Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

“GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN PADA KELENJAR TYROID”

Disusun oleh :

1. Dian Asri Rahayu (A22020171)


2. Mike Nurul Nugraheni (A22020189)
3. Muh Khoerul Anwar (A22020190)
4. Nungky Kusumastuti (A22020192)
5. Putri Cahyaning Widowati (A22020206)
6. Silvina Ratri Arumhandini (A22020217)
7. Susanto Rakhman (A22020224)
8. Tropica Herman (A22020230)

PROGRAM B16 S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

TAHUN AJARAN 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sistem Endokrin
Pada Manusia” tepat pada waktunya.
Makalah ini penulis susun untuk melengkapi tugas Pendidikan Anatomi Fisiologi
selain itu untuk mengetahui dan memahami Sistem Endokrin Pada Manusia. Makalah ini
disusun oleh penulis dengan berbagai rintangan, baik yang datang dari diri penulis
maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan
dari Allah SWT, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada dosen mata kuliah yang telah membimbing kami dan semua pihak
yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu setiap pihak
diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat
membangun. Terimakasih.

Purworejo, November 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii


DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan Makalah ................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 2
A. Pengertian Sistem Endokrin ............................................................. 2
B. Fungsi Sistem Endokrin ................................................................... 2
C. Mekanisme Kerja Endokrin ............................................................... 4
D. Gangguan Sistem Endokrin .............................................................. 5
BAB III TINJAUAN KASUS ............................................................................. 15
A. Pengkajian ......................................................................................... 15
B. Analisis Data ..................................................................................... 16
C. Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 20
D. Intervensi Keperawatan ..................................................................... 21
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 25
A. Kesimpulan ........................................................................................ 25
B. Saran .................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem endokrin merupakan system kelenjar yang memproduksi substans untuk
digunanakan di dalam tubuh. Kelenjar endokrin mengeluarkan substansi yang tetap
beredar dan bekerja di dalam tubuh.

Hormon merupakan senyawa kimia khusus diproduksi oleh kelenjar endokrin


tertentu. Terdapat hormone setempat dan hormone umum. Contoh dari hormone setempat
adalah: Asetilkolin yang dilepaskan oleh bagian ujung-ujung syaraf parasimpatis dan
syaraf rangka. Sekretin yang dilepaskan oleh dinding duedenum dan diangkut dalam
darah menuju penkreas untuk menimbulkan sekresi pankreas dan kolesistokinin yang
dilepaskan di usus halus, diangkut ke kandung empedu sehingga timbul kontraksi
kandung empedu dan pancreas sehingga timbul sekresi enzim.

B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian dari sistem endokrin ?
2. Apa fungsi dari sistem endokrin ?
3. Kelenjar apa yang ada pada sistem endokrin manusia?
4. Bagaimana mekanisme kerja sistem endokrin pada manusia?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari sistem endokrin.
2. Untuk mengetahui fungsi dari sistem endokrin.
3. Untuk mengetahui kelenjar yang ada pada sistem endokrin manusia.
4. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme kerja sistem endokrin pada manusia

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Endokrin


Dalam tubuh manusia terdapat kelenjar, enzim dan beberapa bagian penting yang
mempengaruhi kestabilan tubuh. Salah satu kelenjar yang memiliki pengaruh dalam tubuh
adalah kelenjar endokrin. Kelenjar ini merupakan kelenjar yang tersusun atas susunan sel
mikro yang sangat sederhana yan terdiri atas jaringan ikat halus yang mengandung pembuluh
kapiler.
Kelenjar endokrin adalah sebuah organ yang memproduksi zat aktif (hormone), yang
dilepaskan melaluai darah. Zat aktif ini akan mengatur kerjas ebuah organ atau bahkan
beberapa organ sekaligus. Sifat kerja hormone adalah bekerja sebagai control umpan balik,
bekerja pada spesifik target, dan memiliki mekanisme kerja tertentu.
Sistem endokrin adalah suatu sistem dalam tubuh manusia yang bertugas untuk melakukan
sekresi (memproduksi) hormon yang berfungsi untuk mengatur seluruh kegiatan organ-organ
dalam tubuh manusia sesuai dengan yang dibutuhkan organ tersebut. Hasil sekresi berupa
hormon ini langsung masuk ke dalam pembuluh darah manusia tanpa harus melalui saluran
(duktus).
Sistem endokrin terbagi menjadi beberapa kelenjar endokrin yang jika dalam satu
kesatuan disebut denngan system endokrin. Jadi, system endokrin merupakan gabungan dari
beberapa kelenjar endokrin. Kelenjar endokrinitu sendiri ada yang mengahasilkan satu macam
hormone tunggal, dan juga menghasilkan beberapa hormone ganda.

