun Oleh:

Nama : I Gede Ngurah Putra Nata Sudana


NIM : 021.06.0033
Kelas :A
Kelompok : II
Dosen : dr. Hilda Santosa, Sp.PA
dr. I.G.M. Sanies Ermawan, Sp.PA
dr. Herlina Eka Shinta, M. Biomed, Sp.PA
dr. Cheryl Nini, S.Ked

LABORATORIUM TERPADU I
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2022-2023
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya penyusun dapat melaksanakan dan menyusun laporan praktikumpatologi anatomi
tepat pada waktunya.
Laporan ini penulis susun untuk memenuhi prasyarat sebagai syarat nilai praktikum
histologi dan syarat mengikuti ujian praktikum patologi anatomi. Dalam penyusunan laporan
ini, penulis mendapat banyak bantuan, masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus
kepada :
1. dr. Hilda Santosa, Sp.PA selaku dosen pembimbing praktikum patologi anatomi.
2. Bapak/Ibu Dosen Universitas Islam Al-Azhar yang telah memberikan masukan
terkait makalah yang penulis buat.
3. Keluarga yang kami cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan motivasi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu pendalaman
lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Mataram, 23 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
1.1. Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
1.2 Tujuan .................................................................................................................................... 5
1.3 Manfaat .................................................................................................................................. 5
BAB II .................................................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................................ 6
1. Kelenjar Tiroid...................................................................................................................... 6
BAB III................................................................................................................................................... 8
METODE PENELITIAN ..................................................................................................................... 8
3.1. Waktu dan Tempat ............................................................................................................... 8
3.2. Alat dan Bahan ...................................................................................................................... 8
3.3. Cara Kerja ............................................................................................................................. 8
BAB IV ................................................................................................................................................... 9
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................................. 9
4.1 Hasil Pengamatan Preparate dari Mikroskop ................................................................... 9
4.2 Pembahasan ......................................................................................................................... 10
1. Multinodular Goiter/ Struma Adenomatosa .................................................................... 10
2. Hashimoto Thyroiditis ........................................................................................................ 11
3. Papillary Thyroid Carcinoma Classic Variant................................................................. 11
BAB V .................................................................................................................................................. 13
PENUTUP ............................................................................................................................................ 13
5.1. Kesimpulan .......................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Sistem endokrin mengatur aktivitas yang lebih memerlukan durasi daripada kecepatan.
Semua hewan vertebrata (ikan, amfibi, reptil, burung dan mamalia, termasuk manusia)
memiliki kelenjar endokrin yang sama dan melepaskan hormon yang mirip dengan
pengendalian pembangunan, pertumbuhan, reproduksi dan tanggapan lainnya. Kelenjar
endokrin melepaskan hormon, yaitu caraka kimia melalui darah yang bekerja pada sel target
yang terletak pada jarak yang jauh dari kelenjar endokrin. Berbeda dari kelenjar eksokrin,
kelenjar endokrin tidak memiliki duktus untuk produk sekretoriknya. Kelenjar endokrin dapat
berupa sel-sel tunggal atau berkelompok di setiap organ endokrin. Fungsi dari sistem endokrin
kerap berhubungan dan saling berkoordinasi dengan sistem saraf. Maka tak jarang disebut
dengan istilah neuroendokrin karena keduanya saling berkoordinasi dalam menjalankan fungsi
nya masing masing. Perbedaan dari kedua sistem ini terletak pada:

1. Media pembawa pesan kimia. Pada sistem saraf pembawa pesan kimia berupa
neurotransmitter, sedangkan pada sistem endokrin berupa hormon.

2. Saluran yang dilewati oleh pesan kimia. Pada sistem saraf berupa akson dan pada sistem
endokrin berupa darah, maka tak heran pada kelenjar endokrin terdapat banyak
pembuluh darah karena hormon yang dihasilkan akan dikirim melalui pembuluh darah.

3. Respon yang dihasilkan. Pada sistem saraf menghasilkan respon yang cepat karena
sistem saraf banyak memerlukan gerakan refleks yang cepat seperti menjauhkan
anggota dari bahawa dengan cepat. Berbeda dengan hormon yang menghasilkan respon
lambat.

