Disusun Oleh:
LABORATORIUM TERPADU I
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2022-2023
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya penyusun dapat melaksanakan dan menyusun laporan praktikumpatologi anatomi
tepat pada waktunya.
Laporan ini penulis susun untuk memenuhi prasyarat sebagai syarat nilai praktikum
histologi dan syarat mengikuti ujian praktikum patologi anatomi. Dalam penyusunan laporan
ini, penulis mendapat banyak bantuan, masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus
kepada :
1. dr. Hilda Santosa, Sp.PA selaku dosen pembimbing praktikum patologi anatomi.
2. Bapak/Ibu Dosen Universitas Islam Al-Azhar yang telah memberikan masukan
terkait makalah yang penulis buat.
3. Keluarga yang kami cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan motivasi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu pendalaman
lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
Sistem endokrin mengatur aktivitas yang lebih memerlukan durasi daripada kecepatan.
Semua hewan vertebrata (ikan, amfibi, reptil, burung dan mamalia, termasuk manusia)
memiliki kelenjar endokrin yang sama dan melepaskan hormon yang mirip dengan
pengendalian pembangunan, pertumbuhan, reproduksi dan tanggapan lainnya. Kelenjar
endokrin melepaskan hormon, yaitu caraka kimia melalui darah yang bekerja pada sel target
yang terletak pada jarak yang jauh dari kelenjar endokrin. Berbeda dari kelenjar eksokrin,
kelenjar endokrin tidak memiliki duktus untuk produk sekretoriknya. Kelenjar endokrin dapat
berupa sel-sel tunggal atau berkelompok di setiap organ endokrin. Fungsi dari sistem endokrin
kerap berhubungan dan saling berkoordinasi dengan sistem saraf. Maka tak jarang disebut
dengan istilah neuroendokrin karena keduanya saling berkoordinasi dalam menjalankan fungsi
nya masing masing. Perbedaan dari kedua sistem ini terletak pada:
1. Media pembawa pesan kimia. Pada sistem saraf pembawa pesan kimia berupa
neurotransmitter, sedangkan pada sistem endokrin berupa hormon.
2. Saluran yang dilewati oleh pesan kimia. Pada sistem saraf berupa akson dan pada sistem
endokrin berupa darah, maka tak heran pada kelenjar endokrin terdapat banyak
pembuluh darah karena hormon yang dihasilkan akan dikirim melalui pembuluh darah.
3. Respon yang dihasilkan. Pada sistem saraf menghasilkan respon yang cepat karena
sistem saraf banyak memerlukan gerakan refleks yang cepat seperti menjauhkan
anggota dari bahawa dengan cepat. Berbeda dengan hormon yang menghasilkan respon
lambat.
Secara umum kelenjar dibagi menjadi dua yaitu kelenjar eksokrin yang memiliki duktus
sebagai saluran bagi zat kimia yang dihasilkan, dan kelenjar endokrin yang tidak memiliki
duktus, maka penyaluran zat kimia yang dihasilkan akan dikirim ke pembuluh darah untuk
dibawa ke sel target.
1. Hormon yang dihasilkan akan diklasifikasikan menjadi tiga jenis menurut komposisi
hormon tersebut,
2. Kelenjar yang mensekresi polipeptida terdiri atas insulin (dihasilkan oleh pankreas),
Growth hormon (dihasilkan di hipofisis), dan prolaktin (disekresikan di hipofisis)
3. Kelenjar yang mensekresi steroid terdiri atas kortisol (disekresikan oleh korteks
adrenal) dan testosteron, estrogen dan progesterone (disekresikan di gonad)
Didalam sistem endokrin kita mengenal kelenjar dimana kelenjar merupakan suatu organ
khusus yang memiliki fungsi untuk memproduksi suatu hormon. Dalam kelenjar tersebut
tersusun atas sel sel spesifik yang berkelompok maupun tunggal yang berada diluar jaringan
endokrin. Ketika terjadi gangguan pada sel tersebut maka akan mengganggu fungsi dan kerja
dari kelenjar tersebut sehingga dapat berpengaruh terhadap homeostasis tubuh. Maka pada
essay ini akan di bawah struktur histologi dari tiap tiap kelenjar endokrin yang ada pada tubuh
manusia.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1. Dapat mengetahui susunan jaringan jaringan pada sistem endokrin yang mengalami
gangguan.
2. Dapat mengetahui bagian-bagian dari jaringan jaringan pada sistem endokrin yang
mengalami gangguan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid merupakan salah satu kelenjar endokrin dan terbesar di dalam tubuh
manusia dengan bentuk seperti kupu-kupu terletak lebih rendah dari laring (Gambar 1)
(Tortora, 2016). Terdiri atas lobus lateral kanan dan kiri yang dihubungkan oleh isthmus.