B. Fungsi Sistem Endokrin


Seiring system endokrin berfungsi untuk mempertahankan hemostasis selama istirahat
dan olahraga. Saraf dan system endokrin juga bekerjasama unttuk memulai dan mengendalikan
gerakan, dan semua gerakan yang melibatkan proses fisiologis. Dimana system saraf bertindak
cepat (hamper seketika) menyampaikan pesan impul saraf ,system endokrin memiliki respon
lebih lambat tapi lebih tahan lama dari impul sistem saraf. Sistem endokrin mengatur

2
pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi dan menambah kapasitas tubuh untuk menangani
stress fisik dan psikologis.
Secara keseluruhan, masing-masing kelenjar yang terdapat dalam tubuh memiliki fungsi
yang berbeda-beda tergantung dari mana kelenjar tersebut dihasilkan. Akan tetapi, secara
umum fungsi kelenjar endokrin adalah:
1. Penghasil Hormon – Kelenjar endokrin bertugas untuk menghasilkan berbagai macam
jenis hormon yang nantinya akan disalurkan ke darah apabila diperlukan oleh jaringan
tubuh tertentu.
2. Mengontrol Aktivitas – Kelenjar endoktrin bertugas untuk mengontrol aktivitas dari
kelenjar tubuh agar dapat berfungsi dengan normal dan maksimal.
3. Merangsang Aktivitas – Kelenjar endoktrin juga bertugas untuk merangsang aktivitas
kelenjar tubuh untuk kemudian disampaikan ke sistem saraf dan menciptakan suatu efek
dari rangsangan tersebut.
4. Pertumbuhan Jaringan – Kelenjar endoktrin juga mempengaruhi pertumbuhan jaringan
pada manusia agar jaringan tersebut berfungsi maksimal.
5. Mengatur Metabolisme – Kelenjar endoktrin juga berfungsi untuk mengatur
metabolisme dalam tubuh, sistem oksidasi tubuh serta bertugas untuk meningkatkan
absorpsi glukosa dalam tubuh dan pada usus halus.
6. Metabolisme Zat – Kelenjar endoktrin bertugas untuk mempengaruhi
fungsi metabolisme lemak, vitamin, metabolisme protein, mineral, air dan hidrat aranga
dalam tubuh untuk agar optimal.

Sedangkan fungsi dari hormone adalah :

1. Mengendalikan proses-proses dalam tubuh manusia seperti proses metabolisme, proses


oksidatif, perkembangan seksual.
2. Menjaga keseimbangan fungsi tubuh (hemeotasis).
Pada umumnya, sistem hormonal ( system endokrin ) terutama berhubungan dengan
pengaturan sebagai fungsi metabolisme tubuh, mengatur kecepatan reaksi kimia di dalam sel
atau transport zat-zat melalui membran sel atau aspek-aspek metabolisme sel lainnya seperti
pertumbuhan dan sekresi

3
C. Mekanisme Kerja Endokrin
Kelenjar endokrin akan mengeluarkan hormon bila ada stimulus atau rangsangan.
Hormon yang akan dikeluarkan kemudian diangkut oleh darah menuju kelenjar-kelenjar yang
sesuai sehingga bagian tubuh yang sesuai tersebut akan merespon misalnya insulin yang
disekresikan pancreas apabila kadar gula dalam darah tinggi.

Macam-macam kelenjar di dalam sistem endokrin, antara lain adalah:

1. Kelenjar tiroid
Kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) yang bertugas
mengendalikan tingkat pembakaran energi dari makanan. Selain itu sel parafolikular di
kelenjar tiroid menghasilkan hormon kalsitonin yang berperan dalam pembentukan tulang.
2. Kelenjar paratiroid
Kelenjar ini melepaskan hormon paratiroid yang tugasnya adalah mengatur kadar kalsium
dalam darah. Tugas hormon ini dibantu oleh hormon kalsitonin yang dihasilkan tiroid.
3. Kelenjar pituitary
Kelenjar pituitari atau hipofisis merupakan kelenjar terpenting dalam sistem endokrin.
Kelenjar pituitari memproduksi hormon yang fungsinya mengatur berbagai kelenjar
endokrin lainnya. Termasuk di dalamnya hormon prolaktin yang sangat penting bagi ibu
menyusui, dan hormon luteinizing yang berperan dalam mengatur estrogen pada wanita
dan testosterone pada pria.
4. Kelenjar adrenal
Kelenjar adrenal terbagi menjadi dua bagian. Pertama, bagian korteks yang memproduksi
hormon kortikostreroid. Hormon ini bertugas mengatur keseimbangan cairan dan kadar
garam di dalam tubuh. Hormon ini juga memengaruhi metabolisme, sistem imun, respons
tubuh terhadap stres, serta perkembangan dan fungsi seksual. Kedua, bagian medulla yang
memproduksi hormon epinefrin atau adrenalin. Ketika tubuh mengalami stres, epinefrin
meningkatkan tekanan darah dan detak jantung.
5. Kelenjar pancreas
Memproduksi dua hormon penting, yaitu glukagon dan hormon insulin. Kedua hormon ini
bekerja sama untuk memelihara kadar gula darah dan memelihara simpanan energi di
dalam tubuh.