Secara umum kelenjar dibagi menjadi dua yaitu kelenjar eksokrin yang memiliki duktus
sebagai saluran bagi zat kimia yang dihasilkan, dan kelenjar endokrin yang tidak memiliki
duktus, maka penyaluran zat kimia yang dihasilkan akan dikirim ke pembuluh darah untuk
dibawa ke sel target.

1. Hormon yang dihasilkan akan diklasifikasikan menjadi tiga jenis menurut komposisi
hormon tersebut,
2. Kelenjar yang mensekresi polipeptida terdiri atas insulin (dihasilkan oleh pankreas),
Growth hormon (dihasilkan di hipofisis), dan prolaktin (disekresikan di hipofisis)

3. Kelenjar yang mensekresi steroid terdiri atas kortisol (disekresikan oleh korteks
adrenal) dan testosteron, estrogen dan progesterone (disekresikan di gonad)

4. Kelenjar yang mensekresi asam amino terdiri dari Epinefrin, Norepinefrin


(disekresikan di Medula adrenal) dan Tiroksin (disekresikan di Tiroid)

Didalam sistem endokrin kita mengenal kelenjar dimana kelenjar merupakan suatu organ
khusus yang memiliki fungsi untuk memproduksi suatu hormon. Dalam kelenjar tersebut
tersusun atas sel sel spesifik yang berkelompok maupun tunggal yang berada diluar jaringan
endokrin. Ketika terjadi gangguan pada sel tersebut maka akan mengganggu fungsi dan kerja
dari kelenjar tersebut sehingga dapat berpengaruh terhadap homeostasis tubuh. Maka pada
essay ini akan di bawah struktur histologi dari tiap tiap kelenjar endokrin yang ada pada tubuh
manusia.

1.2 Tujuan

Praktikum ini memiliki tujuan yaitu :

1. Mahasiswa mampu mengetahui dan mengidentifikasi kelainan jaringan jaringan pada


sistem endokrin

1.3 Manfaat

Praktikum ini memiliki manfaat yaitu :

1. Dapat mengetahui susunan jaringan jaringan pada sistem endokrin yang mengalami
gangguan.

2. Dapat mengetahui bagian-bagian dari jaringan jaringan pada sistem endokrin yang
mengalami gangguan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid merupakan salah satu kelenjar endokrin dan terbesar di dalam tubuh
manusia dengan bentuk seperti kupu-kupu terletak lebih rendah dari laring (Gambar 1)
(Tortora, 2016). Terdiri atas lobus lateral kanan dan kiri yang dihubungkan oleh isthmus.
Memiliki besar 5 cm dab berat 10-25 gram. Tiroid secara embriologi berasal dari evaginasi
epitel faringeal dengan beberapa kontribusi dari kantung fariengal lateral (SADLER, 2012).
Kelenjar tiroid ditandai oleh adanya folikel yang terisi oleh koloid pada bagian dalamnya.
Folikel ini jika dilihat dari mikroskop, dilapisi oleh epitel selapis kuboid yang terdiri dari sel
folikular. Selain sel folikuler, kelenjar tiroid mengandung sel parafolikuler yang berada di tepi
folikel berupa sel tunggal maupun berkelompok. Sel folikuler pada tiroid berfungsi
mensekresikan hormon tetraiodotironin atau tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3), serta sel
parafolikuler menghasilkan hormon kalsitonin(Gambar 2) (Victor P. Eroschenko, 2010). T4
dan T3 dihasilkan dari di-iodotirosin (DIT) yang merupakan hasil dari perlekatan
monoiodotirosin (MIT) dengan satu iodida lain ke tirosin. Hormon tiroid tetap tersimpan dalam
bentuk ini di koloid hingga terurai dan diskresikan (Sherwood, 2018).