Memiliki besar 5 cm dab berat 10-25 gram. Tiroid secara embriologi berasal dari evaginasi
epitel faringeal dengan beberapa kontribusi dari kantung fariengal lateral (SADLER, 2012).
Kelenjar tiroid ditandai oleh adanya folikel yang terisi oleh koloid pada bagian dalamnya.
Folikel ini jika dilihat dari mikroskop, dilapisi oleh epitel selapis kuboid yang terdiri dari sel
folikular. Selain sel folikuler, kelenjar tiroid mengandung sel parafolikuler yang berada di tepi
folikel berupa sel tunggal maupun berkelompok. Sel folikuler pada tiroid berfungsi
mensekresikan hormon tetraiodotironin atau tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3), serta sel
parafolikuler menghasilkan hormon kalsitonin(Gambar 2) (Victor P. Eroschenko, 2010). T4
dan T3 dihasilkan dari di-iodotirosin (DIT) yang merupakan hasil dari perlekatan
monoiodotirosin (MIT) dengan satu iodida lain ke tirosin. Hormon tiroid tetap tersimpan dalam
bentuk ini di koloid hingga terurai dan diskresikan (Sherwood, 2018).
Gangguan pada tiroid merupakan gangguan pada produksi atau sekresi hormon tiroid
yang tidak normol. Keadaan ini dapat mempengaruhi perubahan dari kerja metabolik didalam
tubuh. Gangguan tiroid dapat dibagi menjadi dua yaitu gangguan fungsi dan gangguan
anatomis. Gangguan fungsi berhubungan dengan Kekurangan atau kelebihan hormon tiroid
dapat mengganggu metabolisme organ tubuh. Hipotiroid merupakan suatu keadaan dimana
hormon tiroid di jaringan tubuh menurun, sedangkan hipertiroid adalah kelebihan hormon
tiroid yang beredar dalam sirkulasi akibat kelenjar tiroid yang hiperaktif. Selanjutnya gangguan
anatomis berhubungan dengan pembesaran kelenjar tiroid. Selain itu terdapat Eutiroid yang
merupakan keadaan tiroid dengan bentuk tidak normal, namun masih menjalankan fungsinya
dengan normal (Kumar, et al., 2019).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Selasa, 11 Oktober 2022
Waktu :07.10-08.50 Wita
Tempat : Laboratorium Terpadu I Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-
Azhar Mataram
• Hashimoto Thyroiditis
40x
2 Hashomoto 10x
Thyroiditis
40x
40x
4.2 Pembahasan
Sebagai pemahaman berkelanjutan, maka pembahasan lebih terperinci mengenani
kelainan yang terjadi pada gambar diatas.
2. Hashimoto Thyroiditis
Tiroiditis Hashimoto disebabkan oleh gangguan toleransi diri (self-tolerance) terhadap
autoantigen tiroid, sehingga terdapat antibodi terhadap antigen tiroid yang beredar pada
sebagian besar pasien yang menunjukkan deplesi progresif sel epitel tiroid (tirosit), yang
digantikan oleh infiltrasi sel mononukleus dan fibrosis. Secara klinis tiroiditis Hashimoto
menunjukkan pembesaran tiroid tanpa nyeri, biasanya berhubungan dengan
hipotiroidisme, pada wanita usia menengah. Pembesaran kelenjar biasanya simetris dan
difus, namun kadang-kadang dapat terbatas sehingga menimbulkan kecurigaan akan suatu
neoplasma. Secara klinis hipotiroidisme biasanya berkembang bertahap. pada tiroiditis
Hashimoto, parenkim tiroid mengandungi sebukan padat sel-sel limfosit dengan
pembentukan sentrum germinativum. Tampak pula folikel-folikel tiroid residual yang
dilapisi oleh sel-sel Hurthle yang sangat eosinofilik (Kumar, et al., 2019).
Kumar, V., Abbas, A. & Aster, J., 2019. Buku Ajar Patologi Robbins 10th Edition. s.l.:Elsevier.
SADLER, T., 2012. Langman's Medical Embryology edisi 12. s.l.:Wolter Kluwer Health.
Sherwood, L., 2018. Sherwood Introduction to Human Physiology 8th. s.l.:brooks/cole.
Tortora, G. J., 2016. Dasar Anatomi & Fisiologi Edisi 13 Tortora. s.l.:Buku Kedokteran EGC.
Victor P. Eroschenko, P., 2010. Atlas Histologi diFiore DENGAN KORELASI
FUNGSIONAL edisi 11. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.