4
6. Kelenjar reproduksi
Kelenjar reproduksi pada pria (testis) terdapat di skrotum, sedangkan kelenjar reproduksi
wanita (indung telur atau ovarium) terdapat di rongga panggul. Testis memproduksi
hormon testosteron, sedangkan indung telur memproduksi hormon wanita, yaitu estrogen
dan progesteron.

D. Gangguan Sistem Endokrin Tiroid


Kelenjar tiroid terdiri dari dua lobus lateral yang dihubungkan melalui sebuah ismus yang
sempit. Organ terletak di atas permukaan anterior kartologo tiroid trachea, tepat di bawah
laring.
Pembentukan dan pelepasan
Kelenjar tiroid mendeteksi dua jenis hormone, yaitu :
▪ Tiroksin atau tetraiodotironin (T4), 90% dari seluruh sekresi kelenjar tiroid
▪ Triodotironin (T3), sekresi dalam jumlah kecil
Efek fisiologis hormone tiroid :
• Hormon ini meningkatkan laju metabolik hamper semua sel tubuh dengan
menstimulasi konsumsi oksigen dan memperbesar pengeluaran energi, terutama dalam
bentuk panas
• Pertumbuhan dan maturasi normal tulang dan gigi, jaringan ikat serta jaringan syaraf
Abnormalis sekresi :
➢ Hipotiroidisme, mengakibatkan penurunan aktivitas metabolic, konstipasi, letargi,
reaksi mental lambat dan peningkatan simpanan lemak pada anak kecil mengakibatkan
retardasi mental (kretinisme)
➢ Hipertiroidisme, mengakibatkan aktivitas metabolic meningkat, berat badan
turun,gelisah, tremor, diare, frekwensi jantung meningat. Hipertiroidisme berlebihan
dapat mengakibatkan goiter eksoftalmik dengan gejala berupa pembekakan jaringan di
bawah kantong mata, sehingga bola mata menonjol.

5
Gangguan Sistem Endokrin Tiroid dibagi menjadi :

1. Hipertiroid
a. Pengertian
Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan produksi dan
sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. (Marry:2009).
Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih
dari yang dibutuhkan tubuh.
Tirotoksikrosis merupakan istilah yang digunakan dalam manifestasi klinkis yang
terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormone tiroid
(Tarwoto,dkk.2012).
Angka kejadian pada hipertiroid lebih banyak pada wanita dengan perbandingan
4:1 dan pada usia antara 20-40 tahun (Black,2009). Hipertiroidisme adalah Suatu
sindrom yang disebabkan oleh peninggian produsi hormon tiroid yang disebabkan
antara lain karena autoimun pada penyakit graves, hiperplasia, genetik, neoplastik
atau karena penyakit sistemik akut.
Faktor pencetusnya adalah keadaan yang menegangkan seperti operasi, infeksi,
trauma, penyakit akut kardiovaskuler ( P.K Sint Carolus:1995).

b. Klasifikasi
Klasifikasi hipertiroid adalah sebagai berikut :
1) Hipertiroid primer
Terjadi karena berasal dari kelenjar sendiri. Contohnya penyakit grave,
fungsioning adenoma, toksik multinodular goiter, tiroiditis.
2) Hipertiroid sekunder
Terjadi jika penyebabnya berasal dari luar kelenjar. Contohnya tumor hipofisis,
pemberian hormone tiroid dalam jumlah besar, intake yodium berlebihan.

6
c. Etiologi
Menurut Tarwoto,dkk (2012) penyebab hipertiroid diantaranya :
1) Adenoma hipofisis
Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis dan jarang terjadi.
2) Penyakit graves
Penyakit graves atau toksi goiter diffuse merupakan penyakit yang disebabkan
karena autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibody yang disebut thyroid-
stimulatin immunoglobulin (TSI) yang melekati sel-sel tiroid. TSI merinu tindakan
TSH dan merangasang tiroid untuk membuat hormon tiroid terlalu banyak.
Penyakit ini dicirikan adanya hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid atau
(goiter) dan eksoftalmus (mata yang melotot).
3) Tiroditis
Tiroditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan
oleh bakteri seperti streptococcus pyogenes, staphycoccus aureus dan pnemucoccus
pneumonia. Reaksi peradangan ini menimbulkan pembesaran pada kelenjar tiroid,
kerusakan sel dan peningkatan jumlah hormon tiroid.
Tiroditis dikelompokan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis posetpartum,
dan tiroiditis tersembunyi. Pada tiroiditis subakut terjadi pembesaran kelenjar tiroid
dan biasanya hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan. Tiroiditis
pesetpartum terjadi sekitar 8% wanita setelah beberapa bulan melahirkan.
Penyebabnya diyakini karena autoimun.
Seperti halnya dengan tiroiditis subakut, tiroiditis wanita dengan
posetpartum sering mengalami hipotiroidisme sebelum kelenjar tiroid benar-benar
sembuh. Tiroiditis tersembunyi juga disebabkan juga karna autoimun dan pasien
tidak mengeluh nyeri, tetapi mungkin juga terjadi pembesaran kelenjar. Tiroiditis
tersembunyi juga dapat mengakibatkan tiroiditis permanen.
4) Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan sistesis
hormon tiroid.
5) Terapi hipertiroid, pemberian obat obatan hipotiroid untuk menstimulasi sekresi
hormon tiroid. Penggunaan yang tidak tepat menimbulkan kelebihan jumlah
hormon tiroid.

7
d. Patofisiologi
Pasien dengan hipertiroid menunjukan adanya sekresi hormon tiroid yang lebih
banyak, pernah berbagai faktor penyebab yang tidak dapat dikontrol melalui
mekanisme normal. Peningkatan hormon tiroid menyebabkan peningkatan
metabolisme rate, meningkatnya aktivitas saraf simpatis. Peningkatan metabolisme
rate menyebabnya peningkatan produksi panas tubuh sehingga pasien mengeluarkan
banyak keringat dan penurunan toleransi terhadap panas. Laju metabolisme yang
meningkat menimbulkan peningkatan kebutuhan metabolik, sehingga berat badan
pasien akan berkurang karena membakar cadangan energi yang tersedia. Keadaan ini
menimbulkan degradasi simpanan karbohidrat, lemak dan protein sehingga cadangan
protein otot juga berkurang.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada sistem kardiovaskuler yaitu
dengan menstimulasi peningkatan reseptor beta adrenergik, sehingga denyut nadi lebih
cepat, peningkatan kardiak output, stroke volume, aliran darah perifer serta respon
adenergik lainnya. Peningkatan hormon tiroid juga berpengaruh terhadap sekresi dan
metabolisme hipothalamus, hipofisis dalam mensekresi hormon gonad, sehingga pada
individu yang belum pubertas mengakibatkan keterlambatan dalam fungsi seksual,
sedangkan pada usia dewasa mengakibatkan penurunan libido, infertile dan menstruasi
tidak teratur. (Tarwoto,dkk.2012).

e. Gejala-Gejala Klinis
Menurut Tarwoto,dkk (2012) gejala-gejala klinis hipertiroid berikut ini:
1) Sistem kardiovaskuler
Meningkatkan heart rate, stroke volume, kardiak oputput, peningkatan kebutuhan
oksigen otot jantung, peningkatan vaskuler perifer resisten, tekanan darah sistole
dan diastole meningkat 10-15mmhg, palpitasi, disritmia, kemungkinan gagal
jantung, edema.
2) Sistem pernafasan
Pernafasan cepat, bernafas pendek, penurunan kapasitas paru.
3) Sistem perkemihan
Retensi cairan, menurunnya otot urine.

8
4) Sistem gastrointestinal
Meningkatnya peristaltik usus, peningkatan nafsu makan, penurunan berat badan,
diare, peningkatan penggunaan cadangan adifose dan protein, penurunan serum
lipid, peningkatan sekresi gastrointestinal, hiponatremia, muntah, dan keram
abdomen.
5) Sistem muskuloskeletal
Keseimbangan protein negatif, kelemahan otot, kelelahan,
6) Sistem integumen
Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah, hangat, tidak toleransi panas,
kedaan rambut lurus, lembut, halus dan mungkin terjadi kerontokan rambut.
7) Sistem endokrin
Sistem endokrin biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
8) Sistem saraf
gugup, gelisah, emosi tidak stabil; seperti kecemasan, curiga, tegang dan emosional.
9) Sistem reproduksi
Amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur, menurunya libido, impoten.
10) Eksoftalmus
Eksoftalmus yaitu keadaan dimana bolamata menonjol kedepan seperti mau keluar.
Eksoftalmus terjadi karena adanya penimbunan karbohidrat kompleks yang
menahan air dibelakang mata. Retensi cairan ini mendorong bola mata kedepan
sehingga bola mata nampak menonjol keluar rongga orbita. Pada keadaan ini dapat
terjadi kesulitan dalam menutup mata secara sempurna sehingga mata menjadi
kering, iritasi atau kelainan kornea.

2. Hipotiroidisme
a. Pengertian
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang aktif dan
menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid. Hipotiroidisme terjadi akibat penurunan
kadar hormon tiroid dalam darah. Hipotiroid yang sangat berat disebut “miksedema”

9
b. Klasifikasi
Klasifikasi hipotiroid adalah sebagai berikut :
1) Hipotiroid Primer
Disebabkan karena kurangnya fungsi kelenjar tiroid. Contohnya misalnya
hypothyroidism akibat agenesis atau disgenesis kelenjar tiroid oleh karena asupan
obat antitiroid pada ibu hipertiroid yang sadang mengandung.
2) Hipotiroid Sekunder
Disebabkan oleh kurangnya pasokan hormone TSH dari sekresi kelenjar hipofisis
atau kurangnya pasokan hormone TRH hasil sekresi kelenjar hipotalamus.

c. Etiologi
Terdapat pelbagai faktor yang menyebabkan hipotiroidisme yang kronik. Pada
kebanyakan negara yang sedang berkembang, “kekurangan iodin” adalah faktor
penyebab hipotiroisime tersering di seluruh dunia.
Sedangkan peyebab lainnya adalah penyakit “Hashimoto tiroiditis” atau ketiadaan
kelenjar tiroid atau defisiensi hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus (pituitari).
Hipotiroidisme juga dapat disebabkan melalui keturunan, kadang-kadang
autosomal resesif. Hipotiroidisme sementara dapat disebabkan oleh efek Wolff-
Chaikoff

d. Patofisiologi
Patofisiologi hipotiroid berkaitan dengan penurunan produksi hormon tiroid akibat
kelainan lokal pada kelenjar tiroid sendiri maupun akibat kelainan hipotalamus atau
kelenjar pituitari. Berkurangnya produksi hormon tiroid menyebabkan penurunan laju
metabolisme dan terjadinya gejala-gejala hipotiroid.
Pada kondisi normal, hipotalamus mensekresi thyrotropin releasing hormone
(TRH) yang kemudian menstimulasi kelenjar pituitari untuk memproduksi thyroid
stimulating hormone (TSH). TSH akan menstimulasi kelenjar tiroid untuk mensekresi
tiroksin (T4) dan juga sedikit triiodotironin (T3). Normalnya kelenjar tiroid
menghasilkan 100-125 nmol T4 setiap harinya. Waktu paruh T4 adalah 7-10 hari. T4
merupakan suatu prohormon yang akan dikonversi menjadi T3 (bentuk aktif dari

10
hormon tiroid) di jaringan perifer oleh 5’-deiodination. Kadar T3 dan T4 akan
memberikan umpan balik negatif terhadap produksi TRH dan TSH. Gangguan struktur
dan fungsi organ-organ yang terlibat dalam aksis ini dapat menyebabkan hipotiroid.

e. Pathway Gangguan Endokrin Kelenjar Tiroid

GANGGUAN
ENDOKRIN

Hypotiroid Hypertiroid

Penurunan sekresi hormon Pertumbuhan sel tiroid Peningkatan sekresi


tiroid yang tidak terkendali hormon tiroid

Muncul benjolan
di leher
Metabolisme Berkurang-
tubuh nya reseptor
terganggu di kulit Peningkatan Aktivitas simpatik
HDR Gangg. metabolisme berlebih
Letargi menelan tubuh

Bersisik kasar
dan kering
Ketidakseim- Ketidakseimbangan Penurunan
bangan Diare energy dalam tubuh Konduksi Listrik
Cepat energy Jantung
letih dengan Gangguan
mengantu kebutuhan integritas
Keletihan
tubuh kulit

Gangguan Intoleransi Beban jantung


Keletihan Mudah
pola tidur Aktivitas meningkat
Lelah

Aritmia, Takikardi

Resiko
penurunan curah
jantung

11
f. Pemeriksaan Diagnosis
1) Pemeriksaaan laboratorium
a) Serum T3, terjadi peningkatan (N:70-250 ng/dl atau 1,2-3,4 SI unit)
b) Serum T4, tehrjadi peningkatan (N:4-12 mcg/dl atau 51-154 SI unit)
c) Indeks T4 bebas, meningkat (N:0,8-2,4 ng/dl atau 10-31 SI unit)
d) T3RU meningkat (N:24-34%)
e) TRH stimulation test,menurun atau tidak ada respon TSH
f) Tiroid antibodi antiglobulin antibodi (TSH-Rab), terjadi peningkatan pada
penyakit graves
2) Test penunjang lainnya
a) CT Scan tiroid
Mengetahui posisi,ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine radioaktif (RAI)
diberikan secara oral kemudian diukur pengambilan iodine oleh kelenjar
tiroid.normalnya tiroid akan mengambil iodine 5-35% dari dosis yang
diberikan setelah 24 jam.pada pasien Hipertiroid akan meningkat.
b) USG,untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah
massa atau nodule.
c) ECG untuk menilai kerja jantung, mengetahui adanya takhikardia, atrial
fibrilasi dan perubahan gelombang P dan T (Tarwoto,dkk.2012)

g. Penatalaksanaan
Menurut Tarwoto,dkk (2012) tujuan pengobatan adalah untuk membawa tingkat
hormon tiroid keadaan normal, sehingga mencegah komplikasi jangka panjang,dan
mengurangi gejala tidak nyaman.tidak bekerja pengobatan tunggal untuk semua orang.
Tiga pilihan pemberian obat-obatan, terapi radioiod, dan pembedahan.
1) Obat-obatan antitiroid
a) Propylthiouracil (PTU),merupakan obat antihipertiroid pilihan, tetapi
mempunyai efek samping agranulocitosis sehingga sebelum di berikan harus
dicek sel darah putihnya. PTU tersedia dalam bentuk tablet 50 dan 100 mg.
b) Methimozole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok reaksi hormon tiroid
dalam tubuh.obat ini mempunyai efek samping agranulositosis,nyeri

12
kepala,mual muntah,diare,jaundisce,ultikaria.obat ini tersedia dalam bentuk
tablet 3 dan 20 mg.
c) Adrenargik bloker,seperti propanolol dapat diberikan untuk mengkontrol
aktifitas saraf simpatetik.
d) Pada pasien graves yang pertama kali diberikan OAT dosis tinggi PTU 300-
600mg/hari atau methimazole 40-45mg/hari.
2) Radioiod Terapi
Radio aktif iodin-131, iodium radio aktif secara bertahap akan melakukan sel-
sel yang membentuk kelenjar tiroid namun tidak akan menghentikan produksi
hormon tiroid.
3) Bedah Tiroid
Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial (tiroidektomy). Operasi
efektif dilakukan pada pasien dengan penyakit graves. Efek samping yang mungkin
terjadi pada pembedahan adalah gangguan suara dan kelumpuhan saraf kelenjar
tiroid.
4) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi protein, 3000-4000
kalori.

h. Komplikasi
Menurut Tarwoto,dkk (2012)
1) Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol benjol keluar, hal ini
disebabkan karena penumpukkan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola
mata. Biasanya terjadi pasien dengan penyakit graves.
2) Penyakit Jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung.
3) Stromatiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien mengalami demam tinggi,
takikardia berat, derilium, dehidrasi, dan iritabilitas ekstrim. Keadaan ini
merupakan keadaan emergency sehingga penganganan lebih khusus.
Faktor presipitasi yang berhubungan dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme
yang tidak terdiagnosis dan tidak tertangani, infeksi, ablasitiroid, pembedahan,
trauma, miokardiak infark, overdosis obat. Penanganan pasien dengan stromatiroid
adalah dengan menghambat produksi hormon tiroid, menghambat konfersi T4

13
menjadi T3 dan menghambat efek hormon terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan
yang diberikan untuk menghambat kerja hormon tersebut diantaranya sodium ioded
intravena, glococorticoid, dexamethasone, dan propylthiouracil oral. Beta-blockers
diberikan untuk menurunkan efek stimulasi saraf simpatik dan takikardia.

14
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Berat Badan :
Tinggi Badan :

2. Keluhan utama
Sesuai dengan tanda dan gejala hipo atau hipertiroid
3. Riwayat Kesehatan
Riwayat sakit terdahulu
4. Tanda dan Gejala
Hipotiroid Hipetiroid

• Intoleransi terhadap dingin • Intoleransi terhadap panas


• Sembelit • Diare
• Menurunnya produksi keringat • Kelelahan
• Rambut kering • Goiter
• Kelelahan • Takikardi
• Goiter/ Gondok • Penurunan BB
(sesak nafas, batuk, serak, sulit • Kesulitan tidur
menelan, sulit nafas, rasa penuh • Mudah marah dan perubahan
pada leher atau tenggorokan, mood
pembesaran atau pembengkakan • Tremor
pada leher) • kelemahan
• Nyeri sendi dan otot

15
• Periode menstruasi yang
terlewat
• Bradikardi
• Muka membengkak
• Kenaikan BB

5. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan T3 dan T4 pada pasien yaitu,kadar T3 15 pg/dl dan kadar T4 20
microgram/dl
2) Pemeriksaan TSH
3) Pemeriksaan USG bertujuan untuk memberikan informasi yang tepat tentang
ukuran dan bentuk kelenjar tiroid dan nodul

B. Analisis Data
a. Pasien dengan Hypertiroidisme
1) Diare ditandai dengan
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif Objektif

(tidak tersedia) -defekasi >3kali dalam 24 jam


-feses lembek atau cair

Gejala dan tanda minor :

Subjektif Objektif

Urgency Frekuensi peristaltic meningkat


Nyeri/kram abdomen Bising usus hiperaktif

16
2) Gangguan Pola Tidur ditandai dengan
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif Objektif

• Mengeluh sulit tidur (tidak tersedia)


• Mengeluh sering terjaga
• Mengeluh tidak puas tidur
• Mengeluh pola tidur berubah
• Mengeluh istirahat tidak cukup

Gejala dan tanda minor :


Subjektif Objektif

Mengeluh kemampuan beraktifitas (tidak tersedia)


menurun

3) Keletihan ditandai dengan


Gejala dan tanda mayor :
Subjektif Objektif

• Merasa energy tidak pulih • Tidak mampu mempertahankan


walaupun telah tidur aktivitas rutin
• Merasa kurang tenaga • Tampak lesu
• Mengeluh lelah

Gejala dan tanda minor :


Subjektif Objektif

• Merasa bersalah akibat tidak • Kebutuhan istirahat meningkat


mampu menjalankan tanggung
jawab
• Libido menurun

17
4) Harga diri rendah situasional
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif Objektif

• Menilai diri negatif • Berbicara pelan dan lirih


• Merasa malu atau bersalah • Menolak bberinteraksi dengan
• Melebih-lebihkan penilaian orang lain
negative tentang diri sendiri • Berjalan menunduk
• Menolak penilaian positif • Postur tubuh menunduk
tentang diri sendiri

Gejala dan tanda minor :


Subjektif Objektif

• Sulit berkonsentrasi • Kontak mata kurang


• Lesu dan tidak bergairah
• Pasif
• Tidak mampu membuat
keputusan

5) Intoleransi Aktivitas
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif Objektif

• Mengeluh lelah • Frekuensi jantung meningkat


>20% dari kondisi istirahat

18
Gejala dan tanda minor :
Subjektif Objektif

• Dispnea saat/setelah aktivitas • Tekanan darah berubah >20%


• Merasa tidak nyaman setelah dari kondisi istirahat
beraktifitas • Gambaran EKG menunjukan
• Merasa lelah aritmia saat/setelah aktivitas
• Gambaran EKG menunjukan
iskemia
• Sianosis

6) Resiko Penurunan curah jantung ditandai dengan perubahan frekuensi


jantung; takikardi

b. Pasien dengan Hypotiroidisme


1) Gangguan Menelan
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif Objektif

• Mengeluh sulit menelan • Batuk sebelum menelan


• Batuk setelah makan/minum
• Tersedak
• Makan tertinggal di rongga
mulut

Gejala dan tanda minor :

Subjektif Objektif

• Menolak makan • Muntah


• Posisi kepala kurang elevasi
• Menelan berulang-ulang

19
2) Harga diri rendah situasional
Gejala dan tanda mayor :
Subjektif Objektif

• Menilai diri negatif • Berbicara pelan dan lirih


• Merasa malu atau bersalah • Menolak bberinteraksi dengan
• Melebih-lebihkan penilaian orang lain
negative tentang diri sendiri • Berjalan menunduk
• Menolak penilaian positif • Postur tubuh menunduk
tentang diri sendiri

Gejala dan tanda minor :


Subjektif Objektif

• Sulit berkonsentrasi • Kontak mata kurang


• Lesu dan tidak bergairah
• Pasif
• Tidak mampu membuat
keputusan

C. Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi (hipertyroid)
2. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (hipotyroid, hipertyroid)
3. Resiko penurunan curah jantung (hipertyroid)
4. Gangguan menelan berhubungan dengan obstruksi mekanis (hipotyroid,
hypertyroid)
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (hipertyroid, hipotyroid)
6. harga diri rendah berhubungan dengan perubahan pada citra tubuh (hipertyroid,
hipotyroid)

20
D. Intervensi Keperawatan

RENPRA
DX DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI
DX Setelah dilakukan asuhan Management fekal
Diare
1 keperawatan selama 3 x 24 Observasi :
berhubungan
jam eliminasi fekal membaik - Monitor BAB (Warna,
dengan proses
dan keseimbangan cairan frekuensi, konsistensi,
infeksi
meningkat dengan kriteria volume)
(hipertyroid)
hasil : - Monitor tanda-tanda
- Konsistensi membaik dehidrasi
- Frekuensi menurun
- Nyeri perut menurun Terapeutik :
- Peristaltic usus - Berikan air hangat setelah
membaik makan
- Asupan cairan - Berikan diet rendah sisa
meningkat - Anjurkan meningkatkan
- Haluaran urin asupan cairan
meningkat - Anjurkan mengurangi
- Kelembabab asupan makanan yang
membrane mukosa meningkatkan pembentukan
meningkat gas, pedas dan laktosa
- Dehidrasi menurun - Anjurkan istirahat
- TD membaik - Berikan asupan cairan oral
- Denyut nadi membaik (larutan gula garam oralit)
- Mata cekung membaik
Edukasi :
- Anjurkan untuk personal
hiegyn
- Anjurkan pasien untuk
memperhatikan bentuk dan

21
menghitung BAB selama 24
jam
- Anjurkan banyak minum

Kolaborasi :
- Pemberian cairan intravena
dan therapy
- Kolaborasi ahli gizi

DX Setelah dilakukan asuhan Edukasi aktivitas dan managemen


Keletihan
2 keperawatan selama 3 x 24 energy
berhubungan
jam keletihan pasien menurun Observasi :
dengan kondisi
dengan kriteria hasil : - Identifikasi gangguan
fisiologis
- Verbalisasi kepulihan fungsi tubuh yang
(hipotyroid,
energi meningkat mengakibatkan kelelahkan
hipertyroid)
- Kemampuan aktivitas - Monitor pola dan jam tidur
rutin meningkat - Monitor kelelahan fisik dan
- Verbalisasi lelah emosional
menurun
Terapeutik :
- Jadwalkan pemberian
pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
- Sediakan lingkungan yang
nyaman dan rendah
stimulus
- Anjurkan menyusun jadal
aktivitas dan istirahat
- Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan

22
Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
- Ajarkan cara
mengidentifikasi kebutuhan
istirahat
- Anjurkan menghubungi
perawat apabila tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang

Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara
- meningkatkan asupan
makanan

DX Setelah dilakukan asuhan Perawatan jantung


Resiko
3 keperawatan selama 3 x 24 Observasi :
penurunan curah
jam resiko penurunan curah - Identifikasi tanda atau
jantung
jantung pasien meningkat gejala primer penurunan
(hipertyroid)
dengan kriteria hasil : curah jantung (dispnea,
- Kekuatan nadi perifer kelelahan, oedema)
meningkat - Identifikasi tanda dan gejala
- Takikardi menurun sekunder (peningkatan BB,
- Palpitasi menurun palpitasi, kulit pucat,
- Gambaran EKG monitor tekanan darah,
menurun monitor intake output,
- Aritmia menurun

23
- TD membaik saturasi oksigen, keluhan
nyeri dada, monitor aritmia)
Terapeutik :
- Posisi semifowler / fowler
dengan kaki kebawah /
posisi nyaman
- Berikan diet jantung yang
sesuai misal : batasi
natrium, kafein, kolesterol
- Berikan terapi relaksasi
- Berikan dukungan
emosional dan spiritual
- Berikan oksigen

Edukasi :
- Anjurkan aktifitas fisik
sesuai toleransi dan
bertahap
- Anjurkan berhenti merokok

Kolaborasi :
- kolaborasi pemberian anti
aritmia

24
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan produksi dan
sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. (Marry:2009). Hipertiroidisme adalah keadaan
dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh.
Tirotoksikrosis merupakan istilah yang digunakan dalam manifestasi klinkis yang terjadi
ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormone tiroid (Tarwoto,dkk.2012).
Angka kejadian pada hipertiroid lebih banyak pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan
pada usia antara 20-40 tahun (Black,2009).
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang aktif dan
menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid. Hipotiroidisme terjadi akibat penurunan kadar
hormon tiroid dalam darah.Hipotiroid yang sangat berat disebut “miksedema”

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan penulis akan memperbaiki maklah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca .

25
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary,dkk.2009.Klien Gangguan Endokrin:Seri Asuahan Keperawatan. Jakarta:EGC.


Carolus, P.K.Sint.1995.Standar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta: Panitia S.A.K
Komisi Keperawatan.
Cynthia,M. Taylor.2010.Diagnosa keperawatan : Dengan rencana penulisan.Jakarta:EGC
Rumorbo, Hotman.2012.Asuahan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Endokrin.Jakarta:EGC.
Heater,Herdman,T.2012.Diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014 Jakarta: EGC
Tarwoto,dkk.2012.Keperawatan Medikal Bedah gangguan system endokrin.Jakarta: CV
Trans Info Media.
Wilkson,Judith,W,dkk.2011.Buku Saku Diagnosis Keperawatan.Jakarta:EGC

http://id.images.search.yahoo.com/search/images?p=hipertiroid&fr=chr-greentree_gc&fr2=piv-
web&ri=4&tab=organic&ri=4 di akses tanggal 26 maret 2014

Bararah, V.F., 2009. Waspadai Gejala Hipertiroid Pada Wanita. www.healthdetik.com (Diakses
tanggal 26 Maret 2014)
Lee, S.L., Ananthankrisnan, S., Ziel, S.H., Talavera, S., Griffing, G.T., 2011. Hyperthyroidism.
http://emedicine.medscape.com (Diakses tanggal 26 maret 2014)

26

Anda mungkin juga menyukai