Gambar 1 struktur anatomi kelenjar tiroid (Tortora, 2016)


Gambar 2 struktur histologi kelenjar tiroid (Victor P. Eroschenko, 2010)

Gangguan pada tiroid merupakan gangguan pada produksi atau sekresi hormon tiroid
yang tidak normol. Keadaan ini dapat mempengaruhi perubahan dari kerja metabolik didalam
tubuh. Gangguan tiroid dapat dibagi menjadi dua yaitu gangguan fungsi dan gangguan
anatomis. Gangguan fungsi berhubungan dengan Kekurangan atau kelebihan hormon tiroid
dapat mengganggu metabolisme organ tubuh. Hipotiroid merupakan suatu keadaan dimana
hormon tiroid di jaringan tubuh menurun, sedangkan hipertiroid adalah kelebihan hormon
tiroid yang beredar dalam sirkulasi akibat kelenjar tiroid yang hiperaktif. Selanjutnya gangguan
anatomis berhubungan dengan pembesaran kelenjar tiroid. Selain itu terdapat Eutiroid yang
merupakan keadaan tiroid dengan bentuk tidak normal, namun masih menjalankan fungsinya
dengan normal (Kumar, et al., 2019).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Selasa, 11 Oktober 2022
Waktu :07.10-08.50 Wita
Tempat : Laboratorium Terpadu I Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-
Azhar Mataram

3.2. Alat dan Bahan


1. Mikroskop Binokuler Olympus CX22.
2. Preparat

• Multinodular Goiter/ Struma Adenomatosa

• Hashimoto Thyroiditis

• Papillary Thyroid Carcinoma Classic Variant


3.3.Cara Kerja
1. Periksa keadaan mikroskop yang akan digunakan, cek lampu, perbesaran objektif dan
okulernya.
2. Siapkan preparat sistem edndokrin.
3. Lihat gambaran keseluruhan specimen menggunakan mikroskop dengan pembesaran
kecil (10x4), kemudian pelajarilah struktur-struktur jaringan atau sel yang harus
dipelajari dengan menggunakan pembesaran besar (10x10, 10x20, 10x40 atau 10x45).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan Preparate dari Mikroskop
NO Nama Preparat Perbesaran Gambar Mikroskopis Preparat

1 Multinodular Goiter/ 10x


Struma Adenomatosa

40x

2 Hashomoto 10x
Thyroiditis
40x

3 Papillary Thyroid 10x


Carcinoma Classic
Variant

40x

4.2 Pembahasan
Sebagai pemahaman berkelanjutan, maka pembahasan lebih terperinci mengenani
kelainan yang terjadi pada gambar diatas.

1. Multinodular Goiter/ Struma Adenomatosa


Pembesaran tiroid, atau struma (goiter), merupakan manifestasi penyakit tiroid yang
paling sering. Struma multinodular dan difus mencerminkan gangguan sintesis hormon
tiroid, paling sering disebabkan oleh defisiensi yodium dalam makanan. Derajat
pembesaran tiroid sebanding dengan tingkat keparahan dan lamanya defisiensi hormon
tiroid. Secara makroskopis, sel-sel ini tumbuh simetris, berat 200-300 g, berwarna abu-abu
pucat dengan konsistensi kenyal dan padat. Secara mikroskopis pada tahap injeksi koloid,
sel-sel ini memiliki folikel besar yang dilapisi epitel gepeng/kubus sederhana, dan folikel
kecil yang dilapisi epitel kuboid juga tampak. Gangguan sintesis hormon tiroid
menimbulkan kompensasi peningkatan TSH serum yang kemudian akan menyebabkan
hipertrofi dan hyperplasia sel-sel foliekl tiroid dan akhirnya menimbulkan pembesaran
makroskopik kelenjar tiroid. Struma adenomatosa adalah pembesaran kelenjar yang tidak
simestris, multilobular, yang dapat berukuran sangat besar. Penampakan morfologik
makroskopik. Kelenjar tampak nodular, mengandungi area fibrosis dan perubahan kistik.
Fotomikrograf spesimen dari nodul hiperplastik, dengan parenkim residual tiroid yang
tertekan di bagian tepi. Folikel hiperplastik mengandungi banyak "koloid" merah muda di
dalam lumen. Terlihat tidak adanya simpai yang menonjol, suatu gambaran yang
membedakan lesi ini dari suatu neoplasma tiroid (Kumar, et al., 2019).

2. Hashimoto Thyroiditis
Tiroiditis Hashimoto disebabkan oleh gangguan toleransi diri (self-tolerance) terhadap
autoantigen tiroid, sehingga terdapat antibodi terhadap antigen tiroid yang beredar pada
sebagian besar pasien yang menunjukkan deplesi progresif sel epitel tiroid (tirosit), yang
digantikan oleh infiltrasi sel mononukleus dan fibrosis. Secara klinis tiroiditis Hashimoto
menunjukkan pembesaran tiroid tanpa nyeri, biasanya berhubungan dengan
hipotiroidisme, pada wanita usia menengah. Pembesaran kelenjar biasanya simetris dan
difus, namun kadang-kadang dapat terbatas sehingga menimbulkan kecurigaan akan suatu
neoplasma. Secara klinis hipotiroidisme biasanya berkembang bertahap. pada tiroiditis
Hashimoto, parenkim tiroid mengandungi sebukan padat sel-sel limfosit dengan
pembentukan sentrum germinativum. Tampak pula folikel-folikel tiroid residual yang
dilapisi oleh sel-sel Hurthle yang sangat eosinofilik (Kumar, et al., 2019).

3. Papillary Thyroid Carcinoma Classic Variant


Karsinoma papiler adalah tumor non-fungsional, sehingga sering bermanifestasi
sebagai massa yang tidak nyeri di leher, baik di dalam tiroid atau sebagai metastasis pada
suatu kelenjar getah bening leher. Karsinoma papiler merupakan lesi yang indolen, dengan
angka kelangsungan hidup 10 tahun melebihi 95%. karsinoma papiler merupakan jenis
kanker tiroid yang paling sering ditemukan. Tumor ini bisa terjadi pada segala usia, dan
merupakan karsinoma tiroid yang paling banyak berhubungan dengan riwayat paparan
radiasi pengion. Suatu karsinoma papiler dengan struktur papiler yang terlihat secara
makroskopik. Pada contoh ini, papil-papil yang terbentuk baik, dilapisi oleh sel-sel dengan
ciri-ciri inti yang tampak kosong, kadang-kadang disebut sebagai inti orphon Annie eye.
Sel-sel yang didapat melalui aspirasi jarum halus dari suatu karsinoma papiler. Inklusi
intranuklear yang khas terlihat pada beberapa sel yang diaspirasi (Kumar, et al., 2019).
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem endokrin bertugas
mengatur aktivasi yang memerlukan durasi lebih lama dibandingkan sistem saraf. Organ-organ
yang termasuk sistem endokrin akan melepaskan hormon yaitu cairan kimia melalui darah.
Pada masing masing organ endokrin terdapat kelenjar endokrin, dalam kelenjar tersebut
tersusun atas sel sel spesifik yang berkelompok maupun tunggal yang berada diluar jaringan
endokrin. Secara umum gangguan tiroid yaitu hipotiroid, hipertiroid, kelainan pada hormone
dan bentuk kelenjar yang abnormal. Beberapa kondisi patologis mengenai kelenjar tiroid yaitu
struma adenomatosa tergolong jenis hipotiroid yang biasanya disebabkan oleh defisiensi
yodium dalam makanan. Hashimoto thyroiditis merupakan peradangan pada kelenjar tiroid.
Papillary thyroiditis carcinoma (PCT) tergolong jenis kanker tiroid yang paling sering
ditemukan. Masing masing gangguan tersebut memiliki ciri khas yang berbeda, dimana pada
praktikum ini dapat dilihat perbedaan itu. Hal ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi
gangguan yang terjadi pada tiroid.
DAFTAR PUSTAKA

Kumar, V., Abbas, A. & Aster, J., 2019. Buku Ajar Patologi Robbins 10th Edition. s.l.:Elsevier.

SADLER, T., 2012. Langman's Medical Embryology edisi 12. s.l.:Wolter Kluwer Health.
Sherwood, L., 2018. Sherwood Introduction to Human Physiology 8th. s.l.:brooks/cole.
Tortora, G. J., 2016. Dasar Anatomi & Fisiologi Edisi 13 Tortora. s.l.:Buku Kedokteran EGC.
Victor P. Eroschenko, P., 2010. Atlas Histologi diFiore DENGAN KORELASI
FUNGSIONAL edisi 11. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai